EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)
Laras Sewesti Ningrum
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAYDITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
LARAS SEWESTI NINGRUM
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari aktivitas belajar siswa dan hasil
belajar matematika siswa. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen
de-ngan desainposttest-only. Sampel penelitian adalah kelas VIII B dan kelas VIII C
masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil secara
acak dari 7 kelas. Teknik analisis data menggunakan uji proporsi dan uji
kesama-an dua rata-rata (uji t).
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa memenuhi
kriteria keefektifan pembelajaran yaitu lebih dari 60% siswa aktif. Selanjutnya
untuk rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih baik dari siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi, dapat
(2)
efektif jika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two stray, aktivitas belajar, hasil belajar matematika
(3)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si.
Sekretaris : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing :Dra. Rini Asnawati, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
(4)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Laras Sewesti Ningrum
NPM : 0813021036
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program studi : Pendidikan Matematika
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bandar lampung, Mei 2011
Laras Sewesti Ningrum NPM 0813021036
(5)
MOTTO
Doa adalah senjata (alat kerja) orang beriman (Nabi Muhammad Saw)
Kegagalan adalah satu-satunya kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdik (Henry Ford)
Jika kita menghendaki kesuksesan dalam kehidupan, maka jadikan ketekunan sebagai sahabat karib, pengalaman sebagai penasihat yang bijak, berhati-hati menjadi kakak
lelaki, dan harapan menjadi penjaga kita yang jenius (Anonim)
(6)
Tabel Halaman
1. Desain Penelitian ... 24
2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... 26
3. Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 29
4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda... 30
5. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31
6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes ... 31
7. Data Aktivitas Belajar siswa ... 37
8. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Matematika ... 38
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(8)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan Nasional Republik
Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan pendidikan adalah
salah satu cara untuk mewujudkannya. Pendidikan memberikan peranan penting
bagi kemajuan negara, karena dengan pendidikan akan tercipta generasi-generasi
bangsa yang berkualitas yang mampu membangun suatu negara ke arah yang lebih baik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tercantum
pe-ngertian pendidikan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi diri-nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriba-dian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan harus direncanakan agar peserta didik aktif selama proses pembelajaran guna mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya.
Selain agar peserta didik aktif selama pembelajaran, pendidikan juga harus
diren-canakan dengan baik agar pembelajaran tersebut efektif. Pembelajaran merupa-kan rangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswanya
(9)
2
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan
eva Selanjutnya, menurut Soemosasmito
(dalam Trianto, 2011:20) pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, diantaranya persentasi waktu belajar
siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, rata-rata perilaku melaksanakan
tugas yang tinggi di antara siswa, dan ketepatan antara kandungan materi ajaran
dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan. Selain itu,
pembelajaran dapat dikatakan efektif jika siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang efektif, yaitu saat siswa lebih banyak aktif dan belajar
sendiri berdampak pada optimalnya hasil belajar siswa. Hamalik (2004:171)
-leh sebab itu,
dalam pelaksanaan proses pembelajaran sebaiknya guru merancang agar siswa
terlibat secara aktif didalamnya sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan
menyenangkan serta hasil belajar akan tercapai secara optimal. Untuk mencapai
proses pembelajaran yang efektif banyak upaya yang dapat dilakukan oleh guru, salah satunya yaitu memilih dan menerapakn model pembelajaran yang sesuai
yang dapat menarik minat belajar siswa sehingga aktivitas belajar siswa dapat
meningkat dan berdampak positif pada hasil belajar siswa.
