PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap
Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
NOVIANA LAKSMI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pretest posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII reguler SMP Negeri
1 Baradatu Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam tujuh kelas.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan VIII E yang diperoleh melalui
teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan
komunikasi matematis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa.

Kata kunci: komunikasi matematis, think pair share


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Noviana Laksmi, lahir di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara
pada tanggal 20 November 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saidi dan Ibu Maisih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bumi Ratu pada tahun
2001, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Baradatu pada tahun 2007,
dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning pada tahun
2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampumg pada tahun 2010
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2013 di desa Purajaya, Kecamatan Kebun Tebu, dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Nurul Ulum, Kabupaten Lampung
Barat.

Moto
Allah selalu memberikan yang terbaik bagi
hambaNya.


Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.

Persembahan
Segala Puji dan syukur bagi Allah SWT , Dzat yang Maha Sempurna.
Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta &
kasih sayangku kepada:
Bapakku tercinta (Saidi) dan Ibuku tercinta (Maisih), yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, doa, serta pengorbanan untuk
kebahagiaan dan kesuksesan putrimu ini. Semoga karya kecil ini bisa
menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk membuat Bapak dan
Ibu tersenyum.
Kakakku (Yuli Maya Sari) dan adikku (Tri Wahyuni) serta seluruh keluarga
besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku.
Almamater Universitas Lampung tercinta.


SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia,
yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah
Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu T.P. 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.


2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan sumbangan pemikiran, selama penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik dan saran, serta motivasi
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran-saran kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak (Saidi) dan Ibu (Maisih) tercinta, atas kasih sayang, perhatian, dan kerja
keras yang telah diberikan selama ini serta tak pernah lelah untuk selalu mendoakan
yang terbaik.
8. Kakakku (Yuli Maya Sari) dan adikku (Tri Wahyuni), serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.
9. Bapak Mustopa, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Baradatu beserta wakil, staff,
dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.
10. Ibu Artantilova, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.


iii

11. Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Tahun pelajaran 2013/2014, atas
perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
12. Sahabat-sahabat yang sangat kusayangi, Wahyu Sukesi, Woro Ningtyas, Ira
Selfiana, Liza Istianah, Resti Rahma Sari, Mella Triana, terima kasih atas segala
perhatian, semangat, dan kesediaan kalian untuk selalu menemaniku dalam suka
maupun duka. Semoga kebersamaan kita selama ini menjadi kenangan yang indah
sampai kapanpun.
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2010 B. Clara, Iisy, Gesca, Zuma,
Agustin, Febby, Nurul, Silo, Anniya, Anggi, Fira, Engla, Rika, Dessy, Ardiyanti,
Tika, Selvi, Ayu, Ian, Nando, Heru, Imam, Perdan. Terima kasih atas persahabatan,
kebersamaan, nasehat, dan semangat yang diberikan selama ini. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A terimakasih atas semangat, saran, dan motivasi yang kalian berikan.
15. Kakak tingkat angkatan 2009, 2008, dan 2007 serta adik tingkat angkatan 2011,
2012, dan 2013 terima kasih atas kebersamaannya.
16. Teman-teman KKN dan PPL di Desa Purajaya: Nikmah, Dian, Ami, Aqmarina,
Dwi, Diah, Septi, Sovian, Pindo, Imam, dan David, atas kebersamaan yang penuh
makna dan kenangan.
17. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iv

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung,

Juli 2014

Penulis

Noviana Laksmi

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
I.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

1

B. Rumusan Masalah..................................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................


5

E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kemampuan Komunikasi Matematis ..................................................... 7
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ......................

9

C. Kerangka Pikir................................................................... .................... 13
D. Anggapan Dasar .................................................................................... 15
E. Hipotesis Penelitian................................................................................. 15
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .............................................................................. 16
B. Desain Penelitian .................................................................................. 16
C. Data dan Instrumen Penelitian .............................................................. 17

D. Prosedur Penelitian ............................................................................... 23
E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 29
B. Pembahasan .......................................................................................... 32
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................... 36
B. Saran ..................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
LAMPIRAN ....................................................................................................... 40

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1


Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ............................................. 11

3.1

The Pretest-Postest Control Group Design ............................................... 17

3.2

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ....................... 18

3.3

Kriteria Reliabilitas .................................................................................... 20

3.4

Interpretasi Nilai Daya Pembeda ............................................................... 21

3.5


Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ...................................................... 22

3.6

Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ................................................................ 22

3.7

Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis .............. 25

3.8

Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ................................................................................................... 26

