4.3.2. Keterikatan Responden dengan Tempat tinggal
Dari sisi tahun pertama kali responden ibu rumah tangga menetaptinggal di Desa Pusong Baru umumnya mereka telah tinggal di Desa tersebut sejak lahir
berkisar selama 19 – 40 tahun sebanyak 36 orang atau 49,28 dan selebihnya sebanyak 33 orang selama 1 – 18 tahun. Sementara untuk informan nelayan dan
tokoh masyarakat sejumlah 6 orang atau 54,5 dilahirkan di Desa ini dan selebihnya 5 orang atau 45,5 tidak dilahirkan di Desa ini. Orang tua responden ibu rumah
tangga pernah atau berasal dari Desa Pusong Baru sejumlah 25 orang atau 36,2 dan telah menetap di desa tersebut selama 19 – 50 tahun sebanyak 51 orang atau
73,91, lebih dari 60 tahun sejumlah 5 orang atau 7,25 dan bahkan ada 1 orang atau 1,4 yang telah menetap mencapai 115 tahun. Selebihnya sejumlah 39 orang
atau 56,5 orang tuanya tidak pernah berasal dari Desa tersebut. Untuk informan nelayan dan tokoh masyarakat sebagian besar atau tepatnya 72,7 telah tinggal di
Desa ini selama lebih dari 15 tahun, sebanyak 18,2 telah menetap selama 8-11 tahun dan hanya 1 orang atau 9,1 yang tinggal selama 0-3 tahun.
4.3.3. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Jumlah anak dari responden ibu rumah tangga berkisar antara 1 sampai 6 orang yaitu sejumlah 5 responden atau 7,2 memiliki 1 orang anak, sejumlah 19
responden atau 27,5 memiliki 2 orang anak, 18 orang responden atau 26,1 memiliki 3 orang anak , 13 responden atau 18,8 memiliki 4 orang anak dan 10
responden atau 14,5 memiliki 5 orang anak dan sisanya 1 responden atau 1,4
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
memiliki 6 orang anak. Dari sejumlah 31 orang 44,9 responden ibu rumah tangga memiliki anak yang menganggur sejumlah 1 orang sebanyak 14 responden 20,3,
sejumlah 2 orang sebanyak 8 responden 11,6, sejumlah 3 orang sebanyak 5 responden 7,2, sejumlah 4 orang sebanyak 3 responden 4,3 dan sejumlah 5
orang sebanyak 1 responden 1,4. Sementara untuk informan nelayan dan tokoh masyarakat memiliki jumlah tanggungan perbulan rata-rata berkisar 5-6 orang. Dari
data tersebut menunjukkan semakin besar jumlah anak yang menganggur semakin besar beban ekonomi sosial yang harus ditanggung oleh kepala keluarga.
Tabel. 4. Jumlah Tanggungan Informan Nelayan dan Tokoh MasyarakatBulan
Jumlah tanggungan per bulan orang Frekuensi f
Persentase a.
1 1
9,1 b.
2 1
9,1 c.
3 1
9,1 d.
4 1
9,1 e.
5 3
27,3 f.
6 2
18,2 Total
9 81,8
System 2
18,2 Total
11 100,0
Sumber: Hasil survey,2008
Pekerjaan informan nelayan dan tokoh masyarakat sebagian besar atau 45,5 nelayan, sejumlah 27,3 wiraswasta dan 9,1 memiliki pekerjaan berjualan, 9,1
pengemudi becak dan 9,1 nelayan dan guru pengrajin. Pekerjaan tersebut sebagian besar sudah ditekuni lebih dari 15 tahun yaitu sejumlah 45,5. Dari pekerjaan
tersebut mereka dapat meraup penghasilan tetap berkisar antara Rp. 200.000,- sd
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Rp. 1.000.000,- dan dari penghasilan tambahan berkisar antara Rp. 100.000,- sd Rp.
500.000,-.
