PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Elfira Puspita Wardani

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO
STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
ELFIRA PUSPITA WARDANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TSTS dibandingkan dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan adalah
pretest posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMPN 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang
terdistribusi dalam sembilan kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII F
dan VIII G yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Data
penelitian diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif TSTS tidak efektif
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII
SMPN 12 Bandarlampung.

Kata Kunci : TSTS, kemampuan komunikasi matematis siswa.

{
ri:i:- . .
i
lt:::ft1l'.: ,ii iy

PERITTATAAN SKRIPSI MAHASIS\MA
Yang bertanda tangan dibawah ini

:

Nama

: Elfira Puspita Wardani


NPM

:

Program studi

: Pendidikan Matematika

Jurusan

: Pendidikan

1013021036

MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dilam skripsi ini tidak terdapat karyayang telah
diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang socara tertulis


diicu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftarpustaka
Apabila dikemudian

hui

pemyataan ini tidak benar saya bersedia menerima

sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.

EIfira Puspita Wardani
NPM. 1013021036

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, pada 25 Februari
1992. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Sufiat,
S.E. dan Ibu Hj. Agustina Sari.


Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kartika 23 Bandar
Lampung pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri
1 Langkapura pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2
Bandar Lampung pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri
9 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2010 dengan mengambil Program Studi
Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2013 di Pekon Pekon Balak, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten
Lampung Barat, Provinsi Lampung dan menjalani Program Pengalaman Lapang
(PPL) di SMA Negeri 1 Batu Brak tahun.

Moto
Setelah berusaha keras, bersujud dan berdo’alah, karena kunci
kesuksesan kita, semua karena ALLAH SWT.

Bahagiakan orang yang di sekitarmu. Maafkan orang yang

menyakitimu. Senyumlah kepada yang membencimu.
Allah itu Maha Adil.

Persembahan
Dengan kerendahan hati dan teriring rasa syukur keharibaan Allah
SWT, penulis persembahkan buah karya sederhana ini sebagai bukti
cinta kasih kepada:

Mama dan Papa tercinta, yang senantiasa menanti keberhasilan
anandamu.

Kakak, adik, sahabat, dan seluruh keluarga besar atas segala
motivasi, dukungan, doa, dan perhatiannya.

Guru dan dosen atas ilmu dan semua yang telah kalian berikan
padaku, yang menjadi penerang jalanku.

Almamater Universitas Lampung tercinta.

SANWACANA


Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP
Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014).”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Papa (Fiat) dan Mama (Tina) tersayang atas semangat, kasih sayang, dan doa
yang tak pernah berhenti mengalir.
2. Ibu Drs. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan
waktunya untuk konsultasi akademik dan atas kesediaannya memberikan
bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan
skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik..
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu,
memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.


4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Bapak Drs. H. Zaid Jaya, M. M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 12
Bandarlampung yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Bapak Anton, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMP Negeri 12
Bandarlampung yang telah banyak membantu dalam penelitian.
10. Ibu Tugiyati, S.Pd. dan Bapak Ketut, S.Pd., selaku guru mitra yang telah
banyak membantu dalam penelitian.
11. Adik-adikku (Hanif dan Kamila) tersayang atas semangat, doa, dan hiburan
disaat lelah mengerjakan skripsi.
12. Bunda May dan Ibu Yuli beserta keluarga besar yang selalu mendukung dan
memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku tercinta: Kisti Artiasha, Diah Ayu Lestari, Anniya Mutiara

Tsani, Engla Octavia Aidi, Khairuntika, Anggi Oktaviarini, Desy Herdyen,
Rika Ridayanti, Ardianti, dan Yuniar Wike Wulandari atas motivasi dan
doanya. Semoga persahabatan dan kebersamaan kita selalu menjadi kenangan
yang indah sampai kapanpun.

iii

14. Teman-teman seperjuangan Liza Istianah, Novi Wahyu Wulandari, Woro
Ningtyas, dan Noviana Laksmi yang telah membantu dan menemani selama
proses penyusunan skripsi.
15. Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2010 kelas B: Imam,
Nando, Sovian, Perdan, Heru, Caca, Iis, Clara, Agustin, Selvi, Nurul, Mella,
Silo, Resti, Ayu, Cahya, Syafril, Febby, Ira Selfiana, dan Suke atas motivasi,
persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.
16. Teman-teman seperjuangan Matematika angkatan 2010 A, kakak tingkat
angkatan 2008 dan 2009 serta adik tingkat angkatan 2011, 2012, dan 2013 atas
ke-bersamaannya.
17. Sahabat-sahabat KKN dan PPL SMAN 1 Batu Brak: Ali, Ayu, Yudha, Ira,
Alya, Cindy, Wulan, Tyas, Arifah, Muti, Amel, Eliyana dan Adel, atas
kebersamaan dan kekeluargaannya.