4.1

Data Gain Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .................... 29

4.2

Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Gain Skor Kemampuan Komunikasi
Matematis ................................................................................................... 30

4.3

Data Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ......................................................................................................... 54

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1

Silabus ................................................................................................. 42

A.2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas TPS ...................... 47

A.3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional ...... 88

A.4

Lembar Kerja Siswa (LKS)................................................................. 129

B. Perangkat Tes
B.1

Kisi-Kisi Soal Pretest-Posttest ........................................................... 161

B.2

Soal Pretest-Posttest .......................................................................... 162

B.3

Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematis ............................... 163

B.4

Kunci Jawaban Soal-Soal Pretest dan Posttest .................................. 164

B.5

Form Penilaian Pretest dan Posttest ................................................. 168

C. Analisis Data
C.1

Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba .................................... 171

C.2

Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ......................... 172

C.3

Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
TPS ...................................................................................................... 173

C.4

Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
Konvensional ..................................................................................... 174

C.5

Uji Normalitas Data Gain Kelas TPS ................................................ 175

C.6

Uji Normalitas Data Gain Kelas Konvensional ................................. 178

C.7

Uji Homogenitas Data Gain Kelas TPS dan Kelas
Konvensional .................................................................................... 181

C.8

Uji Hipotesis Penelitian ...................................................................... 182

C.9

Pencapaian Awal Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ............................................................................................... 184

C.10 Pencapaian Akhir Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa .................................................................................................. 187
D. Lain-lain

vii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum
sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika perlu diberikan kepada
siswa agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006:139). Kemampuan tersebut dibutuhkan siswa agar dapat menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang (Suherman, dkk, 2003:58). Mengingat pentingnya
pelajaran matematika maka sudah selayaknya siswa menguasai kemampuankemampuan yang terdapat dalam pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika ada lima kemampuan matematis yang perlu diperhatikan oleh guru sebagaimana yang dinyatakan oleh NCTM, yaitu kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. Dalam
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (BSNP, 2006:140). Selain itu, dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 disebutkan pula bahwa aspek penilaian matematika dalam rapor dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu:

2
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah (Shadiq,
2009:13). Berdasarkan pemaparan tersebut, kemampuan komunikasi matematis
merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran
matematika.

Kemampuan komunikasi matematis diperlukan siswa dalam menyampaikan gagasan atau ide-ide matematika baik secara lisan maupun tertulis. Melalui komunikasi siswa dapat mengklarifikasi pemahaman yang telah ia dapat. Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi matematis maka sudah seharusnya siswa memiliki kemampuan tersebut, namun pada kenyataannya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.

Hasil survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment
(PISA) pada tahun 2012, menempatkan Indonesia pada urutan ke-64 dari 65 negara peserta dengan nilai rata-rata 375 (OECD,2013). Hasil survei PISA yang rendah tersebut menunjukkan bahwa siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal matematika pada PISA yang lebih banyak mengukur kemampuan menalar,
pemecahan masalah, berargumentasi, dan berkomunikasi (Wardhani dan Rumiati,
2011:51) Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa Indonesia masih tergolong rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah penerapan model pembelajaran konvensional
yang berpusat pada guru (Marpaung dalam Tahmir, 2008:7). Model pembelajaran
tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran dan hanya menerima materi yang diberikan oleh guru, akibatnya siswa kurang mendapat

3
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Oleh
karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.

Model pembelajaran yang diterapkan di kelas hendaknya berpusat pada siswa,
yang berarti bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Selama proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu masalah,
mengungkapkan gagasan yang ia miliki serta mendengarkan gagasan dari orang
lain. Dengan demikian siswa dapat belajar mengomunikasikan gagasan serta pemahaman matematikanya baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu model
pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dan berpasangan, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas melalui
pasangan-pasangan yang terbentuk. Selain itu siswa juga diberikan banyak kesempatan untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide yang ia miliki. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terdapat tiga tahap inti, yaitu thinking (berpikir),
pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Tahap-tahap yang terdapat dalam
model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

SMP Negeri 1 Baradatu merupakan salah satu sekolah yang kemampuan komunikasi matematis siswanya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut,

4
diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam menyatakan
situasi masalah ke dalam model matematika, terlebih jika soal yang dikerjakan
membutuhkan gambar dalam penyelesaiannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar masih rendah. Rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa disebabkan karena selama proses pembelajaran siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematisnya. Proses pembelajaran dalam pembelajaran matematika
masih dilaksanakan secara konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang terlibat aktif selama proses pembelajaran, sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa kurang berkembang
optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan studi eksperimen untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Baradatu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?”

