EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KOTA METRO

(1)

ABSTRACT

EVALUATION PERFORMANCE OF TEACHER AFTER THE CERTIFICATION PROGRAM IN HIGH SCHOOL VOCATIONAL LAND

METRO CITY

By

CINDY CELIA RAKASIWI

The research aims to evaluate the teachers performance and known the results performance of teachers after the certification program in high school vocational land Metro City. The result of this research can be considered for schools and related department in improving performance of teachers.

The method of this research is descriptive research with quantitative approach. This research population is all certification teacher SMK 1, 2, and 3 with a total sample is 61 teachers with random sampling technique. Data Analysis which used is descriptive statistical analysis. Based on the result done can be conclude variable performance evaluation of teachers get the result a good enough of 3,32% in terms of fourth assessment dimensions competence.


(2)

ABSTRAK

EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KOTA METRO

Oleh

CINDY CELIA RAKASIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru dan mengetahui hasil kinerja guru pasca program sertifikasi guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dan dinas terkait dalam meningkatkan kinerja guru.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu seluruh guru sertifikasi SMK Negeri 1, 2, dan 3 dengan jumlah sampel sebesar 61 guru dengan teknik random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel penilaian kinerja mendapatkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 3,32% yang ditinjau dari keempat dimensi penilaian kinerja guru.


(3)

EVALUASI KINERJA GURU PASCA PROGRAM

SERTIFIKASI GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

NEGERI KOTA METRO

Oleh

Cindy Celia Rakasiwi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro

(Skripsi)

Oleh

CINDY CELIA RAKASIWI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Sertifikasi Kompetensi Guru ... 22 Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 30


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR BAGAN ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Maslah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. EVALUASI KINERJA GURU ... 8

1. Kinerja Guru ... 8

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

3. Standar Kompetensi Guru ... 10

4. Konsep Evaluasi/Penilaian Kinerja Guru ... 12

5. Tujuan Penilaian Kinerja Guru ... 14

6. Indikator Penilaian Kinerja Guru ... 15

B. SERTIFIKASI GURU ... 16

1. Hakikat Sertifikasi Guru ... 16

2. Sistem Pelaksanaan Sertifiksi Guru ... 21

3. Beban Kerja Guru Tersertifikasi ... 23

4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru ... 24

5. Prinsip Sertifikasi Guru ... 24

6. Tujuan Sertifikasi Guru ... 26

7. Manfaat Sertifikasi Guru ... 27

8. Indikator Sertifikasi Guru ... 27

C. Hubungan Sertifikasi Guru dengan Kinerja Guru ... 28

D. Kerangka Pikir ... 29

E. Hipotesis ... 31

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 32

B. Definisi Konseptual ... 33

C. Definisi Operasional ... 33

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

E. Jenis dan Sumber Data ... 38


(7)

ii

G. Skala Pengukuran Variabel ... 40

H. Teknik Pengolahan Data ... 40

I. Uji Intrumen Penelitian ... 42

J. Teknik Analisis Data ... 44

K. Regresi Linier Sederhana ... 47

L. Uji Hipotesis ... 49

IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Metro ... 50

B. SMK Negeri 1 Metro ... 51

1. Sejarah SMK Negeri 1 Metro ... 51

2. Visi SMK Negeri 1 Metro ... 52

3. Misi SMK Negeri 1 Metro ... 52

4. Tujuan SMK Negeri 1 Metro ... 54

C. SMK Negeri 2 Metro ... 54

1. Sejarah SMK Negeri 2 Metro ... 54

2. Visi SMK Negeri 2 Metro ... 54

3. Misi SMK Negeri 2 Metro ... 55

4. Tujuan SMK Negeri 2 Metro ... 55

D. SMK Negeri 3 Metro ... 56

1. Sejarah SMK Negeri 3 Metro ... 56

2. Visi SMK Negeri 2 Metro ... 57

3. Misi SMK Negeri 2 Metro ... 57

4. Tujuan SMK Negeri 2 Metro ... 57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Hasil Uji Instrumen ... 59

2. Karakteristik Responden ... 62

3. Hasil Analisis Data ... 65

4. Hasil Regresi Linear Sederhana ... 102

5. Hasil Uji Hipotesis ... 104

B. Pembahasan ... 105

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA


(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Operasional Variabel... 34

Tabel 2. Jumlah Guru Bersertifikasi Tahun 2014 ... 36

Tabel 3. Jumlah Sampel Guru Bersertifikasi SMK N Metro tahun 2014 ... 38

Tabel 4. Skor jawaban responden ... 40

Tabel 5. Klasifikasi Nilai Kategorisasi Rata-Rata ... 47

Tabel 6. Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 48

Tabel 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sertifikasi Guru ... 60

Tabel 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru ... 61

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Jam Mengajar/Minggu 62

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 62

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 63

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 64

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Mengajar ... 64

Tabel 14. Deskriptif Varabel Sertifiksi Guru ... 65

Tabel 15. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Pedagogis ... 71

Tabel 16. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Profesional ... 74

Tabel 17. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Kepribadian ... 78

Tabel 18. Deskriptif Dimensi Penilaian Kompetensi Sosial ... 81

Tabel 19. Tanggapan Responden Tentang Objektif, Transparan, Kredibel, dan Akuntabel ... 85

Tabel 20. Tanggapan Responden Tentang Berorientasi Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional ... 87

Tabel 21. Tanggapan Responden Tentang Taat Azaz ... 88

Tabel 22. Tanggapan Responden Tentang Terencana dan Sistematis ... 89

Tabel 23. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Pedagogis .... 90

Tabel 24. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Profesional... 94

Tabel 25. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Kepribadian . 97 Tabel 26. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Kompetensi Sosial ... 100

Tabel 27. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 103

Tabel 28. Hasil Uji R ... 103


(9)

(10)

(11)

MOTO

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh

keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan, yakin,

ikhlas, istiqomah (Tgkh. M. Zainuddin Abdul Majid)

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula

lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda

dengan penuh kesadaran (James Thurber)

Jangan takut akan gelap, karena setiap tetes hujan yang jatuh

itu asalnya dari langit yang gelap (Penulis)


(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan ini saya persembahkan karya tulis ini kepada:

Bapak dan Ibu tersayang

Widi Widodo & Susiyanti,

adikku Muhammad Mufid KH. Ramadhan.

Keluarga Besarku yang selalu memberikan doa dan

dukungan demi keberhasilan dan kesuksesanku.

Sahabat yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan

doanya.

