PENGARUH SUHU DERAAN DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

(1)

PENGARUH SUHU DERAAN DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.)

VARIETAS OVAL

Oleh

KRISTIN STEFIANA MARBUN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH SUHU DERAAN DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.)

VARIETAS OVAL

Oleh

KRISTIN STEFIANA MARBUN

Produksi tomat dapat ditingkatkan dengan memperhatikan bahan penting yaitu benih. Benih yang memiliki mutu baik dapat dilihat dari viabilitasnya. Untuk mengetahui viabilitas benih dapat diuji menggunakan metode pengusangan cepat fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi antara suhu dan lama penderaan yang dapat menurunkan viabilitas benih tomat. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Agustus 2012, di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial 2 faktor (2x6) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS), dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah deraan suhu (S) yang terdiri dari dua taraf, yaitu 39oC (s1) dan 41oC (s2). Faktor kedua adalah lama penderaan (L) yang terdiri dari enam taraf, yaitu 0 jam (l0), 24 jam (l1), 48 jam (l2), 72 jam (l3), 96 jam (l4), dan 120 jam (l5). Data dianalisis dengan analisis ragam dan diuji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh suhu 39oC dan 41oC tidak menyebabkan perbedaan dalam menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel


(3)

Kristin Stefiana Marbun kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, kecambah normal lemah, kecambah abnormal, benih mati, dan panjang hipokotil. Pengaruh lama penderaan nyata menurunkan viabilitas benih tomat, lama penderaan 24 jam sudah menurunkan viabilitas benih yang ditunjukkan oleh variabel kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, panjang hipokotil, kecambah abnormal, dan benih mati. Pengaruh interaksi suhu dan lama penderaan nyata menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel kecambah normal kuat, panjang akar primer, dan bobot kering kecambah normal. Kombinasi perlakuan yang efektif sudah dapat menurunkan viabilitas benih adalah pada suhu 39oC dengan lama penderaan 24 jam atau suhu 41oC dengan lama penderaan 24 jam.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5 Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Deskripsi Tanaman Tomat ... 9

2.2 Viabilitas Benih ... 10

2.3 Kemunduran Benih ... 11

2.4 Metode Pengusangan Cepat ... 15

III. BAHAN DAN METODE ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 17

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 18

3.4.1 Penanaman dan processing ... 18

3.4.2 Penyiapan benih ... 20


(7)

vii

3.4.4 Perkecambahan benih ... 22

3.5 Uji Perkecambahan ... 22

3.5.1 Uji kecepatan perkecambahan (UKP) ... 22

3.5.2 Uji keserempakan perkecambahan (UKsP) ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil dan Rekapitulasi Analisis Ragam ... 26

4.2 Pengaruh Suhu pada Viabilitas Benih Tomat Varietas Oval ... 27

4.2 Pengaruh Lama Penderaan pada Viabilitas Benih Tomat Varietas Oval ... 28

4.3 Pengaruh Interaksi Suhu dan Lama Penderaan pada Viabilitas Benih Tomat Varietas Oval ... 29

4.4 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 37

PUSTAKA ACUAN ... 38

LAMPIRAN ... 40 Tabel ... 40-68


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh suhu dan lama penderaan pada viabilitas benih tomat

varietas Oval terhadap variabel yang diamati. ... 26 2. Pengaruh suhu pada viabilitas benih tomat varietas Oval. ... 27 3. Pengaruh lama penderaan pada viabilitas benih tomat

varietas Oval. ... 28 4. Pengaruh interaksi suhu dan lama penderaan pada

kecambah normal kuat. ... 29 5. Pengaruh interaksi suhu dan lama penderaan pada

panjang akar primer. ... 30 6. Pengaruh interaksi suhu dan lama penderaan pada

bobot kering kecambah normal. ... 31

Lampiran

7. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan benih tomat varietas Oval pada kecepatan perkecambahan. ... 40 8. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan benih tomat varietas Oval pada kecepatan perkecambahan. ... 41 9. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecepatan perkecambahan. ... 42 10. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal total. ... 43 11. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan


(9)

ix 12. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal total. ... 45 13. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal kuat. ... 46 14. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal kuat. ... 47 15. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal kuat. ... 48 16. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal lemah. ... 49 17. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal lemah transformasi √x. ... 50 18. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal lemah transformasi √x. ... 51 19. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah normal lemah transformasi √x. ... 52 20. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan benih tomat varietas Oval pada kecambah normal lemah. ... 53 21. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah abnormal. ... 54 22. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah abnormal. ... 55 23. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada kecambah abnormal. ... 56 24. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada benih mati. ... 57 25. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada benih mati. ... 58 26. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan


(10)

x 27. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang hipokotil. ... 60 28. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang hipokotil. ... 61 29. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang hipokotil. ... 62 30. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang akar primer. ... 63 31. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang akar primer. ... 64 32. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada panjang akar primer. ... 65 33. Data pengamatan untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada bobot kering

kecambah normal. ... 66 34. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada bobot kering kecambah normal. ... 67 35. Analisis ragam untuk pengaruh suhu dan lama penderaan

benih tomat varietas Oval pada bobot kering kecambah normal. ... 68


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman 1. Alat penderaan benih tomat. ... 21 2. Pengukuran panjang hipokotil dan panjang akar primer. ... 25


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi akan buah ini tinggi. Tomat juga penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat khususnya di Indonesia, karena buah tomat yang masak

mengandung vitamin A dan vitamin C cukup tinggi (Pitojo, 2005)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), produksi tomat di Lampung tahun 2010 mencapai 20.330 ton/ha, menurun tahun 2011 mencapai 18.420 ton/ha, dan meningkat 20.257 ton/ha tahun 2012. Produksi tomat di Indonesia meningkat tahun 2010 mencapai 891.616 ton/ha, tahun 2011 mencapai 954.046 ton/ha, dan 887.556 ton/ha pada tahun 2012. Untuk

meningkatkan produksi tomat dapat didukung dengan ketersediaan kualitas buah tomat yang semakin baik. Kualitas tomat tersebut dapat meningkat bila

menggunakan benih yang bermutu.

Benih yang bermutu akan menghasilkan produksi yang tinggi dan produk yang berkualitas. Menurut Sadjad (1993), mutu benih terdiri dari mutu fisik, mutu genetik, dan mutu fisiologi. Benih bermutu fisik tinggi menunjukkan


(13)

2 Mutu genetik benih ditunjukkan dengan sifat genetik yang seragam. Mutu benih secara fisiologi adalah mutu yang diukur dari kemampuan benih yang dapat berproduksi normal pada kondisi yang normal pula. Jika mutu fisiologi benih menurun maka benih mengalami perubahan secara keseluruhan, baik fisik, fisiologi, dan kimia yang dapat menyebabkan viabilitas benih menurun.