Pekerjaan responden ibu rumah tangga sebagian besar atau 30,4 menjawab sebagai ibu rumah tangga walaupun mereka bekerja menjemur ikan, sejumlah 27,5
bekerja sebagai nelayan dengan menjaring ikan, dan berbagai pekerjaan lainnya seperti jualan, tukang cuci dan mengantar rekening listrik, seperti terlihat pada Tabel.
5. Pekerjaan tersebut ada yang menghasilkan perolehan bulanan yaitu terhadap sebanyak 20,3 responden dan ada yang bersifat perolehan musiman sebanyak 5,8
responden dan ada yang bersifat perolehan temporer sejumlah 4,3 responden. Mereka juga memiliki pekerjaan lain yang dianggap sebagai pekerjaan tambahan
antara lain pekerjaan membuat kue, dagang, dan berjualan nasi. Dari pekerjaan tersebut mereka dapat meraup penghasilan tetap berkisar antara Rp. 200.000,- sd
Rp. 1.000.000,- dan dari penghasilan pekerjaan tambahan berkisar antara Rp. 10.000,- sd Rp. 1.500.000,-, seperti terlihat pada Tabel. 6 berikut ini.
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel. 5. Pekerjaan Utama Responden Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Frekuensi f
Persentase a.
Tidak menjawab 21
30,4 b.
Berdagang 1
1,4 c.
Ibu rumah tangga 21
30,4 d.
Jualan sayur 4
5,8 e.
jualan ikan 1
1,4 f.
mengantar rekening listrik 1
1,4 g.
Nelayan 19
27,5 h.
Tukang cuci 1
1,4 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Tabel. 6. Penghasilan Pekerjaan Utama Responden Ibu Rumah Tangga
Jumlah Penghasilan Rp. Frekuensi f
Persentase a.
20.000,- – 500.000,- 12
1,4 b.
600.000,- - 1.000.000,- 15
8,7 c.
1.000.000,- - 1.500.000,- 1
1,4 Total
28 40,6
Missing System 41
59,4 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Mengenai rasa puas responden ibu rumah tangga dengan perkembangan atau kemajuan Desa Pusong Baru sebagian besar atau sejumlah 38 orang 55,1
menjawab kurang puas meskipun ada 5 orang 7,2 yang menjawab sangat puas. Kemudian sejumlah 76,8 responden menyetujui bahwa suku asli daerah kelompok
yang utama dan menentukan setiap kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di daerah ini dan hanya sebagian kecil atau 17,4 yang tidak sependapat.
Mengenai responden ibu rumah tangga turut berperan dalam membantu perekonomian keluarga sebagian besar atau sejumlah 44 orang 63,8 menjawab ya
atau turut berperan dan ada 19 orang 27,5 yang menjawab tidak. Dalam hal ini
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
meskipun 27,5 menjawab tidak, namun dalam realitanya mereka turut berperan karena dalam memilih responden, peneliti memilih ibu rumah tangga nelayan yang
bekerja dan dalam menetapkan sasaran atas bantuan petunjuk Geuchik Pusong Baru, kemungkinan besar mereka masih tabu untuk mengungkapkan bahwa mereka harus
ikut serta untuk mencari nafkah yang dianggap bahwa itu adalah merupakan tanggung jawab suami sebagai Kepala Keluarga. Adapun bidang pekerjaan yang
ditekuni ibu rumah tangga tersebut antara lain adalah pekerjaan dagang, jemur ikan, berjualan, melaut, membuat kue dan mengantar rekening listrik dari pintu ke pintu,
meskipun ada beberapa responden yang tetap menjawab bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sementara itu bagi informan nelayan dan tokoh masyarakat sebagian istrinya
turut berperan dalam menghasilkan pendapatan dengan penghasilan berkisar antara Rp. 100.000,- sd Rp. 450.000,- dan sebagian lainnya tidak turut berperan. Pekerjaan
istri informan nelayan dan tokoh masyarakat tersebut antara lain membuat kue, guru pengrajin, menjemur ikan dan berjualan di rumah dan umumnya responden ibu rumah
tangga merasa kurangtidak cukup dengan jumlah penghasilan perbulan mengingat besarnya pengeluaran yang harus ditanggung walaupun ada juga 2 orang 2,9 yang