Seluruh guru dan dosen yang telah berjasa dalam

membimbing, mengajari, mengarahkan, dan membagi

ilmunya demi keberhasilanku.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulyojati, Metro Barat pada tanggal 4 Juli 1993, sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Widi Widodo dan Ibu Susiyanti. Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan yaitu penulis menyelesaikan Pendidikan Formal dari Taman Kanak-Kanak PKK Metro Barat pada tahun 1997-1999. Sekolah dasar di SD Negeri 3 Metro Barat pada tahun 1999-2005. Kemudian pada tahun 2005-2008, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Kota Metro, dan pada tahun 2008-2011, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Metro. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad S.A.W, sang motivator bagi penulis untuk selalu ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial


(16)

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

3. Bapak Dr. Novita Tresiana, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing utama.

Terimakasih bu, yang selalu sabar dalam membimbing atas penyelesaian skripsi ini. Terimakasih juga atas saran, masukan, motivasi dan bimbingannya yang telah banyak membantu. Semoga ibu selalu diberi kesehatan, kebaikan, dan kebahagiaan. Amin

4. Bapak Nana Mulyana, S.I.P, M.Si. selaku dosen pembahas. Terima kasih bapak atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si selaku dosen Pembimbing

Akademik. Terimakasih Ibu atas saran dan masukannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran adminstrasi skripsi ini

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang sangat bermanfaat untuk penulis, semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

8. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro yang telah

memberikan izin melakukan penelitian, memberikan informasi, masukan dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat diselesaikan..

9. Bapak dan Ibu Tersayang yang tak pernah henti mendoakanku disetiap sholat dan sujudnya. Terima kasih pak, telah mendidik dan memberikan semangat, dukungan, serta motivasi yang tiada henti. Terimakasih atas doa


(17)

yang selalu dipanjatkan untuk masa depan dan kesuksesan anak-anaknya. Terimakasih buat Ibu paling hebat di dunia, yang senantiasa berdoa bagi kebahagian dan kesuksesan anak-anaknya, mengingatkan untuk solat dan selalu berupaya memberikan keyakinan bagi anak-anaknya bahwa kami bisa melakukan sesuatu yang terbaik. Ibuku penyemangatku, inspirasiku, dan motivasiku.

10.Untuk seluruh keluarga besarku, pakwo, makwo, si mbok, bude, pakde, bukle’, om, adik-adik sepupuku, keponak-keponakan ku terimakasih untuk semangatnya. Terimakasih untuk adik tersayangku Muhammad Mufid Khoirul Ramadan. Adik penyemangatku, inspirasiku, pendorong agar kakak menjadi lebih baik dan dewasa lagi.

11.Sahabat-sahabatku Novilia, Lily, Hesti, Alisa, Seza, Astri, Iid, Tiwi, Farrah Shibal, Raras, Pikechu, Okta, Cristy, Ria, Bulan, Iis, Destriana, Jenny, Juzna, Mut Mulyani, Tika, terima kasih selalu menemani, membantu, memberikan semangat dan dukungan, serta doanya selama penyusunan skripsi ini. Semangat untuk kita, sukses bersama. Cayooo!! 12.Para pembahas mahasiswa dan moderatorku dari proposal sampai hasil,

terimakasih udah nyempetin waktunya.

13.Semua angkatan ANE 011 Esa, Amel, Ayu, Fatma, Yori, Rinanda, Rendy,

Ciko, Ade, Deo, Ibnu, Riza, Silvia, Octa, Eka, Novi Nurkholis, Toto, Faiz, Leni, Watik, Ririn, Ninda, Wulan, Nisa, Rio, Iksan, Widi, David, Devin, Menceng, Frendy, Fredy, Kiyo, Leli, Juzna, Mut, Fitri, Manda, Popo, panggo, Rosyid, Rano, Andi, Wahyu, Sigit, Ahmed, Akbar, makasih atas motivasi dan dukungannya.


(18)

14.Sahabat-sahabat terbaikku Citra Cinta, Nurul, Bella, Sella, terimakasih untuk semangat, doa, dan keceriaannya.

15.Teman-Teman Kost’an: Lia, Yoppy, Mba Fiema. terimakasih untuk semua

dukungan dan doanya.

16.Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama saya belajar di Universitas Lampung, dan Almamater kebanggaanku. 17.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 06 Oktober 2015 Penulis

Cindy Celia Rakasiwi NPM. 1116041013


(19)

(20)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan harus mampu menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan profesional. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistematik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun


(21)

2 yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh kinerja guru yang profesional dan bermutu (berkualitas). Djojonegoro dalam Sudarwan (2002: 39)

mengemukakan bahwa, “guru yang bermutu dalam tingkatan teori merupakan mereka yang memiliki kemampuan profesional sebagai pendidik, dengan empat faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, dan kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaan”.

Kota Metro memiliki visi sebagai Kota Pendidikan yang unggul dan masyarakatnya sejahtera serta didukung pula oleh misinya yaitu membangun sumber daya manusia yang bertaqwa, berkualitas, profesional, unggul, berdaya saing, dan berakhlak mulia. Untuk menunjang visi Kota Metro tersebut tidak terlepas dari pentingnya peran guru sehingga perlu upaya untuk meningkatkan mutu (kualitas) guru di mana guru harus bisa menjadi pendidik yang profesional, selalu mengikuti perkembangan dan mampu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk disampaikan ke peserta didik selain mengajar sesuai dengan kurikulum, agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu guru dan kinerja guru adalah melaksanakan sertifikasi guru sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional. Secara konseptual


(22)

undang-3 undang tersebut telah memberikan penjabaran tentang kualifikasi dan kompetensi guru secara umum, bahwa guru minimal berkualifikasi sarjana (S1) atau diploma (D4), dan setiap guru secara ideal harus memiliki kompetensi dan sertifikasi profesi. Namun program ini juga tidak akan mencapai tujuannya jika para guru itu sendiri kurang memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan perubahan.

Amtu (2013:263) beranggapan bahwa setiap kebijakan yang diambil selalu memberikan dampak bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang menjadi sasaran kebijakan itu dalam kurun waktu tertentu. Dengan diberlakukannya sertifikasi bagi kalangan pendidik khususnya guru, maka keinginan dan harapan untuk meningkatkan mutu pendidikan dipastikan akan semakin membaik. Bagi tenaga pendidik yang telah disertifikasi, maka tuntutan untuk mengembangkan profesionalisasi adalah suatu keharusan, karena pengakuan yang diberikan disertai dengan penghargaan dan tunjangan kesejahteraan yang juga semakin meningkat. Antara hak dan kewajiban seorang guru terletak tanggung jawab yang besar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bermutu dan bermartabat. Oleh karena itu, banyak pihak menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Akan tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan sertifikasi guru belum menunjukkan hasil yang maksimal. Menurut Politisi PKS (Partai Keadilan Sosial) Nasriyanto Effendi selaku Komisi III DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota Metro, kinerja guru sertifikasi dinilai belum memiliki tanggung jawab lebih dibanding guru lainnya yang tidak bersertifikasi karena belum terlihat adanya peningkatan prestasi di sekolah yang signifikasn. Nasriyanto menganggap bahwa,


(23)

4

“Semestinya semakin banyak guru yang bersertifikasi berkorelasi dengan peningkatan prestasi siswa”. Namun ternyata masih belum terlihat perubahan

yang tampak, sementara di Kota Metro guru yang bersertifikasi jumlahnya terus bertambah. (Sumber: http://lampost.co/berita.komisi.ii.dprd.metro.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2014, pukul 15.32 WIB).

