PELAKSANAAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN GRATIS PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN WAY KANAN
STUDI SIFAT MEKANIK TANAH ORGANIK YANG
DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE
Oleh
MUHAMMAD SYAMRONI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
STUDI SIFAT MEKANIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE
Oleh
MUHAMMAD SYAMRONI
Tanah adalah pondasi utama suatu bangunan atau konstruksi lain, seperti jembatan, bendungan. Oleh karena itu tanah harus mampu memikul beban yang diberikan oleh konstruksi. Suatu konstruksi membutuhkan pondasi yang kuat sebagai pendukung konstruksi di atasnya, untuk mewujudkannya dibutuhkan kekuatan tanah dasar yang baik. Namun tidak semua tanah di permukaan bumi mampu menahan beban yang diberikan oleh suatu konstruksi, salah satunya adalah tanah organik. Untuk itu, perlu dilakukan usaha perbaikan tanah dengan metode stabilisasi. Usaha stabilisasi saat ini banyak dilakukan adalah stabilisasi dengan bahan tambahan, contohnya
menggunakan Cornice Adhesive.
Jenis tanah yang distabilisasi adalah tanah organik yang berasal dari desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Tanah organik memiliki plastisitas yang rendah dan mudah dihancurkan dalam kondisi kering. Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan pada tanah, yaitu tanah asli tanpa penambahan bahan
tambahan dan tanah yang distabilisasi dengan bahan tambahan Cornice Adhesive
dengan pengujian sifat mekanik tanah. Sifat mekanik tanah adalah perilaku tanah akibat diberikannya gaya terhadap tanah. Kadar Cornice Adhesive yang dicampurkan
pada tanah sebanyak 5%, 10%, 15%, dan 20%, kemudian dilakukan pemeraman
sampel tanah selama 7 hari
Semakin banyak kadar campuran yang ditambahkan maka semakin besar nilai kohesi dan sudut geser dalamnya, sedangkan nilai tegangan maksimum juga meningkat.
Tanah yang dicampur cornice adhesive akan terjadi reaksi hidrasi dan air pada tanah
tersebut akan diserap oleh cornice adhesive , sehingga membuat partikel – partikel dari tanah menjadi lebih menyatu (mengeras) yang akan meningkatkan nilai kohesi dan sudut geser.
(3)
ABSTRACT
STUDY OF MECHANIC CHARACTERISTIC OF ORGANIC SOIL STABILIZED BY USING CORNICE ADHESIVE
By
MUHAMMAD SYAMRONI
Soil is foundation of a building or other construction, for example bridge, dam. Therefore soil must be able to support the load which is given by the construction. A construction needs a good foundation as a supportive construction due to requires a good strength of subgrade. However, not all kinds of soil on the earth are handle it, such as organic soil. Therefore, requires soil improvement efforts with stabilization method. A Stabilization effort which mostly done is stabilization with additive materials, like Cornice Adhesive.
The type of soil which stabilized is organic soil derived from Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.Organic soils have a low plasticity and easily destroyed in dry conditions. This research was conducted with two treatments on soil, that are original soil without adding materials and stabilized soil with adding materials Cornice Adhesive with examination for Mechanic Characteristic. Mechanic Characteristic are soil behavior due to soil given force. Cornice Adhesive levels are mixed in the soil gradually about 5%, 10%, 15%, and 20% of soil samples was then performed curing for 7 days.
The more levels are added to the mixture, the greater the value of cohesion and angle of shear them, while also increasing the value of maximum stress. Soil mixed with cornice adhesive hydration reaction will occur on land and water will be absorbed by the cornice adhesive, thus making the particles - particles of the soil become more integrated (hardened) which will increase the value of cohesion and angle of shear.
(4)
(5)
(6)
(7)
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Tanah ... 4
B. Klasifikasi Tanah ... 6
1. Sistem Berdasarkan Tekstur dan Ukuran ... 7
2. Sistem Klasifikasi AASTHO ... 8
3. Sistem Klasifikasi Tanah Unified... 11
C. Tanah Organik ... 13
1. Proses Terjadinya Tanah Organik ... 13
2. Sifat Tanah Organik ... 14
3. Identifikasi Tanah Organik ... 16
D. Cornice Adhesive ... 17
E. Stabilisasi Tanah ... 17
F. Pemadatan Tanah ... 20
G. Kuat Geser Tanah ... 21
H. Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compresed Test) ... 23
III.METODE PENELITIAN ... 25
A. Sampel Tanah ... 25
B. Metode Pengambilan Sampel Tanah ... 25
C. Metode Pengujian Sampel ... 25
D. Pelaksanaan Pengujian ... 26
(8)
ii
2. Uji Analisi Saringan ... 28
3. Uji Batas Atterberg... 29
4. Uji Berat Jenis ... 32
5. Uji Pemadatan Tanah ... 34
6. Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) ... 38
7. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ... 40
E. Metode Pencampuran Sampel ... 42
F. Pengolahan dan Analisa Data ... 43
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A.Hasil Penelitian Sampel Tanah ... 45
1. Analisa Hasil Pengujian Kadar Air ... 45
2. Analisa Hasil Uji Analisa Saringan... 46
3. Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis ... 47
4. Hasil Pengujian Batas Atterberg ... 49
5. Uji Pemadatan Tanah ... 49
B.Hasil Pengujian untuk Klasifikasi Tanah ... 50
C.Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Campuran Cornice Adhesive ... 50
D.Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas dan Geser Langsung dengan Masing-Masing Kadar Campuran ... 51
1. Uji Kuat Tekan Bebas ... 51
2. Uji Kuat Geser Langsung ... 55
1.1.Nilai kohesi ... 55
1.2.Sudut Geser Dalam ... 58
E. Analisa Kuat Tekan Bebas dan Geser Langsung ... 60
F.. Perbandingan Hasil Penelitian yang Telah Dilakukan Terhadap Penelitian Terdahulu ... 64
V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
A.Kesimpulan ... 68
B.Saran ... 69
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah pondasi utama suatu bangunan atau konstruksi yang lain seperti jembatan, bendungan. Oleh karena itu tanah harus mampu memikul beban yang diberikan oleh konstruksi yang direncanakan. Suatu konstruksi membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh sebagai pendukung konstruksi di atasnya dan untuk mewujudkannya dibutuhkan kekuatan tanah dasar (subgrade) yang baik. Namun tidak semua tanah yang ada di permukaan bumi mampu menahan beban yang diberikan oleh suatu konstruksi yang ada salah satunya adalah tanah organik.
Tanah organik memiliki plastisitas yang rendah dan mudah dihancurkan dalam kondisi kering. Tanah ini tidak baik untuk dijadikan sebagai pondasi dari suatu konstruksi. Oleh Karena itu diperlukan metode-metode untuk mengatasi masalah tersebut. Terdapat beberapa macam metode untuk mengantisipasi sifat tanah organik (tanah yang buruk), baik itu metode tradisional maupun metode moderen. Metode tradisional seperti tanah ditumbuk secara konvensional, menambahkan pada tanah rusak tersebut tanah yang baik, batu, pasir, atau pun kayu seadanya pada permukaan secara vertikal. Metode modern seperti melakukan perbaikan tanah dengan cara
(10)
mekanis, dengan perkuatan, secara hidrolis, dan dengan menambahkan bahan kimia.
Stabilisasi tanah adalah salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang kurang baik untuk konstruksi. Stabilisasi tanah adalah sebuah metode perbaikan tanah dengan cara merubah sifat fisik dan mekanik tanah tersebut dengan cara menambahkan bahan kimia yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan tanah tersebut. Ada beberapa bahan kimia yang sering dipakai untuk bahan stabilisasi tanah seperti semen, aspal dan kapur. Namun dalam hal ini penulis
akan menggunakan bahan kimia lain yaitu cornice adhesive (perekat gypsum)
dengan tujuan untuk mencari alternatif bahan kimia lain untuk stabilisasi tanah dengan batasan sifat mekaniknya saja.
Dalam penelitian ini digunakan tanah organik yang berasal dari daerah Rawa Seragih Lampung Timur yang diketahui tanahnya mengandung bahan organik yang akan distabilisasi dengan cornice adhesive untuk mengetahui seberapa besar pengaruh panambahan cornice adhesive terhadap sifat mekanik tanah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
pengaruh pencampuran tanah organik dengan cornice adhesive untuk
stabilisasi dengan variasi kadar campuran yang berbeda-beda, agar diketahui adanya perubahan sifat mekanik tanah asli dan setelah distabilisasi dibuktikan dengan pengujian laboratorium yaitu pengujian pemadatan tanah, pengujian UCS dan pengujian geser.
(11)
C. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan hasil yang baik dan terarah dalam penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada :
1. Karakteristik tanah yang dipergunakan adalah tanah organik, yang
berasal dari daerah Rawa Seragih Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur.
