Analisis Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMB1NGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI

SE-KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

AAN PURWANTO

Masalah dalam penelitian ini adalah belum maksimalnya penyusunan program bimbingan dan konseling. Adapun permasalahannya adalah bagaimanakah kinerja guru pembimbing sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMA Negeri Se- Kabupaten Pesisir Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket penyusunan program BK dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 7 orang guru BK pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik analisis data menggunakan rumus prosentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program Bimbingan Konseling pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat kurang baik. Hal ini dikarenakan dalam menyusun program bimbingan dan konseling masih terdapat guru pembimbing yang tidak melakukan analisis terhadap setiap aspek penyusunan program. Perencanaan needs assessment yang dilakukan Guru bimbingan dan konseling belum mencakup beberapa aspek secara ideal program yang baik. Saran dalam penelitian ini ditujukan ; (1) kepada Guru bimbingan dan konseling diharapkan menyusun program bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat mempertimbangkan kondisi dan situasi sekolah (2) Kepada Pihak sekolah, diharapkan dapat menjalin kerja sama yang baik dengan guru bimbingan dan konseling dalam membantu guru bimbingan dan konseling melakukan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah.

Kata kunci : analisis kinerja, bimbingan dan konseling, program bimbingan dan konseling


(2)

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI SE-KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Aan Purwanto NPM. 1013052001

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang

mengajarkan manusia dengan perantara qalam. Dia mengajar kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya

(QS Al-Alaq 1, 5, 6)

Pahamilah Dirimu Sampai Pada Hakekatnya

Untuk Mengenal Ke-AbsolutanNya


(7)

Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan Skripsi ini kepada:

Ayah dan ibuku tercinta, yang telah mengasuh dan mendidikku dengan

penuh kasih sayang, kesabaran dan ketulusan, serta tak pernah henti

memberikan dukungan dan doa untukku.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 10 Oktober 1991 di Krui. Penulis adalah putra ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Zahirin dan Ibu Hauratul.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari : Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kota Karang, lulus tahun 2004; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3Kota Karang, lulus tahun 2007; kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pesisir Tengah, lulus tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selanjutnya, pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 2 Liwa, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Pekon Pantau, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, Lampung.


(9)

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan rintangan serta kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling Pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014”. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak. Drs. Yusmansyah, M.Si selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung serta selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., Psi. selaku pembahas yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA (Drs.Giyono, M.Pd., , Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi., Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A.,


(10)

Maharani, M.Pd., Kons., Yohana Oktariana, M.Pd) terima kasih untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian berikan untukku selama perkuliahan.

7. Kepala SMA Negeri 1 Lemong, SMA Negeri 1 Pesisir Utara, SMA Negeri 1 Karya Penggawa dan SMA Negeri 1 Pesisir Tengah yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh dewan guru, dan staf tata usaha SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat yang telah bersedia membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku tercinta bapak Zahirin dan Ibu Hauratul yang telah mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya serta membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

10. Wo dan Udo tersayang Eni Poulina, dan Iin Purwanto, serta seluruh keluarga besarku, terima kasih atas kasih sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

11. My Beloved Princess Dina Afriana (Andin) yang telah memotivasiku dengan doa dan penuh cinta serta ikut andil dalam pembuatan karya ilmiah ini, semoga ini awal dari kebahagiaan kita untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

12. Sahabat-sahabatku, Aan Edian, Tamara Boy, Edo, Nanang, Adit, Irsan, Abi, Dendra, terimakasih atas bantuan dan dukungannya serta telah memberikan warna dalam perjalanan perkuliahanku selama ini.

13. Sahabat-sahabat seperjuangan BK 2010, Nyenil, Dyah, Despong, Bundo, Kanjeng, mbak Dera, Eva, Ika, Emey, Noprita, Mami, Rani, Wiwid, Bebby, Mamah, Uni, Ivana, mbak Febri, Mbul, mbak Lulu, Lusi, Nailul, Wella, Mpus, Tiwi, Putri, mbak Amel, Nces, Ayu, Ara, Desti, Dewi, mbak Ditta, Bebet, Emil, Megga, Natalia, Nita, Agus, Nana terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.


(11)

menyenangkan.

15. Seluruh mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas masukan, saran, motivasi, serta semangatnya.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Hanya harapan dan doa semoga Allah Swt memberikan yang terbaik kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah Swt jualah penulis serahkan segalanya dalam mengharapkan keridhaan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan bagi penulis khususnya, anak dan keturunan penulis kelak. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

4. Pembatasan Masalah ... 6

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 7

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

D. Kerangka Pemikiran ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 11

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 11

2. Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 12

B. Manajemen Bimbingan dan Konseling dan Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program BK... 14

1. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ... 14

2. Perencanaan Bimbingan dan Konseling ... 17

3. Pengadministrasian Bimbingan dan Konseling ... 18

4. Implementasi Tugas Guru Bimbingan dan Konseling ... 23

5. Pengarahan, Supervisi, dan Penilaian Program Bimbingan dan Konseling ... 24

6. Pengertian Kinerja Guru Pembimbing ... 27

7. Bentuk-Bentuk Kinerja Guru Pembimbing ... 28

8. Kinerja Guru Pembimbing dalam Penyusunan Program BK ... 29

C. Program Bimbingan dan Konseling ... 34

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ... 34

2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling ... 35

3. Komponen Program Bimbingan dan Konseling di sekolah ... 36


(13)

5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 38

6. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 42

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 45

B. Populasi ... 46

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 47

1. Variabel Penelitian ... 47

2. Definisi Operasional ... 47

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 48

1. Angket (Check List) ... 49

2. Dokumentasi ... 49

E. Uji Persyaratan Instrumen ... 49

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Keterbacaan ... 50

3. Uji Reliabilitas ... 51

F. Tekhnik Analisis Data ... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Persiapan Penelitian ... 53

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 54

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. SMA Negeri 1 Lemong... 71

2. SMA Negeri 1 Pesisir Utara ... 72

3. SMA Negeri 1 Karya Penggawa ... 72

4. SMA Negeri 1 Pesisir Tengah ... 73

C. Pembahasan ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL

3.1 Jumlah Populasi Penelitian Pada SMA Negeri di

Kabupaten Pesisir Barat ... 46

4.1 Rekapitulasi Prosentase Analisis Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program BK Pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 55