menjawab ya atau cukup. Hal senada ditemukan dari penelitian Sitorus 1997, dimana semakin luas bidang pekerjaan yang tersedia dalam struktur produksi yang
dapat dimasuki oleh perempuan seiring dengan modernisasi dan sosialisasi pergerakan kemitra sejajaran gender. Diversifikasi mata pencaharian merupakan
salah satu pilihan, yang dapat dilakukan di masa paceklik angin barat, ataupun
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
berlangsung dengan melibatkan anggota keluarga. Kemudian hasil penelitian Sitorus 1999: 69 juga memperlihatkan kesimpulan yang lebih kuat bahwa masyarakat
masih kurang adil memperlakukan perempuan, dimana dampak perluasan bidang kerja yang dapat dimasuki perempuan nelayan secara positif memperkuat daya tahan
ekonomi masyarakat pantai, tetapi kontribusi ekonomi hasil kerja perempuan nelayan tidak cukup mampu untuk dirujuk oleh masyarakat pantai untuk mereposisi
kedudukannya dalam konteks kesimbangan gender. Dalam hal ini, penghargaan yang diterima pekerja perempuan tetap berada dibawah rata-rata penerimaan pekerja laki-
laki walaupun nilai kerjanya relatif berimbang. Dari status kepemilikan rumah responden ibu rumah tangga umumnya adalah
milik sendiri yaitu 68,1, sebanyak 20,3 yang masih mengontraksewa dan masing-masing 4,3 yang milik keluarga dan menumpang.
Tabel. 7. Status Kepemilikan Rumah Responden Ibu Rumah Tangga
Status Kepemilikan rumah Frekuensi f
Persentase Milik sendiri
47 68,1
Kontraksewa 14
20,3 Milik keluarga
3 4,3
Menumpang 3
4,3 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Dari sisi status kepemilikan tanah responden ibu rumah tangga juga umumnya atau tepatnya 62,3 adalah milik sendiri, 21,7 mengontraksewa, dan masing-
masing 5,8 yang milik keluarga dan menumpang.
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel. 8. Status Kepemilikan Tanah Responden Ibu Rumah Tangga
Status Kepemilikan tanah Frekuensi f
Persentase Milik sendiri
43 62,3
Kontraksewa 15
21,7 Milik keluarga
4 5,8
Menumpang 4
5,8 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Dari kondisi fisik rumah responden ibu rumah tangga tergambar kondisi kemiskinan dimana sejumlah 61 orang atau 88,4 dengan kondisi bangunan tidak
permanent dan bahan utama struktur rumah dari papan dan tepas dan lantai dari papan dan tanah, hanya sebagian kecil responden yang kondisi fisik rumahnya sudah
semi permanent atau permanent dan bahan utama struktur rumah dan lantainya dari beton atau setengah beton. Demikian juga dengan kondisi MCK tidak jauh berbeda
dengan kondisi fisik rumah dan yang lebih memprihatinkan ada diantara responden atau 17,4 tidak memiliki MCK. Hal ini senada dengan hasil penelitian Kusnadi
2002 dan Sitorus 2002, dimana kampung-kampung nelayan miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah yang sangat
sederhana, berdinding anyaman bambu, berlantai papan yang terlihat usang, beratap rumbia, dan keterbatasan pemilikan perabotan rumah tangga adalah tempat tinggal
para nelayan buruh dan nelayan tradisional. Sebaliknnya, rumah-rumah yang megah dengan segenap fasilitas yang memadai akan mudah dikenali sebagai tempat tinggal
pemilik perahu, pedagang perantara ikan atau pedagang berskala besar, dan pemilik toko
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel.9. Kondisi Fisik Rumah Responden Ibu Rumah Tangga
Kondisi fisik rumah Frekuensi f
Persentase Permanen
2 2,9
Semi permanent 4
5,8 Non-permanen
61 88,4
Total 69
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
Luas utama bangunan rumah responden ibu rumah tangga tidak ada yang melebihi 90 m2 dan umumnya mereka tidak memiliki tanah lainnya, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi ekonomi sosial responden ibu rumah tangga nelayan Desa Pusong Baru berada dalam kondisi miskin.