2. Cornice adhesive yang digunakan adalah yang biasa terdapat dipasaran. 3. Penelitian hanya terbatas pada sifat mekanik tanah organik dan tidak
menganalisis unsur kimia tanah.
4. Pengaruh pencampuran tanah organik ditinjau dari beberapa pengujian, meliputi :
a. Pengujian Pemadatan
b. Pengujian UCS
c. Pengujian Geser
5. Pencampuran bahan stabilisasi Cornice Adhesive dengan persentase 0%,
5%, 10%, 15%, 20%.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui sifat-sifat mekanik tanah organik setelah distabilisasi dengan campuran yang telah ditentukan.
2. Mengetahui seberapa efektif dan seberapa besar pengaruh stabilisasi tanah
organik setelah dicampur dengan cornice adhesive.
(12)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
“Soil” (tanah) bearasal dari bahasa italia yaitu “solium” yang menurut kamus webster berarti lapisan atas bumi yang mungkin digali atau dibajak, terutama bahan permukaan lepas bumi di mana tanam-tanaman dapat tumbuh (Dr. Kr. Arora, 2004).
Tanah merupakan agregasi dari partikel yang dapat berkisar sangat lebar dalam ukuran. Partikel ini adalah hasil dari pelapukan mekanik dan kimia batuan. Beberapa partikel ini diberikan nama khusus sesuai dengan ukurannya, seperti kerikil, pasir, lumpur, tanah liat, dll (Bowles, 1997).
Untuk tujuan rekayasa tanah dianggap sebagai produk alami dari pelapukan batuan yang membentuk kerak luar bumi. itu adalah agregat dari butiran mineral dan dapat terjadi dengan atau tanpa konstituen organik (Shenbaga R kaniraj, 2008).
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan zat gas
(13)
yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat (Braja M. Das, 1995).
Tanah adalah agregat partikel mineral yang bergabung dengan air dan atau udara yang membentuk sistem tiga fase (Braja M. Das, 2008).
Tanah adalah kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) rongga-rongga di antara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan (R.F. Craig, 1991).
Tanah adalah kumpulan (agregat) butiran mineral yang bisa dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi, 1996).
Tanah secara umum terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu butir tanahnya sendiri, serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antar butir-butir tersebut (Wesley, 1977).
Menurut Bowles, tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
(14)
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
Tanah terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan mekanis disebabkan oleh memuai dan menyusutnya batuan akibat perubahan panas dan dingin yang terus menerus yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tersebut. Ketiga bagian yang membentuk tanah, yaitu udara, air, dan partikel-partikel tanah itu sendiri akan membentuk suatu gumpalan yang mempunyai massa total tanah.
B. Klasifikasi Tanah
Maksud dilakukannya klasifikasi tanah secara umum adalah pengelompokan berbagai jenis tanah dalam kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda lapisan mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya (Das, 1995).
Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk menentukan dan
(15)
terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi tanah dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data dasar. Klasifikasi tanah juga berfungsi untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1991).
Sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan untuk tujuan rekayasa umumnya didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti gradasi butiran tanah dan nilai-nilai batas Atterberg sebagai petunjuk kondisi plastisitas tanah, hal ini dikarenakan tanah tidak tersementasi, sehingga partikel-partikel tanah mudah untuk dipisah-pisahkan secara mekanik.
Adapun sistem klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Ukuran
Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada dalam tanah. Pada umunya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Sistem ini relatif sederhana karena hanya didasarkan pada distribusi ukuran tanah saja, tetapi tidak menunjukkan sifat-sifat tanah yang penting.
Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika dan klasifikasi internasional yang dikembangkan oleh Atterberg. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada dalam tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Sistem ini relatif sederhana
(16)
karena hanya didasarkan pada sistem distribusi ukuran butiran tanah yang membagi tanah dalam beberapa kelompok, yaitu :
Pasir : Butiran dengan diameter 2,0–0,05 mm.
Lanau : Butiran dengan diameter 0,05–0,02 mm.
Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,02 mm.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 30 40 50 60 70 80 90 100 Prosentase pasir Pro se nta se la nau Pros enta se le
mpu ng Lempung Lempung berlanau Tanah liat berlempung Tanah liat Pasir Tanah liat berpasir Pasir bertanah liat Tanah liat berlanau Lanau Lempung berpasir Tanah liat dan lempung berpasir
Tanah liat dan lempung
berlanaur
2 0
Gambar 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (sumber : Das, 1993). 2. Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini telah mengalami beberapa perbaikan, yang berlaku saat ini adalah yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and Granular Type Road of Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standart No D-3282, AASHTO model M145).
(17)
Dalam sistem ini tanah dikelompokkan menjadi tujuh kelompok besar yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang termasuk dalam golongan A-1, A-2, dan A-3 masuk dalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah tanah yang lolos ayakan No. 200. Sedangkan tanah yang masuk dalam golongan A-4, A-5, A-6, dan A-7 adalah tanah lempung atau lanau. A-8 adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai lapisan struktur jalan raya, maka revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan (Sukirman, 1992).
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini : a. Ukuran butiran
Kerikil adalah bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm dan tertahan pada ayakan No. 200. Pasir adalah tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm) dan tertahan ayakan No. 200 (0,075 mm). Lanau dan lempung adalah yang lolos ayakan No. 200.
b. Plastisitas
Tanah berlanau mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Tanah berlempung bila indeks plastisnya 11 atau lebih.
c. Bila dalam contoh tanah yang akan diklasifikasikan terdapat batuan yang ukurannya lebih besar dari 75 mm, maka batuan tersebut harus dikeluarkan dahulu tetapi persentasenya harus tetap dicatat.
Data yang akan didapat dari percobaan laboratorium telah ditabulasikan pada Tabel 2. Kelompok tanah yang paling kiri kualitasnya paling baik, makin ke kanan semakin berkurang kualitasnya.
(18)
Tabel 1. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (Sistem AASHTO)
Klasifikasi Umum
Tanah berbutir (35 % atau kurang dari seluruh contoh tanah
lolos ayakan No. 200)
Tanah lanau - lempung (lebih dari 35 % dari seluruh contoh
tanah lolos ayakan No. 200)
Klasifikasi Kelompok
A-1
A-3
A-2
A-4 A-5 A-6
A-7
A-1a A-1b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 A-7-5*
A-7-6** Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10 ≤ 50 --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
No. 40 ≤ 30 ≤ 50 ≥ 51 --- --- --- --- --- --- --- ---
No. 200 ≤ 15 ≤ 25 ≤ 10 ≤ 35 ≤ 35 ≤ 35 ≤ 35 ≥ 36 ≥ 36 ≥ 36 ≥ 36
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas Cair (LL) --- --- ≤ 40 ≥ 41 ≤ 40 ≥ 41 ≤ 40 ≥ 40 ≤ 40 ≥ 41
Indek Plastisitas (PI) ≤ 6 NP ≤ 10 ≤ 10 ≥ 11 ≥ 11 ≤ 10 ≤ 10 ≥ 11 ≥ 11
Tipe material yang paling dominan
Batu pecah, kerikil dan pasir
Pasir halus
Kerikil dan pasir yang berlanau
atau berlempung Tanah berlanau Tanah berlempung
Penilaian sebagai
bahan tanah dasar Baik sekali sampai baik Biasa sampai jelek
Keterangan : ** Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30 ** Untuk A-7-6, PI > LL – 30 Sumber : Das, 1995.
(19)
3. Sistem klasifikasi unified
Sistem klasifikasi Unified pada mulanya diperkenalkan oleh Prof. Arthur Cassagrande pada tahun 1942 untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang selama Perang Dunia II. Sistem ini disempurnakan oleh
United Bureau of Reclamation pada tahun 1952.
Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Tanah berbutir kasar (Coarse-Grained-Soil), yaitu tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. 2. Tanah berbutir halus (Fine-Grained-Soil), yaitu tanah dimana lebih dari
50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau, dan sisa tumbuh-tumbuhan yang terkandung di dalamnya.
Pada sistem klasifikasi Unified ini faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengklasifikasian antara lain :
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus) 2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 20
3. Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (ce) 4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP)
(20)
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Menurut UNIFIED
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Ta na h be rb ut ir ka sa r≥ 5 0% bu tir an te rt ah an sari n g an N o . 2 0 0 K er ik il 50 % ≥ fra ksi k asar te rt ah an sari n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il
) GW
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % lo lo s sari n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s s ar in g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % 1 2 % l o lo s sari n g an N o .2 0 0 : B at as an k la si fi k as i y an g mem p u n y ai s im b o l d o b el
Cu = D60 > 4
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60 GP
Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u s
GM Kerikil berlanau, campuran
kerikil-pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol
GC Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
Pa sir ≥ 50 % fr ak si ka sa r lo lo s sari n g an N o . 4 P asi r b er si h ( h an y a p as ir ) SW
Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Cu = D60 > 6
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60 SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s
SM Pasir berlanau, campuran
pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol
SC Pasir berlempung, campuran
pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
Ta n ah b er b u ti r h al u s 5 0 % at au l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La n au d an l em p u n g ba ta s c ai r ≤ 5
0% ML Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang
di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
60
50 CH
40 CL
30 Garis A
CL-ML
20
4 ML ML atau OH
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
OL
Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La n au d an le m pu ng b at as ca ir ≥ 50 % MH
Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
OH
Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan
kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan
tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488 Sumber : Hary Christady, 1996.