18. Siswa-siswi SMAN 1 Batu Brak dan SMPN 12 Bandarlampung.
19. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, 18 Agustus 2014
Penulis,

Elfira Puspita Wardani
iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

ix


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................


6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori................................................................... .........................

8

1. Pembelajaran Matematika ...................................................................

8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS......................................

9

3. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 13
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 16
C. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 17
D. Hipotesis Tindakan.................................................................................. 19
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 20
B. Desain Penelitian .................................................................................... 20

v

C. Data Penelitian ....................................................................................... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 21
E. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................ 22
F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya .......................................... 23
G. Pengembangan Perangkat Pembelajaran................................................. 30
H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 36
B. Pembahasan ............................................................................................ 45
V.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 51
B. Saran ...................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 52
LAMPIRAN ............................................................................................... 55

vi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Pretes – Postes Kontrol Desain ........................................................ 21
Tabel 3.2 Pemberian Skor Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ............ 23
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Reliabilitas............................................................... 26
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 27
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 28
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 29
Tabel 3.7 Klasifikasi Gain ............................................................................... 31
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Skor Pretest................................ 32
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Skor Posttest .............................. 32
Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Skor Gain ................................... 33
Tabel 4.1 Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............... 36
Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney U Data Skor Pretest ................................. 37
Tabel 4.3 Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Pada Pretest ............ 38
Tabel 4.4 Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............. 39
Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Pada Posttest ........... 40
Tabel 4.6 Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ................ 41
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney U Data Indeks Gain .................................. 41
Tabel 4.8 Interpretasi Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ................. 42
Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter Kelas

v

Eksperimen Pertemuan Ke-2 ............................................................ 43
Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketercapaian Perilaku Berkarakter Kelas
Eksperimen Pertemuan Ke-8 ............................................................ 44

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ............................................................... 57
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Eksperimen ............................................................................... 61
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...... 102
Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ............................................... 127
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Pretest - Posttest ............................................... 164
Lampiran B.2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ................................ 165
Lampiran B.3 Pedoman Penskoran dan Kunci Jawaban Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis ............................................................. 166
Lampiran B.4 Form Validasi Instrumen ......................................................... 170
Lampiran B.5 Lembar Penilaian Diri ............................................................. 172
Lampiran C.1 Analisis Tes Uji Coba (Reliabilitas) ........................................ 177
Lampiran C.2 Analisis Tes Uji Coba .............................................................. 178
Lampiran C.3 Hasil Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ............................ 179
Lampiran C.4 Hasil Pretest dan Postest Kelas Kontrol ................................... 180
Lampiran C.5 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ................................ 181
Lampiran C.6 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ....................................... 185
Lampiran C.7 Uji Mann-Whitney U Skor Pretest Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ...................................................................... 189
Lampiran C.8 Analisis Indikator Pretest Kelas Eksperimen ........................... 190

v

Lampiran C.9 Analisis Indikator Pretest Kelas Kontrol ................................. 193
Lampiran C.10 Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen ...................... 196
Lampiran C.11 Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol ............................ 200
Lampiran C.12 Analisis Indikator Posttest Kelas Eksperimen ......................... 204
Lampiran C.13 Analisis Indikator Posttest Kelas Kontrol ................................ 207
Lampiran C.14 Data Perhitungan Skor Gain Kelas Eksperimen ....................... 210
Lampiran C.15 Data Perhitungan Skor Gain Kelas Kontrol .............................. 212
Lampiran C.16 Uji Normalitas Indeks Gain Kelas Eksperimen ........................ 214
Lampiran C.17 Uji Normalitas Indeks Gain Kelas Kontrol ............................... 218
Lampiran C.18 Uji Mann-Whitney U Skor Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ....................................................................... 222
Lampiran C.19 Rekapitulasi Pembelajaran Berkarakter Pertemuan ke-2 ......... 223
Lampiran C.19 Rekapitulasi Pembelajaran Berkarakter Pertemuan ke-8 ......... 224
Lampiran D.1 Surat Ijin Penelitian Pendahuluan ............................................ 226
Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 227

