Perbandingan Kriteria Kesahihan Sanad Hadis Muhammad Al-Ghazali
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130 perbuatan yang dapat menghilangkan muruah.‛
15
Jadi seakan-akan keduanya tidak ada perbedaan bahwa semua perawinya harus adil, kalaupun dalam
menggunakan bahasanya Muhammad al-Ghazali lebih merinci tentang pengertian
d}abit} dan menambahkan kalimat ‚serta menolak dengan tegas setiap pemalsuan atau penyimpangan‛, yang pada akhirnya ketika dikaji
kembali perbedaannya terletak pada bagian terakhir ini. Tahap ketiga, Muhammad al-Ghazali hanya memperkuat syarat
sebelumnya bahwa kedua sifat yang telah disebutkan di atas harus dimiliki oleh masing-masing perawi dalam seluruh rangkaian para perawi suatu hadis.
Al-}Kulaini menempatkan d}abit} pada syarat yang ketiga, akan tetapi
Muhammad al-Ghazali meletakkannya pada syarat yang pertama, sehingga perbedaan ini juga menentukan ke arah yang mana dari syarat-syarat itu yang
lebih ditekankan. Kalangan Syi’ah Imamiyah juga mengartikan d}abit dengan
kuat hafalan, tidak pelupa dalam meriwayatkan hadis.
16
Ke d}abitan itu sendiri dapat dibedakan lagi menjadi dua: 1 d{abit s}adr,
apabila periwayat menyampaikan hadis dari hafalannya, dan ia senantiasa hafal hadis itu; 2
d{abit kitab, apabila periwayat meyampaikan hadis dari kitabnya, dan senantiasa menjaga tulisan itu sejak mendengar hingga
15
Al-Shubhani,
Us}ul al-Hadth
…..,118.
16
‘Abd al-Majid Mahmud,
Amthal al-Hadith Ma‘a Taqdimat fi ‘Ulum al-Hadith
Kairo: Dar al-Turath, t.th., 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131 menyampaikannya kembali kepada orang lain, dan juga memelihara tulisan itu
dari penggantian dan perubahan.
17
Jika dikorelasikan dengan hadis yang terdapat dalam yang disebutkan oleh Muhammad bin Ya’qub al-Kulayni dalam
Us}ul al-Kafi:
َ عَ أَ عَمش َ َم ا إَ َ عَ عَ قع َ َ َ خأ َ عَ أَ عَ َ َ م اَ عَ عَّ س ف اَنسحاَيأَ َ سحا
عَيأ َ
: قَ اس اَ عَها َ
َ َ عَهاَ صَهاَ س َ ق طَيَ:م س
َُ ْاِع
ِْم َف
ِْ ض
َ َ غ َ حَهاََ إَاأَم ْسُمَِ ُكَ ع
ِمِْع ا ي
َ
Muhammad bin Ya’qub mengabarkan kepada kami dari ‘Ali bin Ibrahim bin Hashim dari bapaknya dari al-H{asan bin Abi al-
H{usain al-Farisy dari ‘Abdurrahman bin Yazid dari bapaknya dari Abi ‘Abdillah ‘alaihi al-salam berkata: ‚Rasulullah SAAW
bersabda: ‚ Menuntut ilmy adalah kewajiban bagi setiap muslim. Ketahuilah bahwa Allah mencintai penuntut ilmu‛.
18
Analisis terhadap isnad hadis di atas dari segi ‘adalah perawi
menunjukkan data sebagai berikut: 1. Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Abu Ja’far al-Kulayni adalah
seorang syaikh di kalangan ulama Syi’ah. Perawi yang dinilai \paling
17
Al-Shahawi,
Mus}t}alah al-Hadith…..
, 106.