Model pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa
mau-pun siswa dengan siswa lainnya, sehingga penerapan model pembelajaran akan
(10)
khususnya pada pembelajaran matematika. Matematika memiliki karakteristik
sebagai ilmu deduktif, abstrak, terstruktur dan konsisten. Konsep-konsep
mate-matika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari
kon-sep paling sederhana hingga konkon-sep yang paling kompleks, sehingga dalam mem-pelajari matematika memerlukan teknik tersendiri. Oleh karena itu, agar
matema-tika mudah dipelajari oleh siswa, diperlukan teknik penyajian materi yang tepat
yaitu berupa model pembelajaran. Penerapan model yang tidak tepat dapat
me-nimbulkan kebosanan bagi siswa yang mengakibatkan aktivitas siswa rendah dan
hasil belajarnya pun rendah sehingga tidak tercipta pembelajaran matematika yang
efektif.
Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat mendorong keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Model
pem-belajaran kooperatif merupakan model pempem-belajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dalam memecahkan masalah. Siswa juga diberi kesempatan
untuk mendiskusikan masalah, menentukan strategi pemecahannya, dan
meng-hubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah dapat
dise-lesaikan sebelumnya. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, salah satunya adalah tipe
two stay two stray. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
merupakan model pembelajaran yang berstruktur memberikan kesempatan kepada
(11)
4
Lie (2008:61) mengemukakan bahwa struktur dua tinggal dua tamu memberikan
kesempatan pada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok
lain. Setiap kelompok mempelajari pokok bahasan yang sama serta saling
bertukar pengetahuan, hasil kerja dan informasi pada kelompok lain, sehingga saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain akan terjadi proses pertukaran
informasi yang dapat saling melengkapi.
Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat mengarahkan siswa
untuk aktif berdiskusi mencari solusi dari suatu masalah, tanya jawab dengan
kelompok lain, membandingkan hasil diskusi kelompok dengan kelompok lain,
serta menyimak penjelasan dari kelompok lain. Oleh sebab itu, siswa dapat
leluasa mengembangkan potensinya dan dapat tercipta hubungan yang saling menguntungkan antar siswa yang tidak hanya dalam satu kelompok tetapi juga
dengan kelompok lain. Selain itu, melalui penerapan model ini juga dapat melatih
ketrampilan sosial siswa, karena setiap anggota kelompok harus berkomunikasi
dengan kelompok lain, sehingga setiap anggota kelompok harus
bertanggung-jawab pada tugasnya tersebut, baik yang tinggal maupun yang bertamu.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray akan tercipta suatu proses pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center) yang
merupakan prinsip dasar proses pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya, proses
pembelajaran di sekolah-sekolah saat ini masih terpusat pada guru, yaitu guru
yang lebih mendominasi keadaan kelas dan siswa cenderung pasif yaitu hanya
menerima materi yang diberikan oleh guru. Keadaan seperti ini juga terjadi di
SMP Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Guru di sekolah tersebut masih
menggunakan model pembelajaran konvensioanl, yaitu guru yang lebih banyak berperan selama proses pembelajaran, sehingga siswa tidak ikut aktif selama
(12)
proses pembelajaran. Apabila guru mengajukan pertanyaan, hanya beberapa siswa
yang berani untuk menjawab, dan saat guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya juga hanya satu atau dua orang yang bertanya. Sebagian siswa
terlihat kurang berani untuk mengungkapkan pendapatnya dan hanya sekitar 40% siswa yang terlihat aktif.
Hasil belajar matematika di SMP N 1 Ambarawa ini khususnya kelas VIII masih
rendah. Hal ini terlihat dari hasil ujian tengah semester ganjil tahun ajaran 2011/ 2012 yaitu sekitar 37% siswa yang mendapat hasil di atas KKM (69). Rendahnya
hasil belajar matematika siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh model
pembela-jaran yang kurang efektif yang diterapkan oleh guru. Oleh karena itu, perlu
dia-dakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two strayditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
Semester Genap SMPN 1 Ambarawa tahun ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif dite-rapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa?
2. Apakah model pembelajaran koperatif tipe two stay two stray efektif
dite-rapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
(13)
6
1. Efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.
2. Efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar siswa.
D. Kegunaan Penelitian
Diadakannya penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Bagi guru, dapat memberikan masukan tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two strayditinjau dari aktivitas dan hasil
belajar matematika siswa.
2. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman langsung menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipetwo stay two stray.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini
efektivitas ditinjau dari dua aspek, yaitu:
a. Aktivitas belajar siswa, yakni pembelajaran efektif jika minimal 60% siswa aktif melakukan aktivitas yang menunjang pembelajaran sesuai dengan
indikator-indikator aktivitas belajar siswa, yaitu bertanya kepada guru,
menjawab pertanyaan guru/teman, mengerjakan LKK dengan berdiskusi
kelompok, menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok lain, dan
(14)
b. Hasil belajar siswa, yakni pembelajaran efektif jika rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajar-an kooperatif tipe two stay two stray lebih baik dibandingkan dengan
rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional. Hasil belajar merupakan nilai individu yang diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dan didapat melalui tes.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan model
pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat anggota di setiap kelompok,
dua siswa bertamu ke kelompok lain untuk memperoleh hasil diskusi kelompok
yang dikunjungi dan dua siswa yang lain tetap berada pada kelompok untuk
(15)
24
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 286 siswa dan terdistribusi dalam
7 kelas. Rata-rata nilai matematika atau kemampuan siswa dari setiap kelas relatif
sama sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak. Dari 7 kelas tersebut
diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai sebagai kelas eksperimen.
B. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari observasi selama pembelajaran dan data hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes
hasil belajar. Kedua data tersebut diperoleh dari kelas sampel.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain
post-test-onlysebagaimana yang diungkapkan Furchan (1982: 268) sebagai berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
E X O1
P C O2
Keterangan:
(16)
P = Kelas pengendali atau kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran two stay two stray
C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1= Skorpost-testpada kelas ekperimen
O2= Skorpost-testpada kelas kontrol
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
peneli-tian. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya,
dan cara mengajar guru matematika selama pembelajaran, serta meminta
data nilai mid semester siswa.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
eksperi-men dengan eksperi-menggunakan model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two
stray dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konven-sional metode ekspositori.
Menyiapkan instrumen penelitian berupa LKK, lembar observasi aktivitas
siswa, dan soal tes hasil belajar sekaligus aturan penskorannya.
Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.
Melakukan uji coba soal tes dan menghitung reliabilitasnya.
b. Pelaksanaan Penelitian
Melaksanakan penelitian, yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe two stay two stray di kelas eksperimen dan pembelajaran langsung di
kelas kontrol.
(17)
26
Menganalisis hasil penelitian.
Menyusun hasil penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data
aktivitas belajar siswa. Observasi dilakukan oleh dua orang observer selama
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disedi-akan. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan dengan ketentuan teknis
pengisian lembar observasi aktivitas siswa sebagai berikut.
Siswa mendapat skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran/sesuai indikator aktivitas belajar siswa.
Siswa mendapat skor 0 jika tidak melakukan aktivitas yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran/sesuai indikator aktivitas belajar siswa.
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar
Kelom
pok No Nama
Indikator Aktivitas Belajar Jum lah A (%) Kri teria
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Bertanya kepada guru
2. Menjawab pertanyaan guru/teman
3. Mengerjakan LKK dengan berdiskusi kelompok
4. Menjelaskan hasil diskusi kepada tamu yang datang (stay) atau memperhatikan/bertanya/menanggapi/hasil diskusi kelompok yang didatangi (stray)
(18)
5. Mendiskusikan kembali hasil diskusi
6. Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas atau memperhatikan/ menanggapi presentasi hasil diskusi
2. Metode Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berbentuk
uraian untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan di kelas
kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengambil data
hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar berbentuk uraian
yang diberikan sesudah pembelajaran (posttest). Untuk mendapatkan data yang
akurat, maka tes dalam suatu penelitian harus memenuhi kriteria tes yang baik,
seperti:
1. Validitas Isi
Validitas isi dari suatu hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah
dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang
terkandung dalam tes hasil belajar. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, dilakukan langkah-langkah berikut.