vi

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Tanpa disadari kini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju pesat sehingga
mendorong masyarakat di dunia khususnya di Indonesia untuk selalu mengikuti
arah perkembangan tersebut terutama dalam bidang pendidikan. Penguasaan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang baik dapat mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing di masa yang akan
datang.

Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi modern, baik aspek
terapan maupun bekal penataan nalar dan pembentukan sikap mental. Menurut
Soedjadi (2000:1) belajar matematika sangat penting karena nilai-nilai yang
terkandung di dalam matematika antara lain berfikir logis, kritis, konsisten,
disiplin, demokratis, komunikatif, dan jujur dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika juga berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika dipelajari di sekolah
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar setiap peserta didik
memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan

2
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5)
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006).

Tujuan pembelajaran matematika di atas, menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk
dimiliki siswa. Dalam kegiatan pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk
dapat berpikir kemudian mengkomunikasikan suatu ide atau masalah kepada
siswa lain sehingga mereka dapat memahami satu sama lain. Selama proses
komunikasi terjadi, siswa dituntut untuk dapat menginterpretasikan bahasa
matematika kedalam bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti sehingga tujuan
pembelajaran matematika tercapai.

Hasil survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
2011 menunjukkan bahwa kemampuan matematika di Indonesia berdaya saing
rendah dengan negara-negara lain. Indonesia berada diurutan ke 38 dari 42 negara
peserta dengan rata-rata skor di Indonesia untuk kelas VIII adalah 386. Skor ini
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, dimana saat itu
Indonesia menempati peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Sedangkan

3
dalam studi ini skor rata-rata internasional yang harus dicapai adalah 500
(IEA,2012). Selain TIMSS survey terhadap kemampuan siswa secara internasional
dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) 2009.
Survey ini dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, bernalar, dan berkomunikasi. Berdasarkan survey dari PISA didapatkan
data bahwa Indonesia berada pada urutan 61 dari 65 negara peserta dengan skor
371 (OECD,2010). Ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika terutama
dalam kemampuan memecahkan masalah, bernalar, dan berkomunikasi di
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Strategi pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar. Rendahnya hasil belajar merupakan indikasi
pembelajaran belum optimal. Pembelajaran seharusnya berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik (Permendikanas No.41, 2007). Strategi pembelajaran seharusnya
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk
hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan
kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupun kelompok. Dengan
kegiatan belajar kelompok dapat terlihat adanya interaksi antara siswa dengan
siswa lainnya dan antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling interaksi positif di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam

4
bentuk

diskusi,

mengerjakan

tugas

bersama,

saling

membantu,

saling

berkomunikasi, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.

Selama ini, model pembelajaran yang diterapkan di sekolah oleh guru umumnya
masih pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan berpusat pada guru,
sehingga kemampuan siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu
sekolah yang masih menerapkan pembelajaran konvensional adalah SMPN 12
Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru matematika
di sana, kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya kelas VIII masih
rendah salah satu penyebabnya adalah masih diterapkannya model pembelajaran
konvensional. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai ujian matematika semester
ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yaitu sebesar 54,875 dengan KKM sebesar 65.
Siswa juga kurang aktif dan interaksi antar siswa dengan guru atau siswa dengan
siswa juga jarang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Model pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi
siswa-siswa, siswa-guru, siswa-sumber belajar dan komunikasi lainnya. Salah satu
alternatif model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Two Stay Two
Stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi
dengan baik dan dapat diaplikasikan pada kemampuan komunikasi matematis
siswa. Terdapat dua kegiatan dalam metode ini yaitu kegiatan stay dan stray. Pada
kegiatan ini setiap siswa akan berkomunikasi untuk saling bertukar informasi satu