Benih yang memiliki viabilitas baik akan tumbuh menjadi tanaman normal. Menurut Mugnisjah (1994), ciri-ciri benih yang memiliki viabilitas tinggi yaitu tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya, dan mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal, berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal. Benih telah mengalami kemunduran sejak masak fisiologi. Kemunduran benih tersebut dapat diperlambat bila benih disimpan pada kondisi yang terkendali (Copeland dan McDonald, 2001) misalnya suhu dan kelembaban.

Untuk mendeteksi penurunan viabilitas suatu benih dapat dilakukan salah satunya dengan metode pengusangan cepat. Pengusangan cepat terdiri dari pengusangan secara kimiawi dan fisik. Metode pengusangan secara fisik merupakan metode yang paling mudah dan menyerupai kondisi alami saat di penyimpanan. Metode ini pertama kali dilakukan oleh Delouche tahun 1971 menggunakan suhu 41oC dan RH 100% selama empat hari (Copeland dan McDonald, 2001). Menurut Herdiana (2011), temperatur tinggi pada metode ini mencapai 40-50oC dan kelembaban tinggi lebih besar dari 90%.


(14)

3 Suhu dalam benih merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

kemunduran benih. Suhu yang rendah lebih baik dibandingkan suhu yang tinggi dalam penyimpanan benih ortodoks karena dapat memperlambat penurunan viabilitas benih. Dengan meningkatnya suhu dan semakin lama benih didera pada suhu tinggi maka umur penyimpanan menjadi lebih cepat dan viabilitas benih semakin menurun. Pada benih tomat suhu tinggi dapat menyebabkan kemunduran benih lebih cepat pada periode waktu tertentu.

Lama penderaan menjadikan kemunduran benih terus berlangsung, semakin tinggi suhu deraan dan semakin lama waktu penderaan akan semakin

menurunkan viabilitas benih. Pada penelitian ini dilakukan pengusangan cepat benih tomat dengan perlakuan suhu tinggi dan lama penderaan dan kelembaban yang sama (100%). Hal ini diharapkan dapat mengetahui tingkat suhu dan waktu lama penderaan yang mampu untuk menurunkan daya kecambah benih tomat. Dengan mengetahui tingkat suhu deraan dan lama penderaan pada benih tomat ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan uji vigor benih tomat menggunakan suhu dan lama penderaan.

Beberapa penelitian telah melakukan metode ini, dengan menggunakan benih berukuran besar seperti kacang, jambu mete, melon, bahkan tanaman pohon seperti benih gmelina dan sengon. Selain pada benih yang besar, metode ini diharapkan dapat berpengaruh pada benih berukuran kecil, misalnya benih tomat. Diharapkan dengan menggunakan benih tomat dapat mengetahui suhu dan lama penderaan yang dapat menurunkan viabilitasnya.


(15)

4 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui,

1. suhu deraan yang efektif menurunkan viabilitas benih tomat,

2. lama deraan dengan suhu tertentu yang efektif menurunkan viabilitas benih tomat, dan

3. kombinasi perlakuan suhu deraan dan lama penderaan yang efektif dapat menurunkan viabilitas benih tomat.

1.3 Landasan Teori

Pengusangan cepat merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengujian vigor benih. Salah satu metode pengusangan cepat adalah perlakuan menggunakan suhu dan kelembaban relatif yang tinggi untuk periode waktu tertentu. Pengusangan merupakan salah satu perlakuan terhadap benih yang dapat menyebabkan kemunduran kualitas benih karena lingkungan yang suboptimum, yaitu temperatur tinggi. Perlakuan ini merupakan pendekatan untuk mendapatkan benih dengan kondisi yang sama dengan benih yang sudah mengalami periode penyimpanan tertentu. Metode ini didasarkan pada tingkat kerusakan pada benih yang dipercepat, dengan cara mendera benih pada suhu tinggi dan kelembaban 100%. Suhu dan kelembaban itu dianggap sebagai faktor lingkungan yang berkaitan dengan intensitas dan kecepatan penurunan. Dalam kondisi tersebut, kualitas benih memburuk lebih cepat dan terjadi penurunan viabilitas (Herdiana, 2011). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi dengan kelembaban yang sama yaitu 100% pada periode tertentu.


(16)

5 Menurut Justice dan Bass (1994), pada kisaran suhu tertentu, umur penyimpanan sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman pangan menurun dengan meningkatnya suhu. Beberapa penelitian telah melakukan penerapan suhu tinggi pada benih. Secara umum, viabilitas dan vigor benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu, dan semakin lamamya benih terkena suhu tinggi, serta dengan

meningkatnya kandungan air benih. Hasil penelitian Barton dalam Justice dan Bass (1994), menunjukkan pada benih tomat dan rami yang disimpan pada suhu 5oC, 10oC, 20oC, 30oC, dan kelembaban 35% menurunkan daya kecambahnya pengujian yang dilakukan pada benih yang disimpan pada periode yang lebih lama menunjukkan proporsi kecambah abnormal yang kurang lebih sama. Semakin tinggi kadar oksigen lingkungan penyimpanan maka semakin cepat viabilitas benih menurun. Efek pengrusakan oksigen timbul pada konsentrasi oksigen yang relatif rendah dan tampak paling jelas pada tingkat kadar air benih yang tinggi.

Tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang

maksimum selama mungkin, apabila simpanan energi yang dimiliki benih menjadi bocor, sehingga benih sudah tidak mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada saat ditanam. Viabilitas benih yang memiliki kandungan air tinggi akan cepat mengalami kemunduran. Biji sangat mudah menyerap uap air dari udara disekitarnya. Biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan airnya seimbang dengan udara disekitarnya. Hal ini disebut juga respirasi, dimana kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat proses respirasi. Hal ini menyebabkan perombakan cadangan makanan dalam biji menjadi besar. Akhirnya benih kehabisan energi yang tidak dapat dipergunakan untuk berkecambah (Sutopo, 1993).


(17)

6 Menurut Copeland dan McDonald (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran benih antara lain: faktor internal benih yang mencangkup kondisi fisik dan keadaan fisiologisnya, faktor induced selama perkembangan benih di lapangan mempengaruhi kondisi fisiologisnya; faktor kelembaban nisbi dan temperatur, kelembaban mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi respirasi benih. Respirasi berjalan lambat pada suhu yang rendah, pada kondisi ini viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama.

Menurut Sutopo (1993), temperatur yang tinggi dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih, dapat memperbesar terjadi penguapan zat cair dari dalam benih, hingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan

kemampuan untuk berkecambah.

