Herna Hutasoit : Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
8. Riwayat Merokok
Tabel 5.1.2.8 Sebaran Kebutaan Katarak Berdasarkan Riwayat Merokok
Riwayat Merokok Dua mata
Satu mata N
N
Merokok 18
25,71 21
29,16 Tidak Merokok
52 74,29
51 70,84
Jumlah 70
100 72
100
Dari tabel 5.1.2.8 di atas tampak bahwa kebanyakan penderita katarak dua mata maupun satu mata tidak mempunyai riwayat merokok, yaitu sebesar 74,29
dan 70,84.
9. Tempat berobat
Tabel 5.1.2.9 Sebaran Kebutaan Katarak Berdasarkan Tempat Berobat
Tempat Berobat Dua mata
Satu mata N
N
Puskesmas 31
44,29 14
19,44 RS Pemerintah
9 12,85
16 22,22
RS Swasta 5
7,14 7
9,73 Tradisional
5 7,14
5 6,95
Obati Sendiri 10
14,29 8
11,11 Dibiarkan
10 14,29
22 30,55
Jumlah 70
100 72
100
Herna Hutasoit : Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Puskesmas adalah sarana kesehatan yang paling banyak digunakan oleh penderita katarak dua mata yaitu sebesar 44,29 . Sedangkan penderita kebutaan katarak
satu mata lebih banyak membiarkan keluhannya yaitu sebesar 30,55.
10. Jenis Katarak
Tabel. 5.1.2.10 Sebaran Kebutaan Katarak Berdasarkan Jenis Katarak
Jenis Katarak Dua Mata
Satu Mata Kanan
Kiri Kanan
Kiri
Nuklear 37
36 20
16 Kortikal
3 5
1 2
Subkapsular Posterior
1 1
1
Matur Hipermatur 29
28 16
16 Komplikata
Jumlah 70
70 38
34
Dari tabel 5.1.2.10 didapat jenis katarak yang terbanyak adalah nuklear baik pada dua mata maupun satu mata.
11. Pengetahuan tentang Katarak
Tabel 5.1.2.11 Sebaran Kebutaan Katarak Berdasarkan Pengetahuan tentang Katarak
Pengetahuan Tentang Katarak
Dua mata Satu mata
N N
Tahu 7
10,00 12
16,67 Tidak Tahu
63 90,00
60 83,33
Jumlah 70
100 72
100
Herna Hutasoit : Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Dari tabel 5.1.2.11 di atas tampak bahwa penderita kebutaan katarak kebanyakan tidak mempunyai pengetahuan tentang katarak. Ketiadaan pengetahuan mempengaruhi
penderita dalam menyikapi keadaannya.
12. Estimasi Angka Kebutaan dan Prevalensi Kebutaan akibat Katarak
Tabel 5.1.2.12 Estimasi Angka Kebutaan dan Prevalensi Kebutaan akibat Katarak Kabupaten Tapanuli Selatan
Estimasi Pada CI 95 Batas bawah ; Batas atas
Prevalensi Kebutaan 70 29332 x 100 = 0.24
0,1840 ; 0,2960 Angka Kebutaan
70 155 x 100 = 45,16 37,4 ; 52,9
Prevalensi Kebutaan Tapanuli Selatan 155 29332 x 100 = 0,53
0,447 ; 0,613
5.2 PEMBAHASAN
Dari tabel 5.1.1.1 sampai tabel 5.1.1.5 tampak gambaran karakteristik penduduk
sampel sampel dari wilayah penelitian. Dari tabel 5.1.1.1 dan 5.1.1.2 terlihat distribusi umur dan jenis kelamin menunjukkan
lebih banyak penduduk dalam usia 61 -70 tahun yaitu berkisar 30,83 dan jenis kelamin terbanyak perempuan yaitu berkisar 71,11 . Distribusi umur ini sesuai dengan gambaran
kependudukan di Indonesia umumnya. Seperti pada negara-negara yang sedang berkembang lainnya seperti Burma dan India.