Tabel. 10. Luas Utama Bangunan Rumah Responden Ibu Rumah Tangga
Luas Utama Bangunan Rumah m2 Frekuensi f
Persentase 10 – 30
16 23,19
31 – 60 36
52,17 61 – 90
11 15,94
Total 69
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
Dari sisi kepemilikan kendaraan, hanya sebagian kecil responden ibu rumah tangga memiliki kendaraan pribadi, yang lainnya terpaksa harus menggunakan
kendaraan umum meskipun harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit jika harus bepergian untuk jarak tempuh yang tidak terjangkau dengan berjalan kaki.
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel. 11. Kepemilikan Kendaraan Responden Ibu Rumah Tangga
Jenis Kendaraan Frekuensi f
Persentase Mobil
1 1,4
Sepeda Motor 4
5,8 Sepeda
12 17,4
Sumber: Hasil survey, 2008
Dari sisi kepemilikan alat elektronik umumnya responden ibu rumah tangga nelayan Desa Pusong Baru memiliki TV dan sebagian kecil telah memiliki Parabola,
Lemari es, radio. Dari kondisi ini tercermin bahwa kehidupan masyarakat nelayan di Desa Pusong Baru berada dalam garis kemiskinan.
Tabel. 12. Kepemilikan Peralatan Elektronik Responden Ibu Rumah Tangga
Jenis Peralatan Elektronik Frekuensi f
Persentase TV
53 76,8
Lemari es 15
21,7 Parabola
10 14,5
Radio 12
17,4 Sumber: Hasil survey, 2008
Dari jumlah pengeluaran bulanan yang harus dikeluarkan oleh ibu rumah tangga nelayan Desa Pusong Baru terlihat jumlah pengeluaran untuk membeli beras
bervariasi, bersifat rutinitas rata-rata Rp. 150.000,- per bulan dan ada yang bersifat temporer yang pengeluarannya mencapai Rp. 1.500.000,- per bulan dikarenakan
mereka berjualan nasi. Untuk kebutuhan pemakaian minyak tanah mereka rutinitas harus mengeluarkan uang rata-rata Rp. 75.000,- dan ada yang yang bersifat temporer
mencapai Rp. 300.000,- dikarenakan mereka memakai untuk usaha berjualan makanan. Untuk gulakopi mencapai rata-rata Rp. 55.000,- per bulan, untuk minyak
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
goreng rata-rata Rp. 75.000,- per bulan. Untuk ikan dan sayur rata-rata Rp. 300.000,- Dan untuk bumbu dapur bisa menghabiskan biaya rata-rata Rp. 125.000,- Untuk
pengeluaran kebutuhan bahan pokok ini memang sangat bergantung dari jumlah anggota keluarga. Untuk pengeluaran bulanan pemakaian listrik mereka sangat
berhemat rata-rata hanya Rp. 50.000,- per bulan. Untuk uang sekolah anak juga sangat variatif dan berkisar antara Rp. 20.000,- sd 650.000,- hal ini sangat tergantung
dari jumlah anak yang bersekolah dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh oleh si anak dan jika jarak tempuh dari rumah ke sekolah tidak terjangkau dengan berjalan
kaki berarti harus bertambah lagi biaya pengeluaran untuk ongkos. Pada Tabel. 13 terbaca untuk pengeluaran biaya sosial adat ternyata cukup besar juga biaya yang
harus dikeluarkan berkisar antara Rp. 10.000,- sd 150.000,-.