Berkaitan dengan hal tersebut, Nasriyanto juga mengungkapkan bahwa sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah dengan anggaran yang cukup besar, dengan tenaga guru yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bersertifikasi belum mempunyai hasil maksimal, bahkan cenderung kalah semangat dan hasilnya secara kualitas masih di bawah swasta, padahal sekolah swasta di Kota Metro hampir semua serba minim baik anggaran maupun infrastrukturnya. (Sumber: http://detiklampung.com/berita-di-kotametro-swasta-lebih-berkualitas-ketimbang-negeri.html, diakses pada 10 Februari 2015, pukul 15.30 WIB).

Berdasarkan observasi awal peneliti pada tanggal 1 April 2015 dengan Ibu Gusnety selaku guru adaptif SMK Negeri 1 dan informasi dari Bapak Sutarman selaku kepala sekolah SMK Negeri 2 Metro menyebutkan bahwa banyak guru yang kurang termotivasi serta kesadaran dan kesediaan guru untuk melaksanakan tanggung jawabnya masih rendah. Seorang guru hanya menganggap pekerjaan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan sehari-hari bukan untuk prioritas kemajuan pendidikan, seperti ada yang tidak tepat waktu saat masuk kantor, menunda tugas mengajar di ruang kelas, terlalu menganggap enteng dengan peraturan yang ada sehingga masih ada sebagian guru yang meninggalkan tugas


(24)

5 pada jam pelajaran tanpa keterangan yang sah, serta guru belum melakukan evaluasi pembelajaran secara objektif dan berkelanjutan.

Berkaitan dengan kebijakan sertifikasi itu sendiri, menurut pengakuan informan Ibu Agustina, S.Kom menyatakan bahwa adanya sertifikasi guru atau tunjangan kesejahteraan guru tidak banyak menghasilkan dampak pada kinerja guru. Manfaat sertifikasi guru hanya terletak pada penerimaan tunjangannya dan tidak sedikit pula keluhan dari guru-guru dalam mendapatkan sertifikat pendidik dengan memperoleh tunjangan kesejahteraan, di mana tunjangan yang diterima tidak semata-mata dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa hambatan. Karena para guru harus disibukkan dengan berbagai persyaratan administrasi sertifikasi, pemberkasan dan pelatihan sehingga meyebabkan jam belajar mengajar di kelas terganggu. Dalam pemberian tunjangan juga tidak jarang diberikan secara tepat waktu, tetapi pencairan dana tunjangan sertifikasi sering dibayarkan terlambat. Sehingga membuat para guru menunggu dan merasa kecewa terkait seringnya keterlamabtan pencairan tunjangan tersebut.

Dari berbagai pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya terkait kinerja guru, pada awalnya kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan program sertifikasi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja. Hal tersebut dipertegas oleh Muslich (2007:8) yang menyatakan bahwa rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, maka diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus maka KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) juga bagus, KBM yang bagus diharapkan dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu. Sehingga, untuk memotivasi para guru agar menjadi lebih profesional


(25)

6 pemerintah sangat serius dalam memberikan apresiasi kepada para guru dengan mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru tersebut.

Namun, sertifikasi atau tunjangan professional yang mengalir sejak tahun 2007 dengan menggunakan dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Nasional) atau APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) ini, dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai bentuk permasalahan terkait kinerja guru pasca program sertifikasi. Untuk itu, sangat diperlukan adanya evaluasi kinerja guru bersertifikasi guna memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan yang diharapkan dapat membawa perubahan menuju ke arah yang diinginkan yaitu perbaikan mutu pendidikan dan mutu kualitas guru. Evaluasi tersebut dipandang penting untuk mengetahui sejauh mana hasil dan dampak kebijakan sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Dengan meihat adanya masalah-masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program

Sertifikasi Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka peneliti berusaha merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro?


(26)

7

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam hal ini yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk:

1. Mendapatkan hasil penilaian kinerja guru pasca program sertifikasi guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro sebagai upaya peningkatan kinerja guru dalam program tersebut.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian “Evaluasi Kinerja Guru Pasca Program Sertifikasi Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Metro” yaitu:

1. Secara teoritisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi Ilmu Administrasi Negara tentang evaluasi kinerja khususnya kinerja pegawai atau guru mengenai kebijakan sertifikasi guru.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan berguna sebagai acuan atau bahan masukan bagi instansi dan pihak-pihak terkait dalam perbaikan dan penyempurnaan kebijakan sertifikasi guna meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas kinerja guru.

3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Kinerja Guru

1. Kinerja Pegawai/Guru

Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010: 175) menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi, sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Terkait dengan hal tersebut, konsep kinerja yang sesuai dengan penelitian ini adalah kinerja pegawai khususnya guru. Berikut ini adalah berbagai definisi mengenai kinerja yang dikemukakan oleh para ahli dalam Pasolong (2010: 175-176):

a. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) (1999: 3),

“kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,

dan visi organisasi”.

b. Gibson (1990: 40) mengatakan bahwa, “kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan, dikatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi antara kemampuan dan


(28)

9 c. Sinambela dkk (2006: 136), “kinerja pegawai sebagai kemampuan pegawai

dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu”.

Berdasarkan pengertian kinerja yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau tugas seseorang yang berkaitan dengan operasi, aktivitas, program, dan misi organisasi yang dapat diukur kualitas baik atau buruknya dilihat dari tingkat pencapaian yang diperoleh, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2009: 16) menjabarkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu:

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang


(29)

10 menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

Kinerja memiliki arti penting bagi guru karena dengan adanya penilaian kinerja guru yang efektif, seorang guru dapat beprestasi, mengembangkan potensi dan pada akhirnya diberikan penghargaan berupa reward. Ukuran kinerja guru dapat dilihat dari rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik dalam menjalankan tugas profesinya dengan berusaha mengembangkan seluruh kompetensi yang dimiliki dan mampu menciptakan situasi yang ada di lingkungan sekolah sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.