5
sama lain. Keunggulan TSTS lainnya yaitu pembagian tugas dalam kelompok
jelas, jadi diharapkan tidak ada siswa yang hanya diam. Setiap siswa akan
mengkomunikasikan ide-ide matematikanya dan bersama-sama menyelesaikan
masalah matematika yang ada. Model ini sangat cocok untuk membuat siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Bercermin pada uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan keterkaitannya dengan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas VIII di SMPN 12 Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
perkembangan

pembelajaran

matematika,

terutama

terkait

model

6
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat yaitu
dapat menjadi acuan/ referensi untuk penelitian sejenis, model pembelajaran
alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, dan
meningkatkan daya

tarik

terhadap matematika bagi

praktisi-praktisi

pendidikan seperti peniliti, guru, dan siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang ada maka perlu dikemukakan
pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan sistem pembelajaran
kelompok beranggotakan empat orang siswa, dua siswa bertugas berkunjung
ke kelompok lain dan dua lainnya bertugas membagikan hasil diskusi kepada
siswa pengunjung dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi.
2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa mengubah
masalah ke dalam model matematika, mengomunikasikan ide-ide matematika
ke dalam bentuk gambar serta menggunakan ekspresi matematika untuk
menyajikan ide dan menyelesaikan suatu masalah matematis.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikatakan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa apabila peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif TSTS lebih baik dibandingkan dengan

7
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan proses interaksi dua arah antara siswa dan guru yang
terjadi dalam lingkungan belajar agar siswa memperoleh pengetahuan. Salah satu
teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses
pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar,
1989:159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak,
selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari
interaksi secara aktif dengan lingkungannya.

Menurut teori konstruktivisme sesuai yang dikemukakan Horsley (1990:59)
Someone generally go through four phases in learning, they are (1) Apersepsi
phase, this stage is useful to reveal the students' first conceptions and used to
generate motivation to learn; (2) Exploration phase, this phase serves as a
mediating expression of ideas or knowledge in students; (3) Phase of
discussion and explanation of the concept, at this phase the students attempted
to cooperate with their friends, trying to explain their understanding to others
and hear, even appreciate their findings; (4) Phase of development and
application of concepts, this phase is the stage to measure the extent to which
students have understood a concept to solve problems.

seseorang pada umumnya melalui empat tahap dalam belajar yaitu: (1) Tahap
apersepsi, tahap ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan
digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar; (2) Tahap eksplorasi, tahap ini
berfungsi sebagai mediasi pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri

9
siswa; (3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan
untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya
kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya; (4)
Tahap pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini merupakan tahap untuk
mengukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan
menyelesaikan permasalahan.

Pembelajaran tidak terlepas dari materi pelajaran yang diajarkan menurut
kurikulum yang berlaku di sekolah termasuk matematika. Matematika merupakan
pelajaran yang diajarkan di berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan menengah. Matematika memiliki karakteristik tersendiri
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Soedjadi (2000:13) mengemukakan
karakteristik matematika yakni, miliki objek kajian abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti,
memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya. Dalam
buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13) pendidikan
diletakkan pada 4 pilar sebagaimana yang ditetapkan UNESCO, yaitu tidak
sekedar learning to know (belajar untuk mengetahui), tetapi harus ditingkatkan
menjadi learning to do (belajar untuk melakukan), learning to be (belajar untuk
menjiwai), hingga learning to live together (belajar untuk hidup bersama).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ( TSTS )

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di
kelas. Model pembelajaran terdiri atas tiga bagian, yaitu model pembelajaran
langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan

10
masalah. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Lie (2002:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan
pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Eggen dan Kauchak dalam
Trianto (2011:58) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkalaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Terdapat

banyak model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah pembelajaran
kooperatif tipe TSTS.

Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok
lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan
melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar
sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Dalam TSTS siswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 4 orang yang
heterogen. Siswa diberikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama.
Setelah berdiskusi dua orang siswa dari setiap kelompok berkunjung ke kelompok
lain untuk mendapatkan informasi dari hasil diskusi, sedangkan dua orang siswa
lainnya bertugas memberi informasi kepada siswa yang berkunjung. Setelah
saling bertukar informasi, siswa kembali ke kelompok asal untuk memberikan
hasil kunjungannya. Guru meminta perwakilan salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.

11
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan siswa diajak
untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak
materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok
yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya,dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar
mengajar.

