Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

(1)

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: IRMA SARI NST

100100212

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

Nama : Irma Sari Nst NIM : 100100212

Pembimbing Penguji I

(dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK) (dr. M. Rizki Yaznil, Sp.OG)

NIP 19690906 200501 2002 NIP 19820830 200801 1003

Penguji II

(Prof. Dr. dr. Harun Al-Rasyid, Sp.PD, Sp.GK) NIP 19501105 197903 1004

Medan, 18 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP 19540220 198110 1001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang- Prevalensi hipertensi yang masih tinggi di seluruh dunia menjadi alasan untuk mencari terapi alternatif nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Salah satu terapi yang berpotensi untuk digunakan adalah terapi musik klasik. Musik klasik dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh pada sistem kardiovaskular, pernafasan, dan juga neurologis. Sampai saat ini belum ada penelitian maupun data mengenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik pada kedua derajat hipertensi ini.

Metode-Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental tidak tersamar dengan desain cross sectional yang dilakukan pada masing-masing 30 orang pasien hipertensi derajat 1 dan 2 yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Tekanan darah diukur secara tidak langsung dengan stetoskop dan sfigmomanometer yang dilakukan sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik selama 30 menit.

Hasil dan Kesimpulan- Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Rerata (M) tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik secara berturut 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Tekanan darah sistolik pasien hipertensi derajat 1 dan 2 masing-masing menurun pada 29 orang (M 12; 9,17), begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang masing-masing menurun pada 28 orang (M 11; 11,17). Hasil penurunan ini secara statistik tidak signifikan (p 0,754; 0,694) bila dibandingkan antara kedua derajat hipertensi. Terapi musik klasik sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.


(5)

ABSTRACT

Background- The prevalence of hypertension that still high in all over the world becomes the reason to find another nonpharmacological alternatif therapy to control blood pressure in patient with hypertension. One of the potential therapy that can be used is classical music therapy. Classical music can affects physiological responses of cardiovascular, respiratory, and neurological system. Until now, there is no study or data on how classical music affects blood pressure reduction in patients with 1st and 2nd degree of hypertension. The purpose of this study is to find out the comparison of the classical music s effect in these two degree of hypertension.

Methods- This study is an unblind experimental analitycal study with cross sectional design. The sample in this study consist of 30 patients each with 1st and 2nd degree of hypertension that collected by using accidental sampling technique. Patient s blood pressure is measured indirectly with stetoscope and sphygmomanometer pre- and post exposure of classical music for about 30 minutes.

Results and Conclussion- Classical music reduces blood pressure in hypertension patients. The mean (M) of systolic and diastolic blood pressure pre-and post exposure of classical music is consequtively 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Systolic blood pressure reduces in 29 persons each in 1st and 2nd degree of hypertension (M 12; 9,17), so does diastolic blood pressure, it reduces in 28 persons each (M 11; 11,17). This reduction is statistically insignificant (p 0,754; 0,694) if we compare it between the two degree of hypertension. Classical music therapy can be used as an adjuvant therapy in controlling blood pressure in patients with hypertension.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 .

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, antara lain:

1. dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. M. Rizki Yaznil, Sp.OG dan Prof. Dr. dr. Harun Al-Rasyid, Sp.PD, Sp.GK selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh dosen pengajar beserta staf akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Ibunda Asma, Ayahanda Nasiruddin Nst, Abangda Soupani Andri Nst, Kakanda Yulina Nst, dan Adinda Muhammad Arief Ma ruf Nst yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini (Lathiefatul Habibah, Effi Rohani Nuzul Sari, Firmansyah, Rachmat Kurniawan A.P., Keluarga TBM FK USU,Fridayfoo, danDISCO).

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


(7)

Penulis sadar penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan karya ilmiah berikutnya.