3. Standar Kompetensi Guru

Seorang guru yang profesional harus memiliki standar kompetensi yang dapat menjadikan tolok ukur keberhasilan guru dalam mengajar. Menurut Payong (2011: 28-61), standar kompetensi guru sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru adalah:

1. Kompetensi pedagogis, yaitu kemampuan membimbing dan mengelola

pembelajaran peserta didik.

a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik


(30)

11 c. Mengembangkan kurikulum/silabus yang terkait dengan mata pelajaran

yang diampu

d. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

f. Membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik h. Evaluasi hasil belajar

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran

2. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri

3. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

a. Menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan mata pelajaran

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu


(31)

12 a. Bersikap sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional

Indonesia

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

c. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

d. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru

4. Kompetensi sosial

a. Bersikap inklusif (terbuka terhadap berbagai perbedaan), bertidak objektif, dan tidak diskriminatif

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat c. Beradaptasi di tempat tugas di deluruh wilayah

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

4. Konsep Evaluasi/Penilaian Kinerja Guru

Evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian atau pengukuran. Dunn (2003: 30) mengemukakan bahwa istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian. Menurut Mangkunegara (2009: 12), evaluasi/penilaian kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Parsons (2011: 546) mengemukakan bahwa evaluasi mengandung dua aspek yang saling terkait, yaitu:


(32)

13

1) Evaluasi kebijakan dan kandungan programnya.

2) Evaluasi terhadap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan dan program.

Dari kedua aspek yang terkandung dalam evaluasi tersebut, fokus peneliti dalam penelitian ini lebih kepada aspek yang kedua yaitu evaluasi terhadap orang-orang di mana orang-orang di sini merupakan para guru yang telah sertifikasi.

Pada hakikatnya, penilaian kinerja guru merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan untuk guru. Mulyasa (2013: 88) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPANRB) Nomor 16 Tahun 2009 dalam Mulyasa (2013: 88) menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan jabatannya.

Dari beberapa penjelasan yang dikemukakan para ahli mengenai evaluasi kinerja guru tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja guru merupakan suatu penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil kerja guru. Dengan adanya penilaian terhadap hasil kerja guru maka diharapkan pegawai atau guru tersebut dapat lebih meningkatkan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih baik.


(33)

14

5. Tujuan Penilaian Kinerja Guru

Menurut Payong (2011: 115) tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini khususnya guru dilakukan untuk memastikan layanan pendidikan yang diberikan oleh para guru tetap profesional dan berkualitas serta menjadi dasar untuk peningkatan dan pengembangan karir guru. Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi/penilaian kinerja guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa (2013: 91-92) antara lain:

a. Untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan yang diberikan oleh para anggotanya.

b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang akan

memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan.

c. Memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja atau melaksanakan

pekerjaannya secara profesional dan mampu memberikan layanan yang berkualitas terhadap masyarakat khususnya peserta didik.

d. Sebagai bahan evaluasi diri bagi guru sehingga guru tersebut dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimilikinya. e. Sebagai dasar untuk melakukan perbaikan, pembinaan dan pengembangan,

serta memberikan nilai prestasi kerja dan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karirnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

f. Sebagai bahan untuk mengembangkan potensi, karier, dan profil kinerjanya yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).


(34)

15

6. Indikator Penilaian Kinerja Guru

Peneliti menggunakan indikator penilaian kinerja guru dalam buku Payong (2011: 28-61) di mana kinerja guru dapat dinilai dari:

1) Kompetensi Pedagogis

2) Kompetensi Profesional

3) Kompetensi Kepribadian

a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik

b. Menyusun RPP, Silabus, dan Materi Penunjang sebagai pedoman

mengajar

c. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

d. Membantu peserta didik mengaktualisasikan potensinya

e. Evaluasi hasil belajar

a. Menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan mata pelajaran

b. Menggunakan alat peraga dalam mengajar

c. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar

d. Terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

e. Mengikuti diklat/pelatihan dan seminar untuk mengembangkan diri

a. Bersikap sesuai norma dan aturan yang berlaku

b. Mendidik peserta didik untuk bersikap disiplin dalam segala hal

c. Ketepatan waktu dalam mengajar

d. Tanggung jawab


(35)

16 4) Kompetensi Sosial

Peneliti menggunakan indikator tersebut yaitu: kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial karena keempat indikator tersebut merupakan alat ukur yang menurut peneiti paling tepat dalam menilai baik buruknya kinerja guru sesuai prosedur yang telah ditentukan. Parameter atau indikator tersebut dapat menggambarkan kinerja guru secara lebih luas dan spesifik.

B. Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru

1. Hakikat Sertifikasi Guru

Standar kompetensi dan sertifikasi guru pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman (Mulyasa, 2007: 17). Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2007: 21) mengemukakan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, salah satunya

yaitu kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik.

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, dan tidak diskriminatif

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat c. Berkomunikasi dengan sesama profesi dan profesi lain


(36)

17

b. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, yang

berkaitan dengan kemampuan untuk menghadapi dan menangani berbagai permasalahan peserta didik.

c. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan

(reinforcement), salah satunya yaitu memberikan respon yang sifatnya membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar.

d. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri, antara lain yaitu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, memperluas dan menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru Bab I Ketentuan Umum dalam Payong (2011: 158) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru yang memiliki sertifikat pendidik dapat dianggap sebagai guru yang profesional dan berhak mendapatkan tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok. Sertifikasi guru merupakan program kebijakan yang ditujukan untuk guru berupa tunjangan profesi atau kesejahteraan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dalam Mulyasa (2007: 33-34) tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah:

“Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan

dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat


(37)

18 diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat

pendidik”.

Secara lebih umum, menurut National Commission on Educational Services (NCES), pengertian tentang sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik dikalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sementara menurut Mulyasa dalam Syafaruddin (2008: 34) berpendapat bahwa sertifikasi guru adalah :

“Pada hakikatnya sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan nasional pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait dengan amanat Undang-undang Guru dan Dosen, karena melalui standar dan sertifikasi diharapkan dapat dipilah dan dipilih guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi dan guru

yang tidak profesional sehingga tidak berhak mendapatkannya”.

Dari pemahaman tentang sertifikasi guru di atas, maka dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru yang layak.


(38)

19 Jalal dan Tilaar dalam Mulyasa (2007: 36-39) mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru, pembinaan, dan peningkatan karir guru.

1. Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh.

2. Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan:

(1) kesulitan tempat bertugas,

(2) kemampuan, keterampilan, dan kreativitas guru, (3) fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah,

(4) prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder.

Dalam hal ini, guru perlu diberikan kesempatan bersaing untuk memperoleh penghargaan berbentuk insentif.

3. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat

mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rekrutmen dan penempatan adalah:

a. asal tempat calon guru,

b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil pendidikan dan seleksi,

c. menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah, d. memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di


(39)

20 e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang

melanggar,

f. memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang berasal dari daerah lain,

g. untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi dari pemerintah daerah. Mereka yang bukan berasal dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja) dapat mengambil akta mengajar atau program PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

4. Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:

1) Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan.

2) Pembinaan melalui program dalam jabatan yang diberikan oleh lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, dan oleh pihak luar negeri.

3) Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan diploma dan sarjana non keguruan.


(40)

21

2. Sistem Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Guru

Menurut Mulyasa (2007: 40-41), kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru baik untuk lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 non-kependidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami Pembentukan

Kompetensi Mengajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen, Dikti, Depdiknas.

2) Lulusan program sarjana non-kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses PKM pada perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulusdalam PKM, baru lulusan S1 non-kependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi. Sementara lulusan program sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses PKM, tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi.

3) Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK

yang terakreditasi, sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti, Depdiknas (Depdiknas, 2004).

4) Peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus baik yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun non-pendidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan


(41)

22 untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

5) Peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sepuluh sampai lima belas tahun sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. Bentuk aktivitas uji kompetensi untuk kelompok ini adalah dalam kategori resertifikasi. Termasuk dipersyaratkan mengikuti resertifikasi bagi guru yang ingin menambah kemampuan dan kewenangan baru. PKM dengan uji kompetensi dilaksanakan secara terpisah. PKM dilakukan melalui PPTK atau melalui program pembentukan lainnya. Uji kompetensi hanya dilakukan oleh PPTK terakreditasi dengan penugasan dari ditjen Dikti.

Gambar 1. Bagan Kerangka Sertifikasi Kompetensi Guru (Mukhadis dalam Mulyasa (2007: 41).

S1 Non Kependidikan S1 Kependidikann Lulusan PT PKM LPTK Terakreditasi Peserta Uji Kompetensi Guru Proses Uji Kompetensi Guru Guru Kelas Guru BS Keluaran Uji Kompetensi Guru S1 Non Kependidikan Masyarakat Pengguna/ Stakeholder


(42)

23

3. Beban Kerja Guru Tersertifikasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru Bab IV Beban Kerja dalam Payong (2011: 196) adalah sebagi berikut:

1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok:

a. Merencanakan pembelajaran

b. Melaksanakan pembelajaran

c. Menilai hasil pembelajaran

d. Membimbing dan melatih peserta didik, dan

e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru

2. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi dua puluh empat (24) jam tatap muka dan paling banyak empat puluh (40) jam tatap muka dalam satu (1) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

3. Pemenuhan beban kerja paling sedikit dua puluh empat (24) jam tatap muka dan paling banyak empat puluh (40) jam tatap muka dalam satu (1) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit enam (6) jam tatap muka dalam (satu (1) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai Guru Tetap.


(43)

24

4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru

Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi guru antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional.

d. Pendidikan.Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

5. Prinsip Sertifikasi Guru

Berdasarkan pedoman penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2014, prinsip sertifikasi guru antara lain sebagai berikut :

1. Penetapan peserta dilaksanakan secara berkeadilan, objektif, transparan, kredibel, dan akuntabel :

a. Berkeadilan, semua peserta sertifikasi guru ditetapkan berdasarkan urutan prioritas usia, masa kerja, dan pangkat/ golongan. Guru yang memiliki rangking atas mendapatkan prioritas lebih awal daripada rangking bawah. b. Objektif, mengacu kepada kriteria peserta yang telah ditetapkan.

c. Transparan, proses dan hasil penetapan peserta dilakukan secara terbuka, dapat diketahui semua pihak yang berkepentingn.


(44)

25 d. Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya semua pihak. e. Akuntabel, proses dan hasil penetapan peserta sertifikasi guru dapat

dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.

2. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional

Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu guru dan oleh karenanya guru yang lulus sertifikasi dan mendapatkan sertifikat pendidik harus dapat menjamin (mencerminkan) bahwa guru yang bersangkutan telah memenuhi standar kompetensi guru yang telah ditentukan sebagai guru profesional. Sertifikasi guru yang dilaksanakan melalui berbagai pola, yaitu penilaian portofolio, PLPG, dan PSPL, dipersiapkan secara matang dan diimplementasikan sebaik-baiknya sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Guru yang lulus sertifikasi dengan proses sebagaimana tersebut di atas akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

3. Dilaksanakan secara taat azaz

Sertifikasi guru dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengacu pada buku pedoman sertifikasi guru yang telah diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis

Pelaksanaan sertifikasi guru didahului dengan pemetaan baik pada aspek jumlah, jenis mata pelajaran, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan fasilitas, dan target waktu yang ditentukan. Degan pemetaan yang baik, maka


(45)

26 diharapkan pelaksanaan sertifikasi guru dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta secara nasional dapat selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

6. Tujuan Sertifikasi Guru

Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007: 35), sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

a) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

c) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

d) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan.

Sementara Payong (2011: 76) mengemukakan beberapa tujuan dari sertifikasi, diantaranya:

a) Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan.

c) Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru.


(46)

27

7. Manfaat Sertifikasi Guru

Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, sertifikasi guru juga memiliki manfaat tertentu. Adapun manfaat dari uji sertifikasi guru menurut Muslich (2007: 9) antara lain, sebagai berikut:

a) Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.

b) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dari penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.

c) Menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.

d) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

8. Indikator Sertifikasi Guru

Penulis menggunakan indikator sertifikasi dalam buku pedoman penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2014 yaitu:

a. Penetapan peserta dilaksanakan secara berkeadilan, objektif, transparan, kredibel, dan akuntabel

b. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional c. Dilaksanakan secara taat azaz


(47)

28

C. Hubungan Sertifikasi dengan Kinerja Pegawai/Guru

Untuk mencapai prestasi kerja guru secara maksimal pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh guru tersebut sehingga guru termotivasi untuk berproduktivitas dengan kualitas tinggi dan tujuan utama pendidikan dapat terwujud.

Dalam upaya meningkatkan kualitas kerja dan mutu pendidikan, pemerintah memberlakukan kebijakan sertifikasi bagi kalangan pendidik khususnya guru. Untuk mencapai hasil kinerja yang baik, seorang guru perlu diberikan perhatian dan pengakuan yang disertai dengan penghargaan dan tunjangan kesejahteraan terhadap hasil-hasil yang dicapainya, agar pegawai dapat bekerja lebih baik dan bisa meningkatkan kinerja serta mempunyai rasa tanggung jawab atas pekerjaannya. Dengan program sertifikasi atau tunjangan kesejahteraan maka seorang pegawai akan terdorong untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugasnya dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi sehingga akan berpengaruh juga terhadap kinerja seorang pegawai.

Terdapat hubungan yang positif antara sertifikasi dengan kinerja sebagaimana yang diungkapkan oleh Muslich (2007: 8), bahwa rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, maka diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus maka KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) juga bagus, KBM yang bagus diharapkan dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu. Artinya pegawai yang mempunyai motivasi dengan tunjangan kesejahteraan yang tinggi maka cenderung memiliki kinerja yang


(48)

29 tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah.