Lie (2008:61) menggungkapkan bahwa struktur TSTS memberi kesempatan
kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal
ini menunjukkan bahwa lima unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas:
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Pada
saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses
pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, terjadi proses tatap muka
antar siswa dan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok
sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan.

Menurut Lie (2008:62), tahap-tahap dalam model TSTS:
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok
heterogen yang memiliki kemampuan individu yang tidak sama yang
bertujuan untuk

memberikan kesempatan pada siswa untuk

membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.

saling

12
2. Guru memberikan materi pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersamasama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir.
4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa berkemampuan heterogen, yang masing-masing setiap dua orang siswa berperan sebagai tamu dan
penerima tamu. Langkah-langkah TSTS yaitu guru membagi siswa ke dalam
kelompok kecil beranggotakan empat siswa heterogen, kemudian guru
membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan. Setelah berdiskusi, dua
orang masing-masing kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan
informasi dari kelompok yang dikunjungi. Sedangkan dua siswa lainnya bertugas
sebagai penerima tamu dari kelompok lain dan membagikan informasi yang telah
didiskusikan. Setelah diskusi selesai, dua siswa yang berkunjung kembali ke
kelompok asal dan memberikan informasi yang didapat.

13
3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Mulyana (2005:3) komunikasi adalah proses berbagi makna melalui
perilaku verbal (kata-kata) dan nonverbal (non kata-kata). Segala perilaku dapat
disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Mulyana juga
menyebutkan komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan
respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau
simbol, baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal, tanpa harus memastikan
terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem
simbol yang sama. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain berdasarkan kesepakatan bersama.

Selanjutnya, Latuheru (1988:2) mengatakan bahwa komunikasi merupakan suatu
transaksi pengertian atau pemahaman antara dua individu atau lebih melalui
bentuk simbol dan signal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan
gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari. Dalam komunikasi matematika, siswa
dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa lain dalam mengerjakan
soal-soal matematika.

Komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah penting. Komunikasi dalam
matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi
dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang
mereka pelajari. Sebagaimana dikatakan Peressini dan Bassett (NCTM, 1996:157)
without communicate mathematics we will have a little description, data, and
facts about student’s understanding when doing the process and mathematics
application.

14
tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data,
dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi
matematika. Kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika
dijelaskan pula oleh NCTM (1989:214)
The assessment of students’ ability to communicate mathematics should provide
evidence that they can: (1) express mathematical ideas by speaking, writing,
demonstrating, and depicting them visually; (2) understand, interpret, and
evaluate mathematical ideas that are presented in written, oral, or visual
forms; (3) use mathematical vocabulary, notation, and structure to represent
ideas, describe relationship, and model situation.
Berdasarkan PISA (2012:26), komunikasi

merupakan salah satu dari tujuh

kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematika. Tujuh kemampuan
tersebut yaitu : a) communication; b) mathematising; c) representation; d)
reasoning and argument; e) devising strategies; f) using symbolic, formal and
technical language and operations, dan; g) using mathematical tools.

Untuk melihat kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran
matematika dapat dilihat dari indikator-indikator kemampuan komunikasi dalam
matematika. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang indikator-indikator
komunikasi matematika. Misalnya, indikator kemampuan komunikasi matematika
yang diungkapkan oleh Suherman (2008:10) adalah: (1) Menyatakan situasigambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika; (2)
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara lisan maupun tulisan; (3)
Mendengarkan, berdiskusi presentasi, menulis matematika; (4) Membaca
representasi matematik; (5) Mengungkapkan kembali suatu uraian matematika
dengan bahasa sendiri. Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen
No. 506/C/PP/2004, bahwa penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi
yang ditunjukkan siswa dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan
gagasan matematika. Menurut dokumen di atas, indikator yang menunjukkan

15
penalaran dan komunikasi antara lain adalah: (1) Menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram; (2) Mengajukan dugaan
(conjectures); (3) Melakukan manipulasi matematika; (4) Menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi; (5)
Menarik kesimpulan dari pernyataan; (6) Memeriksa kesahihan suatu argument;
(7) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Sedangkan indikator komunikasi matematis menurut NCTM (1989:214) antara
lain: (a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (b)
Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis
baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; (c) Kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan
dengan model-model situasi.