18
Muhammad bin Ya’qub al-Kulayni,
Us}ul al-Kafi
, Vol. 1 Beirut: Dar al-Murtad}a, cet. 1, 1426 H2005 M, 24. Kitab Fad}l al-‘Ilm, Bab Fard} al-‘Ilm wa Wujub T{alabih wa al-H{ath
‘alaih, hadis nomor indeks 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132 thiqah dan thabit periwayatannya awthaq al-nas fi al-h{adith wa
athbatahum. Ia meninggal di Baghdad tahun 328 H.
19
2. ‘Ali bin Ibrahim bin Hashim al-Qummi Abu al-H{asan adalah seorang yang
thiqah dalam hadis, thabtun dan dijadikan acuan standar mu’tamad dalam penilaian riwayat. Ia memiliki kelurusan dalam
bermazhab Syi’ah s{ah}ih al-madhhab.
20
3. Ibrahim bin Hashim Abu Ishaq al-Qummi adalah bapak dari ‘Ali bin Ibrahim bin Hashim al-Qummi. Ia berasal dari Kufah kemudian pindah
ke Qumm. Ia adalah murid Yunus bin ‘Abdurrahman yang menjadi salah seorang murid
ash}ab al-Rid}a ‘alaihi al-salam.
21
4. Al-Hasan bin Abi al-Husain al-Farisi. Tidak terdapat keterangan jarh wa ta’dil tentang al-Hasan. Namun, ia tercatat sebagai perawi hadis
Syi’ah. Ia meriwayatkan hadis dari Sulaiman bin Ja’far al-Ja’fari, ‘Abdurrahman bin Zaid dan muridnya antara lain Ibrahim bin
Hashim.
22
{{{ 5. ‘Abdurrahman bin Zaid. ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam al-Tanukhi
al-Madani al-Kufi. Penulis tidak menemukan data jarh wa ta’dil-nya
dalam berbagai kitab rijal hadis Syi’ah seperti Rijal Ibn Dawud, Rijal
al-Burqi, Mashayikh al-Thiqat, Rijal al-Kashi, Rijal al-Najashi dan lain-lain. Al-Sayyid ‘Ali al-Burujurdi dalam Kitab
T{ara’if al-Maqal fi
19
Taqiyuddin al-H{asan bin ‘Ali Ibn Dawud al-Hilli,
Rijal Ibn Dawud,
Najef : Manshurat al- Mat}ba’ah al-Haydariyyah, 1392 H1972 M, 182
20
Ibid, 130.
21
Ibid, 29.
22
Al-Sayyid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khu’I,
Mu’jam Rijal al-H{adith wa Tafs}il Tabaqat al- Ruwah,
vol. 5, t.t: t.p, cet. 5, 1413 H, 185-187.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
133 Ma’rifah T{abaqat al-Rijal hanya menyebutkan namanya pada nomor
indeks 4551.
23
Sementara dalam Kitab Mu’jam al-Rijal, tercatat
dengan nomor indeks 6472 dengan tambahan keterangan bahwa ia termasuk murid
ashab Imam Ja’far al-Sadiq.
24
6. Bapaknya yaitu bapak dari ‘Abdurrahman bin Zaid yang bernama Zaid bin Aslam. Penulis Kitab
Mu’jam al-Rijal menyebutkan bahwa jalur periwayatan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya adalah
jalur sanad yang sahih.
25
Zaid bin Aslam al-Madani al-‘Adawi adalah pembantu
mawla Umar bin al-Khattab. Ia seorang tabi’in yang menjadi pengikut ash}ab Ali bin Abi T{alib dan Abu Abdullah Ja’far
al-S{adiq.
26
7. Abu Abdullah ‘alaihis salam adalah Ja’far Ibn Muhammad al-Sadiq, Imam keenam menurut Syi’ah. Ia lahir tahun 83 H dan wafat 148 H.