Tabel. 13. Jumlah Pengeluaran Biaya Sosial Adat Responden Ibu Rumah Tangga
Jumlah Pengeluaran Biaya sosial bulan Rp Frekuensi f
Persentase 43
62,3 10.000
3 4,3
15.000 3
4,3 30.000
2 2,9
50.000 5
7,2 60.000
11 15,9
150.000 2
2,9 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Perihal yang sangat memprihatinkan terlihat dari jumlah pengeluaran untuk membeli pakaian dari sebagian kecil responden terlihat perpola konsumtif dimana
mereka bisa mengeluarkan biaya berkisar Rp. 50.000,- sd 350.000,- per bulannya
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
meskipun mereka mengatakan itu hanya bersifat temporer, seperti terlihat pada Tabel. 14. Untuk membeli barang- barang ada sebagian kecil yang suka dengan cara
kreditan dan bisa mengeluarkan biaya variatif untuk itu berkisar antara Rp. 5.000 sd 500.000,- . dan untuk kegiatan menabung hanya 1 responden yang punya kegiatan
menyisihkan uang per bulannya untuk ditabung, hal ini disebabkan oleh karena masih sangat kurangnya pemasukan dibandingkan pengeluaran sehingga tidak ada sisa yang
bisa untuk dijadikan tabungan bahkan sebagian besar mengaku tidak mencukupi.
Tabel. 14. Jumlah Pengeluaran Bulanan Pakaian Responden Ibu Rumah Tangga
Jumlah pengeluaran membeli pakaianbulan Rp. Frekuensi f
Persentase 50.000
1 1,4
100.000 4
5,8 130.000
1 1,4
200.000 1
1,4 300.000
1 1,4
350.000 1
1,4 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Adapun keluhan responden ibu rumah tangga yang menyebabkan penghasilan tidak menetap, terdapat berbagai keluhan seperti tercantum pada tabel.
15 di bawah ini. Keluhan ini tidak berbeda jauh seperti dituliskan Sukadana Dalam Sitorus, 2007, Dalam kehidupan harian nelayan, sesungguhnya hubungannya dengan
alam dan lingkungannya sangat erat. Nelayan sangat bergantung pada musim, pada daur lahir dan punahnya sumber daya kelautan dan kelestarian ekosistemnya, karena
pengalaman itu menentukan pendapatan dan hasil tangkapan mereka. Hubungan ini
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
bersifat timbal balik, lingkungan alam dapat mempengaruhi nelayan, begitu pula sebaliknya nelayan dapat mempengaruhi lingkungan alam karena prilakunya. Tidak
dapat dipungkiri pekerjaan sebagai nelayan sangat bergantung pada alam tentunya menghadapi banyak kendala diantaranya musim, angin, ombak, hujan, dan badai,
Selain itu, semakin dininya dicapai batas ambang lestari MSY Maximum Sustainable Yield akibat kerapatan alat tangkap dan praktek penangkapan ikan yang
eksploitatif dan destruktuktif, mengakibatkan nelayan harus adaptif dan strategic untuk menyiasatinya, diantaranya dengan melibatkan perempuan dalam struktur
produksi.
Tabel. 15. Keluhan Responden Ibu Rumah Tangga yang Menyebabkan Penghasilan Tidak Menetap
Keluhan responden Frekuensi f
Persentase a.
Sifat alam, dimana bila keadaan berombak ikan dilautpun tidak ada dan bila bulan terang ikanpun tidak ada
16 23,18
b. Keterbatasan dalam alat tangkap, sering hasil penangkapan ikan
kurang, dan laut tidak menjanjikan yang pasti, sehingga penghasilan tidak menentu
9 13,04
c. Kemampuan modal usaha kurang mengakibatkan usaha kurang
lancar 13
18,84 d.
Peluang lapangan kerja yang terbatas, karena sempitnya mata pencaharian didaerah kami dan lapangan pekerjaan tidak ada
selain nelayan 2
2,89 e.
Pola konsumsi, dimana pengeluaran lebih besar dari penghasilan sehingga kebutuhan keluarga banyak yang tidak
mencukupi 3
4,35 f.