Medan, 10 Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... ii

Abstrak... iii

Abstract... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar... xi

Daftar Singkatan... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Tekanan Darah... 5

2.2. Pengukuran Tekanan Darah... 6

2.3. Hipertensi... 8

2.3.1. Definisi... 8

2.3.2. Epidemiologi... 8

2.3.3. Etiologi dan Patogenesis... 9

2.3.4. Klasifikasi... 11

2.3.5. Faktor Risiko... 12

2.3.6. Diagnosis... 12


(9)

2.3.8. Komplikasi... 13

2.4. Terapi Musik... 14

2.4.1. Definisi... 14

2.4.2. Efek Musik terhadap Fisiologi Tubuh... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2. Definisi Operasional... 17

3.2.1. Definisi Operasional... 17

3.2.2. Alat Ukur... 18

3.2.3. Cara Ukur... 18

3.2.4. Skala Pengukuran... 19

3.2.5. Hasil Ukur... 19

3.3. Hipotesis... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 20

4.1. Desain / Jenis Penelitian... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 20

4.2.1. Waktu Penelitian... 20

4.2.2. Tempat Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.3.1. Populasi... 20

4.3.2. Sampel... 20

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 22

4.5.1. Pengolahan Data... 22

4.5.2. Analisis Data... 22

4.6. Teknik Penyajian Data... 23


(10)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.2. Deskripsi Karakteristik Individu... 24

5.3. Hasil Analisis Data... 25

a. Hasil Pengukuran Tekanan Darah... 25

b.Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi... 27

c.Hubungan Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2... 28

5.4. Pembahasan... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 32

6.1. Kesimpulan... 32

6.2. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA... 33 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 2003 12 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Derajat Hipertensi

24

5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengelompokan Usia dan Derajat Hipertensi

25

5.3. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik

26

5.4. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 1

26

5.5. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 2

27

5.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1

27

5.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 2

28

5.8. Hubungan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata 6 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci 8

2.3. Etiologi Hipertensi 11


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adrenocorticotropic Hormone

CRH Corticotropin Releasing Hormone

ISH International Society of Hypertension

JNC Joint National Committee

M Mean/ Rata-rata

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SD Standar Deviasi

SPSS Statistical Product and Servic Solutions


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 4 SuratEthical Clearance

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran 6 Data Induk Penelitian


(15)

ABSTRAK

Latar Belakang- Prevalensi hipertensi yang masih tinggi di seluruh dunia menjadi alasan untuk mencari terapi alternatif nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Salah satu terapi yang berpotensi untuk digunakan adalah terapi musik klasik. Musik klasik dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh pada sistem kardiovaskular, pernafasan, dan juga neurologis. Sampai saat ini belum ada penelitian maupun data mengenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik pada kedua derajat hipertensi ini.

Metode-Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental tidak tersamar dengan desain cross sectional yang dilakukan pada masing-masing 30 orang pasien hipertensi derajat 1 dan 2 yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Tekanan darah diukur secara tidak langsung dengan stetoskop dan sfigmomanometer yang dilakukan sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik selama 30 menit.

Hasil dan Kesimpulan- Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Rerata (M) tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik secara berturut 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Tekanan darah sistolik pasien hipertensi derajat 1 dan 2 masing-masing menurun pada 29 orang (M 12; 9,17), begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang masing-masing menurun pada 28 orang (M 11; 11,17). Hasil penurunan ini secara statistik tidak signifikan (p 0,754; 0,694) bila dibandingkan antara kedua derajat hipertensi. Terapi musik klasik sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.


(16)

ABSTRACT

Background- The prevalence of hypertension that still high in all over the world becomes the reason to find another nonpharmacological alternatif therapy to control blood pressure in patient with hypertension. One of the potential therapy that can be used is classical music therapy. Classical music can affects physiological responses of cardiovascular, respiratory, and neurological system. Until now, there is no study or data on how classical music affects blood pressure reduction in patients with 1st and 2nd degree of hypertension. The purpose of this study is to find out the comparison of the classical music s effect in these two degree of hypertension.

Methods- This study is an unblind experimental analitycal study with cross sectional design. The sample in this study consist of 30 patients each with 1st and 2nd degree of hypertension that collected by using accidental sampling technique. Patient s blood pressure is measured indirectly with stetoscope and sphygmomanometer pre- and post exposure of classical music for about 30 minutes.