Satriawati dalam Mufrika (2011:17) membagi kemampuan komunikasi matematis
menjadi tiga yaitu:
1) Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri,
membuat model situasi atau persoalan menggunakan lisan, tulisan, konkrit,
grafik dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika
yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang
matematika, membuat konjektur, menyusun argument dan generalisasi.
2) Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam ide-ide matematika.
3) Mathematical expressions, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

16

Pada penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah
kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan menulis (written texts)
dengan indikator kemampuan komunikasi tertulis yang dikembangkan sebagai berikut:
a. Menyatakan, mengekspresikan dan melukiskan ide-ide matematika ke dalam
bentuk gambar atau model matematika lain.
b. Menyatakan situasi, gambar ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model
matematika.
c. Menggunakan ekspresi matematika untuk menyajikan ide dan menyelesaikan
suatu masalah matematis.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Dian Mayasari (2013)
Judul:

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5
SMAN 1 Purwosari Pasuruan.

Kesimpulan: Dapat

disimpulkan

pembelajaran

Two

bahwa
Stay

pembelajaran

Two

Stray

dengan

dapat

metode

meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa kelas XI IPA 5
SMAN 1 Purwosari melalui tahap-tahap pada pembelajaran TSTS.

2. Clara Dwi Alfionita (2014)
Judul: Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

17
Kesimpulan: Tidak ada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
secara signifikan melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
TSTS. Hal ini dapat ditunjukkan dari rata-rata gain nilai
kemampuan

komunikasi

matematis

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray menunjukkan hasil
yang sama dengan pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Pikir
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa ini terdiri dari satu peubah
bebas dan satu peubah terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sedangkan yang menjadi peubah
terikat yaitu kemampuan komunikasi komunikasi matematis siswa.

Kemampuan berkomunikasi matematis menjadi sesuatu yang penting untuk digali
oleh seorang guru dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan permasalahan yang harus
mendapatkan perhatian serius dari guru. Permasalahan ini dapat terjadi karena
proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga
selama pembelajaran matematika hanya terjadi komunikasi satu arah.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilakukan
beberapa hal, salah satunya adalah memilih model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran yang dipilih hendaklah yang dapat menciptakan suasana
pembelajaran siswa aktif, kreatif, dan dapat mempelajari matematika dengan
mudah.

18
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa bekerja
dalam kelompok dan berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan bekerja dalam sebuah kelompok, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide
matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian kemampuan
komunikasi matematis siswa akan lebih tergali daripada siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS. Model pembelajaran ini dimulai dengan membentuk kelompok
heterogen beranggotakan 4 orang siswa. Kemudian siswa mendiskusikan LKK
yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa akan saling bekerja sama dan
mengkomunikasikan ide-ide matematisnya baik secara lisan ataupun tulisan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.

Setelah berdiskusi, siswa dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian siswa
yang bertamu dan siswa yang menetap. Siswa yang bertamu bertugas mencari
informasi hasil diskusi kelompok yang dikunjungi dan siswa yang menetap
bertugas memberi informasi hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok yang
berkunjung. Pada tahap berkunjung dan bertamu ini juga setiap siswa akan
melakukan komunikasi matematis untuk saling bertukar hasil diskusi kelompok
masing-masing.

Setelah saling bertukar informasi, siswa kembali ke kelompok asal untuk
memberikan informasi hasil kunjungannya. Guru meminta beberapa perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Tahap ini
bertujuan untuk melihat kesamaan konsep yang didapat.

19
Selama berlangsungnya tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe TSTS, setiap
siswa aktif melakukan komunikasi matematis baik secara lisan ataupun tulisan.
Setiap siswa juga memiliki perannya masing-masing sehingga dapat menghindari
adanya siswa yang hanya diam dan berperan sebagai penonton diskusi. Tahaptahap itu tidak ditemukan dalam proses pembelajaran konvensional. Jadi,
diharapkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS
kemampuan komunikasi matematis siswa lebih tinggi daripada dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2.