5
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS serta pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk para guru dalam
memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Selain itu, bagi peneliti lain hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang diakibatkan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran TPS dikatakan berpengaruh jika peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS lebih tinggi dibandingkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

6
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain. Pada model pembelajaran ini terdapat tiga tahap inti,
yaitu thinking (berpikir secara individu), pairing (berpasangan dengan teman),
dan sharing (berbagi ide dengan siswa seluruh kelas).
3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-ide, gagasan, serta pemahamannya tentang konsep matematika
yang dipelajarinya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat
terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin
(2008:38) menyatakan bahwa komunikasi merupakan cara berbagi gagasan dan
mengklarifikasi pemahaman, sehingga melalui komunikasi gagasan-gagasan dapat
direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah. Qohar (2010:4) berpendapat
bahwa siswa yang sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis dituntut
juga untuk dapat mengomunikasikannya, agar pemahamannya tersebut bisa dimengerti oleh orang lain.

Komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq (2004:18)
yang menyebutkan bahwa selain penalaran dan pemecahan masalah, kemampuan
mengomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah penting. Kemampuan komunikasi matematis dijadikan sebagai salah satu tujuan dalam pembelajaran
matematika yang termuat dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah tahun 2006. Siswa dikatakan mampu dalam komunikasi matematis bila ia dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Wardhani, 2008:19).

8
Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dikembangkan melalui berbagai
cara, salah satunya dengan diskusi kelompok. Brenner dalam Qohar (2010:7) menemukan bahwa pembentukan kelompok-kelompok kecil dapat memudahkan
pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Dengan adanya kelompokkelompok kecil, siswa akan lebih sering mengemukakan pendapatnya. Dengan
demikian siswa memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematisnya.

Fachrurazi (2011:81) mengemukakan bahwa salah satu model komunikasi matematis yang dikembangkan adalah model Cai, Lane, dan Jacobsin yang meliputi:
a. Menulis matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis.
b. Menggambar secara matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar.
c. Ekspresi matematis. Pada kemampuan ini, siswa diharapkan mampu untuk
memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

Dalam NCTM Standards (2003:2) disebutkan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis yang seharusnya dikuasai siswa yaitu (1) mengekspresikan
ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru dan lainnya,
(2) menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika, (3) mengorganisasikan dan mengkonsolodasi pemikiran matematika dan

9
mengomunikasikan kepada siswa lain, dan (4) menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi orang lain.

Ansari dalam Puspaningtyas (2012:16) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan
diagram ke dalam ide-ide matematika, atau sebaliknya dari ide-ide matematika
ke dalam gambar atau diagram.
b. Ekspresi matematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep
matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau
simbol matematika.
c. Menulis/written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa
sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,
tulisan, grafik, dan aljabar.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan.
c. Menggunakan ekspresi, simbol, atau lambang matematika secara tepat.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, selain guru dan sumber belajar yang

10
lain (Wena, 2009:190). Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009:66) yang
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian
tugas, tujuan, dan penghargaan. Slavin (2005:4) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dengan para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain
dalam mempelajari materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif mengutamakan

kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto
dan Rahardjo, 2012:241).

Suherman, dkk (2003:260) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mencapi tujuan pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif mempunyai minimal tiga tujuan pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan Ibrahim (2000:7-10). Tujuan pertama
yaitu meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Tujuan kedua
dari pembelajaran kooperatif adalah memberi peluang pada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

Tujuan ketiga dari

11
pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang
saling bergantung satu sama lain.

Rusman (2010:211) menyatakan terdapat enam tahap dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif.
Tahap

Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

Menyampaikan tujuan

dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan

dan memotivasi siswa

pentingnya topik yang akan dipelajari serta
memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa

Menyajikan informasi

dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap
ke dalam kelompok-

kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan

kelompok belajar

efisien.

Tahap 4

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada

Membimbing kelompok

saat mereka mengerjakan tugas mereka.

bekerja dan belajar
Tahap 5

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

Evaluasi

telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasika hasil kerjanya.

Tahap 6

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya

Memberi penghargaan

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

12
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah think
pair share (TPS). Model ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari
University of Maryland. Nurhadi (2004:23) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif
yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Model
pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama
dengan orang lain sehingga mengoptimalkan partisipasi siswa (Huda, 2011:136).