4.2 Kategori Aspek 1 ... 57

4.3 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 57

4.4 Kategori Aspek 2 ... 59

4.5 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 59

4.6 Kategori Aspek 3 ... 61

4.7 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 61

4.8 Kategori Aspek 4 ... 63

4.9 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 63

4.10 Kategori Aspek 5 ... 65

4.11 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 65

4.12 Kategori Aspek 6 ... 67

4.13 Kategori Masing-Masing Sekolah ... 67

4.14 Kategori Aspek 7 ... 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi ... 84

2. Pernyataan/Item Angket ... 86

3. Hasil Uji Ahli ... 88

4. Angket Check List ... 90

5. Hasil Uji Coba ... 93

6. Lampiran SMAN 1 Lemong ... 96

7. Lampiran SMAN 1 Pesisir Utara ... 102

8. Lampiran SMAN 1 Karya Penggawa ... 105

9. Lampiran SMAN 1 Pesisir Tengah ... 107

10.Surat Izin Penelitian ... 130


(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Arah pembentukan lembaga ini yaitu memberikan kemudahan pencapaian perkembangan yang optimal terhadap peserta didik. Untuk mencapai perkembangan diri yang optimal dalam kelembagaan sekolah diwujudkan dengan adanya bidang pelayanan pendidikan, salah satunya adalah pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Hal ini sejalan dengan tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan oleh SK Mendikbud No 025/0/1995 bahwa bimbingan


(18)

dan konseling merupakan palayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Maka secara umum pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan perkembangan sumber daya manusia seutuhnya.

Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya seperti masalah pribadi, sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program bimbingan dan konseling pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal dirinya secara matang. Hal ini dimungkinkan agar layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan


(19)

baik dan siswa dapat memahami fungsi pelayanan bimbingan dan konseling. Upaya untuk mewujudkan itu semua, guru pembimbing di sekolah dituntut untuk menyusun suatu program bimbingan dan konseling, hal ini sesuai dengan standarisasi kinerja konselor sekolah yang salah satunya yaitu menyusun program bimbingan dan konseling.

Program bimbingan dan konseling adalah program yang tertuju pada apa yang ingin dicapai dari tujuan bimbingan sehingga program tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Untuk membuat program bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan perencanaan yang matang, sehingga tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan harapan dari pendidikan dan individu. Penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan suatu tolak ukur kinerja guru pembimbing sekolah sebelum melaksanakan kegiatan pelayanan. Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan seberapa besar pemahaman guru pembimbing tentang program dalam bimbingan dan konseling. Hal ini karena dapat diprediksikan bahwa semakin tinggi pemahaman guru pembimbing tentang pelaksanaan program dalam bimbingan dan konseling, maka layanan akan dilaksanakan secara tertib dan lengkap.

Adapun tujuan dari penyusunan program bimbingan dan konseling tidak lain adalah agar pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien. Meskipun secara konseptual sebuah pelaksanaan program sangat menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan, namun dalam pelaksanaannya beberapa guru


(20)

pembimbing sekolah sering kali mengabaikan keberadaan program bimbingan dan konseling. Hal ini terbukti dari banyaknya guru pembimbing di sekolah menengah atas negeri di daerah yang bukan lulusan dari studi bimbingan dan konseling.

Seperti halnya dengan sekolah menengah atas negeri yang ada di pesisir barat. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan dengan guru pembimbing di SMAN 1 Pesisir Tengah, SMAN 1 Karya Penggawa, SMAN 1 Lemong dan SMAN 1 Pesisir Utara, penulis menemukan bahwa dari beberapa guru pembimbing yang menyusun program tidak mengacu pada kebutuhan sekolahnya, baik terhadap siswa maupun staf pengajar dan kepala sekolah, artinya aktivitas yang dilakukan oleh guru pembimbing di SMA Negeri di Pesisir Barat tidak mengacu pada program yang telah disusunnya.

Ada beberapa alasan program bimbingan dan konseling yang disusun tidak dijadikan bahan acuan kegiatan, yaitu program yang disusun semata-mata dilatar belakangi oleh kepentingan administrasi, program tidak disusun berdasarkan analisis yang cermat terhadap kebutuhan siswa, program yang disusun kurang mempertimbangkan kondisi sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan konseling Pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat. Melalui penelitian ini, peneliti menjadikan sarana mensosialisasikan penyusunan program dalam


(21)

bimbingan dan konseling yang selama ini ditemui di sekolah–sekolah terdapat perubahan persepsi guru pembimbing dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Terdapat guru pembimbing sekolah yang menyusun program bimbingan dan konseling tanpa memperhatikan kebutuhan siswanya.

2. Terdapat guru pembimbing sekolah yang menyusun program bimbingan dan konseling semata-mata hanya untuk kepentingan administrasi sekolah.

3. Terdapat guru pembimbing sekolah yang menyusun program kurang mempertimbangkan kondisi sekolah.

4. Peranan guru pembimbing dalam menerapkan layanan – layanan bimbingan dan konseling berfungsi sebatas hanya saat pemilihan jurusan dan pendaftaran siswa di perguruan tinggi.

5. Aktifitas guru pembimbing dalam pelaksanaan konseling individu dan kelompok belum optimal dilaksanakan sesuai program layanan yang telah dibuat.

6. Banyak terdapat guru pembimbing memiliki latar belakang pendidikan bukan dari sarjana bimbingan dan konseling.

7. Terdapat beberapa guru pembimbing yang kinerjanya belum sesuai dengan ketentuan program yang ditetapkan oleh tim bimbingan dan


(22)

konseling yakni melakukan razia kerapihan, mencukur rambut, mencatat siswa yang terlambat dan razia alat komunikasi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas permasalahannya adalah. “bagaimanakah kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014?”

4. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan sebagai Parameter agar dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan, maka dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah pada Analisis kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat.

B.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013-2014

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis yaitu secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi program studi


(23)

bimbingan dan konseling, khususnya tentang Analisis penyusunan program bimbingan dan konseling. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan informasi dan pemikiran bagi guru pembimbing di sekolah, peneliti selanjutnya dan guru bidang studi lainnya di SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat. Serta menjadi bahan masukan kepada guru pembimbing dalam menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah terdiri dari kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling. 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing sekolah menengah atas negeri Kabupaten Pesisir Barat.

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013 - 2014.

D.Kerangka Pemikiran

Dalam melaksanakan tugas dan peranan guru pembimbing di sekolah tidak dapat dilakukan dengan cara sekadarnya. Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu tidak disusunnya program dengan baik, karena kegiatan bimbingan dan konseling dapat


(24)

mencapai hasil yang efektif bila dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007).

Fakta di lapangan, terdapat guru pembimbing sekolah yang menyusun program bimbingan dan konseling tanpa memperhatikan kebutuhan siswanya (need

assessment). Guru pembimbing sekolah banyak mengabaikan aspek-aspek

kebutuhan siswa. Seharusnya, aspek-aspek kebutuhan siswa dituangkan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah, tetapi kenyataannya guru pembimbing belum bisa untuk mengungkap kebutuhan siswanya dengan menggunakan alat tes yang baku. Hal ini dikarenakan, kurangnya kemampuan guru pembimbing untuk menggunakan alat tes yang baku, tidak tersedianya instrumen yang baku, kurangnya keterampilan dan kreativitas guru pembimbing serta kurangnya kemampuan guru pembimbing dalam menganalisis fenomena kebutuhan siswa.