D. Kerangka Pikir

Guru merupakan komponen yang paling menentukan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Sehingga, peran guru sangat penting dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya pendidikan. Oleh karena itu, kesejahteraan, kenyamanan, keamanan dan masa depan guru harus diperhatikan dan ditingkatkan secara terus-menerus. Salah satu upaya pemerintah sebagai bentuk penghargaan terhadap guru yaitu dengan mengeluarkan program sertifikasi guru yang diharapkan dapat memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan kualits kinerja guru.

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menetapkan empat macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Penguasaan keempat kompetensi tersebut merupakan cara atau tolak ukur untuk mengetahui kinerja guru pasca program sertifikasi. Guru merupakan faktor utama dalam suatu proses pendidikan, yang berhadapan langsung dengan peserta didik melaui proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru yang akan berdampak pada meningkatnya kualitas dan mutu pendidikan. Untuk mengetahui hasil


(49)

30 kinerja guru SMK negeri Metro ditinjau dari empat kompetensi, maka dilaksanakan evaluasi kinerja guru pasca program sertifikasi. Evaluasi atau penilaian ini meliputi penguasaan guru dalam melaksanakan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Payong, (2011: 28-61):

1. Kompetnsi pedagogis 2. Kompetensi profesional 3. Kompetensi kepribadian 4. Kompetensi sosial

Kinerja Guru

Hasil evaluasi/penilaian kinerja guru a. Objektif, transparan, kredibel,

dan akuntabel

b. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional

c. Taat azaz

d. Terencana dan sistematis Jalal (2007)

Sertifikasi Guru


(50)

31

E. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013: 59), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian masalah yang didasarkan atas teori yang relevan. Selanjutnya peneliti mencoba merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

1. Ha : Ada pengaruh antara sertifikasi guru terhadap kinerja guru Ho : Tidak ada pengaruh antara sertifikasi guru terhadap kinerja guru


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang (ketika penelitian ini berlangsung) dan menyajikannya sebagaimana data yang ada. Sedangkan alasan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini hubungan antara variabel bersifat sebab-akibat serta penelitian ini juga bermaksud untuk menguji hipotesis antara sertifikasi guru terhadap kinerja guru. Menurut Sugiyono (2013: 8-11) pendekatan kuantitatif ialah pendekatan dengan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dengan analisis bersifat statistik yang memiliki tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan serta hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti bersifat kausal.

Pada penelitian ini penulis menentukan subjek sesuai dengan tema yang diangkat yaitu penilaian kinerja guru SMK Negeri pasca sertifikasi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, sehingga mengarah kepada penelitian deskriptif karena menggambarkan kinerja guru bersertifikasi SMK Negeri Kota Metro.


(52)

33

B. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan suatu batasan terhadap masalah yang menjadi pedoman dalam penelitian sehingga arah dan tujuan penelitian tidak menyimpang. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah mendapatkan hasil penilaian kinerja guru pasca program sertifikasi guru di SMK Negeri Kota Metro. Definisi konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Sertifikasi guru merupakan tunjangan kesejahteraan yang diberikan kepada guru

profesional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sertifikasi guru. (Jalal,

2007)”.

“Kinerja guru merupakan hasil penilaian dari pelaksanaan tugas seseorang atau sekolompok orang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu meliputi penguasaan guru dalam melaksanakan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. (Payong, 2011: 28-61)”.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir (2005:34), adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya diperoleh empat dimensi yaitu dimensi kompetensi pedagogik, dimensi kompetensi profesional, dimensi


(53)

34 kompetensi kepribadian, dan dimensi kompetensi sosial. Maka peneliti menguraikan operasionalisasi variabel secara lengkap yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Definisi Indikator

Sertifikasi

Berkeadilan, objektif, transparan, kredibel, dan akuntabel

Adil, mengacu kepada kriteria peserta yang telah ditetapkan, terbuka, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan

a. Prioritas usia, masa kerja, dan pangkat/ golongan b. Rangking/prestasi guru c. Kriteria peserta

d. Keterbukaan e. Dapat dipercaya dan

tanggung jawab Peningkatan

mutu pendidikan nasional

Sertifikasi sebagai upaya peningkatan mutu guru dan pendidikan sesuai standar kompetensi guru yang telah ditentukan.

a. Peningkatan karir/pendidikan b. Peningkatan mutu/prestasi

siswa

c. Kesejahteraan guru d. Tingkat penghargaan

Dilaksanakan secara taat azaz

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

a. Peraturan perundang-undangan

b. Mengacu pada buku pedoman sertfikasi guru Terencana

dan sistematis

Berlangsung secara efektif dan efisien serta secara nasional dapat selesai pada waktu yang telah ditetapkan

a. Efektif dan efisien b. Tepat waktu

Penilaian kompetensi Pedagogis Penilaian terhadap kemampuan membimbing dan mengelola pembelajaran peserta didik

a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik b. Pengembangan kurikulum c. Pemanfaatan teknologi

pembelajaran

d. Pengembangan peserta didik e. Evaluasi hasil belajar

Penilaian terhadap kemampuan penguasaan materi pembelajaran

a. Menguasai materi, struktur, dan konsep keilmuan mata pelajaran


(54)

35

Sumber: Data diolah oleh peneliti dikutip dari Jalal (2007 )dan (Payong, 2011: 28-61).

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk

Penilaian kompetensi profesional

secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan

b. Menggunakan alat peraga dalam mengajar

c. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar d. Terbuka terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan

e. Mengikuti diklat/pelatihan dan seminar untuk

mengembangkan diri Penilaian kompetensi Kepribadian Penilaian terhadap kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia

a. Bersikap sesuai norma dan aturan yang berlaku

b. Kemampuan mendisiplinkan peserta didik

c. Ketepatan waktu dalam mengajar

d. Menunjukkan etos kerja dantanggung jawab yang tinggi Penilaian kompetensi Sosial Penilaian terhadap kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat

a. Bersikap inklusif (terbuka terhadap berbagai

perbedaan), bertindak objektif, dan tidak diskriminatif

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat

c. Berkomunikasi dengan sesama profesi dan profesi lain


(55)

36 dipelajari (Sugiyono, 2013:80). Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yakni:

a. Populasi target ( Target population)

Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan masalah penelitian sebelum penelitian dilakukan (seluruh unit populasi). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh guru bersertifikasi SMK Negeri Kota Metro.

b. Populasi survei (Survey population)

Populasi survei adalah populasi yang terliput dalam penelitian yang dilakukan (sub unit dari populasi target) yang kemudian dijadikan sampel. Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi survei adalah guru bersertifikasi SMK Negeri Kota Metro yaitu sebanyak 61 guru.

Tabel 2. Jumlah Guru Bersertifikasi SMK Negeri Metro Tahun 2014

No Sekolah Guru Bersertifikasi

1 SMK Negeri 1 Metro 54 2 SMK Negeri 2 Metro 57 3 SMK Negeri 3 Metro 46

Jumlah 157

Sumber: Data diolah oleh peneliti dari dokumentasi Disdikbudpora bidang Dikmen (Pendidikan Menengah), 2014, 2015

2. Sampel

Sugiyono (2013: 73), mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel berdasarkan rumus Slovin dalam Basrowi (2007: 274), yaitu:


(56)

37

= N

1+Ne²

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir, dalam penelitian ini adalah 10%.

Maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:

= 157

1 + 157(0,1)²

n = 61

Pertimbangan sampel dalam penelitian ini adalah guru SMK Negeri 1, 2, dan 3 Metro.Berdasarkan rumus di atas terdapat 61 guru yang dijadikan sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik/metode proportionate randomsampling (acak proporsional). Metode ini diambil karena terdapat variasi populasi dalam penelitian, sehingga pengambilan sampel acak tidak bisa dilakukan secara langsung. Klasifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru bersertifikasi di tiga SMK negeri Kota Metro Tahun 2014. Dari guru bersertifikasi di ketiga SMK negeri yang ada, kemudian dipilih acak sebanyak 61 guru sebagai sampel. Dari jumlah tersebut, dibagi secara proporsional dengan rumus:


(57)

38

Sampel tiap klasifikasi =jumlah populasi dlm klasifikasi

jumlah seluruh populasi × jumlah sampel

Maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel tiap klasifikasi sebesar:

1) SMK Negeri 1 Metro : 54

157× 61 = 21

2) SMK Negeri 1 Metro : 57

157× 61 = 22

3) SMK Negeri 1 Metro : 46

157× 61 = 18

Tabel 3. Jumlah Sampel dari Setiap Guru BersertifikasiSMKNegeriMetro tahun 2014

Sumber: Data diolah peneliti dari dokumentasi Disdikbudpora jenjang Dikmen (Pendidikan Menengah), 2014, 2015

E. Jenis dan Sumber Data

Data adalah segala sesuatu yang diketahui atau dianggap mempunyai sifat bisa memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan (Sugiyono, 2013: 34). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

No. Sekolah Populasi Sampel

1 SMK Negeri 1 Metro 54 21 2 SMK Negeri 2 Metro 57 22 3 SMK Negeri 3 Metro 46 18


(58)

39 1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang dikumpulkan peneliti langsung dari responden dilapangan. Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh melalaui kuesioner yang diklasifikasikan berdasarkan indikator variabel penelitian yang diisi oleh guru SMK Negeri tersertifikasi di Kota Metro.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sumbernya berasal dari Sekolah Kejuruan Negeri Metro, dan kantor Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro. Adapun data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa: catatan-catatan, data statistik, peraturan perundang-undangan, arsip-arsip, laporan kegiatan, foto-foto dan dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan materi dan pembahasan skripsi ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013: 224).Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara dan berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket). Menurut Arikunto (2010: 101) angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan kumpulan pertanyaan yangdiajukan secara tertulis kepada seseorang (dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawabnya juga dengan tertulis. Kuesioner pada penelitian ini kemudian dibagi kepada 61 orang responden.


(59)

40

G. Skala Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2013: 92), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif, yang dinyatakan dalam bentuk angka sehingga lebih akurat, efisien dan komunikatif. Pada penelitian ini pengukuran skor menggunakan skala Likert. Skala Likert menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Guna mempermudah pengolahan dan pengukuran data, jawaban dari responden diberi skor atau nilai. Dari jumlah skor-jawaban responden yang diperoleh, kemudian disusun kriteria penilaian untuk setiap item pernyataan.

Tabel 4. Skor jawaban responden Nilai/Skor Kategori

1 Sangat Rendah

2 Rendah

3 Sedang

4 Tinggi

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2015

H. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian yang telah dikumpulkan dengan kuisoner dan dokumentasi perlu untuk diolah dan dianalisis untuk memudahkan peneliti agar memahami data yang didapat. Siswanto (2012: 70) mengatakan bahwa pengolahan data bertujuan untuk menyederhanakan data yang telah terkumpul, menyajikan dalam susunan


(60)

41 yang baik dan kemudian analisa. Tahap-tahap pengolahan data menurut Siswanto (2012: 70-71) adalah sebagai berikut:

1) Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa dan penyelesaian kembali data kuesioner yang terkumpul dari lapangan untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian. Hal yang dilakukan adalah menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan, kelengkapan pengisian jawaban, kestabilan jawaban dan tidak mengganti jawaban responden.

2) Coding

Coding dilakukan untuk menyederhanakan jawaban responden, juga untuk memudahkan mengolah data melalui software pengolah data statistik yang dalam penelitian ini ialah SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 16. SPSS adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk menganalisa sebuah data dengan analisis statistika.Melalui software SPSS, perlakuan terhadap data ialah dengan pemberian tanda atau simbol skor dari data yang sudah di edit, sehingga dapat mengklasifikasikan kedalam masing-masing variabel yang ditentukan.

3) Tabulating

Tahap tabulatingdilakukan dengan menyusun dan menghitung data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah dipahami.


(61)

42

I. Uji Intrumen Penelitian .

a) Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:30), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingka-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.Untuk mengukur validitas peneliti menggunakan rumus pearson product moment:

� = � −( )( )

� � − �� �( )�

Keterangan: Rxy =nilai validasi X = skor nilai x Y = skor nilai y N = jumlah Sampel

Uji validitas diukur melalui kriteria berikut ini:

a. Jika nilai rhitung> r tabel maka dapat dikatakan valid, jika sebaliknya dikatakan tidak valid.

b. Probabilitas (sig) < 0,05 maka instrumen dapat dikatakan valid, jika sebaliknya maka dikatakan tidak valid.Hasil uji validitas instrumen menggunakan teknik korelasi person dengan program SPSS 16.


(62)

43 b) Uji Reliabilitas

Arikunto (2002:34) mengatakan bahwa reliabilitas akan menunjukkan bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dan memiliki kemantapan atau ketepatan. Karena dalam penelitian ini skor yang digunakan bukan 1 dan 0, melainkan skala dari 1-4, maka untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Koefisien Alfa (CronBach Alpha) yaitu:

�11 = �

� −1 1−

� 2

�2

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

� 2

= Jumlah varian butir �2

�= Varian total

Setelah hasil nilai Koefisien Alfa (CronBach Alpha) didapatkan maka nilai tersebut dibandingkan dengan r hitung pada tabel nilai r. Jika nilai Alfa > rhitung maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya jika nilai Alfa < rhitung maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.


(63)

44

J. Teknik Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat data datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Statistik dapat dibagi menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Pada penelitian ini, analisis yang dipakai adalah analisis statistik deskriptif.

Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2012:169) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Termasuk data deskriptif dalam penelitian ini antara lain adalah mean, standard error of mean, median, standard deviation, range, maximum, dan minimum.

1. Mean (X)

Mean (X) atau disebut juga dengan rata-rata adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai-nilai (X) dengan jumlah individu (N). Rumusnya adalah sebagai berikut:


(64)

45

� =Σ�

Keterangan: X : Mean

�X : Jumlah nilai dalam distribusi n : Jumlah sampel

2. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya. Rumus mencari median:

= +

1

2 − �

0

Keterangan:

: Tepi bawah dari kelas limit yang mengandung median : Nilai median

n : Banyaknya data

� : Frekuensi kumulatif sebelum kelas yang memuat median

0 : Frekuensi kelas yang memuat median c : Panjang interval kelas

3. Standar Deviasi

Standar deviasi (SD) disebut juga simpangan baku. SD mengukur seberapa baik mean mewakili data. Semakin kecil SD mengindikasikan data dekat dengan Mean. Semakin besar SD mengindikasikan data jauh dari Mean. Jika


(65)

46 SD = 0 maka Mean seluruh data adalah serupa. Rumus SD adalah sebagai berikut:

�= � ��− �

2

n−1

Keterangan:

S : Standar deviasi

�� : Mean data yang diobservasi

� : Mean data keseluruhan n : Jumlah sampel

4. Standar Error of Mean

Standar error adalah seberapa baik sampel mewakili polulasi. Standar error berkaitan dengan sampel yang juga disebut Standar Error of Mean (SE). SE menunjukkan seberapa jauh perbedaan Mean sampel dengan Mean populasi. SE dihitung dengan membagi Standar Deviasi (SD) sampel (s) dengan akar kuadrat total sampel (N):

�� = �

Keterangan: SE : Standar Error S : Standar Deviasi N : Jumlah Sampel

5. Range


(1)

49 L. Uji Hipotesis

1. Uji T

Uji t digunakan untuk melihat/menguji apakah variabel independen (sertifikasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (kinerja). untuk menguji signifikan konstanta dari setiap variabel independen. Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t (parsial) dengan taraf kepercayaan sebesar 5% dan dk = n-2 dengan rumus sebagai berikut:

t = � −2

1−�2

Keterangan:

r = Korelasi parsial yang ditemukan n = Jumlah sampel

t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel

Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 5% dengan df=(n-k-1). Dasar pengambilan keputusannya yaitu:

1. Jika t hit<t tab maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika t hit>t tab maka Ho ditilak dan Ha diterima.

2. Jika probabilitas>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika probabilitas<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.


(2)

112

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa hasil penilaian kinerja guru pasca program sertifikasi guru sudah cukup baik. Hal ini peneliti jabarkan dalam bentuk deskripsi penilaian kinerja guru berdasarkan dimensi kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial sebagai berikut:

1. Dimensi kompetensi pedagogis: Hasil penilaian dimensi kompetensi pedagogis memperoleh angka sebesar 3,31% yang masuk dalam kategori interval cukup baik. Dari seluruh item pertanyaan peneliti, terdapat satu item yang memperoleh skor terendah, diantaranya adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran.

2. Dimensi kompetensi profesional: Hasil penilaian dimensi kompetensi profesional memperoleh angka sebesar 3,19% yang masuk dalam kategori interval cukup baik. Dari seluruh item pertanyaan peneliti, terdapat dua item yang memperoleh skor terendah, antara lain:

a. Penggunaan metode bervariasi dalam mengajar


(3)

113 3. Dimensi kompetensi kepribadian: Hasil penilaian dimensi kompetensi kepribadian memperoleh angka sebesar 3,38% yang masuk dalam kategori interval cukup baik. Dari lima item pertanyaan peneliti terkait dimensi kompetensi kepribadian, terdapat satu item yang memperoleh skor terendah, yaitu ketepatan waktu dalam mengajar.

4. Dimensi kompetensi Sosial: Hasil penilaian dimensi kompetensi sosial memperoleh angka sebesar 3,31% yang masuk dalam kategori interval cukup baik. Dari tiga item pertanyaan peneliti terkait dimensi kompetensi sosial, satu item diantaranya memperoleh skor terendah, yaitu komunikasi dengan sesama pendidik/profesi dan profesi lain.

5. Variabel sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMK Negeri Kota Metro.

B. Saran

1. Kemampuan guru terkait pemanfaatan teknologi pembelajaran dan penggunaan metode mengajar guru masih rendah, hal ini dikarenakan guru belum melakukan pendidikan dan pelatihan secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan dukungan Kepala Sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro untuk dapat memotivasi dan memfasilitasi para guru pada seminar, pelatihan, dan kegiatan lainnya secara berkesinambungan sehingga profesionalisme guru semakin meningkat.

2. Kemampuan berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas seprofesi maupun profesi lain masih rendah, hal ini dikarenakan masih banyak guru


(4)

114 yang belum menghasilkan karya ilmiah serta belum berkembangnya budaya meneliti dan berinovasi dikalangan guru. Oleh karena itu, kepada lembaga pendidikan atau pihak sekolah agar dapat berperan sebagai fasilitator dalam menumbuhkan budaya menulis dan meneliti dikalangan guru yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu proses pembelajaran guru yang bersangkutan.

3. Perhatian yang serius terhadap ketepatan waktu pemberian tunjangan gaji yang menjadi hak guru perlu ditingkatkan. Sehingga kesadaran dan motivasi guru terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik akan lebih meningkat.

4. Ketegasan terhadap setiap aturan yang sudah ditetapkan harus lebih ditingkatkan agar guru dapat lebih bersikap disiplin. Sehingga guru bisa lebih menghargai profesinya sebagai pengajar dan tidak menganggap sertifikasi sebagai suatu penghargaan (reward) melainkan sebagai alat yang dapat memotivasi guru dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja guru dan mutu pendidikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Amtu, Onisimus. 2013. Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta Arikunto, Suharmi. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionlisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara . 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara Jalal, Fasli dkk. 2007. Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional direktorat Pendidikan tahun 2007

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refik Aditama

. 2000 .Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Jakarta: Alfabeta

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara.

Parsons, Wayne. 2011. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(6)

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Payong, Marselus. 2011. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta Barat: PT. Indeks

Sedarmyanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama

. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandur Maju

Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Citra

Sumber Website :

http://sirusa.bps.go.id/index.indikator/, diakses pada selasa 10 Februari 2015 pukul 14.32 WIB.

http://lampost.co/berita.komisi.ii.dprd.metro.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 15.32 wib

http://detiklampung.com/berita-di-kota-metro-swasta-lebih-berkualitas-ketimbang- negeri.html, diakses pada 10 Februari 2014 pukul 15.30 WIB

http://m.jpnn.com/news, diakses pada tanggal 15 April 2015, pukul 13.06 WIB

Sumber Hukum :

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.