1.4 Kerangka Pemikiran

Benih yang memiliki viabilitas dan vigor menunjukkan bahwa benih tersebut mampu untuk tumbuh atau berkecambah menjdi tanaman normal. Benih tomat memiliki ukuran yang kecil dan ringan. Benih yang memiliki ukuran yang kecil menunjukkan kandungan protein dan lemak yang rendah. Penderaan

menggunakan suhu 39oC dan 41oC dengan kelembaban 100% merupakan dua faktor yang dapat mempercepat kemunduran benih tomat karena dapat menyebabkan rusaknya protein dalam benih yang menyebabkan respirasi dan metabolisme dalam benih menjadi lebih cepat. Proses ini juga menjadikan benih menjasi permeabel terhadap air. Masuknya air dalam benih (imbibisi)

dipengaruhi oleh suhu, benih tomat yang didera pada suhu tinggi (39oC dan 41oC) tersebut akan mengalami proses imbibisi yang lebih cepat.


(18)

7 Suhu deraan yang meningkat dalam kelembaban nisbi 100% menyebabkan laju respirasi semakin cepat, cadangan makanan dalam benih akan terurai, energi yang dihasilkan tidak terpakai untuk perkecambahan, metabolisme benih menjadi buruk, dan akan terlihat penurunan viabilitas saat perkecambahan benih. Benih yang mampu bertahan pada suhu dan lama penderaan yang diberikan

menunjukkan benih tersebut memiliki viabilitas dan vigor yang baik. Untuk mengetahui viabilitas dan vigor suatu benih dapat dilakukan dengan

menggunakan metode pengusangan cepat secara fisik. Pada metode ini, benih akan mengalami penderaan dalam suhu dan kondisi kelembaban yang tinggi yaitu pada suhu 39oC dan 41oC dan kelembaban 100%.

Selama penderaan fisik benih akan mengalami proses perubahan viabilitas seiring lama penderaan 0, 24, 48, 96, dan 120 jam. Benih mengalami kebocoran sel seiring dengan lama waktu penderaan. Selanjutnya terjadi penyerapan air oleh benih karena keadaan lembab, dengan demikian kadar air benih menjadi tinggi, respirasi meningkat, menyebabkan benih cepat mengalami kemunduran dan kehilangan viabilitasnya. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penderaan akan semakin menurunkan viabilitas benih tomat.


(19)

8 1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah

1. suhu 39oC dan 41oC dengan kelembaban 100% akan menghasilkan viabilitas benih tomat yang berbeda,

2. lama penderaan yang berbeda akan menghasilkan viabilitas benih tomat yang berbeda, dan

3. viabilitas benih tomat akan ditentukan oleh pengaruh kombinasi perlakuan suhu deraan dan lama penderaan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Tomat

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori (Pudjiatmoko, 2008).

Buah tomat saat muda berwarna hijau, setelah tua berwarna merah mengkilat, Bentuk buah tomat beragam yaitu: bulat, lonjong, oval, dan meruncing. Diameter buah antara 2—15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang dalam tomat ada yang hanya dua dan ada yang beruang delapan. Buah tomat saat muda hingga masak fisiologi mengalami tiga periode pertumbuhan. Periode pertama adalah perkembangan ovari yang telah dibuahi hingga berat buah mencapai sekitar 10% dari berat buah maksimal. Periode ini berlangsung antar 2-3 minggu. Periode kedua adalah perkembangan buah hingga berat buah mencapai maksimal. Periode ketiga adalah proses pemasakan buah hingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning (sekitar 2 minggu) dan akhirnya menjadi merah (3-5 minggu). Benih tomat berukuran 3-5 mm, datar, dan memiliki bulu berwarna abu-abu pada kulit bijinya.


(21)

10 Menurut Pitojo (2005), jumlah biji pada setiap buah tomat beragam. Pada

umumnya, setiap kg buah tomat berisi sekitar 4 g benih. Pada setiap 1 g biji berisi 200-500 butir biji tomat.

Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

1. Tipe determinate, yaitu tanaman tomat yang pertumbuhannya diakhiri dengan pertumbuhan rangkaian bunga atau buah. Umur panen relatif lebih pendek dan pertumbuhan batangnya cepat, misalnya varietas opal

2. Tipe indeterminate, yaitu tanaman tomat yang pertumbuhannya tidak diakhiri dengan tumbuhnya bunga dan buah. Umur panennya relatif lama dan

pertumbuhan batangnya relatif lambat.

3. Tipe semideterminate, yaitu tanaman tomat memiliki ciri-ciri antara tomat tipe pertumbuhan determinate dan tipe pertumbuhan indeterminate

(Wiryanta, 2008)

Berdasarkan data Litbang Hortikultura tahun 2006, tanaman tomat varietas Oval merupakan varietas yang dapat ditanam didataran tinggi maupun dataran rendah. Potensi hasilnya dapat mencapai 30-50 t/ha. Varietas ini memiliki umur panen yang pendek yaitu 58-61 hari. Berdasarkan data balai penelitian tanaman sayuran, tomat varietas Oval telah dilepas pada tahun 1999 (Setiawati, Murtiningsih, Handayani, dan Sopha, 2007)

2.2 Viabilitas Benih

Viabilitas benih yaitu daya hidup benih yang ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya. Faktor-faktor yang


(22)

11 mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan benih adalah merupakan kemampuan benih untuk berkecambah normal (Sadjad, 1993). Sadjad (1994) juga menambahkan bahwa vigor benih merupakan kemampuan benih untuk mampu tumbuh normal pada kondisi suboptimum dan ditanam pada kondisi lapang yang optimum. Sadjad, Murniati, dan Ilyas (1999) mengkategorikan vigor benih menjadi dua yaitu vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan. Keduanya merupakan parameter viabilitas yang dapat mencerminkan kondisi vigor benih.

Menurut Copeland dan McDonald (2001), viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal. Viabilitas benih menunjukkan benih tersebut hidup, aktif bermetabolisme serta mampu memproduksi enzim yang sesuai dengan reaksi metabolisme untuk perkecambahan dan pertumbuhan benih. Perkecambahan benih merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk melihat viabilitas benih.

Suatu lot benih memiliki viabilitas potensial, yaitu kemampuan potensial jika lot benih tersebut memiliki pertumbuhan normal pada kondisi optimum, yang dapat dideteksi dengan tolak ukur daya berkecambah dan bobot kering kecambah (Sadjad, 1994).

2.3 Kemunduran Benih

Kemunduran benih (deteriorasi) adalah proses mundurnya mutu fisiologis benih yang menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi dan kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih atau daya kecambah. Benih yang mengalami proses deteriorasi akan menyebabkan


(23)

12 turunnya kualitas dan sifat benih jika dibandingkan saat benih mencapai masa fisiologinya. Turunnya kualitas dapat menyababkan viabilitas benih menjadi rendah yang pada akhirnya menyebabkan tanaman menjadi buruk (Arianto, 2011).