Hal ini sesuai dengan kesimpulan penelitian Riky (2012) yang menyatakan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling oleh guru pembimbing masih belum menggunakan instrumen yang baku untuk mengungkap kebutuhan dan permasalahan siswa.

Untuk itu, diperlukan usaha yang kooperatif antara guru pembimbing dengan kepala sekolah dan stake holder yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu, perlu diadakannya berbagai pelatihan dengan didukung oleh orang yang berkompeten dalam bidang penyusunan program, guna meningkatkan kinerja guru bimbingan dan konseling, sehingga tercapailah penyususnan program yang efektif dan efisien.


(25)

Ada juga guru pembimbing sekolah yang menyusun program dengan cara meniru atau menyamakan program bimbingan dan konseling dengan sekolah lain. Sehingga, menyebabkan penyusunan program tidak mengacu kepada situasi dan kondisi sekolah. Nurihsan (2003) menjelaskan bahwa dalam menyususn program bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya:

1. Analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik

2. Penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang ingin dicapai

3. Analisis situasi dan kondisi disekolah

4. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan

5. Penetapan metode dan tekhnik yang akan dilakukan dalam kegiatan

6. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan yang telah dilaksanakan

7. Persiapan pasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan bimbingan yang direncanakan

8. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang dilakukan dalam menangani hambatan-hambatan

Guru pembimbing perlu memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, kebutuhan dan kemampuan sekolah dalam menjalankan program, dengan demikian diharapkan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan berhasil dan berjalan lancar. Sesuai dengan pendapat Soetjipto dan Kosasi (2007) menyatakan

bahwa ”keberhasilan dalam merumuskan program, merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah”.

Guru Pembimbing di sekolah diharapkan dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas-tugas yang dimilikinya, diantaranya menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu mengumpulkan data-data mengenai siswa, menggunakan berbagai macam instrumen psikologis untuk mengungkap


(26)

masalah yang dihadapi oleh siswa, bekerja sama dengan kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, dan orang tua siswa untuk membantu mengawasi perkembangan siswa di sekolah serta membantu menyelesaikan masalah siswa.

Kinerja guru pembimbing tersebut merupakan kegiatan yang harus ditampilkan oleh guru pembimbing sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas dan pengembangan profesional dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing dari kinerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, teknik-teknik khusus, sarana serta perlengkapan pendukungnya.

Untuk itu diperlukan adanya usaha dan kerja keras agar tugas dan peranan tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Bimbingan Dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan ini diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehubungan dengan membuat dan memutuskan pilihan.

Tujuannya supaya orang yang dibantu atau dibimbing dapat meningkatkan derajat kemandiriannya dan kecakapan ataupun potensinya. Pada ungkapan tujuan tadi terkandung makna bahwa hal itu tidak dapat dicapai jika hanya sepintas saja bantuannya melainkan harus jangka panjang serta dengan perencanaan program yang sistematis dengan kata lain bahwa bimbingan harus melalui suatu proses. Telah banyak pengertian yang telah dirumuskan para ahli tentang bimbingan dan konseling, diantaranya: Crow & Crow (dalam Prayitno dan Amti, 1999) menyatakan bahwa:


(28)

“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki -laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggungnya sendiri”.

Selanjutnya pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno dan Amti, 1999) :

“Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasai sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.”

Dengan melihat pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau lebih secara terus menerus dan menyeluruh, agar mereka dapat menentukan pilihan-pilihan untuk menyesuaikan diri, dan memahami dirinya dalam mencapai kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab.

2. Kedudukan Bimbingan Dan Konseling

Kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan. Proses pendidikan dapat bersifat formal maupun informal. Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau lembaga – lembaga pendidikan yang bersifat formal, dan pendidikan informal biasa diberikan di dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat yang sifatnya informal.


(29)

Lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan individu dan mempersiapkan individu sebagai anggota masyarakat yang berguna, untuk mencapai tujuan tersebut lembaga pendidikan formal penyelenggaraannya melalui proses pembelajaran berdasarkan kurikulum sebagai wadah dan bahan mentahnya.

Seperti yang diungkapkan Giyono (2007) sesuai hal tersebut, bahwa kegiatan pendidikan pada umumnya sekurang–kurangnya meliputi 3 (tiga) bidang, yaitu (1) bidang pribadi/ kesejahteraan peserta didik, (2) bidang intelektual dan keterampilan, dan (3) bidang ketertiban.

a. Bidang pribadi atau kesejahteraan peserta didik

Bidang ini memiliki tanggung jawab memberikan pelayanan agar peserta didik memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan yang sedang dijalaninya, sehingga dapat mencapai tujuan yang dicita – citakan. Bidang ini akan terasa penting sekali, sebab pembelajaran akan berhasil apabila peserta didik berada dalam suasana sejahtera, sehat, aman, dan sesuai dengan bakat minat serta sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik

b. Bidang intelektual dan keterampilan

Bidang ini memiliki tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan memberikan pengetahuan atau pengembangan intelektual, keterampilan (skills) dan sikap. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan yang paling nampak dan paling diutamakan, tugas ini secara umum dilakukan oleh guru mata pelajaran. Bahkan selama ini orientasi guru mata pelajaran menekankan pada bidang intelektual semata (kognitif), hal ini juga didorong oleh system ujian yang dilakukan oleh pemerintahan.

c. Bidang administrasi dan kepemimpinan

Bidang ini bertanggung jawab mengenai administratif dan kepemimpinan, yaitu mengenai hal – hal yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan kegiatan secara efisien. Pada bidang ini letak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang mencakup kegiatan-kegiatan perancaan (planning), pengorganisasian (organizing), pembiayaan (budgeting),


(30)

pengawasan (controlling), evaluasi (evaluating), pembagian tugas staf personalia (staffing) dsb.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan memiliki tiga bidang pendidikan, yaitu bidang pribadi, intelektual dan administrasi serta kepemimpinan dengan tujuan untuk mendewasakan individu dan mempersiapkan individu sebagai anggota masyarakat yang berguna.

B.Manajemen Bimbingan dan Konseling dan Kinerja Guru Pembimbing Dalam Penyusunan Program BK

Suatu program bimbingan dan konseling tidak akan mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem menajemen yang bermutu, jelas, sistematis, dan terarah.

1. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling

Stuktur organisasi adalah kerangka hubungan struktural antara bagian-bagian di dalam suatu badan sosial yang merupakan unit kerja, setiap bagian-bagian dapat menunjuk pada suatu bidang atau pada suatu kedudukan tertentu yang terdapat di dalam badan sosial. Berkaitan dengan lembaga pendidikan sebagai unit kerja maka struktur organisasi adalah kerangka hubungan struktural antara berbagai bidang atau berbagai kedudukan di dalam lembaga pendidikan tersebut.

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling diharapkan dapat mencapai hasil yang baik, untuk itu diperlukan pengorganisasian kegiatan layanan bimbingan yang baik. Bimbingan dan konseling tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak diimbangi dengan organisasi yang baik, tanpa


(31)

organisasi berarti tidak ada suatu koordinasi dengan pihak pelaksana program bimbingan dan konseling. Sukardi (2009) mendefinisikan pengorganisasian dalam pengertian umum sebagai ”suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan layanan bimbingan dan konseling”.

Hibana, SR (2003) menyajikan struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling Keterangan:

= Garis Konsulatif = Garis Koordinatif = Garis Instruktif

Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling harus dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang baik, untuk itu dibutuhkan kerja sama dari semua pihak terkait di sekolah.


(32)

Sukardi (2009) merincikan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

a. Semua personel sekolah, meliputi kepala sekolah, koordinator bimbingan dan guru pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi harus dihimpun dalam satu wadah, sehingga terwujud satu kesatuan cara bertindak dalam usaha membantu memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja bimbingan dan konseling di sekolah harus tunggal sehingga para siswa tidak menjadi bingung.

c. Tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing petugas yang terlibat harus dirinci dengan jelas.

Mendukung pendapat di atas, Nawawi (2000) menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian bimbingan dan konseling di sekolah sebagi berikut:

a. Program bimbingan dan konseling memerlukan penerimaan dan dukungan dari semua pihak yang diwujudkan dalam tindakan kepemimpinan kepala sekolah sebagai administrator sekolah yang mendorong dan menyalurkan partisipasi petugas di dalam dan di luar unit kerja bimbingan dan konseling. b. Sambutan staf sekolah berupa kesediaan memberikan

dukungan moril, dan ikut berpartisipasi.

c. Kejelasan tujuan dari setiap program bimbingan dan konseling agar dapat dipahami oleh semua pihak di sekolah.

d. Pengembangan, perluasan dan peningkatan usaha dan kegiatan melaksanakan program bimbingan dan konseling harus memperhatikan kesiapan sekolah, baik dari segi dana, sarana maupun tenaga pelaksana.

e. Pengembangan, perluasan dan peningkatan usaha dan kegiatan melaksanakan program bimbingan dan konseling harus harmonis dengan seluruh kegiatan yang diprogramkan di sekolah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan untuk mewujudkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang baik maka dijalankan berdasarkan tugas dan wewenang masing-masing pihak yang dapat dilihat


(33)

dalam pengorganisasian bimbingan dan konseling di sekolah. Jadi, setiap kegiatan yang akan dilakukan, dibutuhkan persetujuan dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dan pemahaman semua pihak terkait di sekolah sehingga pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan baik.

2. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling

Penyusunan program membutuhkan perencanaan yang baik, sehingga program yang dibuat akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Burbach dan Decker (dalam Nurihsan, 2007) mengemukakan pendapatnya bahwa:

”Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu. Pengertian proses dalam hal ini ialah mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan, atau usaha untuk menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus yang bertujuan untuk menentukan tujuan yang akan dicapai dan membuat kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan program yang baik akan memberikan manfaat bagi pelaksanaan program bimbingan di sekolah. Nurihsan (2007) berpendapat bahwa:

”Manfaat dilakukan perencanaan program bimbingan secara matang yaitu adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan, adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan, terlaksananya program kegiatan bimbingan secara lancar, efisien dan efektif.” Jadi, melalui perencanaan program yang baik memberikan manfaat dalam tujuan pelaksanaan program dan selanjutnya dapat dilakukan kontrol dan


(34)

evaluasi dalam pelaksanaan program guna perbaikan program-program selanjutnya sehingga akan terwujud program bimbingan yang berjalan dengan efektif dan efisien.

Kaitannya dengan perencanaan program bimbingan dan konseling, maka ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan. Nurihsan (2007) lebih merincikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan program yaitu:

”Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, penentuan tujuan program layanan yang hendak dicapai, analisis situasi dan kondisi di sekolah, penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan bimbingan yang direncanakan, perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan”.

Jadi, kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan diantaranya menganalisis kebutuhan siswa, menetapkan tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekolah, menentukan jenis kegiatan dan metode yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut, selanjutnya perlu mempersiapkan fasilitas dan biaya dalam pelaksanaan kegiatan, dan yang terakhir perlu memperkirakan kedala dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi kendala.

3. Pengadministrasian Bimbingan dan Konseling

Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan maka diperlukan adanya administrasi yang baik, teratur dan mantap. Administrasi yang baik, teratur


(35)

dan mantap akan memungkinkan setiap personel bimbingan dan konseling mengetahui posisinya masing-masing, baik itu berupa tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Nawawi (2000) menggungkapkan bahwa:

”Wewenang dan tanggung jawab setiap petugas di dalam program bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru pembimbing, guru/pengajar, dan petugas administratif bimbingan dan konseling”.

Berdasarkan pendapat di atas maka mekanisme kerja pelaksanaan program bimbingan dan konseling dilakukan oleh semua pihak terkait yang ada di sekolah yaitu kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru pembimbing, guru pengajar, dan petugas administratif bimbingan dan konseling. Setiap personel memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing dalam kaitannya dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, diharapkan pada masing-masing personel dapat memahami wewenang dan tanggung jawabnya sehingga mekanisme kerja yang baik dapat tercapai. Hal ini didukung oleh Nurihsan (2007) yang menyatakan bahwa:

”dengan memahami, mengetahui, dan melaksanakan tugas,

tanggung jawab, dan wewenang yang dibebankan kepada masing-masing personel bimbingan, maka terciptalah suatu meaknisme yang mantap”.

Kepala sekolah berperan dalam menetapkan kebijakan bimbingan dan konseling, mengawasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, menyediakan sarana dan prasarana, mengadakan kerja sama dengan pihak luar dalam relialisasi program bimbingan dan konseling, dan mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dan konseling dengan kegiatan laninya di sekolah agar


(36)

dapat berjalan seimbang. Koordinator bimbingan dan konseling sebagai pimpinan dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah bertugas sebagai penanggung jawab keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah dengan melakukan tugas-tugas yang mendukung kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Guru pembimbing bertugas di bawah pengawasan koordinator bimbingan dan konseling yang menjalankan kegiatan bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan dan konseling dan semua kegiatan pendukungnya. Guru dan wali kelas bertugas membantu pengumpulan data diri siswa dan membantu dalam mengidentifkasi masalah-masalah yang dialami oleh siswa di sekolah. Petugas administratif bimbingan dan konseling bertugas membantu guru pembimbing dalam kegiatan administrasi bimbingan dan konseling.