Tekanan ekonomi, naiknya harga BBM dan kebutuhan pokok 1
1,4 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Adapun infrastuktur ekonomi yang saat ini paling dibutuhkan oleh masyarakat Desa Pusong Baru menurut responden ibu rumah tangga antara lain
adalah seperti terlihat dalam tabel di bawah ini, namun yang paling banyak atau
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
sejumlah 49,3 menjawab membutuhkan Pabrik pengolahan hasil perikanan, hal ini senada dengan kondisi yang terjadi selama ini, dimana sewaktu panen besar nelayan
terpaksa harus merelakan menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga yang relatif sangat murah, hal ini disebabkan karena jika mereka tidak menjualnya maka ikan
hasil tangkapan terancam busuk karena tidak tersedia sarana pengolahan hasil perikanan, seperti pengakuan salah seorang responden:
“kami tidak selalu menjemur ikan, kami baru akan menjemurnya jika ada pesanan dari Takengon Kab. Aceh Tengah ataupun dari Padang Sumatera
Barat, jika cuaca mendung kami juga tidak menjemur ikan karena tidak ada sarana mesin pengering ikan, ada satu unit bantuan Pemerintah yang
diberikan ke Koperasi wanita Cut Nur Asikin, tetapi tidak pernah dijalankan” A, 37 th.
Tabel. 16. Kebutuhan Infrastruktur Ekonomi Masyarakat di Desa Pusong Baru Menurut Responden Ibu Rumah Tangga
Kebutuhan Infrastruktur ekonomi Frekuensi f
Persentase Jalan raya
23 33,3
Pasar 2
2,9 Pabrik pengolahan hasil perikanan
34 49,3
Bank 1
1,4 Koperasi
2 2,9
Lainnya 2
2,9 Total
64 92,8
Missing System 5
7,2 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kemudian seperti terlihat pada Tabel. 17, Tabel. 18, Tabel. 19 dan Tabel. 20 berikut ini, diidendifikasi faktor-faktor yang dianggap merupakan kekuatan,
merupakan kelemahan dan merupakan Peluang serta dapat menjadi ancaman dalam upaya peningkatan ekonomi secara persepsi ibu rumah tangga nelayan dan hasilnya
tidak bisa kita analisis karena kurangnya pemahaman responden dalam mengidentifikasi.
Tabel. 17. Faktor Yang Dapat Merupakan Kekuatan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Ini Menurut Responden Ibu Rumah
Tangga
Faktor yang dapat merupakan kekuatan Frekuensi f
Persentase a.
dibangun perusahaan dalam rumah tangga, adanya koperasi bersama, pabrik pengolahan ikan
12 15,4
b. ekonomi yang lebih baik dari sumber daya
menusianya yang tepat guna, memiliki keahlianskill, ketrampilan
5 1,4
c. Kalau suami kelaut kami baru ada rejeki
1 1,4
d. pemerintah harus memberikan modal usaha, adanya
fasilitas yang memadai bagi para nelayan 1
1,4 e.
mempunyai penghasilan tambahan, diversifikasi mata pencaharian
4 5,6
Total 69
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel. 18. Faktor Yang Dapat Merupakan Kelemahan Dalam Peningkatan
Ekonomi Masyarakat di Desa Pusong Baru Menurut Responden Ibu Rumah Tangga
Faktor yang merupakan kelemahan bagi peningkatan ekonomi Frekuensi f
Persentase a.
BBM naik kalau listrik mati air harus beli, barang kebutuhan pokok mahal sedangkan pencaharian di laut tidak mencukupi
12 17,39
b. Bulan terang dan angin kencang
1 1,4
c. cara berfikir banyak yang kurang jernih
1 1,4
d. kurangnya keahlian dalam mengelola usaha, kurangnya dana dan
tenaga 8
11,54 e.
Penghasilan sehari-hari tidak menetap 7
9,8 f
.
tidak adanya bantuan usaha, pemerintah terus memberikan modal usaha, adanya kesulitan yang memadai bagi para nelayan
15 21
Total 69
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
Tabel. 19.
Faktor Yang Dapat Merupakan Peluang Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Pusong Baru Menurut Responden Ibu
Rumah Tangga
Faktor yang merupakan peluang bagi peningkatan ekonomi Frekuensi f
Persentase a.
Faktor alam, jika bulan gelap 1
1,4 b.
diberikan modal usaha bagi istri nelayan, bimbingan penyuluhan , peningkatan sdm, peningkatan infrastruktur .
5 7,0
c. Memberdayakan wanita, diversifikasi mata pencaharian.