Results and Conclussion- Classical music reduces blood pressure in hypertension patients. The mean (M) of systolic and diastolic blood pressure pre-and post exposure of classical music is consequtively 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Systolic blood pressure reduces in 29 persons each in 1st and 2nd degree of hypertension (M 12; 9,17), so does diastolic blood pressure, it reduces in 28 persons each (M 11; 11,17). This reduction is statistically insignificant (p 0,754; 0,694) if we compare it between the two degree of hypertension. Classical music therapy can be used as an adjuvant therapy in controlling blood pressure in patients with hypertension.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah karena tingginya prevalensi hipertensi. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, lebih dari 40 persen orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi dan kebanyakan diantaranya belum terdiagnosis. Untuk Indonesia sendiri, WHO menyebutkan sebesar 37,4 persen dari total populasi di Indonesia tahun 2010 menderita hipertensi. Menurut Riskesdas (2007), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen dan yang menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4 persennya. Sebesar 76 persen penderita hipertensi di Indonesia tidak terdiagnosis.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar kejadian penyakit kardiovaskular dan komplikasinya pada organ target akan meningkatkan angka morbiditas serta mortalitas (Zanini et al., 2008). WHO (2012) menyebutkan bahwa satu dari tiga orang di seluruh dunia menderita hipertensi dan kondisi ini akan menyebabkan separuhnya meninggal akibat stroke dan penyakit jantung. Dari 64 persen kematian akibat penyakit tidak menular, 30 persennya disumbang oleh penyakit kardiovaskular. Hal ini mengalami peningkatan yang perlu mendapat perhatian dibandingkan dengan tahun 2002 dimana dari 61 persen kematian akibat penyakit kronis, 28 persennya disumbang oleh penyakit kardiovaskular.

Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup yang meliputi pengaturan diet makanan, penurunan berat badan berlebih dengan latihan fisik yang teratur, penghentian merokok, dan penurunan konsumsi alkohol. Tujuan dari penatalaksanaan nonfarmakologis adalah untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah serta faktor risiko dan penyakit penyerta lainnya (Yogiantoro, 2009). Penatalaksanaan farmakologis dilakukan bila upaya perubahan gaya hidup belum mencapai target tekanan darah


(18)

(masih 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg bagi penderita diabetes/ penyakit ginjal kronis) (Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2007). Selain hal tersebut, terapi musik juga dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakologis yang potensial dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Teng et al., 2007; Zaniniet al., 2008).

Terapi musik didefinisikan sebagai penggunaan terkontrol dari musik, elemen-elemennya, dan pengaruhnya terhadap manusia untuk membantu integrasi fisiologis, psikologis, dan emosional individu selama pengobatan penyakit ataupun kecacatan (Munro dan Mount, 1978 diacu dalam Watkins, 1997). Musik dapat menurunkan respon stres termasuk menurunkan tingkat kecemasan, menurunkan tekanan darah dan denyut jantung, serta mengubah kadar hormon stres dalam darah (Watkins, 1997). Respon ini dapat dipengaruhi oleh jenis musik, melodi, harmoni, ritme, dan tempo serta kandungan verbal di dalamnya (Bernardiet al., 2005).

Asrin et al. (2009) mengungkapkan bahwa terapi musik frekuensi sedang (750-3000Hz) dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pengendalian respon emosional (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu) pada pasien hipertensi. Bernardi et al. (2005) melaporkan musik dengan tempo dan kecepatan lambat (raga, klasik, dan dodekaponik) secara signifikan menurunkan ventilasi, kecepatan nafas, tekanan darah sistolik dan diastolik, serta denyut jantung. Saing (2008a, 2008b) mendapati bahwa penurunan tekanan darah pada remaja dengan tekanan darah normal tinggi/ prehipertensi dan hipertesi yang diberi paparan musik klasik lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Saat ini belum ada penelitian maupun data mengenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Joint National Comittee VII / JNC 7) maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada kedua derajat hipertensi ini dan seberapa besar pengaruhnya sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis dalam menangani hipertensi pada masyarakat.


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di bagian Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan Tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di bagian Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh musik klasik terhadap hipertensi derajat 1. 2. Untuk mengetahui pengaruh musik klasik terhadap hipertensi derajat 2. 3. Untuk membandingkan hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Dari penelitian ini, peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuannya mengenai tekanan darah, hipertensi, dan terapi musik serta dapat mengembangkan kemampuannya di bidang penelitian kesehatan terutama dalam hal penulisan karya ilmiah dan pencarian serta analisis data.


(20)

Dari hasil penelitian ini, diharapkan para tenaga kesehatan dapat menginformasikan penanganan hipertensi nonfarmakologis melalui terapi musik klasik kepada masyarakat.