a. Membuat kisis-kisi dengan indikator-indikator yang telah ditentukan pada
materi garis singgung lingkaran.
b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.
c. Kisi-kisi dan soal dikonsultasikan kepada guru mitra dengan asumsi bahawa
guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 1 Ambarawa mengetahui
(19)
28
Dari hasil konsultasi pada lampiran 5 diperoleh bahwa perangkat tes valid,
yaitu perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator serta
bahasa yang digunakan dalam tes sesuai dengan kemampuan bahasa siswa.
Setelah tes dinyatakan valid, selanjutnya tes diujicobakan pada kelas VIII tetapi diluar sampel penelitian, yaitu kelas VIII E untuk selanjutnya diukur
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Dalam penelitian ini, untuk
meng-hitung koefisien reliabilitas tes digunakan rumus Alpha sesuai pendapat
Arikunto (2008:195) sebagai berikut:
r = k
k-1 1
Keterangan :
11
r = Koeffisien reliabilitas k = Banyaknya butir soal
= Jumlah varians butir = Varians total
Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria indeks reliabilitas
sebagai berikut.
Tabel 3. Interpretasi Nilai Koeffisien Reliabilitas
Nilai Interpretasi
0,00 0,200 Reliabilitas sangat rendah 0,200 < 0,400 Reliabilitas rendah
(20)
IA
JB
JA
DP
0,600 < 0,800 Reliabilitas tinggi
0,800 < 1,000 Reliabilitas sangat tinggi Arikunto (2008:195)
Dari hasil uji coba dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai
koefisien reliabilitas 0,745. Berdasarkan kriteria di atas, maka tes hasil belajar
memiliki reliabilitas tinggi.
3. Daya Beda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal
dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang ber-kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu
diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang
memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 50% siswa yang memper-oleh
nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 50% siswa yang memper-oleh nilai
terendah (disebut kelompok bawah).
Daya pembeda ditentukan dengan rumus :
Keterangan :
DP = indeks daya pembeda satu soal butir tertentu
JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Tabel 4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
10 , 0
DP
negatif Sangat buruk
19 , 0 10
,
0 DP Buruk
29 , 0 20
,
0 DP Agak baik, perlu revisi
49 , 0 30
,
(21)
30 T T
I
J
TK
50 , 0DP Sangat baik
To (dalam Noer, 2010:2)
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh hasil perhitungan daya beda
butir tes yang menunjukkan bahwa ke 5 butir tes memiliki daya beda lebih dari
0,30 dan berarti bahawa ke 5 butir tes memiliki daya beda baik dan sangat baik.
Berdasarkan kriteria butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data maka semua butir tes memenuhi kriteria sebagai butir soal yang layak
diguna-kan untuk mengambil data.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu
tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat
kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran suatu butir soal
JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah
IT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Tabel 5. Interpretasi Nilai tingkat kesukaran
Nilai Interpretasi 15 , 0 00 ,
0 TK Sangat sukar
30 , 0 16
,
0 TK Sukar
70 , 0 31
,
0 TK Sedang
85 , 0 71
,
0 TK Mudah
00 , 1 86
,
0 TK Sangat mudah
(22)
Dari hasil uji coba dan perhitungan tingkat kesukaran butir tes terhadap 5 butir
tes uji coba menunjukkan bahwa butir tes tergolong sedang dengan tingkat
ke-sukaran berkisar dari 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria tingkat keke-sukaran butir
tes yang akan digunakan untuk mengambil data, tampak bahwa tes yang diperoleh layak digunakan untuk mengumpulkan data.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes
Nomor
Soal Reliabilitas Daya Beda
Tingkat Kesukaran 1
0,745 (tinggi)
0,31 (baik) 0,68 (sedang)
2 0,45 (baik) 0,61 (sedang)
3 0,76 (sangat baik) 0,57 (sedang)
4 0,41 (baik) 0,46 (sedang)
5 0,46 (baik) 0,51 (sedang)
G. Teknik Analisis data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data aktivitas belajar dan data hasil belajar.
Teknik analisis data yang dilakukan pada kedua data tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Data Aktivitas Belajar Siswa
Dari data hasil observasi, dihitung persentase skor aktivitas siswa. Persentase
skor aktivitas belajar siswa dihitung menggunakan rumus :
= × 100 %
Keterangan :
(23)
32
= jumlah skor aktivitas siswai n = skor maksimal
Siswa dikatakan aktif jika persentase skor aktivitas yang diperoleh tidak kurang dari 65%. Dalam menguji pencapaian kriteria efektivitas terlebih dahulu data
di uji normalitas sebagai prasyarat untuk uji selanjutnya.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor aktivitas
sam-pel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis
untuk uji ini adalah:
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Menurut Sudjana (2005:293) uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan
uji Chi-Kuadrat :
= ( )
Keterangan:
: frekuensi yang diamati : frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji adalah terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%.
Dari hasil perhitungan pada lampiran 12 di peroleh bahwa data berdistribusi
normal, sehingga untuk pengujian hipotesis dilakukan uji proporsi.
b. Uji Proporsi
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut :
H0 6 (persentase siswa aktif < 60%)
(24)
Menurut Sudjana (2005:234) statistik yang digunakan dalam uji ini adalah :
= / 0,6
0,6 (1 0,6)/ Keterangan :
x : banyaknya siswa yang aktif n : jumlah sampel
0,7 : proporsi siswa aktif yang diharapkan
Kriteria uji : tolak H0 jika , dengan taraf nyata 5%.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Teknik analisis data hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai tes hasil
belajar. Dalam menguji pencapaian kriteria efektivitas terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk menentukan uji apa yang akan
dilakukan untuk pengujian hipotesis dan langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai hasil belajar
matematika sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut
Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.
- Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
-- Statistik uji
(25)
34
Keterangan:
= frekuensi harapan
= frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan
- Kriteria uji
Terima H0jika <
b. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar matematika
siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah :
H0 12 22(homogen)
H1 12 22(tidak homogen)
Menurut Sudjana (2005: 261-264) statistik uji yang digunakan adalah:
1. Menghitung varians gabungan dari semua sampel = ( 1)
( 1)
2. Menentukan harga satuan B = (log ) ( 1)
3. Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:
= (ln 10) ( 1) log
Kriteria Uji : terima H0 jika < dengan ( )( )
.
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data diperoleh bahwa
data hasil belajar berdistribusi normal dan homogen, sehingga berikutnya
(26)
matematika siswa. Untuk menguji dua rata-rata digunakan formulasi uji-t.
Menurut Sudjana (2005:243) sebagai berikut.
Hipotesis Uji :
H0: 1 2 (Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model
pembel-ajarantwo stay two stray kurang dari atau sama dengan
rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional)
H1 : 1 2 (Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model
pembel-ajaran two stay two stray lebih dari rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan metode konvensional)
Untuk menguji hipotesis di atas, penulis dalam penelitian ini menggu-nakan rumus statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata berikut.
= 1
+ 1
Dimana:
=( 1) + ( 1)
+ 2
Keterangan :
i
x : skor rata-rataposttestdari kelas eksperimen
2
x : skor rata-rataposttestdari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen n2 : banyaknya subyek kelas kontrol
: varians kelompok eksperimen : varians kelompok kontrol : varians gabungan
(27)
36
Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan taraf kepercayaan
(28)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai efektivitas penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari aktivitas dan
hasil belajar matematika siswa diperoleh simpulan berikut ini.
1. Jumlah siswa yang aktif pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipetwo stay two straylebih dari kriteria keefektifan (60%).
2. Hasil belajar matematika siswa pada kelas yang menggunakan model
pem-belajaran kooperatif tipe two stay two straylebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two
stray efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan
hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, saran yang dapat dikemukakan
penulis yaitu:
1. Model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two straydapat digunakan untuk
(29)
38
2. Managemen waktu pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay
two strayperlu diperhatikan, karena dalam pelaksanaan diskusi kelompok dan
(30)
Abdurrahman, Mulyono. 2003.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonim. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.
Dalyono. 2005.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dimyanti, Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta.
Furchan, Arief. 1982.Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasioanl. Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Juliantara, Ketut. 2010.Aktivitas Belajar. [on line]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/. (16 Desember 2011)
Lie, Anita. 2008.Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Nana, Kim. 2010.Revis Taksonomi Bloom.[on line]. Tersedia :
http://catatannana.blogspot.com/2010/12/revisi-taksonomi-bloom.html. (10 Januari 2012)
Noer, S.H. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan PMIPA. Unila.
Sagala, Syaiful. 2005.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
(31)
Santoso, Budi. 2011.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). [on line]. Tersedia: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. (16 Desember 2011)
Sardiman, A. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya.Rineka Cipta. Jakarta.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta
Starawaji. 2009.Pengertian Efektivitas. [on.line]. Tersedia:
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/01/pengertian-efektivitas/. (15 Desember 2011).
Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Trianto. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
(1)
matematika siswa. Untuk menguji dua rata-rata digunakan formulasi uji-t. Menurut Sudjana (2005:243) sebagai berikut.
Hipotesis Uji :
H0: 1 2 (Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pembel-ajarantwo stay two stray kurang dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional)
H1 : 1 2 (Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pembel-ajaran two stay two stray lebih dari rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional)
Untuk menguji hipotesis di atas, penulis dalam penelitian ini menggu-nakan rumus statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata berikut.
= 1
+ 1
Dimana:
=( 1) + ( 1)
+ 2
Keterangan :
i
x : skor rata-rataposttestdari kelas eksperimen 2
x : skor rata-rataposttestdari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen n2 : banyaknya subyek kelas kontrol
: varians kelompok eksperimen : varians kelompok kontrol : varians gabungan
(2)
36 Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan taraf kepercayaan 5% terima Ho jika t hitung < t tabel.
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa diperoleh simpulan berikut ini.
1. Jumlah siswa yang aktif pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two straylebih dari kriteria keefektifan (60%).
2. Hasil belajar matematika siswa pada kelas yang menggunakan model pem-belajaran kooperatif tipe two stay two straylebih baik daripada hasil belajar matematika siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, saran yang dapat dikemukakan penulis yaitu:
1. Model pembelajaran kooperatif tipetwo stay two straydapat digunakan untuk memperoleh aktivitas dan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik.
(4)
38 2. Managemen waktu pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two strayperlu diperhatikan, karena dalam pelaksanaan diskusi kelompok dan bertamu membutuhkan waktu yang cukup lama.
(5)
Abdurrahman, Mulyono. 2003.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonim. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.
Dalyono. 2005.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dimyanti, Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta. Furchan, Arief. 1982.Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasioanl.
Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Juliantara, Ketut. 2010.Aktivitas Belajar. [on line]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/. (16 Desember 2011)
Lie, Anita. 2008.Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Nana, Kim. 2010.Revis Taksonomi Bloom.[on line]. Tersedia :
http://catatannana.blogspot.com/2010/12/revisi-taksonomi-bloom.html. (10 Januari 2012)
Noer, S.H. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan PMIPA. Unila.
Sagala, Syaiful. 2005.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
(6)
Santoso, Budi. 2011.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). [on line]. Tersedia: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. (16 Desember 2011)
Sardiman, A. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya.Rineka Cipta. Jakarta.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta Starawaji. 2009.Pengertian Efektivitas. [on.line]. Tersedia:
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/01/pengertian-efektivitas/. (15 Desember 2011).
Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Trianto. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.