Jadi, kerja sama yang baik akan membuat pelaksanaan program bimbingan dan konseling menjadi lebih lancar. Apabila semua pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya masing-masing maka akan tercipta hubungan yang baik antara semua personel di sekolah dan akan tercipta mekanisme kerja yang baik.

Nurihsan (2007) menyatakan bahwa mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling diperoleh dari:

”Pencatatan data pribadi siswa, catatan kejadian siswa di kelas, laporan hasil obsevasi, hasil sosiometri, hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport, hasil kunjungan rumah, hasil pemeriksaan dari petugas khusus/tenaga ahli, laporan kegiatan


(37)

bimbingan dan konseling, dan data-data/informasi yang berasal dari berbagai sumber”.

Mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dimulai pada permulaan memasuki sekolah dilakukan pencatatan data pribadi siswa dengan menyebarkan angket, baik diisi siswa maupun oleh orangtua. Kedua, kegiatan catatan kejadian siswa tentang tingkah laku siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung dibuat oleh guru bidang studi dan disampaikan kepada wali kelas.

Hasil laporan observasi yang disampaikan wali kelas kemudian dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa oleh petugas bimbingan seterusnya dipelajari oleh guru bimbingan dan konseling, bila masalah tersebut cukup serius maka siswa akan dipanggil oleh guru pembimbing untuk diadakan konseling, bila dirasa belum cukup maka bisa dilakukan konferensi kasus dengan persetujuan kepala sekolah.

Keempat, hasil sosiometri yang berupa sosiogram yang telah diselenggarakan oleh wali kelas dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa, bila dijumpai masalah maka guru pembimbing dapat melakukan konseling.

Selanjutnya, administrasi bimbingan dan konseling dari hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggarakan oleh wali kelas dimasukkan ke dalam kartu pribadi siswa. Hasil kunjungan rumah yang diselenggarakan oleh wali kelas/guru bidang studi disampaikan kepada guru pembimbing dan hasilnya dihimpun dalam catatan kasus pribadi. Hasil pemeriksaan dari petugas-petugas khusus/tenaga ahli dimasukkan ke dalam


(38)

buku pribadi siswa dan juga disampaikan kepada kepala sekolah untuk diketahui. Laporan harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling, merencanakan program yang dibuat oleh guru pembimbing dan dilaporkan kepada kepala sekolah untuk diperiksa dan dilaporkan kepada pengawas bimbingan dan konseling di sekolah.

Terakhir, mekanisme kerja bimbingan dan konseling adalah mengadministrasi data-data, informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dihimpun dalam buku pribadi, hendaknya diperiksa oleh kepala sekolah sehingga terwujud suatu bentuk kerja sama antara kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, wali kelas, guru pembimbing dan guru bidang studi dalam mempelajari buku pribadi siswa serta menemukan dan memecahkan berbagai kasus yang dihadapi oleh para siswa. Nurihsan (2007) menambahkan bahwa:

”dengan terwujudnya mekanisme, pola kerja, atau prosedur kerja yang rapi, teratur, dan baik serta dilandasi oleh bentuk-bentuk kerjasama dengan personel sekolah dalam administrasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, maka dapat dihindari kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam program pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah”. Jadi, dengan mekanisme kerja yang jelas dan didasari oleh kerja sama semua personel sekolah dalam administrasi pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menghindari penyimpangan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.


(39)

4. Implementasi Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Guru pembimbing di sekolah memiliki tugas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, agar lebih efektif dan efisien. Tugas-tugas yang akan dikemukakan berikut merupakan hal yang dapat menjadi dasar dalam proses layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. SK Menpan No.84/1993 (Nurihsan, 2007) menegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah:

”Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tidak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (pasal 4)”.

Sukardi (2009) menyatakan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah:

a. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. b. Memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling. c. Merencanakan program bimbingan dan konseling.

d. Melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling.

e. Mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling.

g. Mengadministrasi kegiatan layanan bimbingan dan konseling. h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam

pelayanan BK kepada koordinator bimbingan dan konseling. Pendapat di atas mengemukakan bahwa tugas guru pembimbing adalah merencanakan, memasyarakatkan, melaksanakan, mengevaluasi,


(40)

menindaklanjuti, mengadministrasi program layanan bimbingan dan konseling, dan mempertanggungjawabkan semuanya kepada pihak-pihak yang terkait. Hal itu dapat terlaksana jika guru pembimbing memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan tugasnya.

Nurihsan (2007) menjelaskan mengenai unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi:

a. Bidang-bidang bimbingan.

b. Jenis layanan bimbingan dan konseling,

c. Jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. d. Tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. e. Jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing

untuk memperoleh pelayanan.

Tugas pokok tersebut dijabarkan dalam program-program kegiatan yang disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan menjadi wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah.

5. Pengarahan, Supervisi, dan Penilaian Program Bimbingan dan Konseling

Pengarahan adalah salah satu aspek penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling. Nurihsan (2007) menyebutkan tentang pentingnya pengarahan dalam program bimbingan sebagai berikut:

a. Untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada.

b. Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Memungkinkan kelancaran dan efektifitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.


(41)

Jadi, pengarahan dalam program bimbingan sangat penting agar terjalin kerja sama yang baik dengan seluruh pelaksana bimbingan agar pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan lancar.

Berkaitan dengan supervisi, Arhtur Jones (dalam Nurihsan, 2007) berpendapat bahwa supervisi itu mencakup dua bentuk kegiatan yaitu:

a. Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan.

b. Mengadakan perubahan, penataran, dan mengadakan perubahan perilaku.

Nurihsan (2007) menjelaskan tentang manfaat supervisi dalam program bimbingan sebagai berikut:

a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.

b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui. d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara

lancar ke arah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.

Jadi, supervisi menjadi suatu kegiatan yang mengontrol pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya kegiatan guru pembimbing dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan dan tindak lanjut penyelesaian hambatan tersebut guna kelancaran seluruh kegiatan.

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin dapat diketahui dan


(42)

diindentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Winkel (2010) mengartikan penilaian program bimbingan dan konseling sebagai ”suatu usaha menilai efisiensi dan efektifitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri”. Pendapat ini didukung oleh Nurihsan (2007) bahwa:

”penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan bimbingan”.