Ind e x P las ti si tas ( %)
(21)
C. Tanah Organik
1. Proses Terjadinya Tanah Organik
Tanah organik biasanya ditemukan di daerah dataran rendah di mana tabel air dekat atau di atas permukaan tanah. Kehadiran tabel air yang tinggi membantu dalam pertumbuhan tanaman air yang, ketika terurai, membentuk tanah organik. Jenis deposito tanah biasanya ditemui di wilayah pesisir dan di daerah glaciated. Tanah organik menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1.1.Kadar air alami mereka mungkin berkisar 200-300%.
1.2.Mereka sangat kompresibel.
1.3.Tes laboratorium telah menunjukkan bahwa, di bawah beban, sejumlah
besar pemukiman berasal dari konsolidasi sekunder. (Braja M. Das 2008)
Tanah organik adalah tanah yang tersusun dari bahan organik dan mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Bahan-bahan organik tersebut terdiri dari sisa tumbuh-tumbuhan dan binatang. Jumlah bahan organik dalam tanah organik dinyatakan dengan kadar organik. Kadar organik adalah nilai banding antara berat bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan organik dapat ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan organiknya (Mc Farland, 1959).
Tanah organik terbentuk karena pengaruh iklim dan curah hujan tinggi yang sebenarnya cukup merata sepanjang tahun dengan topografi tidak rata, sehingga memungkinkan terbentuknya depresi-depresi. Sebagai akibat tipe
(22)
iklim serupa itu, tidak terjadi perbedaan menyolok pada musim hujan dan kemarau. Vegetasi hutan berdaun lebar dapat tumbuh dengan baik sehingga menghalangi insolasi dan kelembaban yang tinggi dapat dipertahankan di lingkungan tersebut. Pada daerah cekungan dengan genangan air terjadi akumulasi bahan organik. Hal ini disebabkan suasana anaerob menghambat oksidasi bahan organik oleh jasad renik, sehingga proses humifikasi akan terjadi lebih nyata dari proses mineralisasi. Penguraian bahan organik hanya dilakukan oleh bakteri anaerob, cendawan dan ganggang. Kecepatan dekomposisi ini dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bakteri anaerob, sifat vegetasi, iklim, topografi dan sifat kimia airnya.
2. Sifat Tanah Organik
Sifat dan ciri tanah organik dapat ditentukan dengan berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Adapun sifat dan ciri tersebut antara lain:
a. Warna
Umumnya tanah organik berwarna coklat tua dan kehitaman , meskipun bahan asalnya berwarna kelabu, coklat atau kemerah-merahan, tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa-senyawa humik berwarna gelap. Pada umumnya, perubahan yang dialami bahan organik kelihatannya sama yang dialami oleh sisa organik tanah mineral, walaupun pada tanah organik aerasi terbatas.
b. Berat isi
Dalam keadaan kering tanah organik sangat kering, berat isi tanah organik bila dibandingkan dengan tanah mineral adalah rendah, yaitu 0,2 - 0,3 merupakan nilai umum bagi tanah organik yang telah
(23)
mengalami dekomposisi lanjut. Suatu lapisan tanah mineral yang telah diolah berat isinya berkisar 1,25 - 1,45.
c. Kapasitas menahan air
Tanah Organik mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Mineral kering dapat menahan air 1/5 – 2,5 dari bobotnya, sedangkan tanah organik dapat 2 – 4 kali dari bobot keringnya. Gambut lumut yang belum terkomposisi sedikit lebih banyak dalam menahan air, sekitar 12 atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri.
d. Struktur
Ciri tanah organik yang lain adalah strukturnya yang mudah dihancurkan apabila dalam keadaan kering. Bahan organik yang telah terdekomposisi sebagian bersifat koloidal dan mempunyai kohesi dan plastisitasnya rendah. Suatu tanah berbahan organik yang baik adalah
poroeus atau mudah dilewati air, terbuka dan mudah diolah. Ciri-ciri ini sangat diinginkan oleh pertanian tetapi tidak baik untuk bahan konstruksi sipil.
Sebagai akibat dari kemampuan yang besar untuk menahan air, maka apabila terjadi perbaikan drainase dimana dengan adanya pengurangan kadar air akan terjadi pemadatan struktur tanah organik, hal ini akan menurunkan muka tanah dan kalau ada tumbuhan akarnya akan muncul di atas permukaan tanah.
e. Reaksi masam
Pada tanah organik, dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan
(24)
meningkatkan keasaman tanah organik. Dengan demikian tanah organik akan cenderung lebih masam dari tanah mineral pada kejenuhan basah yang sama.
f. Sifat koloidal
Sifat ini mempunyai kapasitas tukar kationnya lebih besar, serta sifat ini lebih jelas diperlihatkan oleh tanah organik daripada tanah mineral. Luas permukaan dua hingga empat kali daripada tanah mineral.
g. Sifat penyangga
Pada tanah organik lebih banyak diperlukan belerang atau kapur yang digunakan untuk perubahan pH pada tingkat nilai yang sama dengan tanah mineral. Hal ini disebabkan karena sifat penyangga tanah ditentukan oleh besar kapasitas tukar kation, dengan demikian tanah organik umumnya memperlihatkan gaya resistensi yang nyata terhadap perubahan pH bila diandingkan dengan tanah mineral.
3. Identifikasi Organik
Terdapat dua sistem penggolongan utama yang dilakukan, yakni sistem penanggulangan AASHTO (metode AASHTO M 145 atau penandaan ASTM D-3282) dan sistem penggolongan tanah bersatu (penandaan ASTM D-2487). Dalam metode AASHTO, tidak tercantum untuk gambut dan tanah yang organik, sehingga ASTM D-2487 harus digunakan sebagai langkah pertama pada pengidentifikasian gambut.
Berikut adalah tabel untuk pengidentifikasian jenis tanah untuk gambut dan tanah organik:
(25)
Tabel 3. Penggolongan Tanah Berdasarkan Kandungan Organik
KANDUNGAN ORGANIK KELOMPOK TANAH
≥ 75 % Gambut
25 % - 75 % Tanah Organik
≤ 25 % Tanah dengan Kandungan Organik Rendah
(SUMBER : PEDOMAN KONSTRUKSI JALAN DI ATAS TANAH GAMBUT DAN ORGANIK, 1996)
D. Cornice Adhesive
Cornice Adhesive adalah bubuk plaster yang berdaya rekat kuat, sangat dianjurkan dalam aplikasi di atas permukaan papan, semen, dan plasterglass. Komposisi Cornice Adhesive tersebut terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Komposisi Cornice Adhesive
BAHAN RUMUS NO CAS KADAR
Silika, kristal-kuarsa Si-O2 14808-60-7 < 0,3 %
Kalsium Sulphate Hemihyrate Ca-O4-S.1/2-H2-O 10034-76-1 > 60 %
Batu Kapur Ca-CO3 1317-65-3 < 30 %
Dekstrin (C6H10O5) n x H2O 9004-53-9 < 5 % Selulosa Thickener tidak tersedia tidak
tersedia < 2 % Synthetic Polimer tidak tersedia 25213-24-5 < 2 %
(Sumber : http://www.boral.com.au/plasterboard/msds/pdfs/Cornice_Adhesive)
E. Stabilisasi Tanah
Menurut Ingels dan Metcalf ( 1972 ), sifat – sifat tanah yang diperbaiki dengan stabilisasi dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan / daya dukung, permeabilitas, dan kekelan / keawetan.
(26)
Stabilisasi tanah secara prinsip adalah suatu tindakan atau usaha yang dilakukan guna menaikkan kekuatan tanah, mempertahankan kekuatan gesernya, dan mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan dari tanah sehingga sesuai untuk proyek pembangunan. Faktor yang sangat penting dalam penentuan tebal perkerasan yang dibutuhkan pada suatu jalan aspal (flexible pavement) atau pondasi suatu gedung adalah tanah dasar. Apabila tanah dasar merupakan tanah lempung yang mempunyai kuat dukung yang rendah dan sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, akan menyebabkan ketidakstabilan jalan atau pondasi gedung tersebut. Oleh karena itu diperlukan perbaikan atau stabilisasi pada tanah tersebut.
Tanah yang akan digunakan pada suatu proyek bangunan teknik sipil (pondasi gedung, perkerasan jalan) harus memiliki sifat-sifat fisik maupun teknis yang baik. Namun kenyataan menunjukan bahwa tidak semua tanah dalam kondisi aslinya memiliki sifat-sifat yang diinginkan.
