Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4 Hubungan dan komunikasi Komunikasi memegang pera penting dalam organisasi, adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya Kepala Sekolah tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan datang mengajar. Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan Kepala Sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, dan guru dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi yang baik membawa konsekuensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada dalam sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang diajar. Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik. 5 Hubungan dengan masyarakat Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Hubungan dengan masyarakat harus terjamin baik dan berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat memiliki kepentingan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. 6 Kedisiplinan Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab pemahaman disiplin yang baik guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah maupun dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu upaya membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi para guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan disisi lain akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses. 7 Kesejahteraan Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kualitasnya sebab semakin sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kerjanya. Mulyasa menegaskan bahwa terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia, akan menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya. 47 Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan diluar. Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang akan diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru masih rendah maka besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki kualitas tinggi dan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Adanya jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat memotivasi untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja selalu meningkat tiap waktu. 47 Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 8 Iklim kerja Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik. Iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan. Selain Faktor-faktor di atas, Akadum menyatakan bahwa rendahnya keprofesionalan guru disebabkan oleh antara lain: 1 Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan karena banyak guru yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kehidupan sehari- hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada. 2 Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan. 3 Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas guru tidak dituntut untuk menelii sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi 48 . Selain itu, Akadum juga mengatakan bahwa dunia pendidikan masih terbelenggu dengan dua masalah yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan: 1 Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendahnya gaji, 2 Keprofesionalan guru masih rendah 49 . Mulyasa mengungkapkan beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran yaitu: 1 Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki 48 http: www. Suara Pembaruan, comnews, 7 Juni 2001 49 Ibid, hlm:2 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan. Selain pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa pesiapan di samping merugikan guru sebagai tenaga profesional juga akan sangat mengganggu perkembangan peserta didik. Ada kalanya guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk memenuhi tuntutan administrative atau disuruh oleh kepala sekolah karena akan ada pengawasan ke sekolahnya. 2 Menunggu peserta didik berperilaku negatif Dalam pembelajaran di kelas, kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar. Mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan materi kepada peserta didik, mereka juga menganggap mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru bisa memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik. Mereka beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian atau diperhatikan guru, maka harus berbuat salah, beruat gaduh, mengganggu, dan melakukan tindakan indisiplin lainnya. 3 Mengabaikan perbedaan peserta didik Kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan individual sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat bervariasi dan sering memprlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya, perilaku-perilaku tersebut relatif normal dan cukup bisa ditangani dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi, karena guru di sekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali kesulitan untuk mengetahui mana perilaku yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id normal dan wajar, serta mana perilaku yang indisiplin dan perlu mendapat penanganan khusus. 4 Merasa paling pandai Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibandingkan dengan dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air ke dalamnya. 5 Tidak adil Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru, terutama dalam penilaian 50 . Dalam mewujudkan tuntunan kemampuan guru sering kali dihadapi berbagai masalah yang dapat menghambat perwujudannya. Secara garis besar, hambatan itu adalah sebagai berikut: 50 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm: 28 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a Kurang daya inovasi b Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan c Ketidakpedulian terhadap berbagai perkembangan d Kurangnya sarana dan prasarana pendukung 51 Berdasarkan permasalahan di atas, maka seorang guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya melakukan kesalahan, dan dapat mengendalikan diri untuk menghindar dari kesalahan-kesalahan.

d. Solusi dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Tinggi rendahnya pengakuan profesi guru, salah satu diantaranya diukur dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya dalam mempersiapkan jabatannya. Untuk menghasilkan guru yang berkualitas, di Indonesia telah dikembangkan sisitem pendidikan guru berdasarkan kompetensi. Artinya, program pendidikan yang diberikan pada lembaga pendidikan guru disusun dan dikembangkan atas dasar analisis tugas yang disyaratkan bagi pelaksanaan tugas- tugas keguruan. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan proses belajar-mengajar yaitu: 1 Penguasaan bahan. Guru harus menguasai dan mengkasi kurikulum pendidikan dasar serta menguasai bahan 51 Cece Wijaya dkk, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991, hlm: 185-188 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pembelajaran, mengkaji kurikulum dan menelaah buku teks pendidikan, menelaah dan berlatih melaksanakan kegiatan- kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks pedoman pembelajaran, mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan ajar. 2 Mengelola program belajar-mengajar. Guru dituntut untuk dapat menyusun program pembelajaran yaitu dengan cara mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran dan berlatih merumuskan serta menetapkan tujuan, berlatih memilih dan mengembangkan tujua yang akandicapai dengan mengembangkan bahan sesuai dengan tujuan, memilih dan berlatih mengkaji, mengembangkan strategi belajar-mengajar dengan penggunaan berbagai metode, media, dan memanfaatkan sumber belajar. 3 Mengelola kelas. Usaha yang dapat dilakukan guru dalam mengelola kelas antara lain: mengatur ruang belajar dengan berlatih dan menkaji data ruang belajar-mengajar, berusaha merapikan ruangan agar siswa senang dan betah menggunakannya, menciptakan iklim belajar yang tepat, menciptakan suasana belajar serta berlatih menangani masalah pembelajaran dan pengelolaan. 4 Menggunakan mediasumber belajar. Guru harus bisa mengkaji berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id berlatih dan memilih membuat dan menggunakan media pembelajaran. 5 Menguasai landasan pendidikan. Guru harus mampu mengenal dan mengkaji tujuan pendidikan dasar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengkaji kegiatan-kegiatan pembeljaran yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasinal 6 Terampil dalam melakukan interaksi kepada siswa dengan mempertibangkan tujuan dan bahan ajar, kondisi siswa, suasana belajar, jumlah siswa, dan waktu yang tersedia. 7 Penilaian prestasi belajar. Penialaian dalam proses belajar- megajar berfungsi sebagai alat untuk mengukur tercapai tidaknya tujuanpembelajaran, dengan penilaian dapat diketahui apakah proses pembelajaran berhasil atau tidak.

2. Sertifikasi Profesi Guru

a. Pengertian Sertifikasi Profesi Guru

Sertifikasi secara umum mengacu pada National Commision on Educatinal Services NCES disebutkan “Certification is a procedure where by the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach”. Dalam kaitan ini, di tingkat negara bagian Amerika Serikat terdapat badan independen yang disebut The American Association of Colleges for Teacher Education AACTE. Badan indepeden ini digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang berwenang menilai dan menentukan apakah ijazah yang dimiliki oleh calon pendidik layak atau tidak layak untuk diberikan lisensi pendidik. Sertifikasi adalah pengakuan terhadap wewenang yang dimiliki seorang lulusan untuk melaksanakan tugas di suatu profesi di bidang kependidikan. Sertifikasi diberikan oleh LPTK yang berhak yaitu yang memiliki pengakuan oleh lembaga akreditasi nasional. 52 Di Indonesia, menurut UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikat pendidik diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik. Dalam hal ini,ujian sertifikasi pendidik dimaksudkan sebagai kontrol mutu hasil pendidikan, sehingga seseorang yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta didik. 52 Depdiknas, OpCit, hlm: 58