Hipotesis Khusus
Kemampuan

komunikasi

matematis

siswa

yang

mengikuti

model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) lebih tinggi dari
pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP
Negeri 12 Bandarlampung terdiri dari sembilan kelas, yaitu VIII-A sampai dengan
VIII-I. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
random sampling, karena pemilihan kelas berdasarkan pertimbangan peneliti dan
guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 12 Bandar Lampung dengan
terlebih dahulu mengeluarkan dua kelas yang sedang dilakukan penelitian juga.
Dari tujuh kelas yang ada diambil dua kelas yang memiliki kemampuan yang
hampir sama. Kelas yang diambil adalah kelas VIII F dan VIII G. Setelah itu
ditentukan kelas VIII F dengan jumlah siswa 27 orang sebagai kelas kontrol yang
pembelajarannya menggunakan metode konvensional dan kelas VIII G dengan
jumlah siswa 30 orang sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Penentuan kelas
kontrol dan kelas eksperimen dilakukan dengan pengundian. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan sampel.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

21
siswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment),
menggunakan desain penelitian pretest-posttest control design. Adapun desain
penelitian sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:356) sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pretes – Postes Kontrol Desain
Kelas
E

Pretest
O1

Perlakuan
Model Pembelajaran
TSTS

K

O1

Konvensional

Posttest
O2
O2

Keterangan:
E: kelas eksperimen
K: kelas kontrol
O1: pelaksanaan pretest
O2: pelaksanaan posttest
Sebelum penelitian dilaksanakan, kedua kelas tersebut diambil data awal
kemampuan komunikasi matematis berupa pre-test. Pada akhir penelitian, siswa
dari kedua kelas diambil data kemampuan komunikasi matematis berupa post-test
dengan soal yang sama dengan pre-test.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif terdiri dari: 1) data awal berupa
skor yang diperoleh melalui pretest sebelum perlakuan; 2) data akhir berupa skor
yang diperoleh melalui posttest yang dilakukan di akhir perlakuan; dan 3) data
skor peningkatan (gain).

22
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pre-test) dan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di
kelas VIII SMP Negeri 12 Bandarlampung.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian. RPP ini
dibuat sesuai dengan model yang akan digunakan selama penelitian ini,
yaitu RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
c. Memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai
keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
d. Melakukan validasi instrumen.
e. Melakukan uji coba soal tes.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Melaksanakan pre-test pada kelas kontrol dan eksperimen.
b. Memberikan perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen. Untuk kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Sedangkan, kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.
c. Mengadakan post-test pada kelas kontrol dan eksperimen.

23
3. Tahap Analisis Data
Tahap-tahap analisis data penelitian ini adalah :
a. Menganilisis data hasil penelitian.
b. Menyusun hasil penelitian
c. Menyimpulkan hasil penelitian.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Instrumen yang digunakan dalam peneletian ini adalah perangkat tes kemampuan
komunikasi matematis siswa. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan
bentuk uraian yang terdiri atas lima soal. Materi yang diujikan adalah pokok
bahasan garis singgung lingkaran dan lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu
segitiga.

Tes komunikasi matematis ini menuntut siswa memberikan jawaban berupa
menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan menuliskannya (written texts).

Pengembangan instrumen tes dilakukan dengan langkah-langkah berikut: pertama
membuat kisi-kisi berdasarkan kurikulum yang berlaku, lalu membuat soal,
kemudian melakukan penilaian terhadap kesesuaian kisi-kisi dan bahasa yang
digunakan pada soal oleh guru bidang studi matematika kelas VIII SMPN 12
Bandar Lampung dan selanjutnya melakukan ujicoba di luar sampel tetapi masuk
dalam populasi.

Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan tiga kemampuan di atas,
seperti yang terlihat pada Tabel 3.2.

24
Tabel 3.2 Pemberian Skor Soal Kemampuan Komunikasi Matematis
No.
Indikator
Kriteria Penilaian
1.

Menyatakan,
mengekspresikan
dan melukiskan ideide matematika ke
dalam bentuk
gambar atau model
matematika lain.

Tidak ada jawaban

Skor
0

Membuat gambar/model matematika tetapi 1
hanya sedikit yang bernilai benar.
Membuat
gambar/model
matematika 2
namun kurang lengkap dan benar
Membuat model matematika lengkap dan 3
benar

2.

Menyatakan situasi,
gambar ke dalam
bahasa, simbol, ide,
atau model
matematika.

Tidak ada jawaban

0

Hanya se

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12