Apabila tanah bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, permeabilitas yang terlalu tinggi, dan sifat-sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasi. Stabilisasi dapat dikelompokkan berdasarkan empat jenis klasifikasi utama, yaitu :
1. Fisiomekanikal, contohnya dengan melakukan pemadatan.
2. Granulometrik, contohnya dengan pencampuran tanah berkualitas buruk
dan tanah dengan kualitas yang lebih baik.
(27)
4. Elektrokimia, contohnya dengan menggunakan bahan kimia sebagai zat
additive.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan:
1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis pemadatan mekanis,
seperti mesin gilas, benda berat yang dijatuhkan, pemanasan, dan sebagainya.
2. Bahan pencampur (additive), seperti kerikil untuk tanah kohesif, lempung
untuk tanah berbutir dan pencampur kimia seperti semen, gamping, abu batu bara, dan lain–lain (Bowles, 1991).
Salah satu usaha stabilisasi yaitu dengan pemadatan untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel. Tujuan pemadatan itu sendiri adalah untuk memperbaiki sifat–sifat teknis massa tanah.
Beberapa keuntungan yang didapatkan :
1. Mengurangi penurunan permukaan tanah.
2. Menambah kuat geser tanah.
3. Mengurangi kompresibilitas.
4. Mengurangi permeabilitas.
5. Mengurangi penyusutan (Bowles, 1991).
Metode atau cara memperbaiki sifat – sifat tanah ini juga sangat bergantung pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena di dalam proses perbaikan sifat –sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan waktu untuk zat kimia yang ada didalam aditif untuk bereaksi. Pada penelitian ini peneliti mencoba melakukan stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan aditif yaitu
(28)
Cornice adhesive dimana komposisi kimia yang terkandung dalam Cornice Adhesive salah satunya adalah Silika (SiO2) yang merupakan unsur pembentukan utama dalam pembuatan semen.
F. Pemadatan Tanah
Pemadatan (compaction) adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan
memperkecil jarak antarpartikel sehingga terjadi reduksi volume udara : tidak terjadi perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini (R.F. Craig, 1989). Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel (Bowles, 1991). Usaha pemadatan tersebut akan menyebabkan volume tanah akan berkurang, volume pori berkurang namun volume butir tidak berubah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggilas atau menumbuk.
Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik tanah, antara lain :
1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C ,
2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban,
3. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k,
4. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung organik).
Adapun prosedur dinamik laboratorium yang standar digunakan untuk pemadatan tanah biasanya disebut uji ”Proctor”. Berdasarkan tenaga pemadatan
yang diberikan, pengujian proctor dibedakan menjadi 2 macam :
1. Proctor Standar
(29)
Rincian mengenai persamaan ataupun perbedaan dari kedua proctor tersebut, diperlihatkan dalam Tabel 4 berikut ini :
Tabel 5. Elemen-elemen Uji Pemadatan di Laboratorium
Proctor Standar (ASTM D-698)
Proctor Modifikasi (ASTM D-1557)
Berat palu 24,5 N (5,5 lb) 44,5 N (10 lb)
Tinggi jatuh palu 305 mm (12 in) 457 mm (18 in)
Jumlah lapisan 3 5
Jumlah
tumbukan/lapisan 25 25
Volume cetakan 1/30 ft3
Tanah saringan (-) No. 4
Energi pemadatan 595 kJ/m3 2698 kJ/m3
Sumber : Bowles, 1991. G. Kuat Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (Shear failur) tanah terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir-butir tanah tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah disebabkan oleh: 1. Pada tanah berbutir halus (kohesif) misalnya lempung organik kekuatan geser
yang dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir-butir tanah (c soil).
2. Pada tanah berbutir kasar non kohesif), kekuatan geser disebabkan karena adanya gesekan antara butir-butir tanah sehingga sering disebut sudut gesek dalam (φ soil).
(30)
3. Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar (c dan φ soil), kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) dan gesekan antara butir-butir tanah (karena φ).
Hubungan antara tegangan total, tegangan efektif dan tekanan air pori adalah sebagai berikut :
Pengujian kuat geser dimaksudkan untuk mencari parameter-parameter dari tanah yang diperlukan dalam menentukan kuat geser. Percobaan untuk menentukan kuat geser dibagi menjadi :
1. Drained Test
Sampel tanah diberi tegangan normal dan selama percobaan air dialirkan. Tegangan geser diberikan dengan air tetap terbuka dan tegangan pori dijaga supaya tetap nol.
(31)
2. Undarined Test
Pada percobaan ini tekanan air pori tidak diukur dan selama percobaan air tidak diperbolehkan mengalir. Hanya kekuatan geser undrained yang dapat ditentukan.
3. Consolidated Undrained Test
Sampel tanah diberikan tegangan normal sampai konsolidasi selesai dan air diperbolehkan mengalir dari sampel. Konsolidasi dianggap selesai jika sudah tidak aa perubahan pada isi sampel. Setelah itu jalan air ditutup dan sampel diberi tegangan geser secara undrained. Tegangan normal tetap bekerja dan tegangan pori diukur.
H. Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial telah mencapai 20% (pilih yang lebih dahulu tercapai saat pengujian).
Uji kuat tekan bebas adalah salah satu cara untuk mengetahui geser tanah. Uji kuat tekan bebas bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah yang bersifat kohesif, baik dalam keadaan asli (undisturbed), buatan (remoulded) maupun tanah yang dipadatkan (compacted). Konsistensi tanah
lempung dapat ditentukan berdasarkan kekuatan kompresinya (qu). sebagaimana
dalam tabel 8 terlihat bahwa konsistensi dibagi menjadi 6 kategori dari sangat lunak sampai keras, yaitu antara nilai kompresibilitas (qu) antara 0 sampai dengan lebih besar dari 4. Tabel ini dapat digunakan sebagai acuan untuk tanah kohesif yang lain.
(32)
Tabel 6. Deskripsi Lempung Berdasarkan Kompresibilitas
Konsistensi Nilai qu (kg/cm2)
Sangat Lunak < 0,25
Lunak 0,25 – 0,50
Sedang 0,50 – 1,0
Kaku 1,0 – 2,0
Sangat Kaku 2,0 – 4,0
Keras > 4,0
(33)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Sampel Tanah
Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah Rawa Sragi, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan sampel dilakukan pada saat musim penghujan telah selesai.
B. Metode Pengambilan Sampel
Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak terganggu (undistrub soil). Akan tetapi dalam penelitian ini cukup dengan
pengambilan sampel dengan cara disturb soil (tanah terganggu). Sampel tanah
diambil di beberapa titik pada lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan agar sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi pengambilan sampel. Sampel tanah yang diambil tidak perlu adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi sifat dari tanah tersebut. Dan
Pengambilan sampel tanah terganggu (disturb) cukup dimasukan kedalam
karung plastik atau pembungkus lainnya.
C. Metode Pengujian Sampel
Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Ada 3 tahap yang dilakukan dalam pengujian, yaitu :
(34)
b. Membandingkan sampel tanah yang dicampur Cornice Adhesive dengan kadar tertentu kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan kadar Cornice Adhesive optimum.
c. Melakukan pemeraman selama 7 hari terhadap sampel tanah yang
dicampur dengan Cornice Adhesive persentase optimum.
D. Pelaksanaan Pengujian
Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 2 bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah asli dan tanah yag telah distabilisasi, adapun pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
Pengujian Sampel Tanah Asli
a. Pengujian Analisis Saringan
b. Pengujian Berat Jenis
c. Pengujian Kadar Air
d. Pengujian Batas Atterberg
Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi Cornice Adhesive
a. Pemadatan Tanah
b. Pengujian UCS
c. Pengujian Kuat Geser Langsung
Pada pengujian tanah stabilisasi setiap sampel tanah dibuat campuran dengan kadar Cornice Adhesive yaitu 0%, 5 %, 10%, 15%, 20% dengan dilakukan masa pemeraman yang sama yaitu 7 hari sebelum dilakukan pengujian yang lainnya.
(35)
1. Uji Kadar Air
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216.
Bahan : Sampel tanah asli seberat 30 – 50 gram sebanyak 3 sampel.
Peralatan :
a.Cawan kadar air (tin box)
b.Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
c.Oven dan Desikator
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji
kedalam cawan dan menimbangnya.
b. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu
110oC selama 24 jam.
c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung
prosentase kadar air. Perhitungan :
a. Berat air (Ww) = Wcs – Wds
b. Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc
c. Kadar air (ω) = x100%
Ws Ww
Dimana :
Wc = Berat cawan yang akan digunakan
(36)
Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven
2. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui prosentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991).