Data di atas menunjukkan bahwa bahwa seluruh perawi merupakan pengikut mazhab imamiyah. Tampaknya, dari aspek ke-
thiqah-an, al-Kulayni menetapkan batas minimal dengan mencukupkan dengan status perawi
sebagai pengikut Syi’ah karena sebagian perawi di atas tidak tercatat memiliki data
ta’dil sekaligus tidak memiliki catatan jarh. Dengan demikian
23
Al-Sayyid ‘Ali al-Burujurdi,
T{ara’if al-Maqal fi Ma’rifah T{abaqat al-Rijal,
vol. 1 Qumm: Maktabah Ayatullah al-‘Uz}ma al-mar’ishi al-najafi al-‘Ammah, cet. 1, 1410 H, 487.
24
Abu al-Qasim al-Musawi al-Khu’I,
Mu’jam Rijal ,
Vol. 10, 281.
25
Ibid., Vol. 10, 261.
26
Al-Sayyid Must}afa bin al-Husain al-Hasani al-Tafrishi,
Naqd al-Rijal,
vol 2 t.t: Muassasah
Alu al-Bait li Ihya’ al-Turath, t.th, 234.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
134 dalam konteks klasifikasi kesahihan menurut ilmu hadis Syi’ah, hadis tersebut
minimal berstatus hasan.
27
Sementara itu, sejauh penelitian penulis terhadap Kitab Al-Sunnah
al-Nabawiyyah Baina Ahl al-Fiqh wa Ahl al-H{adith, tidak terdapat pembahasan al-Ghazali tentang aspek
‘adalah dan d}abt} perawi hadis. Namun, dapat diasumsikan bahwa perspektif al-Ghazali tentang hal tersebut tidak
berbeda dengan konsep yang dikenal dan diakui oleh para ulama hadis Sunni pada umumnya. Jika dilihat dari perspektif Sunni, sanad hadis tersebut tidak
memenuhi syarat ke- thiqah-an baik dari sisi ‘adalah dan maupun D{abt}. Hal ini
karena adanya perawi yang majhul hal tanpa identitas profil perawi dan ‘ain
tidak teridentifikasi kualitas ke- thiqah-annya yaitu Al-Hasan bin Abi al-
Husain al-Farisi. Sementara perawi lain yang bernama ‘Ali bin Ibrahim bin Hashim al-Qummi Abu al-H{asan tercatat dalam Kitab Lisan al-Mizan karya
Ibn Hajar al-Asqalani dengan komentar ; fanatikus Syi’ah yang ekstrim rafid}iyyun jild.
28
Namun demikian, para perawi Sunni memiliki jalur sanad sendiri untuk matan hadis tersebut dengan kualitas yang
hasan
29
yaitu
27
Muhtarom, ‚Memperbincangkan Kembali Wacana Hadis Di Kalangan Syi’ah‛ dalam https:thwalisongo.wordpress.com20110331hadits-di-kalangan-syiah diakses tanggal 25
Pebruari 2017
28
Ibn Hajar al-Asqalani,
Lisan al-Mizan,
vol. 5 t.t: Dar al-Basha’ir al-Islamiyyah, cet. 1, 2002, 447.
29
Penilaian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
135
َرِظِْشَُ َُْرِثكَ ث حَ ْ ُسَُ َُْصْف حَ ث حَ عَُ َُْ شِ َ ث ح قَكِ مَِ َِْس أَْ عَ ِرِسَِ َِْ حُمَْ ع
:
ق ََُ اَ َ صََِ اَُ ُس َ
َِْغَ ِْعَِمِْعْاَُعِضا َمِْسُمَِ ُكَ عَ ض ِفَِمِْعْاَُ طَ مَ س َِْ ع
َ ا َ ُْ ا َ ْ ْاَِ ِ ْاَِ ِقُ كَِِْ أ َ
Hisyam bin ‘Ammar menceritakan kepada kami, H{afs} bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Kathir bin Shinz}ir dari Muhammad bin
Sirin dari Anas bin Malik berkata: ‚Rasulullah SAW bersabda:
‚Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Seseorang yang meletakkan ilmu kepada yang bukan ahlinya bagaikan orang yang
mengikutkan babi dengan mutiara dan emas‛.
30