1.4.3. Bagi Masyarakat Umum

Melalui penelitian ini, masyarakat diharapkan dapat menambah pengetahuannya dan dapat menerapkan terapi musik klasik sebagai terapi tambahan dalam penanganan maupun pencegahan hipertensi yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada kedua derajat hipertensi (JNC 7) dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dancomplianceatau daya regang dinding pembuluh yang bersangkutan (seberapa mudah mereka dapat diregangkan) (Sherwood, 2001). Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel disebut tekanan sistolik sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan minimum yang tersisa di arteri sebelum terjadi kontraksi ventrikel selanjutnya. Normalnya rata-rata tekanan sistolik sebesar 120 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik sebesar 80 mmHg (Jardins, 2002).

Tekanan darah mengacu pada tekanan darah arterial pada sirkulasi sistemik. Tekanan darah arteri rata-rata merupakan faktor penentu perfusi darah perifer (Despopoulos dan Silbernagl, 2003). Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini harus cukup tinggi utuk menghasilkan gaya dorong yang cukup sehingga otak dan jaringan tubuh menerima aliran darah yang adekuat. Kedua, tekanan ini tidak boleh terlalu tinggi karena akan menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001).

Tekanan darah arteri rata-rata diperoleh dari hasil perkalian curah jantung dengan resistensi perifer total (Sherwood, 2001). Curah jantung (cardiac output) merupakan volume darah total yang dipompa oleh ventrikel per menit dan diperoleh dari hasil perkalian volume sekuncup (stroke volume) dengan denyut jantung (heart rate) per menit (Jardins, 2002). Resistensi perifer total ditentukan oleh dua faktor, yaitu jari-jari arteriol dan viskositas darah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total juga merupakan faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri rata-rata. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1.


(22)

Gambar 2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata

Sumber : Sherwood, L., 2003.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Jakarta : EGC.

2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan memasukkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan yang dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan (Sherwood, 2001).

Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset akan disalurkan melalui jaringan ke arteri brakialis di bawahnya. Tekanan manset yang lebih besar daripada tekanan di pembuluh akan menutup pembuluh sehingga tidak ada darah yang mengalir melaluinya. Sedangkan bila tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh darah akan terbuka dan darah akan mengalir dengan aliran yang turbulen sehingga menimbulkan getaran yang dapat didengar melalui membran yang diletakkan di bawah manset (Sherwood, 2001).

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer metode Riva-Rocci. Manset dilingkarkan ke lengan atas yang


(23)

sedikit difleksikan, tidak terlalu ketat maupun terlalu longgar (lebar manset minimal 40 persen dari lingkar lengan atas) dan dikembungkan di bawah kontrol manometrik hingga tekanan 30 mmHg di atas nilai saat perabaan nadi arteri radialis menghilang. Stetoskop kemudian diletakkan di arteri brakialis pada batas bawah manset lalu tekanan manset diturunkan perlahan (2-4 mmHg) (Lang dan Silbernagl, 2000).

Bunyi nadi yang didengar pertama kali (jelas), fase I Korotkoff menggambarkan tekanan sistolik. Normalnya suara ini menjadi lebih pelan (fase II) lalu mengeras (fase III) kemudian menjauh (fase IV) dan menghilang (fase V) (Lang dan Silbernagl, 2000). Pada tahun 1939, Committee on Standardization of Blood Pressure ReadingsdariAmerican Heart Association dan dariGreat Britain

dan Ireland menyetujui pemakaian fase IV Korotkoff sebagai penentu tekanan diastolik. Akan tetapi, pada tahun 1951 The Council for High Blood Pressure Research dari The Scientific Council of The American Heart Association

merubahnya dan merekomendasikan fase V Korotkoff sebagai penentu terbaik bagi tekanan diastolik (Lubis, 2008).

Pada pengukuran tekanan darah di kamar periksa posisi pasien duduk di kursi, kaki di lantai, dan lengan sejajar jantung. Pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1-5 menit. Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah (Yogiantoro, 2009).