Jadi, penilaian program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan program bimbingan yang telah ditetapkan dapat tercapai, sehingga akan terlihat pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang berjalan di sekolah tersebut.

Nurihsan (2007) menyatakan bahwa ”dalam keseluruhan kegiatan layanan

bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan program bimbingan dan konseling yang telah dibuat dan hasil dari penilaian ini akan dijadikan tolak ukur dalam penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada periode selanjutnya.


(43)

Sumber dalam pengumpulan data yang berguna dalam kegiatan penilaian pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Data yang tepat dan akurat dalam kegiatan evaluasi, program bimbingan dan konseling diperlukan sumber data yang relevan. Adapun sumber data yang dapat dihubungi sangat tergantung pada jenis data atau informasi yang diperlukan.

Nurihsan (2007) menjelaskan mengenai sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain:

”Siswa, kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat depdikbud, organisasi prosesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya”.

6. Pengertian Kinerja Guru Pembimbing

Kinerja adalah cara bekerja, perilaku dan penampilan (Yasin, 2000). Jadi kinerja adalah cara kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan peran yang dijalaninya. Winkel (2010) menyatakan bahwa guru pembimbing atau biasa disebut konselor sekolah adalah seorang tenaga professional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Dikatakan tenaga professional artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling.

Jadi yang dimaksud dengan kinerja guru pembimbing di sekolah adalah cara kerja seorang guru pembimbing dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.


(44)

Kinerja tersebut menjadi ukuran apakah guru pembimbing sekolah benar-benar

telah melakukan sesuatu yang berharga dan yang diharapkan oleh masyarakat

sekolah. Selanjutnya masing-masing dari kinerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, teknik-teknik khusus, sarana serta perlengkapan pendukungnya. Sehingga kinerja tersebut dapat terlaksana dengan baik dan efisien serta sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu pengembangan did siswa seutuhnya.

7. Bentuk-Bentuk Kinerja Guru Pembimbing

Rumusan tentang kinerja mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para konselor sekolah. Adapun bentuk-bentuk kinerja/kegiatan yang harus dilakukan oleh para konselor sekolah dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling menurut IPBI (Prayitno dan Amti, 1999) adalah sebagai berikut:

a. Menyusun program bimbingan dan konseling

b. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling c. Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling

d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling e. Mengungkapkan masalah klien

f. Menyusun dan mengembangkan himpunan data

g. Mengadakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian

h. Menyelenggarakan konseling perorangan

i. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa

k. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler

l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa

m. Menbantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran perbaikan dan program pengayaan

n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar o. Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa

p. Menyelenggraakan bimbingan karir dan pemberian informasi pendidikan/jabatan q. Menyelenggarakan konferensi kasus

r. Menyelenggarakan terapi kepustakaan s. Melakukan kunjungan rumah

t. Menyelenggarakan lingkungan klien u. Merangsang perubahan lingkungan klien v. Menyelenggarakan konsultasi khusus


(45)

w. Mengantar dan menerima alih tangan x. Menyelenggarakan diskusi professional

y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dibidang BK z. Memahami hasil dan menyeJenggarakan penelitian dibidang BK

aa. Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang berbeda bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK

Pelaksanaan butir-butir kinerja tersebut perlu ditunjang oleh suasana kerja, nilai dan sikap, serta kemampuan khusus dari konsefor sekoiah. Dengan demikian

tampaklah bahwa masing-masing butir unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus terpadukan di dalamnya unsur-unsur

keilmuan, teknik, nilai, sikap dan kemauan. Kinerja guru pembimbing yang mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang sesuai dengan butir tersebut juga hendaknya dapat ditampilkan oleh para konselor sekoiah dikarenakan cakupan kerja bimbingan dan konseling sangat menyeluruh dan melibatkan semua komponen sekolah.

8. Kinerja Guru Pembimbing dalam Penyusunan Program BK

Kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu dipersiapkan dengan baik. Tahap persiapan program ini mempunyai arti penting untuk menarik perhatian dan minat dalam menjalankan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, serta dapat dijadikan dasar dalam program bimbingan dan konseling. Tahap ini melibatkan semua pihak terkait di sekolah, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa tahap persiapan merupakan seperangkat kegiatan mengumpulkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program dan pengadaan kelengkapan yang dibutuhkan. Ohlsen (dalam Sukardi 2009) menjabarkan tentang pedoman penyusunan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:


(46)

1. Program bimbingan dan konseling haruslah disusun atas dasar kebutuhan dan masalah siswa.

2. Guru yang mempunyai hubungan erat dan kontiyu dengan siswa haruslah diberikan tempat atau kedudukan yang penting dalam program bimbingan.

3. Adanya seorang ahli dan terlatih.

4. Kerjasama yang baik dengan kepala sekolah.

5. Membentuk kerjasama antara guru, guru pembimbing dan kepala sekolah

Jadi, penyusunan program dilakukan dengan tujuan agar program yang dibuat tepat pada sasaran sehingga tujuan dapat tercapai. Miller (Soetjipto dan Kosasi, 2007) mengemukakan tahap-tahap dalam penyusunan program sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan.

2. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah, bertugas merumuskan tujuan program yang akan disusun, mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka dasar dari program yang akan disusun.

3. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun, mempersiapkan bagan organisasi, dan membuat kerangka dasar dari program yang disusun.

4. Pembentukan panitia penyelenggara program, bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam tahap penyusunan program perlu disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan kesiapan sekolah dalam pelaksanaan program, serta didukung kerja sama yang baik dengan semua pihak di sekolah yang bersangkutan.


(47)

Untuk menyusun dan melaksanakan program bimbingan yang baik di sekolah, persyaratan yang dituntut harus dipenuhi, diantaranya personil, fasilitas dan anggaran biaya. Personil bimbingan dan konseling adalah guru pembimbing dengan rasio seorang guru pembimbing bertanggung jawab pada 150 siswa. Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 (dalam Sukardi, 2009) “diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu guru pembimbing/konselor dengan rasio satu orang guru pembimbing/konselor untuk 150 orang siswa”. Guru pembimbing yang dimaksud adalah guru pembimbing atau konselor. Ketersediaan fasilitas fisik seperti ruang bimbingan dan konseling beserta kelengkapannya dan fasilitas teknis yaitu alat pengumpul data diantaranya daftar cek, inventori, dan tes. Anggaran biaya untuk kelancaran program bimbingan dan konseling diperlukan terutama dalam kegiatan penunjang kegiatan bimbingan dan konseling.