3 4,2
d. Mau bekerja, rajin bekerja dan ada tempat kerja, keinginan
untuk lebih maju 8
16,2 e
.
membuka pabrik pengolahan perikanan, adanya modal usaha yang dibuka pemerintah dan memberikan fasilitas bagi para
nelayan didesa ini 14
19,6 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel. 20.
Faktor yang dapat Merupakan Ancaman dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Pusong Baru Menurut Responden Ibu
Rumah Tangga
Faktor yang merupakan ancaman bagi peningkatan ekonomi Frekuensi f
Persentase a.
kalau terang bulan ikan tidak ada, tidak ada lapangan kerja untuk ibu-ibu nelayan
4 5,6
b. pergaulan pemuda banyak kurang positif, narkoba ancaman
untuk masa depan anak-anak kami, generasi muda tidak terarah
2 2,8
c. Masih tidak terbukanya fikiran sebagian masyarakat
2 2,8
d. tempat tinggal yang tidak layak dan ketidak adilan
pembangunan 2
2,8 e.
tidak adanya aktifitas para nelayan, keadaan laut tidak menentukan bagi para nelayan , pengeluaran lebih banyak
dari pemasukan dan kenaikan harga BBM dan harga barang 24
48,6 Total
69 100,0
Sumber: Hasil survey, 2008
Kemudian kita tampung juga saran-saran yang berupa keinginan mereka dimasa yang akan datang, seperti terlihat pada Tabel. 21 berikut ini, sehingga dapat
menjadi acuan bagi dalam merumuskan perencanaan pembangunan di masa mendatang botton up planning.
Tabel. 21. Saran Responden Ibu Rumah Tangga yang Berhubungan dengan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Pusong Baru atau
Kecamatan ini
Saran untuk peningkatan perekonomian Frekuensi f
Persentase Valid
29 42,0
a. Buat lapangan kerja untuk ibu rumah tangga, beri
penyuluhan dan pembinaan untuk ibu rumah tangga. 6
8,2 b.
menanggulangi kemiskinan dengan menjadikan manusianya yang berkualitaas, terutama generasi
mudanya 2
2,8 c.
menciptakan lapangan kerja, koperasi unit desa, memberikan modal usaha, tempat penampungan ikan
dan membangun sarana dan prasarana serta pabrik pengolahan hasil perikanan
28 39,2
d. peningkatan ekonomi harus ada bimbingan dari lembaga
tertentu yang ingin membantu masyarakat meningkat ekonominya
3 4,2
Total 69
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
Fatma Zohra : Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kemudian penulis juga ingin mengetahui saran yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat Desa Pusong Baru dari informan nelayan dan tokoh
masyarakat, tidak jauh berbeda dengan saran yang diberikan oleh responden ibu rumah tangga dapat dilihat pada Tabel. 22 berikut ini, dimana mereka sangat
mengharapkan terciptanya lapangan kerja, tersedianya modal usaha, peningkatan keterampilan dan tersedianya sarana prasarana pengolahan ikan.
Tabel. 22. Saran Responden Nelayan dan Tokoh Masyarakat yang Berhubungan Dengan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa
atau Kecamatan Ini
Saran untuk peningkatan perekonomian Frekuensi f
Persentase a.
Berikan ilmu pendidikan dalam bidang usaha, ajari keterampilan, berikan informasi-informasi asing masuk
daerah dan buka lapangan kerja 3
27,3 b.
Berikan perhatian dari pemerintah, berikan pendidikan kepada ibu rumah tangga nelayan, ajari keterampilan bagi anak-anak
nelayan dan buka peluang usahaperusahaan 2
18,18 c.
ciptakan lapangan kerja, berikan modal usaha yang memadai, awasi kegiatan usaha dengan seksama, arahkan usaha apa
yang lebih maksimal dikerjakan 3
27,3 d.
dibangun prasarana yang dibutuhkan dan dibangun pabrik pengolahan ikan
3 2 7,3
Total 11
100,0 Sumber: Hasil survey, 2008
4.3.4. Hal yang Berkaitan Dengan Gender