Bahan-bahan :
a. Tanah asli yang telah dikeringkan dengan oven sebanyak 500 gram
b. Air bersih atau air suling 1500 cc
Peralatan :
a. Saringan (sieve) 1 set
b. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
c. Mesin penggetar (sieve shaker)
d. Kuas halus
e. Oven
f. Pan
Langkah Kerja :
a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya.
b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan
sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.
c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar
(37)
d. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atasnya.
Perhitungan :
a. Berat masing-masing saringan (Wci)
b. Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas
saringan (Wbi)
c. Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci
d. Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai Wtot)
e. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)
f. Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
qi100% pi%
q
11 qi p
i1 Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan No. 200)3. Uji Batas Atterberg
a. Batas Cair (Liquid Limit)Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan
kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318.
Bahan-bahan :
- Sampel tanah yang telah dikeringkan di udara atau oven
- Air bersih atau air suling sebanyak 300 cc
Peralatan :
% 100 x W
Wci Wbi Pi
total
(38)
1. Alat batas cair (mangkuk Cassagrande)
2. Alat pembuat alur (grooving tool) ASTM untuk tanah yang lebih
plastis
3. Spatula
4. Gelas ukur 100 cc
5. Container 4 buah 6. Plat kaca
7. Porcelain dish (mangkuk porselen)
8. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
9. Oven
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan
menggunakan saringan No. 40.
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande setinggi 10 mm.
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40, kemudian diberi
air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan kedalam mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas.
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam
mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool.
5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13
mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada diantara 10 – 40 kali.
(39)
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan. Perhitungan :
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah
pukulan.
2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air.
3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar. 4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25. b. Batas Plastis (Plastic limit)
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-4318.
Bahan-bahan :
1. Sampel tanah sebanyak 100 gram yang telah dikeringkan
2. Air bersih atau air suling sebanyak 50 cc
Peralatan : 1. Plat kaca
(40)
2. Spatula
3. Gelas ukur 100 cc
4. Container 3 buah
5. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
6. Oven
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :
1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No.
40.
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian
digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus.
3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang
4. Menentukan kadar air benda uji.
Perhitungan :
1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji. 2. Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah
yang diuji, dengan rumus :
PI = LL – PL
4. Uji Berat Jenis
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 4. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200
(41)
(diameter = 0.074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM D-854.
Bahan-bahan :
- Sampel tanah organik
- Air suling Peralatan : a. Picnometer
b. Thermometer dengan ketelitian 0.01oC
c. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
d. Boiler (tungku pemanas)
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :
a. Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC
sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.
b. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan
No. 4 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu.
c. Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.
d. Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.
e. Mengambil sampel tanah.
f. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air
suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.
g. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam
butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.
h. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat hasilnya
(42)
Perhitungan :
Dimana :
Gs = Berat jenis
W1 = Berat picnometer (gram)
W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram)
W3 = Berat picnometer, tanah, dan air (gram)
W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)
5. Uji Pemadatan Tanah
Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-1557. Bahan-bahan : - Sampel tanah organik
- Air suling Peralatan :
a. Moldstandar 4” yang terdiri dari :
1. Plat dasar
2. Mold
3. Collar (leher penahan tanah) b. Hammer seberat 4.5 kg
c. Pan segi empat / talam
d. Sendok pengaduk tanah
) W W ( ) W W (
W W Gs
2 3 1 4
1 2
(43)
e. Gelas ukur 250 cc
f. Pisau pemotong
g. Saringan No.4 (4.75 mm)
h. Timbangan 1 kg dengan ketelitian 0.01 gram
i. Timbangan 20 kg dengan ketelitian 1 gram
j. Container
k. Kantong plastik
l. Oven
m. Kain lap
Adapun langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain : a. Penambahan air
1. Mengambil tanah sebanyak 12.5 kg dengan menggunakan karung goni
lalu dijemur.
2. Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan
tangan.
3. Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.
4. Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian, masing-masing 2.5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam plastik dan ikat rapat-rapat.
5. Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk
menentukan kadar air awal.
6. Mengambil tanah seberat 2.5 kg, menambahkan air sedikit demi
(44)
diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak hancur dan tidak lengket ditangan.
Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan untuk setiap 2.5 kg tanah.
7. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat
dihitung dengan rumus : Wwb = wb . W
1 + wb W = Berat tanah
Wb = Kadar air yang dibutuhkan
Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa
8. Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2.5 kg sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan tembok pengaduk.
b. Pemadatan tanah
1. Menimbang mold standar beserta alas.
2. Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan.
3. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai
dengan penambahannya.
4. Dengan modified proctor, tanah dibagi kedalam 5 bagian. Bagian
pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25 kali sampai merata.
(45)
keempat dan kelima, sehingga bagian kelima mengisi sebagian collar
(berada sedikit diatas bagian mold).
5. Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold dengan
menggunakan pisau pemotong.
6. Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya.
7. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar air (w).
8. Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.7 untuk sampel tanah lainnya,
maka akan didapatkan 6 data pemadatan tanah. Perhitungan :
Kadar air :
a. Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)
b. Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
c. Berat air = W1 – W2 (gr)
d. Berat cawan = Wc (gr)
e. Berat tanah kering = W2 – Wc (gr) f. Kadar air (w) = W1 – W2 (%)
W2 – Wc Berat isi :
a. Berat mold = Wm (gr)
b. Berat mold + sampel = Wms (gr)
c. Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)
(46)
e. Berat volume = W/V (gr/cm3)
f. Kadar air (w)
g. Berat volume kering (γd)
γd = (gr/cm3) h. Berat volume zero air void ( γz )
γz = (gr/cm3)
6. Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah yang bersifat kohesif dalam keadaan asli. Kekuatan tekan bebas adalah besarnya tekanan aksial persatuan luas pada saat sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20 %.
Bahan-bahan :
1. Sampel Tanah Asli Peralatan :
1. Mesin Tekan Bebas dan proving ring
2. Cetakan tabung belah atau cetakan tabung penuh 3. Extruder
4. Pisau pemotong 5. Dial Deformasi 6. Trimmer
7. Timbang dengan ketelitian 0,001 gram 8. Stopwatch
w . Gs 1
w x Gs
100 x w
100
(47)
9. Container
Cara kerjanya, yaitu :
1. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung dan memasukkan cetakan benda
uji dengan menekan tanah sehingga cetakan terisi penuh.
2. Meratakan kedua permukaan tanah dengan pisau pemotong dan
keluarkan dengan extruder.
3. Menimbang sampel tanah yang akan digunakan.
4. Meletakkan sampel tanah di atas plat penekan bawah secara sentris.
5. Mengatur ketinggian plat atas dengan tepat menyentuh permukaan atas sampel tanah.
6. Mengatur dial beban dan dial deformasi pada posisi nol.
7. Melakukan percobaan dengan cara menghidupkan motor. Kecepatan
regangan diambil ½ % - 2 % permenit.
8. Membaca dial beban dan mencatat pada regangan 0,5 %, 1 %, 2% dan seterusnya sampai tanah mengalami keruntuhan.
9. Setelah didapat beban batas maksimum atau regangan telah mencapai
20%, gambar pola keruntuhan tanah. Perhitungan :
1. Mengukur diameter sampel.
2. Mengukur tinggi sampel.
3. Menghitung luas sampel (A) = ¼ . 3,14 . D2.
4. Menimbang berat sampel (W).
5. Menghitung volume sampel (V) = A . Tinggi sampel
(48)
7. Menghitung beban (P) = Pembacaan x Proving Ring
8. Menghitung tegangan = P / A
9. Menghitung sensifitas (St) = qu / qu’
7. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan sudut geser dalam (Ø) dan nilai kohesi (c) dari suatu jenis tanah.
Bahan-bahan : 1. Sampel tanah asli
2. Air bersih secukupnya
Peralatan :
1. Frame alat geser langsung beserta proving ring
2. Shear box (sel geser langsung)
3. Extruder (alat untuk mengeluarkan sampel)
4. Cincin (cetakan) benda uji
5. Pisau potong
6. Dial pergeseran
7. Stopwatch
8. Beban 3220 gram, 6640 gram, dan 9960 gram.
Cara kerjanya yaitu :
1. Mengeluarkan sampel dari tabung sampel, kemudian memasukkan
sampel ke dalam cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah sehingga cetakan penuh dengan sampel.
2. Memotong dan meratakan kedua permuakaan cetakan dengan pisau
(49)
3. Mengeluarkan benda uji dari cetakkan dengan extruder.
4. Menimbang benda uji.
5. Memasukkan benda uji ke dalam cinicn geser yang masih terkunci dan menutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian, posisi benda uji berada di antara dua batu pori dan kertas saring.
6. Meletakkan cincin geser beserta sampel tanah pada shear box.
7. Mengatur stang penekan dalam psoisi vertikal dan tepat menyentuh stang
penggeser benda uji (Dial Proving tepat mulai bergerak).
8. Membuka kunci cincin geser.
9. Memberikan beban pertama seberat 3320 gram dan mengisi shear box
dengan air sampai penuh sehingga benda uji terendam.