Laju kemunduran viabilitas akan berjalan cepat seiring dengan semakin tingginya suhu. Hal ini sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa setiap penurunan suhu sebesar 5oC pada tempat penyimpanan maka umur benih akan diperpanjang setengahnya. Kaidah ini berlaku pada suhu 0-50oC (Harrington dalam Sutopo, 1998).

Kemunduran benih dipengaruhi oleh kandungan air benih. Ketebalan, struktur dan komposisi kimia kulit benih mempengaruhi penyerapan dan penahan uap air oleh benih. Kulit benih yang keras menghalangi penyerapan uap air oleh benih. Dari beberapa unsur yang terkandung dalam benih, protein merupakan unsur yang higroskopis (mudah menyerap dan menahan uap air), lemak atau lipid bersifat hidrofobis atau daya tarik terhadap air rendah (Justice dan bass, 1994).

Suhu mempengaruhi daya kecambah benih, viabilitas dan vigor benih akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu dan semakin lamanya benih terkena suhu tinggi (Justice dan Bass, 1994).

Temperatur yang tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, hingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Temperatur rendah lebih efektif daripada temperatur tinggi dalam penyimpanan benih. semakin rendah temperatur


(24)

13 kemunduran viabilitas benih dapat semakin dikurangi, sedangkan semakin tinggi temperatur semakin meningkatkan laju kemunduran viabilitas benih. Temperatur dalam penyimpanan dipengaruhi oleh temperatur udara disekitarnya dan secara tidak langsung dipengaruhi juga oleh kegiatan respirasi benih atau

mikroorganisme yang menginvestasi benih, kandungan air benih yang tinggi akan meningkatkan kegiatan respirasi dan menghasilkan panas, air, dan CO2 (Sutopo, 1998).

Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas benih. sifat biji yang higroskopis menyebabkan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya. Kandungan air benih yang rendan sedangkan kelembaban udara di sekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara sekitar benih sampai tercapai tekanan yang seimbang. Pada kelembaban nisbi yang tingi sekitar 70-90% cendawan sangat baik pertumbuhannya (Sutopo, 1998).

Setelah mencapai masak fisiologis, benih akan mengalami kemunduran secara bertahap, pada akhirnya benih akan kehilangan viabilitas maupun vigornya dan berujung mati. Proses kemunduran kondisi benih pasca masak fisiologis itulah yang disebut deteriorasi. Menurut Sadjad dkk. (1999) deteriorasi didefinisikan sebagai kemunduran viabilitas benih oleh faktor alami baik di lapang produksi maupun dalam ruang simpan.

Penurunan mutu benih berjalan secara berangsur dan tidak dapat kembali pada kondisi awal karena perubahan fisiologis yang terjadi dalam benih. Menurut Copeland dan McDonald (1936), proses penuaan benih dapat dicirikan dengan


(25)

14 menurunnya daya berkecambah, meningkatnya jumlah kecambah abnormal, penurunan perkecambahan di lapang (field emergence), terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim sehingga menurunkan produktivitas di lapang. Menurut Sadjad (1994), kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi dan kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih.

Dalam penyimpanan benih ada beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih tersebut, yaitu adanya interaksi antara suhu dan kelembaban. Pada

kelembaban mendekati 80% dan suhu 25-30oC, sebagian besar benih kehilangan viabilitas secara cepat (Sutopo, 1993).

Ciri-ciri benih yang mengalami kemunduran saat penanaman dijelaskan oleh Delouche dalam Utomo (2011), yaitu, banyaknya kecambah abnormal yang menyebabkan persentase viabilitas benih menjadi turun, enzim menjadi aktif akibat adanya penurunan aktivitas benih sehingga terjadi perombakan/penguraian enzim yang berdampak pada terhambatnya proses perkecambahan benih, terjadi kebocoran sel benih sehingga banyak unsur dari benih yang keluar/lepas. Hal ini menyebabkan benih kekurangan mteri/tenaga yang diperlukan untuk melakukan perkecambahan, keragaman benih tinggi, perubahan warna benih, misalnya berubah menjadi kusam. Namun, tolak ukur ini bisa menjadi hal yang subjektif, laju perkecambahan lambat dan umumnya tidak merata, benih tidak berkecambah, pada benih dengan deteriorasi tingkat akut menyebabkan benih bisa tidak


(26)

15 berkecambah, meskipun sebenarnya benih tersebut belum mati. Benih mati

merupakan akhir dari benih yang telah mengalami deteriorasi.

2.3 Metode Pengusangan Cepat

Metode pengusangan dipercepat merupakan salah satu uji daya simpan benih. Uji ini tergolong dalam metode uji vigor benih dengan lingkungan suboptimum, tetapi lingkungan tersebut diberikan sebelum benih dikecambahkan. Lingkungan suboptimum yang diberikan kepada benih dianggap sebagai suatu cara simulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran benih dalam penyimpanan yang lazim dalam praktek. Komponen lingkungan simpan utama dalam penyimpanan adalah suhu dan kelembaban dalam suhu kamar, maka metode pengusangan dipercepat merupakan metode uji simulasi yang sesuai. Metode ini dilakukan sesudah benih mengalami pengusangan fisik. Metode ini memberikan kondisi lingkungan yang suboptimum yang dapat menyebabkan kemunduran benih dalam penyimpanan yang sesuai kondisi sebenarnya (Mugnisjah, 1994). Metode pengusangan cepat adalah metode yang mudah, metode ini dapat

digunakan pada beberapa varieas dan spesies benih. Metode pengusangan cepat dilakukan dengan mendera benih pada waktu singkat (1-8 hari) dengan suhu tinggi 40-45oC dan kelembaban nisbi tinggi (mencapai 90%). Selama penderaan benih akan menyerap kadar air dari kondisi yang lembab dan suhu yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan cepatnya penuaan benih. Pada benih sesame yang didera pada suhu 42 dan 43oC masih menghasilkan perkecambahan rata-rata yang tinggi (Thant, Duangputra, dan Romkaew, 2010).


(27)

16 Menurut Jianhua dan McDonald (1996), uji penuaan dipercepat adalah uji vigor benih yang penting bagi kebanyakan tanaman besar, tetapi pada perkecambahan tanaman yang kecil masih dibatasi karena penyerapan kelembaban yang terlalu cepat mengakibatkan kerusakan benih lebih cepat untuk beberapa spesies tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, pengusangan dipercepat merupakan uji prediksi daya simpan benih yang akan membawa perubahan pada benih pada tingkat sel dari penyimpanan jangka panjang menjadi relatif dalam waktu yang singkat dengan cara mengekspos benih dengan suhu yang tinggi (40-45oC) dan kelembaban relatif tinggi (99-100%) menggunakan benih Acacia auriculiformis, Acacia nilotica dan Leucaena leucocephala menggunakan metode ini pada RH 100% dan suhu 40oC menunjukkan kehilangan pada vigor dan viabilitasnya, dibandingkan dengan kontrol (Navamaniraj, Srimathi, Ponnuswamy, dan Sudhagar, 2008).