Tahap penyusunan program bimbingan dan konseling yaitu melaksanakan studi kelayakan, merupakan seperangkat kegiatan dalam mengumpulkan berbagai informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program bimbingan dan konseling. Aspek yang dipertimbangkan diantaranya: sarana dan prasarana, pengendalian program, pembiayaan kegiatan secara keseluruhan yang menunjang pelaksanaan program. Setelah melaksanakan studi kelayakan, maka tahap selanjutnya adalah penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan


(48)

masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa, guru bimbingan dan konseling, kepala sekolah, selanjutnya guru pembimbing perlu mengkonsultasikan usulan program bimbingan dan konseling bersama wali kelas, guru mata pelajaran, staf administrasi bimbingan dan personel lainnya.

Tahap selanjutnya yang juga menunjang penyusunan program bimbingan dan konseling adalah tersedianya fasilitas, baik fasilitas fisik yang terdiri dari ruang bimbingan dan konseling dan alat-alat perlengkapan ruangan dan fasilitas teknis yang terdiri dari alat-alat mengumpul data seperti angket, tes, inventori, daftar cek. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sukardi (2009) yang menyatakan bahwa ”fasilitas fisik dan fasilitas teknis merupakan faktor yang sangat menetukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah”. Nurihsan (2007) menjelaskan tentang sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Alat pengumpul data, baik tes maupun non tes.

2. Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data. 3. Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket

bimbingan, alat bantu bimbingan. 4. Perlengkapan administrasi

Oleh sebab itu perlu adanya anggaran biaya khusus dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, diantaranya untuk pembiayaan personel, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis, biaya operasional, biaya penelitian atau riset. Anggaran ini dapat berasal dari sekolah atau yayasan. Sukardi (2008) menyebutkan bahwa:

”dalam sistem persekolahan saat ini, anggaran belanja dan


(49)

sekolah atau yayasan. Anggaran untuk membantu guru pembimbing membeli peralatan dan material baru sepenuhnya dibawah kendali kepala sekolah.”

Penyusunan program perlu dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan program dan evaluasi program. Oleh sebab itu, guru pembimbing perlu mempertimbangkan kriteria penilaian keberhasilan program bimbingan dan konseling. Kritera penilaian keberhasilan program bimbingan dan konseling yang baik merupakan standar yang dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan program bimbingan dan konseling. Sukardi (2009) membuat kriteria keberhasilan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1. Ada tidaknya jenis program: bimbingan pribadi, bimbingan emosional, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan jabatan atau karier.

2. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas program yang dipilih.

3. Kelengkapan isi tiap jenis program yaitu: materi yang terinci, pendekatan atau metode, waktu, audience.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberhaslian program bimbingan dan konseling dapat dilihat dari kelengkapan jenis program beserta materi, metode, waktu dan siswa sebagai sasaran. Selain itu program bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan ketepatan penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah.


(50)

C.Program Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchel (dalam Soetjipto dan Raflis, 2004) menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Selanjutnya menurut Giyono (2010) program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada suatu periode tertentu yang bertujuan untuk mempermudah guru pembimbing sekolah dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dalam upaya pengembangan potensi diri peserta didik.

Program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari suatu sistem di sekolah dan mengandung makna bahwa program bimbingan dan konseling bukan berarti program milik guru pembimbing sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Program


(51)

tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Program bimbingan dan konseling disusun oleh guru pembimbing sekolah dan dilakukan penilaian program yang dilakukan oleh semua pihak terkait dan hasil penilaian akan menjadi program bimbingan dan konseling yang dipedomani oleh guru pembimbing sekolah dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.

2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling adalah suatu satuan besar atau kecil rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam pembuatan program bimbingan dan konseling di sekolah, guru pembimbing dapat merumumuskan klasifikasi periode program bimbingan dan konseling sesuai cakupan kurun waktu tahun pelajaran sekolah. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling berbasis Kompetensi (2002), jenis– jenis program bimbingan dan konseling itu sendiri dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Program Tahunan

Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam kurun waktu satu tahun pelajaran dalam unit semester dan bulanan. Program tahunan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas.

b. Program Bulanan

Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam kurun waktu satu bulan dalam unit mingguan


(52)

dan harian, program bulanan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu bulan untuk kurun waktu yang samadengan tahun-tahun sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

c. Program Harian

Program harian merupakan program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, yang merupakan jabaran dari program mingguan untuk kelas tertentu pada satu satuan pendidikan. Program harian dicantumkan secara tertulis pada satuan layanan dan atau satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Dari perumusan jenis program tersebut, maka guru pembimbing selaku penyusun program bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengakumulasi layanan sesuai batasan periode yang telah ditentukan dalam pembuatan suatu program bimbingan dan konseling secara keseluruhan di sekolah agar layanan dapat berjalan efektif dan efisien serta maksimal.

3. Komponen Program Bimbingan dan Konseling di sekolah

Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun dengan memperhatikan secara seksama struktur program bimbingan dan konseling yang sangat erat kaitannya dengan berbagai ketentuan yang ada. Menurut Muro dan Kottman, dalam Yusuf (2006) bahwa struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : (a) layanan dasar bimbingan; (b) layanan responsif, (c) layanan perencanaan individual, dan (d) layanan dukungan sistem.

(a)Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.


(53)

Tujuan layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.

(b)Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan

pertolongan dengan segera”.

Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.

(c)Layanan Perencanaan Individual

Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan

peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”. Tujuan

Layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

(d)Layanan dukungan sistem

Layanan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan. Program bimbingan dan konseling yang disusun dengan memperhatikan komponen-komponen program tersebut, maka secara tidak langsung akan mempermudah tujuan dari program yang dibuat dalam memberikan dukungan kepada guru dalam memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.


(54)

4. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling

Selain memperhatikan struktur program bimbingan dan konseling, guru pembimbing selaku penyusun program juga memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pembuatan program. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling berbasis Kompetensi (2002) untuk setiap periode program yang disusun harus memperhatikan secara seksama unsur-unsur dalam program bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut :

a. Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling b. Jumlah peserta didik yang dibimbing

c. Bidang-bidang Bimbingan d. Jenis-jenis layanan

e. Kegiatan pendukung f. Volume kegiatan g. Frekuensi layanan h. Lama kegiatan i. Waktu kegiatan j. Kegiatan khusus.

5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Di Indonesia telah banyak sekolah yang menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik. Akan tetapi apabila diperhatikan secara seksama penyelenggaraannya seringkali tidak didasarkan atas suatu rencana dalam bentuk program yang disusun secara baik dan benar. Program yang disusun secara baik dan benar akan memberikan banyak keuntungan bagi yang diberikan layanan maupun yang memberikan layanan.


(55)

a) Ciri Program Bimbingan dan Konseling yang Baik

Menurut Giyono (2010) Program bimbingan yang baik yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien memilliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta didik yang besangkutan.

2) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.

3) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.

4) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan program (misal pihak kepolisian, dokter)

5) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan mudah dalam pelaksanaannya.

6) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya.

7) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program.

8) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

9) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan. 10) Memperlihatkan peranan yang penting dalam

menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.

11) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan para peserta didik.

12) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal pelayanan individual dan kelompok.

13) Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir.

14) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program pendidikan di sekolah.


(56)

Program bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan dari sekolah ketika program yang disusun telah memiliki ciri-ciri yang diterangkan dalam poin-poin tersebut.

b) Sasaran Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Agar layanan yang dilakukan berjalan maksimal dan tepat, maka layanan yang dilakukan oleh guru pembimbing mengarah kepada beberapa sasaran, yaitu :

1) Layanan kepada peserta didik

Bimbingan melayani semua peserta didik, dengan pengertian bahwa program bimbingan hanya diperuntukkan kepada peserta didik tertentu atau peserta didik yang mengalami kesulitan saja. Bimbingan juga membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan dan bukan menyiapkan nasehat. Bimbingan membantu guru mata pelajaran dan tenaga pendidik lainnya dalam membantu peserta didik tetapi bukan mengambil alih tugas mereka.

2) Layanan kepada kepala sekolah

Membantu penyelenggaraan latihan dalam jabatan bagi guru dan staf sekolah lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksankan program bimbingan di sekolah. Membantu pelaksanaan seleksi atau penerimaan dan penempatan peserta didik serta tindak lanjutnya. Membantu upaya pembaharuan pendidikan di sekolah. Membantu kepala


(57)

sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat terutama dengan orang tua peserta didik serta membantu kepala sekolah dalam rangka partisipasi sekolah dalam masyarakat untuk memecahkan atau menangani masalah sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

3) Layanan kepada guru

Penyajian informasi mengenai diri peserta didik kepada guru dan bantuan menafsirkan informasi tersebut. Membantu guru mempersiapkan mental peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Membantu guru memecahkan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Bersama-sama guru mata pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kurikuler, serta membantu guru dalam pengelolaan kelas.

4) Layanan kepada orang tua dan masyarakat

Membantu orang tua untuk lebih memahami anaknya, membantu orang tua untuk mengenal dan memahami program pembelajaran di sekolah tempat anaknya belajar, serta memberikan informasi kepada masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan mengenai rencana-rencana, program-program yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah itu tidak terbatas pada layanan bimbingan kepada


(58)

peserta didik saja terlebih lagi yang secara nyata yang hanya mengalami kesulitan, akan tetapi lebih dari itu program bimbingan mencakup layanan kepada semua peserta didik baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah, kepada guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar sekolah.

6. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Menurut Rahman (2003) penyusunan program merupakan seperangkat kegiatan yang merumuskan masalah dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal, fasilitas, anggaran, serta berbagai bentuk usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Penyusunan program bimbingan di sekolah harus disusun secara sistematik agar dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Menurut Juntika (2005) dalam penyusunan program bimbingan diperlukan adanya perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah guru pembimbing sekolah dalam penyusunan program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam pelaksanaan program bimbingan serta terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif.

Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diperlukan adanya perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah konselor sekolah dalam penyusunan program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam penyusunan hingga pelaksanaan program bimbingan agar terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif. Menurut Nurihsan (2007) ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: analisis


(1)

F. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah cara yang harus ditempuh untuk menguraikan data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan diintepretasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk diketahui kebenarannya sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil pengukuran data penelitian berupa data kuantitatif yang akan dihitung dengan teknik deskriptif prosentase. Teknik analisis data deskriptif prosentase dimaksudkan untuk mengetahui status variabel, yaitu mendiskripsikan kinerja guru pembimbing dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah yang disajikan melalui prosentase.

Untuk mengetahui tingkat prosentase jawaban dari responden digunakan rumus prosentase sebagai berikut:

P = F/N x 100 % Keterangan :

P = besarnya persentasi

F =jumlah skor/jawaban yang diperoleh dari seluruh item N =jumlah perkalian seluruh item dengan responden (Ali, 1985).


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa cara penyusunan program layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri Se-Kabupaten Pesisir Barat kurang baik dan kurang maksimal. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan 7 aspek penelitian sebagai berikut:

1. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan analisis kebutuhan dan permasalahan siswa pada setiap sekolah, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1 Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

2. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan penentuan tujuan program layanan yang akan dicapai, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, kemudian SMAN 1 Pesisir Utara termasuk dalam kategori cukup baik, sedangkan SMAN 1 Lemong, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

3. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan analisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1


(3)

Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

4. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan analisis situasi dan kondisi sekolah, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1 Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

5. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan menganalisis penetapan personil yang akan melaksanakan kegiatan, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1 Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

6. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan persiapan fasilitas dan biaya, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1 Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.

7. Proses penyusunan program yang berhubungan dengan merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program, hanya terdapat satu sekolah yang termasuk dalam kategori baik, yaitu SMAN 1 Pesisir Tengah, sedangkan SMAN 1 Lemong, SMAN 1 Pesisir Utara, dan SMAN 1 Karya Penggawa termasuk dalam kategori kurang baik.


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis maka saran yang dapat diajukan yaitu:

1. Guru Bimbingan dan Konseling.

a. Guru pembimbing diharapkan menyusun program bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa (need assesment) dan dapat mempertimbangkan kondisi dan situasi sekolah, mengikut sertakan personil sekolah yang mencakup kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran, serta pembagian personil dan siswa asuh diharapkan dapat merata.

b. Guru pembimbing harus memiliki alat instrumen yang baku dalam penyusunan program bimbingan dan konseling

c. Agar dapat menambah pengetahuan dalam penyusunan program, hendaknya guru pembimbing lebih banyak lagi mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan bimbingan dan konseling baik workshop maupun seminar kemudian membentuk organisasi BK di Kabupaten yang ditempati dengan tujuan agar dapat dengan mudah memperoleh informasi – informasi tentang penyusunan program.

2. Pihak sekolah.

Kepada semua pihak sekolah dapat lebih menjalin kerja sama yang baik dengan guru pembimbing dalam membantu guru pembimbing melakukan penyusunan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah demi terwujudnya tujuan pendidikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1985. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Giyono. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Diktat). Bandar Lampung. Hibana.SR. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta : UCY Press. Nazir. M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nawawi, H. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nurihsan, JA. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Prayitno dkk. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Prayitno dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjipto dan Kosasi, R. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Suherman, U. 2009. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rizqi Press.

Sukardi, DK. 2009. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.


(6)

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Yasin, S. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. Yusuf, S. 2009. Program Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press. Willis, S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabet. Winkel. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT.