22
2.2.1 Kekuasaan dan Peranan Lembaga Pengadilan
Peranan pengadilan tidak dapat disangsikan lagi, sebab dengan lembaga pengadilan inilah segala yang
menyangkut hak dan tanggung jawab yang terabaikan dapat diselesaikan, lembaga ini memberikan tempat
bahkan membantu kepada mereka yang merasa dirampas hak-haknya dan memaksa kepada pihak-pihak
agar bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan yang merugikan pihak lainnya. Aktivitas lembaga
pengadilan demikian itu pada dasarnya adalah berupaya melendingkan rumusan-rumusan hukum yang sifatnya
masih abstrak karena dengan melalui bekerjanya lembaga pengadilan, hukum itu baru dapat diwujudkan,
sebagaimana dikatakan oleh Satjipto Rahardjo, bahwa; kehadiran
lembaga hukum
itu merupakan
operasionalisasi dari ide rumusan konsep-konsep hukum yang nota bene bersifat abstrak. Melalui lembaga dan
bekerjanya lembaga-lembaga itulah hal-hal yang bersifat
23
abstrak tersebut
dapat diwujudkan
ke dalam
kenyataan.
6
Di dalam Undang-Undang telah memberikan kedudukan pada lembaga pengadilan, yaitu sebagai
salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pasal 2 UU No.2 tahun 1986.
Kedudukan sebenarnya merupakan wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-hak
dan kewajiban-kewajiban tadi merupakan peranan atau rule.
7
Dengan demikian lembaga pengadilan yang merupakan wadah bagi rakyat pencari keadilan berisikan
hak dan kewajiban, berarti pemegang peranan. Adapun peranannya adalah sebagaimana yang telah disebutkan
di atas antara lain adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Peranan
demikian digolongkan sebagai peranan yang ideal.
8
6
Satjipto Raharjo,” Teori dan Metode dalam Soiologi Hukum” Makalah dalam pertemuan ilmiah, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta
11-12 November 1984, Halaman 5
7
Soerjono Soekanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum’ Jakarta Penerbit Rajawali, 1983, Halaman 11
8
Ibid, halaman 5
24
Kedua peranan tersebut di atas belum memberikan arti baik bagi lembaga pengadilan sendiri maupun
kepada pencari keadilan sebab, apabila hanya berhenti terbatas kepada kedua peranan tersebut berarti lembaga
pengadilan belum melakukan suatu peranan yang sebenarnya atau peranan yang aktual.
9
Oleh karena itu bagi lembaga pengadilan harus pula mewujudkan
peranan tersebut. Peranan aktual ini adalah menyangkut perilaku nyata dari para pelaksana peranan, yakni para
penegak hukum yang di satu pihak menerapkan perundang - undangan, dan di lain pihak melakukan
dikreasi di dalam keadaan-keadaan tertentu.
10
Lembaga pengadilan seperti juga pada organisasi lainnya mempunyai tujuan-tujuan baik yang sudah
ditetapkan dalam hukum positif maupun tujuan-tujuan yang dipilih atas dasar diskresi. Tujuan utama lembaga
pengadilan adalah terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Pemilihan terhadap suatu tujuan
9
Ibid, halaman 15.
10
Ibid, halaman 16
25
sering kali mengalami perubahan dan tidak selalu sama dari masa ke masa. Perubahan ini dapat muncul karena
adanya kebijaksanaan formal baik dari Negara maupun dari lembaga pengadilan sendiri. Contoh mengenai
perubahan ini terdapat dalam UU No.19 tahun 1964 dan UU
No.14 tahun
1970, kedua-duanya
mengenai kekuasaan kehakiman. Pada UU pertama tujuan yang
dipilih adalah Masyarakat Sosial Indonesia, sedangkan UU
yang kedua,
tujuan yang
dipilih adalah
Terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
11
Tujuan lembaga pengadilan ini kembali berubah setelah berlakunya UU No 2 tahun 1986 tentang
Peradilan Umum. Undang-Undang ini nampaknya tujuan yang dipilih berbeda dengan tujuan yang dipilih dalam
UU sebelumnya.
Tujuannya adalah
terwujudnya keadilan, kebenaran, kepastian hukum dan ketertiban.
11
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung : Penerbit Sinar Baru, 19, Halaman 77
26
Tujuan ini disimpulkan dari penjelasan umum Undang- Undang No. 2 tahun 1986 yaitu sebagai berikut
12
: “Lebih dari itu, hal pokok tersebut merupakan
masalah yang sangat penting dalam usaha mewujudkan suasana perikehidupan yang sejahtera, aman, tentram
dan tertib seperti yang diamanahkan oleh Garis-garis Besar
Haluan Negara.
Oleh karena
itu untuk
mewujudkannya dibutuhkan adanya lembaga yang bertugas menyelenggarakan keadilan dengan baik. Salah
satu lembaga untuk menegakkan kebenaran dalam mencapai keadilan sebagaimaan dimaksud Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang masing-
masing mempunyai lingkup kewenangan mengadili perkara atau sengketa di bidang tertentu
”. Di dalam hubungan-hubungan sosialnya, peranan
pengadilan dapat dihubungkan dengan tugas-tugas dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Bergesernya tugas
12
C.S.T. Kansil. Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman KUKK, Jakarta, Penerbit Bina Aksara, Halaman 67
27
dan tujuan-tujuan
tersebut baik
karena adanya
perubahan undang-undang maupun karena diskresi pengadilan akan berpengaruh kepada peranan yang
dilakukan oleh lembaga pengadilan. Dalam hal terjadi perubahan tujuan niscaya akan terjadi pula perubahan
peran pengadilan. Perubahan tujuan pengadilan yang berakibat perubahan
pula peranan dapat dicontohkan misalnya, pengadilan menentukan
tujuan utamanya
yakni, terciptanya
kerukunan dan perdamaian di antara pihak-pihak yang bersengketa,
peranan pengadilan
di sini
adalah merukunkan dan mendamaikan pihak-pihak yang
bersengketa itu dengan jalan mediasi maupun secara kompromi. Akan tetapi karena tujuan utama ini tidak
berhasil maka terjadi pergeseran kepada tujuan lainnya, misalnya adalah penegakan hukum. Dengan berubahnya
tujuan utama tersebut menunjukkan pula terjadinya perubahan peranan yaitu bukan lagi mendamaikan atau
merukunkan akan tetapi peranan pengadilan di sini adalah menetapkan secara tegas apa yang dihadapinya
28
dan menentukan pula pihak-pihak yang dinyatakan melanggar peraturan hukum itu.
2.2.2 Mediasi dalam Ketentuan Hukum Acara Perdata.