(28)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada Juni-Agustus 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas Oval, air. Alat-alat yang digunakan adalah inkubator, pinset, kertas merang, sarangan kawat, kain strimin, alumunium foil, cawan petri, label, germinator, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 2x6. Faktor pertama adalah deraan suhu (S) yang terdiri dari 2 taraf yaitu 39oC (s1) dan 41oC (s2). Faktor kedua yaitu lama penderaan (L), yang terdiri dari 6 taraf yaitu 0 jam (l0), 24 jam (l1), 48 jam (l2), 72 jam (l3), 96 jam (l4), 120 jam (l5) jam, sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan. Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga kali ulangan.


(29)

18 Pengelompokan dilakukan berdasarkan waktu penanaman. Untuk menguji homogenitas ragam antarperlakuan dilakukan dengan Uji Bartlett, kemudian dilanjutkan dengan Uji Tuckey untuk kemenambahan data. Uji lanjut menggunakkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada α 0,05.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan meliputi penyediaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih yang baru dengan viabilitas dan vigor awal yang masih bagus, penyiapan benih, penderaan secara fisik, dan perkecambahan benih, akan dijabarkan melalui penjelasan berikut ini:

3.4.1 Penanaman dan Processing

A. Tata cara penyediaan benih

Pertama dilakukan penyiapan polybag terlebih dahulu dengan cara: polybag diisi dengan tanah top soil, setengah bagian terlebih dahulu. Benih yang telah dipilih atau diseleksi sesuai dengan kriteria selanjutnya akan langsung ditanam dalam polybag, penyemaian dilakukan langsung dalam polybag tersedia, dalam satu polybag berisi 5 benih tomat. Saat tanaman sudah berumur kurang lebih dua minggu, akan diseleksi kembali bibit-bibit tersebut. Dari 5 bibit tomat dalam satu polybag akan dipilih 1 tanaman saja yang dipertahankan, yang memiliki kondisi tanaman yang kuat dan baik untuk kemudian tanaman tersebut yang akan diambil hasil panennya.


(30)

19 B. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman tomat terdiri dari:

1. Pemupukan awal/sebelum tanam, tanah diberi pupuk dasar dengan pupuk kandang yang telah menjadi tanah dan pupuk TSP yang ditaburkan secara merata ke dalam polybag kemudian dicampurkan sampai homogen agar tercampur merata dengan tanah.

2. Pemupukan KCl dilakukan saat tanaman berumur tiga minggu. Kemudian pupuk Urea seminggu setelah aplikasi pupuk KCl.

C. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman diantaranya menyiangi, mengendalikan hama, penyakit tanaman, dan menyulam benih yang tidak tumbuh. Hal ini dilakukan setiap hari saat mengamati perkembangan tanaman. Aplikasi pestisida dilakukan setiap satu minggu untuk menghindari munculnya penyakit dan hama tanaman.

D. Panen dan Processing Benih Tomat.

Setelah tanaman berumur tiga bulan sudah dapat dipanen. Tomat yang sudah matang dipanen, kemudian langsung diproses untuk mendapatkan benihnya.

Processing benih tomat dilakukan sebagai berikut:

1. Buah yang telah dipilih dibelah membujur, dilakukan dengan hati-hati agar biji tidak terpotong.

2. Benih dalam buah dikeluarkan secara manual menggunakan tangan. Benih tomat yang dikeluarkan akan ikut bersama dengan air dan sedikit daging buahnya. Letakkan benih tersebut dalam wadah gelas.


(31)

20 3. Benih direndam air, lalu ditutup dan didiamkan selama 3-4 hari untuk

dilakukan fermentasi yang bertujuan untuk memisahkan biji dari lendir yang menempel pada benih. Ekstrak diaduk sesekali untuk memudahkan proses fermentasi.

4. Setelah 3-4 hari bersihkan benih dengan cara disaring. Lalu, cuci benih sampai bersih, benih yang terapung menunjukkan biji tersebut hampa, maka benih tersebut dibuang.

5. Benih yang sudah tersaring dan bersih tadi dikeringkan, tetapi tidak dibawah paparan sinar matahari langsung. Setelah kering benih bisa digunakan untuk ditanam.

3.4.2 Penyiapan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas Oval yang dipanen pada Mei 2012 dilaksankan di Desa Jatimulyo. Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali ulangan, setiap ulangan memerlukan 600 benih, sehingga keseluruhan memerlukan 1800 benih tomat. Benih yang akan digunakan disortir dengan memilih ukuran benih yang seragam dan memisahkan benih dari benih rusak atau kotoran benih.

3.4.3 Penderaan benih

Alat yang digunakan untuk penderaan benih secara fisik adalah gelas

plastik dengan volume 240 ml. Gelas plastik tersebut diisi dengan air sebanyak 80 ml di dasar gelas, lalu diatas air diberi sarangan kawat dengan diameter 9 cm,


(32)

21 disesesuaikan dengan ukuran gelas. Kain strimin diletakkan diatas sarangan kawat untuk meletakkan benih tomat yang berukuran kecil, benih tomat diletakkan sebanyak 100 butir benih per gelas, lalu gelas ditutup rapat menggunakan alumunium foil, dan diberi label pada gelas sesuai dengan perlakuannya. Dengan demikian, keadaan kelembaban dirunag gelas akan jenuh (100%). Gelas tersebut dimasukkan dalam 2 inkubator/oven, yaitu Memmert UNB 400 dan Memmert UNB 500 yang telah diatur masing-masing pada suhu 39oC dan 41oC. Lama penderaan dalam inkubator tersebut disesuaikan dengan perlakuan. Gelas yang pertama kali dimasukkan dalam inkubator adalah untuk lama penderaan 120 jam, lalu setiap 24 jam kemudian dimasukkan perlakuan lama penderaan 96 jam, 72 jam, 48 jam, dan 24 jam. Dengan cara itu, semua benih tomat yang telah mendapat perlakuan suhu dan lama penderaan dapat ditanam untuk diuji perkecambahannya pada hari yang sama.

Gambar 2. Alat penderaan fisik benih tomat

Gelas plastik Kain strimin

Sarangan kawat

ggg Label

Air Alumunium foil


(33)

22 3.4.4 Perkecambahan benih

Benih tomat yang telah mendapat perlakuan suhu dan lama penderaan tersebut, kemudian diuji viabilitas dengan dikecambahkan pada media kertas merang dengan metode tanam di atas kertas. Benih tomat yang telah mengalami penderaan diuji dalam cawan petri sebanyak 50 benih/cawan. Kertas merang dipotong sesuai ukuran cawan petri sebanyak 3 lembar lalu dilembabkan menggunakan air mineral, lalu tiriskan airnya, dan diletakkan didalam cawan petri. Benih tomat sebanyak 50 butir ditanam diatas kertas merang lembab tersebut, lalu ditutup dan diberi label perlakuan. Cawan petri kemudian diletakkan dalam germinator untuk tetap menjaga kelembabannya.

3.5 Uji Perkecambahan

Viabilitas benih dilihat dengan uji perkecambahan benih. Uji perkecambahan yang dilakukan terdiri dari dua uji, yaitu:

3.5.1 Uji kecepatan perkecambahan (UKP)

Uji Kecepatan Perkecambahan memberikan gambaran bahwa benih tersebut mampu untuk berkecambah dengan cepat. Uji ini dilakukan dengan metode UDK. Kertas merang dilembabkan, kemudian diletakkan di dalam cawan petri. Letakkan benih tomat yang telah didera sebanyak 50 butir/cawan. Letakkan dalam germinator. Uji kecepatan perkecambahan diamati setiap hari sejak hari ke-5 sampai ke-9 setelah tanam. Perhitungan variabel pengamatan pada Uji kecepatan perkecambahan dilakukan pada akhir pengamatan yaitu hari ke sembilan.


(34)

23 Pengamatan yang dilakukan pada uji kecepatan perkecambahan meliputi:

1

1.. Kecepatan perkecambahan (KP). Kecepatan perkecambahan dinyatakan dalam %/hari. Berikut ini adalah rumus untuk kecepatan perkecambahan:

K

Keetteerraannggaann:: KKPP == KKeecceeppaattaannPPeerrkkeeccaammbbaahhaannBBeenniihh P

Pii == PPeerrsseennkkeeccaammbbaahhNNoorrmmaallppeerrhhaarrii

T

Tii == WWaakkttuu//hhaarriippeennggaammaattaannkkee--55ssaammppaaii99

2

2.. Kecambah normal total (KNT). KKrriitteerriiaakkeeccaammbbaahhttoommaattyyaannggnnoorrmmaallaaddaallaahh b

beenniihhtteellaahhmmeennaammppiillkkaannsseemmuuaassttrruukkttuurrppeennttiinnggkkeeccaammbbaahhyyaannggmmeelliippuuttii a

akkaarrpprriimmeerr,,kkoolleeooppttiill,,ddaann pplluummuullaayyaanngg bbeerrkkeemmbbaannggddeennggaannbbaaiikkddaannaakkaann t

tuummbbuuhhmmeennjjaaddiittaannaammaannnnoorrmmaall.. PPeerrsseenn kkeeccaammbbaahhnnoorrmmaallttoottaallddaappaatt d

diihhiittuunnggddeennggaannrruummuuss::

Keterangan: KNT = Kecambah normal total KN = Kecambah normal

50 = Jumlah benih yang ditanam diatas kertas merang dalam satu perlakuan.

3

3.. Kecambah abnormal (KAN). Kecambah dikatakan abnormal bila tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal bila ditumbuhkan pada tanah dengan kondisi yang sesuai. Pada kecambah tomat ditentukan pada benih yang hanya memperlihatkan pertumbuhan akar yang kecil atau tidak terdapatnya titik tumbuh.

K


(35)

24

4

4.. Benih mati (BM). Benih-benih yang tidak berkecambah setelah ditanam pada kertas merang dihitung sebagai benih mati. Benih mati dinyatakan dalam satuan persen (%)..

B

BMM == ((JJuummllaahhbbeenniihhmmaattii//jjuummllaahhbbeenniihhyyaannggddiittaannaamm))xx110000%%

3.5.2 Uji keserempakan perkecambahan (UKsP)

Uji keserempakan perkecambahan dilakukan untuk melihat kemampuan benih berkecambah secara serempak setelah periode perkecambahan tertentu. Uji ini dilakukan dengan metode UDK. Kertas merang dilembabkan, kemudian diletakkan di dalam cawan petri. Letakkan benih tomat yang telah didera sebanyak 50 butir/cawan. Letakkan dalam germinator. Variabel untuk

keserempakan kecambah diamati satu kali yaitu pada hari ketujuh setelah tanam. Pengamatan yang dilakukan pada uji keserempakan perkecambahan meliputi:

1

1.. KKeeccaammbbaahhnnoorrmmaallkkuuaatt((KKNNKK))..KKrriitteerriiaakkeeccaammbbaahhnnoorrmmaallkkuuaattaaddaallaahh k

keeccaammbbaahhnnoorrmmaallyyaannggmmeennuunnjjuukkkkaannkkiinneerrjjaasseeccaarraavviissuuaalllleebbiihhvviiggoorrddaarrii

p

paaddaakkeeccaammbbaahhnnoorrmmaallllaaiinnnnyyaayyaannggkkuurraannggvviiggoorr.. R

Ruummuussmmeenngghhiittuunnggkkeeccaammbbaahhnnoorrmmaallkkuuaattddiibbaawwaahhiinnii::

K

Keetteerraannggaann:: KKNNKK == jjuummllaahhkkeeccaammbbaahhnnoorrmmaallkkuuaatt

2. Kecambah normal lemah (KNL). Kecambah dikatakan lemah bila dalam perkecambahannya daun masih belum terbuka sempurna


(36)

25

3

3.. PPaannjjaanngghhiippookkoottiill((PPHH)) P

Paannjjaanngghhiippookkoottiillddiiuukkuurrmmuullaaiiddaarriippaannggkkaallhhiippookkoottiillssaammppaaiittiittiikkttaannggkkaaii

k

koottiilleeddoonn,,ddiinnyyaattaakkaannddeennggaannssaattuuaannccmm..

G

Gaammbbaarr44..PPeenngguukkuurraannppaannjjaanngghhiippookkoottiillddaannppaannjjaannggaakkaarrpprriimmeerr

4

4.. PPaannjjaannggaakkaarrpprriimmeerr((PPAAPP))

P

Paannjjaannggaakkaarrpprriimmeerrddiiuukkuurrddaarriippaannggkkaallaakkaarrssaammppaaiibbaaggiiaannuujjuunnggaakkaarr p

prriimmeerr.. PPeenngguukkuurraannmmeenngggguunnaakkaannmmiilllliimmeetteerrbbllookk,,ddiinnyyaattaakkaannddeennggaannssaattuuaann c

cmm..

5

5.. BBoobboottkkeerriinnggkkeeccaammbbaahhnnoorrmmaall((BBKKKKNN)) K

Keeccaammbbaahhnnoorrmmaallttaannppaakkoottiilleeddoonnddiioovveennddaallaammssuuhhuu8800ooCCsseellaammaa33hhaarrii,, k

keemmuuddiiaannddiikkeelluuaarrkkaannddaarriioovveennuunnttuukkkkeemmuuddiiaannddiittiimmbbaannggbboobboottkkeerriinnggnnyyaa.. B

BKKKKNNddiinnyyaattaakkaannddeennggaannssaattuuaannmmgg//KKNN.. B

BKKKKNN((mmgg)) == BBoobboottkkeerriinnggkkeeccaammbbaahhnnoorrmmaall//jjuummllaahhKKNN Panjang hipokotil Panjang akar primer


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan suhu deraan 39oC dan 41oC tidak menyebabkan perbedaan dalam menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, kecambah normal lemah, kecambah abnormal, benih mati, dan panjang hipokotil.

2. Perlakuan lama penderaan yang berbeda dapat menurunkan viabilitas benih tomat, dan dengan lama penderaan 24 jam viabilitas sudah turun secara nyata yang ditunjukkan oleh variabel kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, panjang hipokotil, kecambah abnormal, dan benih mati.

3. Pengaruh interaksi perlakuan suhu deraan dan lama penderaan nyata

menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel kecambah normal kuat, panjang akar primer, dan bobot kering kecambah normal. Kombinasi perlakuan yang efektif untuk menurunkan viabilitas benih adalah pada suhu 39oC dengan lama penderaan 24 jam atau suhu 41oC dengan lama penderaan 24 jam, dibandingkan dengan benih tomat tanpa didera.


(38)

37 5.2 Saran

Pengusangan cepat fisik untuk benih tomat (varietas Oval) dengan mendera benih pada suhu 39oC selama 24 jam sama efektif dengan suhu 41oC selama 24 jam ditunjukkan oleh variabel kecambah normal kuat, panjang akar primer, dan bobot kering kecambah normal.


(39)

PUSTAKA ACUAN

Anonim. 2006. The Seed Biology Place.

http://www.seedbiology.de/structure.asp. 11 Oktober 2012.

Arianto, A. 2011. Makalah Kemunduran Benih. Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta.

http://www.scribd.com/doc/89062008/Agus-Arianto-20110210030#outer_page_12. 21 Mei 2012.

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tomat Tahun1997-2012.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55&notab=27. 21 Maret 2012.

Belo, S. M. dan F. C. Suwarno. 2012. Penurunan Viabilitas Benih Padi (Oryza sativa L.) melalui Beberapa Metode Pengusangan Cepat. Institut Pertanian Bogor. J. Agron. Ind. 40 (1): 29-35.

Copeland, L. O. dan M. B. McDonald. 2001. Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. Amerika. 467 hlm.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 180 hlm.

Herdiana, N. 2011. Pengaruh Pengusangan terhadap Viabilitas Benih Gmelina dan Sengon. J. Balai Penelitian Kehutanan 3(2): 5-10.

Jusice, O. L. dan L. N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 386 hlm.

Jianhua, Z. dan M. B. McDonald. 1996. The satured salt accelerated aging test for small-seeded crops. Seed Sci. Technol. 25(1): 123-131.

Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 264 hlm.

Navamaniraj, K. N., P. Srimathi, A. S. Ponnuswamy, dan R. J. Sudhagar. 2008. Performance of Scarified and non Scarified Seed of Bixa Orellana to Accelerated Aging Test for the Prediction of Seed Storability. Research J.

of Agric. and Biol. Sci. 4 (5): 591-594.


(40)

39 Pudjiatmoko. 2008. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill).

http://atanitokyo.com/2008/12/budi-daya-tomat-lycopersicon-esculentum.html. 21 Maret 2012.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 143 hlm.

. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia. Jakarta. 145 hlm. ., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih

dari Komparatif ke Simulatif. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 185 hlm.

Setiawati, W., R. Murtiningsih, T. Handayani, dan G. A. Sopha. 2007. Katalog Teknologi Inovatif Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian

Pengembangan Pertanian. Bandung. 75 hlm

Setyorini, L. E. 2012. Budidaya Tanaman Pangan Utama, Perkecambahan Benih/Biji. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4344/kecambah.html. 11 Oktober 2012.

Stan, O. 1997. The Test of Accelerated Ageing to Establish the vigour Potential in Maize and Sunflower Hybrid Seed. Research Institute for Cereals and Industrial Crops. No. 7-8: 59-66.

Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah. 1996. Pengaruh Penderaan dan Suhu Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Jambu Mente. J. Littri. 1 (6): 284-290.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 180 hlm.

Torres, S. B. and A. M. Filho. 2003. Accelerated Aging of Melon Seeds. Scientia Agricola 60 (1): 77-82.

Thant, K. H., J. Duangpatra, dan J. Romkaew. 2010. Appropriate Temperature and Time for Accelerated Aging Vigor Test in Sesame (Sesanum indicum L.) Seed. J. Nat. Sci. 44: 10-16.

Utomo, B. P. 2011. Deteriorasi Benih. Surabaya. 5 hlm.

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/perbenihan/ deteriorasi.pdf. 21 Maret 2012.

Wiryanta, B. T. W. 2008. Bertanam Tomat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 101 hlm.


(1)

24 4

4.. Benih mati (BM). Benih-benih yang tidak berkecambah setelah ditanam pada kertas merang dihitung sebagai benih mati. Benih mati dinyatakan dalam satuan persen (%)..

B

BMM == ((JJuummllaahh bbeenniihh mmaattii//jjuummllaahh bbeenniihh yyaanngg ddiittaannaamm)) xx 110000%%

3.5.2 Uji keserempakan perkecambahan (UKsP)

Uji keserempakan perkecambahan dilakukan untuk melihat kemampuan benih berkecambah secara serempak setelah periode perkecambahan tertentu. Uji ini dilakukan dengan metode UDK. Kertas merang dilembabkan, kemudian diletakkan di dalam cawan petri. Letakkan benih tomat yang telah didera sebanyak 50 butir/cawan. Letakkan dalam germinator. Variabel untuk

keserempakan kecambah diamati satu kali yaitu pada hari ketujuh setelah tanam. Pengamatan yang dilakukan pada uji keserempakan perkecambahan meliputi:

1

1.. KeKeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ((KKNNKK)).. KKrriitteerriiaa kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt aaddaallaahh k

keeccaammbbaahh nnoorrmmaall yyaanngg mmeennuunnjjuukkkkaann kkiinneerrjjaa sseeccaarraa vviissuuaall lleebbiihh vviiggoorr ddaarrii p

paaddaa kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall llaaiinnnnyyaa yyaanngg kkuurraanngg vviiggoorr.. RRuummuuss mmeenngghhiittuunngg kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ddii bbaawwaahh iinnii::

K

Keetteerraannggaann:: KNKNKK = = jjuummllaahh kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt

2. Kecambah normal lemah (KNL). Kecambah dikatakan lemah bila dalam perkecambahannya daun masih belum terbuka sempurna


(2)

25 3

3.. PaPannjjaanngg hhiippookkoottiill ((PPHH)) P

Paannjjaanngg hhiippookkoottiill ddiiuukkuurr mmuullaaii ddaarrii ppaannggkkaall hhiippookkoottiill ssaammppaaii ttiittiikk ttaannggkkaaii k

koottiilleeddoonn,, ddiinnyyaattaakkaann ddeennggaann ssaattuuaann ccmm..

G

Gaammbbaarr 44.. PPeenngguukkuurraann ppaannjjaanngg hhiippookkoottiill ddaann ppaannjjaanngg aakkaarr pprriimmeerr

4

4.. PaPannjjaanngg aakkaarr pprriimmeerr ((PPAAPP)) P

Paannjjaanngg aakkaarr pprriimmeerr ddiiuukkuurr ddaarrii ppaannggkkaall aakkaarr ssaammppaaii bbaaggiiaann uujjuunngg aakkaarr p

prriimmeerr.. PPeenngguukkuurraann mmeenngggguunnaakkaann mmiilllliimmeetteerr bbllookk,, ddiinnyyaattaakkaann ddeennggaann ssaattuuaann c

cmm..

5

5.. BoBobboott kkeerriinngg kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall ((BBKKKKNN)) K

Keeccaammbbaahh nnoorrmmaall ttaannppaa kkoottiilleeddoonn ddiioovveenn ddaallaamm ssuuhhuu 8800ooC C sseellaammaa 33 hhaarrii,, k

keemmuuddiiaann ddiikkeelluuaarrkkaann ddaarrii oovveenn uunnttuukk kkeemmuuddiiaann ddiittiimmbbaanngg bboobboott kkeerriinnggnnyyaa.. B

BKKKKNN ddiinnyayattaakkaann ddeennggaann ssaattuuaann mmgg//KKNN.. B

BKKKKNN ((mmgg)) == BBoobboott kkeerriinngg kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall//jjuummllaahh KKNN Panjang hipokotil Panjang akar primer


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan suhu deraan 39oC dan 41oC tidak menyebabkan perbedaan dalam menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, kecambah normal lemah, kecambah abnormal, benih mati, dan panjang hipokotil.

2. Perlakuan lama penderaan yang berbeda dapat menurunkan viabilitas benih tomat, dan dengan lama penderaan 24 jam viabilitas sudah turun secara nyata yang ditunjukkan oleh variabel kecepatan perkecambahan, kecambah normal total, panjang hipokotil, kecambah abnormal, dan benih mati.

3. Pengaruh interaksi perlakuan suhu deraan dan lama penderaan nyata

menurunkan viabilitas benih tomat yang ditunjukkan oleh variabel kecambah normal kuat, panjang akar primer, dan bobot kering kecambah normal. Kombinasi perlakuan yang efektif untuk menurunkan viabilitas benih adalah pada suhu 39oC dengan lama penderaan 24 jam atau suhu 41oC dengan lama penderaan 24 jam, dibandingkan dengan benih tomat tanpa didera.


(4)

37

5.2 Saran

Pengusangan cepat fisik untuk benih tomat (varietas Oval) dengan mendera benih pada suhu 39oC selama 24 jam sama efektif dengan suhu 41oC selama 24 jam ditunjukkan oleh variabel kecambah normal kuat, panjang akar primer, dan bobot kering kecambah normal.


(5)

PUSTAKA ACUAN

Anonim. 2006. The Seed Biology Place.

http://www.seedbiology.de/structure.asp. 11 Oktober 2012.

Arianto, A. 2011. Makalah Kemunduran Benih. Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta.

http://www.scribd.com/doc/89062008/Agus-Arianto-20110210030#outer_page_12. 21 Mei 2012.

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tomat Tahun1997-2012.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55&notab=27. 21 Maret 2012.

Belo, S. M. dan F. C. Suwarno. 2012. Penurunan Viabilitas Benih Padi (Oryza sativa L.) melalui Beberapa Metode Pengusangan Cepat. Institut Pertanian Bogor. J. Agron. Ind. 40 (1): 29-35.

Copeland, L. O. dan M. B. McDonald. 2001. Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. Amerika. 467 hlm.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 180 hlm.

Herdiana, N. 2011. Pengaruh Pengusangan terhadap Viabilitas Benih Gmelina dan Sengon. J. Balai Penelitian Kehutanan 3(2): 5-10.

Jusice, O. L. dan L. N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 386 hlm.

Jianhua, Z. dan M. B. McDonald. 1996. The satured salt accelerated aging test for small-seeded crops. Seed Sci. Technol. 25(1): 123-131.

Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 264 hlm.

Navamaniraj, K. N., P. Srimathi, A. S. Ponnuswamy, dan R. J. Sudhagar. 2008. Performance of Scarified and non Scarified Seed of Bixa Orellana to Accelerated Aging Test for the Prediction of Seed Storability. Research J.

of Agric. and Biol. Sci. 4 (5): 591-594.


(6)

39 Pudjiatmoko. 2008. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill).

http://atanitokyo.com/2008/12/budi-daya-tomat-lycopersicon-esculentum.html. 21 Maret 2012.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 143 hlm.

. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia. Jakarta. 145 hlm. ., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih

dari Komparatif ke Simulatif. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 185 hlm.

Setiawati, W., R. Murtiningsih, T. Handayani, dan G. A. Sopha. 2007. Katalog Teknologi Inovatif Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian

Pengembangan Pertanian. Bandung. 75 hlm

Setyorini, L. E. 2012. Budidaya Tanaman Pangan Utama, Perkecambahan Benih/Biji. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4344/kecambah.html. 11 Oktober 2012.

Stan, O. 1997. The Test of Accelerated Ageing to Establish the vigour Potential in Maize and Sunflower Hybrid Seed. Research Institute for Cereals and Industrial Crops. No. 7-8: 59-66.

Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah. 1996. Pengaruh Penderaan dan Suhu Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Jambu Mente. J. Littri. 1 (6): 284-290.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 180 hlm.

Torres, S. B. and A. M. Filho. 2003. Accelerated Aging of Melon Seeds. Scientia Agricola 60 (1): 77-82.

Thant, K. H., J. Duangpatra, dan J. Romkaew. 2010. Appropriate Temperature and Time for Accelerated Aging Vigor Test in Sesame (Sesanum indicum L.) Seed. J. Nat. Sci. 44: 10-16.

Utomo, B. P. 2011. Deteriorasi Benih. Surabaya. 5 hlm.

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/perbenihan/ deteriorasi.pdf. 21 Maret 2012.

Wiryanta, B. T. W. 2008. Bertanam Tomat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 101 hlm.