10. Memutar enggkol pendorong dengan konstan dan stabil perlahan-lahan
selama 15 detik sambil membaca dial pergeseran.
11. Melakukan terus menerus pembacaan Dial Proving Ring, dalam selisih waktu 15 menit (waktu dari stopwatch).
12. Setelah pembacaan Proving Ring maksimum dan mulai turun dua kali
atau tiga kali pembacaan, percobaan dihentikan.
13. Membersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah didalamnya.
14. Mengulang langkah kerja 5 sampai langkah 14 untuk sampel tanah yang
kedua dengan berat dua kali beban pertama (6640 gram).
15. Untuk sampel ketiga, berat beban adalah tiga kali beban pertama (9960 gram).
(50)
1. Perhitungan luas permukaan sampel : A = ¼ . 3,14 . D2
2. Perhitungan tegangan normal :
T = P / A
3. Pembacaan dial maksimum :
T max = Dial max . kalibrasi alat Luas
4. Menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser (Ø) dari grafik. Dimana :
D = Diameter sampel (cm)
P = Beban yang diberikan (gram)
A = Luas permukaan sampel (cm2)
E. Metode Pencampuran Sampel
Metode pencampuran untuk masing-masing kadar Cornice Ahesive adalah :
1. Cornice Adhesive dicampur dengan sampel tanah yang telah ditumbuk (butir aslinya tidak pecah) dan lolos saringan No. 4 (4,75 mm) dengan variasi
kadar campuran Cornice Adhesive antara lain adalah 0% ; 5% ; 10% ; 15% ;
dan 20%.
2. Sampel tanah yang sudah dicampur dengan Cornice Adhesive siap untuk dipadatkan, lalu diperam selama 7 hari. Setelah pemeraman 7 hari dilakukan pengujian kuat geser langsung, pengujian kuat tekan bebas, pengujian
atterberg, pengujian berat jenis, dan pengujian kadar air.
F. Pengolahan dan Analisa Data
Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan, serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari :
(51)
1. Hasil yang didapat dari pengujian sampel tanah asli ditampilkan dalam bentuk tabel dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah.
2. Pencampuran masing-masing kadar Cornice Adhesive pada sampel tanah
(0% ; 5% ; 10% ; 15% ; dan 20%).
Dari seluruh analisis hasil yang telah ditampilkan, dapat ditarik kesimpulan terhadap hasil penelitian yang didapat.
(52)
TIDAK
YA
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Mulai
Pengambilan Sampel Tanah Asli
Sampel 2 Kadar Cornice
Adhesive:
Sampel 3 Kadar Cornice
Adhesive:
Sampel 4 Kadar Cornice
Adhesive:
Pembuatan Sampel Tanah Stabilisasi (Tanah Asli + Kadar Cornice Adhesive)
Analisa Saringan Batas Atterberg
Pengujian Awal (Tanah Asli)
Uji UCS
Uji Kuat Geser Langsung Pengujian
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai Pemeraman
7 hari
Sampel 5 Kadar Cornice
Adhesive:
Kadar Air Berat Jenis
Sampel 1 Kadar Cornice
(53)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Studi Kuat Tekan Bebas dan Kuat Geser
Langsung pada Tanah Lempung Lunak yang Distabilisasikan dengan Cornice
Adhesive dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
1. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang berasal dari daerah Rawa Seragih, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur yang merupakan jenis tanah organik.
2. Dari hasil pengujian material tanah, maka berdasarkan klasifikasi
AASHTO memberikan gambaran bahwa tanah tersebut berlempung dan jika digunakan sebagai tanah dasar merupakan bagian sedang sampai buruk, dan berdasarkan klasifikasi tanah sistem Unified tanah tersebut termasuk golongan OH atau tanah organik yang merupakan tanah organik dengan nilai plastisitas sedang sampai tinggi.
3. Penggunaan Cornice Adhesive cukup efektif dalam meningkatkan daya
dukung tanah organik yang berasal dari Rawa Seragih terutama sebagai
(54)
4. Pada hasil pengujian Kuat Geser Langsung, semakin bertambahnya jumlah kadar additive maka nilai kohesi akan semakin meningkat dan nilai sudut gesernya semakin meningkat.
5. Dari hasil pengujian Kuat Tekan Bebas, semakin bertambahnya jumlah kadar
additive maka nilai tegangan maksimumnya semakin meningkat.
6. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hubungan nilai kohesi dengan sudut
geser berbanding lurus yang berarti jika nilai kohesi sampel tanah yang didapatkan besar, maka nilai sudut geser sampel tanah tersebut semakin besar, begitu juga sebaliknya.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan Cornice Adhesive, disarankan beberapa hal di bawah ini untuk dipertimbangkan :
1. Untuk mengetahui nilai efektif dari campuran Cornice Adhesive, perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah yang lain dengan menggunakan kadar campuran yang lebih tinggi dan lebih bervariasi untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dari stabilisasi tanah menggunakan Cornice Adhesive ini.
2. Sebaiknya dilakukan pembersihan alat/mesin sebelum melakukan berbagai
kegiatan penelitian.
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan yang menggunakan tanah yang berasal
dari daerah perkebunan itu sendiri untuk mengetahui nilai nyata dari pengaruh penambahan Cornice Adhesive pada tanah di daerah perkebunan dan dilakukan langsung di lapangan.
(55)
4. Perlu diperhatikan mengenai masalah ketelitian yang lebih dalam hal penggunaan dan pembacaan peralatan agar didapatkan hasil yang lebih tepat dan akurat.
(56)
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 2004. Soil Mechanics And Foundation Engineering. Standard Publisher.
Delhi.
Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah). Erlangga. Jakarta.
Bowles, Joseph E. 1997. Foundation Analysis and Design Fifth Edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc. Singapore.
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I .
PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 2007. Advanced Soil Mechanics Third Edition. Taylor and Francis.
London and Newyork.
Das, B. M. 2008. Fundamentals of Geotechnical Engineering Third Edition.
Online Book. United State.
Hardiyatmo, H.C. 1996. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Anonymous. 2013. Cornice Adhesive. Boral Australian Gypsum Limited. Port
Melbourne.Http://www.boral.com.au/plasterboard/msds/pdfs/Cornice_Adhe
sive.pdf
Kaniraj, Shenbag R. 2008. Design Aids In Soil Mechanics And Foundation
Engineering. Tata Mc Graw-Hill. Delhi.
Smith, G.N. and Smith, Ian G.N. 1998. Elements of Soil Mechanics Seventh Edition. Blacwell Science. United Kingdom.
Terzaghi, Karl 1996. Soil Mechanics in Engineering Practice Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York.
(57)
Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung. Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
(58)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947
Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Januari 2013
Lokasi : Rawa Sragi Test By : Muhammad Syamroni
Judul : Studi Sifat Mekanik Tanah Organik yang Checked by : Iswan, S.T., M.T.
Distabilisasi Menggunakan Cornice Adhesive Ir . Setyanto, M.T.
Sampel : Tanah Organik
: Tanah Lempung Organik : A
: 10.16 cm : 4,5 Kg
: 11.66 cm : 5 Lapis
: 944 cm3 : 50
KADAR AIR
No.Sampel Tanah 1 2 3 4 5
No. Cawan 3 3b 1c 4 43
Berat Cawan + Tanah Basah (gram) 45.44 39.82 41.40 54.28 39.65
Berat Cawan + Tanah Kering (gram) 37.00 31.90 33.23 42.00 31.00
Berat Air (gram) 8.44 7.92 8.17 12.28 8.65
Berat Cawan (gram) 9.65 9.09 10.40 9.80 9.39
Berat Tanah Kering (gram) 27.35 22.81 22.83 32.20 21.61
Kadar Air ( ω ) (%) 30.86 34.72 35.79 38.14 40.03
KEPADATAN
No. Sampel Tanah
Kadar Air ( ω ) (%) 30.86 34.72 35.79 38.14 40.03
Berat Mold + Tanah (gram) 3045 3145 3378 3215 3234
Berat Mold (gram) 1775 1775 1775 1775 1775
Berat Tanah Kering (gram) 1270 1370 1603 1440 1459
Wet Density (gram/cc) 1.345 1.451 1.698 1.525 1.546
Dry Density (gram/cc) 1.028 1.077 1.251 1.104 1.104
ZAV 1.380 1.311 1.293 1.254 1.225
Kadar air optimum : Berat volume kering max : 1.15 gram/cm3
Kadar Cornice Adhesive : 0% Berat Jenis Tanah : 2.405
UJI PEMADATAN MODIFIED PROCTOR
Jenis tanah Cara
Diameter Berat Penumbuk
Tinggi Jumlah lapisan
Volume Jumlah Tumbukan tiap Lapis
36.00% UJI PEMADATAN 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6
30.00 32.00 34.00 36.00 38.00 40.00 42.00
Kadar air (%)
Be rat v o lu m e k er in g ( g r/ cm 3)
(59)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947
Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Januari 2013
Lokasi : Rawa Sragi Test By : Muhammad Syamroni
Judul : Studi Sifat Mekanik Tanah Organik yang Checked by : Iswan, S.T., M.T.