Adapun langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS
menurut Trianto (2007:61-62) adalah sebagai berikut:
1) Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan yang dikaitkan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Selanjutnya guru meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan atau permasalahan tersebut secara individu.
2) Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari proses berpikir (thinking) sebelumnya. Interaksi yang dilakukan
oleh siswa selama proses ini dapat menyatukan jawaban, ide atau gagasan yang
dimiliki oleh masing-masing siswa.
3) Berbagi (Sharing)
Pada tahap ini guru meminta pasangan-pasangan yang telah dibentuk untuk membagikan hasil diskusinya kepada seluruh kelas. Secara bergiliran masing-masing
kelompok (pasangan) mendapatkan kesempatan untuk melaporkan hasil diskusi

13
tersebut di depan kelas. Tahap ini berakhir sampai hampir sebagian dari seluruh
kelompok (pasangan) mendapat kesempatan melaporkan.

Langkah-langkah pembelajaran dari TPS dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model
pembelajaran TPS sebagai suatu variasi model pembelajaran.
b. Guru menyampaikan sekilas materi pembelajaran.
c. Guru memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk LKS.
d. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS secara mandiri
untuk beberapa saat.
e. Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya sendiri dengan pasangannya, sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi dalam pasangan
yang nantinya akan digunakan sebagai bahan berbagi/sharing dengan kelompok besar (kelas).
f. Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk melaporkan hasil
diskusinya di depan kelas, diikuti dengan pasangan lain yang memperoleh hasil yang berbeda sehingga terjadi proses berbagi/sharing pada diskusi kelas.
g. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil akhir dari diskusi kelas.

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kelompok. Selain itu model
ini juga memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan

14
saling membantu satu sama lain. Dalam kelompok yang dibentuk secara berpasangan, siswa dilatih untuk mengomunikasikan ide-ide matematika yang telah dipikirkannya baik secara lisan maupun tulisan.

Pada tahap berpikir (think), siswa secara individu memikirkan jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa membangun pemahamannya secara mandiri menggunakan pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya. Dengan adanya tahap ini siswa akan lebih siap untuk berdiskusi
dengan pasangannya karena telah memiliki bahan untuk didiskusikan. Dengan
demikian nantinya siswa dapat saling mengoreksi bila ada jawaban yang salah
sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Pada tahap berpasangan (pair), masing-masing siswa menyampaikan hasil pemikiran yang ia dapat pada tahap think bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa
mulai melatih kemampuan komunikasi matematisnya dengan mengungkapkan
ide-ide serta pemahaman matematika yang ia miliki. Tahap ini akan membantu
siswa dalam menggali kemampuan komunikasi matematisnya.

Tahap terakhir yaitu berbagi (share), masing-masing pasangan mendapat kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Pada tahap ini
siswa kembali mengungkapkan ide-ide, konsep serta pemahaman matematikanya
sehingga siswa dapat lebih memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Hal ini mengakibatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa akan semakin meningkat.

15
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS tersebut memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih tinggi daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Baradatu tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Baradatu pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
Sedangkan hipotesis kerjanya adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

III.

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Tahun Ajaran 2013/2014 yang berada di kelas regular yaitu kelas yang bukan
merupakan kelas unggulan (kelas VIII F) yang terdistribusi dalam tujuh kelas.
Terdapat empat guru yang mengajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu. Untuk memperkecil faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian selain model pembelajaran maka sampel yang diambil berasal dari dua kelas
yang diajar oleh guru yang sama. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penarikan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Terpilih kelas VIII D yang terdiri dari 31 siswa sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional dan kelas VIII E yang terdiri dari 30 siswa sebagai kelas eksperimen
dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian
pretest-postest control group design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun

17
desain pretest-posttest tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Furchan
(1982:356) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Design
Kelompok
A
B

Pretes
Y1
Y1

Perlakuan
X
C

Postes
Y2
Y2

Keterangan :
A

: kelas eksperimen

B

: kelas kontrol

X

: perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS.

C

: perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.

Y1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan.
Y2 : tes akhir (postest) setelah diberikan perlakuan.

C. Data dan Instrumen Penelitian

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif tentang kemampuan komunikasi
matematis siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes disusun dalam bentuk tes uraian yang terdiri dari lima
soal. Sebelum penyusunan soal tes, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes

18
kemampuan komunikasi matematis. Berikut ini merupakan pedoman pemberian
skor kemampuan komunikasi matematis siswa:

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor

0

1

2

3

Menggambar
(Drawing)
Tidak ada jawaban,
atau meskipun ada
informasi yang diberikan tidak berarti.
Hanya sedikit dari
gambar/model matematika yang dibuat
bernilai benar.
Menggambar model
matematika namun
kurang lengkap dan
benar.
Menggambar model
matematika secara
lengkap dan benar.

4

Skor
Maks

3

Menulis (Written
Texts)

Ekspresi matematika
(Mathematical
Expression)
Tidak ada jawaban,
Tidak ada jawaban,
atau meskipun ada
atau meskipun ada
informasi yang
informasi yang
diberikan tidak berarti. diberikan tidak berarti.
Hanya sedikit
Hanya sedikit dari
penjelasan yang
pendekatan matemabernilai benar.
tika yang digunakan
bernilai benar
Penjelasan matematis Membuat pendekatan
masuk akal, namun
matematika dengan
kurang lengkap dan
benar, namun salah
benar.
melakukan
perhitungan.
Penjelasan matematis Membuat pendekatan
tidak tersusun logis
matematika dengan
atau terdapat
benar, dan melakukan
kesalahan bahasa.
perhitungan dengan
tepat.
Penjelasan secara
matematis masuk
akal dan jelas serta
tersusun secara
sistematis
4
3
(Diadaptasi dari Ansari dalam Puspaningtyas, 2012)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus valid, reliabel, dan memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik, sehingga tes tersebut perlu dilakukan
analisis sebagai berikut:

19
a. Validitas

Validitas memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan diadakan tes (Azwar, 2007:173). Dalam penelitian ini, validitas yang
digunakan adalah validitas isi.

Validitas isi dari tes ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes dengan indikator komunikasi matematis yang telah ditentukan.
Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1
Baradatu mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes
ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

Penilaian validitas isi dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru
matematika. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan
untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5). Soal tes yang
dinyatakan valid tersebut kemudian diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel,
yaitu kelas IX G. Setelah dilakukan ujicoba, selanjutnya diukur reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.

b. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauhmana instrumen dapat dipercaya
atau diandalkan dalam penelitian. Koefisien reliabilitas dihitung menggunakan
rumus Alpha sebagaimana yang dinyatakan oleh Arikunto (2011:109) yaitu:

20

Keterangan :
= Koefisien reliabilitas tes
r11
n
= Banyaknya soal

= Jumlah varians skor tiap soal
= Varians skor total
Interpretasi koefisien reliabilitas merujuk pada pendapat Arikunto (2011:75)
seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11)
0,00 - 0,200
0,200 - 0,400
0,400 - 0,600
0,600 - 0,800
0,800 - 1,00

Kriteria
sangat rendah
rendah
sedang
tinggi
sangat tinggi

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes diperoleh nilai r11 = 0,79 yang berarti instrumen tes memenuhi kriteria reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

c. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung nilai daya pembeda, terlebih dahulu data diurutkan
dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

21
kelompok bawah). Untuk menghitung nilai daya pembeda digunakan rumus sebagaimana yang dinyatakan oleh Sudijono (2013:389-390), yaitu:

Keterangan :
D

: nilai daya pembeda satu butri soal tertentu
: jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
: jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
: jumlah skor ideal kelompok atas
: jumlah skor ideal kelompok bawah

Interpretasi nilai daya pembeda suatu butir soal merujuk pada kriteria menurut
Sudijono (2013:389) sebagai berikut:

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai
Kurang dari 0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-1,00
Bertanda negatif

Interpretasi
Buruk
Sedang
Baik
Sangat Baik
Buruk sekali

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria baik dan sedang. Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

d. Tingkat Kesukaran

Suatu tes dikatakan baik jika memiliki tingkat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung indeks tingkat kesukaran
suatu butir soal digunakan rumus sebagaimana yang dinyatakan oleh Sudijono
(2013:372), yaitu:

22

Keterangan:
P

: indeks tingkat kesukaran suatu butir soal

B

: jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal

JS

:

jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Interpretasi indeks tingkat kesukaran suatu butir soal merujuk pada pendapat
Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2013:372) sebagai berikut :

Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Besarnya P
Kurang dari 0,30
0,30 – 0,70
Lebih dari 0,70

Interpretasi
Sangat Sukar
Sedang
Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang telah
diujicobakan memiliki kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.2. Berikut ini rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
No
Soal
1

Daya Pembeda

Tingkat
kesukaran

Kesimpulan

0,61 (baik)

0,44 (sedang)

Dipakai

0,67 (baik)

0,53 (sedang)

Dipakai

0,5 (baik)

0,66 (sedang)

Dipakai

0,31 (sedang)

0,42 (sedang)

Dipakai

5.a

0,53 (baik)

0,40 (sedang)

Dipakai

5.b

0,5 (baik)

0,55 (sedang)

Dipakai

Reliabilitas

2
3

0,79
(Reliabilitas

4

tinggi)

Dari uji validitas, tes telah dinyatakan valid. Dari Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa
semua soal sudah memenuhi kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

23
kesukaran yang sudah ditentukan. Oleh karena itu soal tes kemampuan komunikasi matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi empat tahap yaitu:
1.

Tahap Persiapan
a. Observasi sekolah, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas
yang ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan instrumen penelitian.
d. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen dengan dosen
pembimbing.
e. Menguji coba instrumen penelitian di kelas IX G (5 Februari 2014).

2.

Tahap Pelaksanaan
a. Mengadakan pretest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (13 Februari 2014).
b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol (17 Februari - 18 Maret 2014)
c. Mengadakan posttest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (20 Maret
2014).

24
3.

Tahap Pengolahan Data
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari masing-masing
kelas.
b. Mengambil kesimpulan.

4. Tahap Laporan
a. Melaporkan hasil penelitian pada dosen pembimbing.
b. Menyusun laporan akhir dari penelitian yang telah dilakukan.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data skor
pretest dan postest kemampuan komunikasi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari data tersebut dihitung gain skor untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized
gain) = g, seperti yang dinyatakan oleh Hake (1999:1) yaitu :

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis data kemampuan komunikasi matematis
siswa, dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas varians terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

25
a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas untuk masing-masing data dilakukan
dengan Uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Persamaan uji :


Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k

= banyaknya kelas interval

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika
(Sudjana, 2005:273).

( - ) -

dengan

Setelah dilakukan uji normalitas terhadap data gain skor dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol, diperoleh hasil uji normalitas seperti yang disajikan pada Tabel
3.7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6.

Tabel 3.7 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelompok Penelitian
Eksperimen
Kontrol

6,4039
5,1759

7,815
7,815

Keputusan Uji
Ho diterima
Ho diterima

26
Berdasarkan Tabel 3.7, dapat diketahui bahwa gain skor baik kelas eksperimen
pada taraf signifikan  = 5%,

maupun kelas kontrol memiliki

yang berarti H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok gain berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki varians yang homogen atau tidak. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0:  12   22

(varians bersifat homogen)

H1 :  12   22 (Varians bersifat tidak homogen)
Persamaan Uji:
F

Varians terbesar
Varians terkecil

Kriteria pengujian adalah: tolak H0 hanya jika

dengan

= 5 % dan

derajat kebebasan v1= n1-1 dan v2= n2-1. (Sudjana, 2005:250).
Tabel 3.8 menunjukkan rekapitulasi perhitungannya. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C.7.

Tabel 3.8 Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelompok Penelitian
Eksperimen
Kontrol

Varians
0,0550
0,0428

Fhitung

Ftabel

Keputusan Uji

1,2850

1,84

H0 diterima

27
Berdasarkan Tabel 3.8, dapat dilihat bahwa pada taraf signifikan  = 5%
diperoleh nilai

<

yang berarti H0 diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok gain memiliki varians yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya adalah
menguji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data gain berdistribusi normal
dan homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dilakukan dengan uji kesamaan dua
rata-rata menggunakan rumus uji t. Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata,
uji pihak kanan menurut Sudjana (2005:243) adalah:
Ho : μ1 = μ2
H1 : μ1 > μ2
Keterangan:
= rata-rata gain skor pada kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS
= rata-rata gain skor pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.
Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:
̅



̅

Dengan
s

2

2
2

n1  1s1  n2  1s2


n1  n2  2

Keterangan:
̅ = rata-rata gain skor kelas eksperimen

̅ = rata-rata gain skor kelas kontrol

n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen

28
n2 = banyaknya subjek kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
= varians gabungan
Kriteria pengujian: terima H0 jika
– 2) dan  = 5% (Sudjana, 2005:243).

-

dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2

V.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
TPS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berasarkan hasil penelitian ini, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.
2. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS hendaknya siswa dikondisikan terlebih dahulu
agar lebih siap untuk belajar serta memperhatikan pembagian waktu dalam setiap tahapan agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Azwar, S. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal UPI Edisi Khusus No.01. [Online]. Diakses di
http://ju

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44