Distabilisasi Menggunakan Cornice Adhesive Ir . Setyanto, M.T.
Sampel : Tanah Organik
: Tanah Lempung Organik : A
: 10.16 cm : 4,5 Kg
: 11.66 cm : 5 Lapis
: 944 cm3 : 25
KADAR AIR
No.Sampel Tanah 1 2 3 4 5
No. Cawan 3 3b 1c 4 43
Berat Cawan + Tanah Basah (gram) 28.73 33.96 25.68 28.12 39.83
Berat Cawan + Tanah Kering (gram) 24.53 28.86 20.12 21.83 32.14
Berat Air (gram) 4.20 5.10 5.57 6.30 7.69
Berat Cawan (gram) 11.57 14.68 5.69 6.32 14.59
Berat Tanah Kering (gram) 12.96 14.18 14.43 15.51 17.55
Kadar Air ( ω ) (%) 32.41 35.93 38.58 40.60 43.82
KEPADATAN
No. Sampel Tanah
Kadar Air ( ω ) (%) 32.41 35.93 38.58 40.60 43.82
Berat Mold + Tanah (gram) 2846 2971 3041 2995 3198
Berat Mold (gram) 1738 1701 1670 1580 1775
Berat Tanah Kering (gram) 1108 1270 1371 1415 1423
Wet Density (gram/cc) 1.174 1.345 1.452 1.499 1.507
Dry Density (gram/cc) 0.886 0.990 1.048 1.066 1.048
ZAV 1.380 1.316 1.272 1.240 1.192
Kadar air optimum : Berat volume kering max : 1.07 gram/cm3
Kadar Cornice Adhesive : 10% Berat Jenis Tanah : 2.496
UJI PEMADATAN
UJI PEMADATAN MODIFIED PROCTOR
Jenis tanah Cara
Diameter Berat Penumbuk
Tinggi Jumlah lapisan
Volume Jumlah Tumbukan tiap Lapis
41.50% 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
30.00 35.00 40.00 45.00
Kadar air (%)
Be rat v o lu m e k eri n g (g r/ cm 3)
(60)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947
Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Januari 2013
Lokasi : Rawa Sragi Test By : Muhammad Syamroni
Judul : Studi Sifat Mekanik Tanah Organik yang Checked by : Iswan, S.T., M.T.
Distabilisasi Menggunakan Cornice Adhesive Ir . Setyanto, M.T.
Sampel : Tanah Organik
: Tanah Lempung Organik : A
: 10.16 cm : 4,5 Kg
: 11.66 cm : 5 Lapis
: 944 cm3 : 25
KADAR AIR
No.Sampel Tanah 1 2 3 4 5
No. Cawan 3 3b 1c 4 43
Berat Cawan + Tanah Basah (gram) 33.99 33.35 30.03 31.33 37.87
Berat Cawan + Tanah Kering (gram) 27.07 26.85 23.97 24.60 29.21
Berat Air (gram) 6.92 6.50 6.07 6.73 8.66
Berat Cawan (gram) 6.33 9.53 9.12 8.62 9.56
Berat Tanah Kering (gram) 20.74 17.32 14.85 15.99 19.65
Kadar Air ( ω ) (%) 33.37 37.53 40.84 42.10 44.07
KEPADATAN
No. Sampel Tanah
Kadar Air ( ω ) (%) 33.37 37.53 40.84 42.10 44.07
Berat Mold + Tanah (gram) 2880 2975 3035 2976 3055
Berat Mold (gram) 1695 1701 1670 1580 1695
Berat Tanah Kering (gram) 1185 1274 1365 1396 1360
Wet Density (gram/cc) 1.255 1.350 1.446 1.479 1.441
Dry Density (gram/cc) 0.941 0.981 1.027 1.041 1.000
ZAV 1.377 1.303 1.249 1.229 1.200
Kadar air optimum : Berat volume kering max : 1.02 gram/cm3
Kadar Cornice Adhesive : 15% Berat Jenis Tanah : 2.548
UJI PEMADATAN
UJI PEMADATAN MODIFIED PROCTOR
Jenis tanah Cara
Diameter Berat Penumbuk
Tinggi Jumlah lapisan
Volume Jumlah Tumbukan tiap Lapis
42.00% 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Kadar air (%)
Be rat v o lu me k er in g ( g r/ cm 3)
(61)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947
Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Januari 2013
Lokasi : Rawa Sragi Test By : Muhammad Syamroni
Judul : Studi Sifat Mekanik Tanah Organik yang Checked by : Iswan, S.T., M.T.
Distabilisasi Menggunakan Cornice Adhesive Ir . Setyanto, M.T.
Sampel : Tanah Organik
: Tanah Lempung Organik : A
: 10.16 cm : 4,5 Kg
: 11.66 cm : 5 Lapis
: 944 cm3 : 25
KADAR AIR
No.Sampel Tanah 1 2 3 4 5
No. Cawan 3 3b 1c 4 43
Berat Cawan + Tanah Basah (gram) 29.87 27.19 36.48 34.83 37.62
Berat Cawan + Tanah Kering (gram) 25.16 21.29 29.21 27.12 28.53
Berat Air (gram) 4.71 5.90 7.27 7.71 9.09
Berat Cawan (gram) 11.84 5.69 11.84 9.67 9.56
Berat Tanah Kering (gram) 13.32 15.60 17.37 17.45 18.97
Kadar Air ( ω ) (%) 35.36 37.82 41.85 44.18 47.92
KEPADATAN
No. Sampel Tanah
Kadar Air ( ω ) (%) 35.36 37.82 41.85 44.18 47.92
Berat Mold + Tanah (gram) 2906 2957 3046 2967 3062
Berat Mold (gram) 1725 1701 1670 1580 1715
Berat Tanah Kering (gram) 1181 1256 1376 1387 1347
Wet Density (gram/cc) 1.251 1.331 1.458 1.469 1.427
Dry Density (gram/cc) 0.924 0.965 1.028 1.019 0.965
ZAV 1.350 1.306 1.241 1.206 1.154
Kadar air optimum : Berat volume kering max : 1.02 gram/cm3
Kadar Cornice Adhesive : 20% Berat Jenis Tanah : 2.582
UJI PEMADATAN
UJI PEMADATAN MODIFIED PROCTOR
Jenis tanah Cara
Diameter Berat Penumbuk
Tinggi Jumlah lapisan
Volume Jumlah Tumbukan tiap Lapis
42.75% 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4
34 36 38 40 42 44 46 48 50
Kadar air (%)
B er at v o lu me k er in g ( g r/ cm 3)
(62)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947
Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Januari 2013
Lokasi : Rawa Sragi Test By : Muhammad Syamroni
Judul : Studi Sifat Mekanik Tanah Organik yang Checked by : Iswan, S.T., M.T.
Distabilisasi Menggunakan Cornice Adhesive Ir . Setyanto, M.T.
Sampel : Tanah Organik
: Tanah Lempung Organik : A
: 10.16 cm : 4,5 Kg
: 11.66 cm : 5 Lapis
: 944 cm3 : 25
KADAR AIR
No.Sampel Tanah 1 2 3 4 5
No. Cawan 3 3b 1c 4 43
Berat Cawan + Tanah Basah (gram) 29.77 28.62 31.04 28.53 35.14
Berat Cawan + Tanah Kering (gram) 24.85 23.26 25.07 21.70 28.33
Berat Air (gram) 4.92 5.36 5.97 6.83 6.81
Berat Cawan (gram) 7.92 6.30 8.38 6.30 14.65
Berat Tanah Kering (gram) 16.93 16.96 16.69 15.40 13.68
Kadar Air ( ω ) (%) 29.06 31.60 35.77 44.35 49.78
KEPADATAN
No. Sampel Tanah
Kadar Air ( ω ) (%) 29.06 31.60 35.77 44.35 49.78
Berat Mold + Tanah (gram) 3016 3000 3025 2999 3242
Berat Mold (gram) 1735 1691 1590 1560 1735
Berat Tanah Kering (gram) 1281 1309 1435 1439 1507
Wet Density (gram/cc) 1.357 1.387 1.520 1.524 1.596
Dry Density (gram/cc) 1.051 1.054 1.120 1.056 1.066
ZAV 1.427 1.377 1.303 1.172 1.102
Kadar air optimum : Berat volume kering max : 1.09 gram/cm3
Kadar Cornice Adhesive : 5% Berat Jenis Tanah : 2.439
UJI PEMADATAN
UJI PEMADATAN MODIFIED PROCTOR
Jenis tanah Cara
Diameter Berat Penumbuk
Tinggi Jumlah lapisan
Volume Jumlah Tumbukan tiap Lapis
40.00% 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
25.00 35.00 45.00 55.00
Kadar air (%)
Be rat v o lu m e k er in g ( g r/ cm 3)
(63)
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Jln. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Proyek : Tugas Akhir Mahasiswa S1 Diperiksa : Pembimbing I : Iswan S.T.,M.T.
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah Unila Pembimbing II : Ir. Setyanto, M.T
Sampel : 0%
Tanggal :
Pembacaan Regangan Pembacaan Kalibrasi Beban Angka Luas Terko
Dial (%) Dial cincin (kg) Koreksi reksi (cm²) (Kg/cm²) Diameter contoh (D) : 3.5 cm B.contoh basah + cawan : 32.09 gr
0.00 0.00 0.00 0.464 0.000 1.000 9.621 0.000 Tinggi contoh (H) : 7 cm B.contoh kering + cawan : 24.29 gr
0.35 0.50 0.03 0.464 0.139 1.005 9.669 0.014 Luas Semula (A) : 9.621 cm² Berat cawan : 2.52 gr
0.70 1.00 0.05 0.464 0.232 1.010 9.718 0.024 Volume (V) : 67.35 cm² Berat Air : 7.8 gr
1.40 2.00 0.08 0.464 0.371 1.020 9.817 0.038 Berat sampel : 101.25 gr Berat contoh kering : 21.77 gr
2.10 3.00 0.10 0.464 0.464 1.031 9.919 0.047 Berat Volume : 1.50 gr/cm² Kadar air : 35.83 %
2.80 4.00 0.12 0.464 0.557 1.042 10.022 0.056
3.50 5.00 0.14 0.464 0.650 1.063 10.127 0.064
4.20 6.00 0.15 0.464 0.696 1.064 10.235 0.068
4.90 7.00 0.16 0.464 0.742 1.075 10.345 0.072
5.60 8.00 0.17 0.464 0.789 1.087 10.458 0.075
6.30 9.00 0.14 0.464 0.650 1.099 10.573 0.061
7.00 10.00 0.12 0.464 0.557 1.111 10.690 0.052
7.70 11.00 0.464 1.124 10.810
8.40 12.00 0.464 1.136 10.933
9.10 13.00 0.464 1.149 11.059
9.80 14.00 0.464 1.163 11.187
10.50 15.00 0.464 1.176 11.319
11.20 16.00 0.464 1.190 11.454
11.90 17.00 0.464 1.205 11.592
12.60 18.00 0.464 1.220 11.733
13.30 19.00 0.464 1.235 11.878
14.00 20.00 0.464 1.250 12.026
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS ( UCS )
Regangan Beban Luas
Tegangan Berat Isi Kadar Air
0.0 0.1
0 2 4 6 8 10
TE
GANG
A
N
(K
G/
CM
²)
REGANGAN (%)
(64)
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Jln. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Proyek : Tugas Akhir Mahasiswa S1 Diperiksa : Pembimbing I : Iswan, S.T.,M.T.
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah Unila Pembimbing II : Ir. Setyanto, M.T
Sampel : 10%
Tanggal :
Pembacaan Regangan Pembacaan Kalibrasi Beban Angka Luas Terko
Dial (%) Dial cincin (kg) Koreksi reksi (cm²) (Kg/cm²) Diameter contoh (D) : 3.5 cm B.contoh basah + cawan : 52.96 gr
0.00 0.00 0.00 0.464 0.000 1.000 9.621 0.000 Tinggi contoh (H) : 7 cm B.contoh kering + cawan : 40.05 gr
0.35 0.50 0.04 0.464 0.186 1.005 9.669 0.019 Luas Semula (A) : 9.621 cm² Berat cawan : 10.9 gr
0.70 1.00 0.05 0.464 0.232 1.010 9.718 0.024 Volume (V) : 67.35 cm² Berat Air : 12.91 gr
1.40 2.00 0.07 0.464 0.325 1.020 9.817 0.033 Berat sampel : 99.54 gr Berat contoh kering : 29.15 gr
2.10 3.00 0.09 0.464 0.418 1.031 9.919 0.042 Berat Volume : 1.48 gr/cm² Kadar air : 44.29 %
2.80 4.00 0.12 0.464 0.557 1.042 10.022 0.056
3.50 5.00 0.15 0.464 0.696 1.063 10.127 0.069
4.20 6.00 0.18 0.464 0.835 1.064 10.235 0.082
4.90 7.00 0.22 0.464 1.021 1.075 10.345 0.099
5.60 8.00 0.25 0.464 1.160 1.087 10.458 0.111
6.30 9.00 0.28 0.464 1.299 1.099 10.573 0.123
7.00 10.00 0.30 0.464 1.392 1.111 10.690 0.130
7.70 11.00 0.32 0.464 1.462 1.124 10.810 0.135
8.40 12.00 0.31 0.464 1.4384 1.136 10.933 0.13156499
9.10 13.00 0.31 0.464 1.4384 1.149 11.059 0.13006601
9.80 14.00 0.27 0.464 1.2528 1.163 11.187 0.11198713
10.50 15.00 0.23 0.464 1.0672 1.176 11.319 0.09428395
11.20 16.00 0.464 1.190 11.454
11.90 17.00 0.464 1.205 11.592
12.60 18.00 0.464 1.220 11.733
13.30 19.00 0.464 1.235 11.878
14.00 20.00 0.464 1.250 12.026
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS ( UCS )
Regangan Beban Luas
Tegangan Berat Isi Kadar Air
0.0 0.1 0.2
0 2 4 6 8 10 12 14 16
TE
GANGAN
(K
G/C
M
²)
REGANGAN (%)
(65)
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Jln. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Proyek : Tugas Akhir Mahasiswa S1 Diperiksa : Pembimbing I : Iswan S.T.,M.T.
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah Unila Pembimbing II : Ir. Setyanto, M.T
Sampel : 15%
Tanggal :
Pembacaan Regangan Pembacaan Kalibrasi Beban Angka Luas Terko
Dial (%) Dial cincin (kg) Koreksi reksi (cm²) (Kg/cm²) Diameter (D) : 3.5 cm B.contoh basah + cawan : 51.7 gr
0.00 0.00 0.00 0.464 0.000 1.000 9.621 0 Tinggi contoh (H) : 7 cm B.contoh kering + cawan : 39.63 gr
0.35 0.50 0.03 0.464 0.139 1.005 9.669 0.014 Luas Semula (A) : 9.621 cm² Berat cawan : 9.95 gr
0.70 1.00 0.07 0.464 0.325 1.010 9.717 0.033 Volume (V) : 67.35 cm² Berat Air : 12.07 gr
1.40 2.00 0.10 0.464 0.441 1.020 9.813 0.045 Berat sampel : 97.73 gr Berat contoh kering : 29.68 gr
2.10 3.00 0.13 0.464 0.603 1.031 9.919 0.061 Berat Volume : 1.45 gr/cm² Kadar air : 40.67 %
2.80 4.00 0.17 0.464 0.789 1.042 10.025 0.079
3.50 5.00 0.21 0.464 0.974 1.063 10.227 0.095
4.20 6.00 0.26 0.464 1.206 1.064 10.237 0.118
4.90 7.00 0.31 0.464 1.415 1.075 10.343 0.137
5.60 8.00 0.35 0.464 1.624 1.087 10.458 0.155
6.30 9.00 0.37 0.464 1.694 1.099 10.573 0.160
7.00 10.00 0.34 0.464 1.5776 1.111 10.689 0.14759193
7.70 11.00 0.29 0.464 1.3456 1.124 10.814 0.12443125
8.40 12.00 0.464 1.136 10.929
9.10 13.00 0.464 1.149 11.055
9.80 14.00 0.464 1.163 11.189
10.50 15.00 0.464 1.176 11.314
11.20 16.00 0.464 1.190 11.449
11.90 17.00 0.464 1.205 11.593
12.60 18.00 0.464 1.220 11.738
13.30 19.00 0.464 1.235 11.882
14.00 20.00 0.464 1.250 12.026
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS ( UCS )
Regangan Beban Luas
Tegangan Berat Isi Kadar Air
0.0 0.1 0.2
0 2 4 6 8 10 12
TE
GANG
A
N
(K
G/
CM
²)
REGANGAN (%)
(1)
Boiler Mangkuk Cassagrande
(2)
Modified proctor Mesin Kuat Tekan Bebas
(3)
BAHAN
Cornice Adhesive
(4)
PROSES PEKERJAAN
Pengambilan Tanah Tidak Terganggu Pengambilan Tanah Terganggu
Pencampuran Tanah + Cornice Adhesive
Pengujian Kadar Air
Pemeraman Tanah Campuran
(5)
Pengujian Batas Cair Pengujian Batas Plastis
Sampel Uji Batas-Batas Atterberg Pengujian Analisa Saringan
(6)