Kesalahan pengukuran tekanan darah dapat terjadi pada beberapa keadaan. Peningkatan aliran turbulensi saat aktivitas fisik, demam, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, regurgitasi aorta, dan fistula arterivenosus akan meningkatkan perbedaan fase IV dan fase V Korotkoff (normalnya 10 mmHg). Manset yang terlalu kecil (obesitas, atlet, pengukuran pada paha) akan meningkatkan tekanan diastolik dan begitu juga pada manset yang terlalu longgar. Kesalahan pembacaan juga bisa terjadi ketika suara auskultasi tidak terdengar pada rentang amplitudo yang tinggi (gap auskultasi) (Lang dan Silbernagl, 2000).


(24)

Gambar 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci. Sumber : Lang, F. & Silbernagl, S., 2000.Color Atlas of

Pathophysiology. New York : Thieme.

2.3. Hipertensi 2.3.1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri di atas rentang normal. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan arteri lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg pada dewasa dengan pengukuran minimal tiga kali berturut-turut.

2.3.2. Epidemiologi

Menurut WHO (2012), lebih dari 40 persen orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi dan kebanyakan diantaranya belum terdiagnosis. Untuk Indonesia sendiri, WHO menyebutkan sebesar 37,4 persen dari total populasi di tahun 2010 menderita hipertensi.


(25)

2.3.3. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab definitif hipertensi dapat diketahui hanya pada sekitar 10 persen kasus. Hipertensi seperti ini terjadi akibat masalah primer lain yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (Sherwood, 2001)

a. Hipertensi Renal

Hipertensi ini bisa disebabkan oleh iskemia pada ginjal akibat koartasi aorta, stenosis arteri renalis, ataupun penyempitan arteriol dan kapiler ginjal (glomerulonefritis, hipertensi yang diinduksi aterosklerosis). Iskemia ini akan menyebabkan peningkatan renin sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pelepasan angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat sehingga meningkatkan resistensi perifer total dan meningkatkan pelepasan aldosteron dari korteks adrenal sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan curah jantung. Selain itu, Penyakit ginjal yang dapat menurunkan massa fungsional ginjal, gagal ginjal, nefropati akibat kehamilan, tumor yang meningkatkan pelepasan renin, dan ginjal polikistik juga merupakan penyebab pada hipertensi ginjal (Lang dan Silbernagl, 2000).

b. Hipertensi Kardiovaskular

Pada hipertensi ini, penyebabnya adalah aterosklerosis sehingga terjadi peningkatan kronik resistensi perifer total (Sherwood, 2001).

c. Hipertensi Hormonal

Hipertensi hormonal dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (Lang dan Silbernagl, 2000).

1. Sindrom Adrenogenital

Korteks adrenal tidak dapat membentuk kortisol sehingga ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) tidak dapat diinhibisi. Hal ini menyebabkan peningkatan pelepasan prekursor kortisol dan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan curah jantung.

2. Hiperaldosteronisme Primer (Sindrom Conn)

Tumor pada korteks adrenal akan meningkatkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan curah jantung.


(26)

3. Sindrom Cushing

Pelepasan ACTH yang tidak adekuat akibat neurogenik maupun tumor hipofisis atau adanya tumor pada korteks adrenal akan meningkatkan glukokortikoid plasma sehingga katekolamin meningkat yang menyebabkan peningkatan curah jantung. Hal ini juga meningkatkan pelepasan kortisol sehingga terjadi retensi natrium.

4. Feokromositoma

Adanya tumor pada medula adrenal meningkatkan pelepasan katekolamin sehingga epinefrin dan norepinefrin meningkat secara tidak terkontrol yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung dan hipertensi resisten.

5. Konsumsi Pil Kontrasepsi

Pil kontrasepsi dapat menyebabkan retensi natrium dan peningkatan curah jantung.

6. Hipertensi Neurogenik

Hipertensi ini terjadi akibat peningkatan masif tekanan darah melalui stimulasi simpatis pada sistem saraf pusat (Lang dan Silbernagl, 2000) ataupun lesi saraf akibat defek di pusat kontrol kardiovaskular atau di baroreseptor sehingga terjadi kesalahan kontrol tekanan darah. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak (Sherwood, 2001).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya diduga terjadi akibat pengaruh genetik dan lingkungan. Gen penyebab hipertensi yang diperkirakan berhubungan dengan hipertensi, yaitu : gen Angiotensin Converting Enzyme (Aziza, 2010; Rasyid, 2012) dan gen human Angiotensinogen(Rahmahet al.,2013) yang mengalami polimorfisme.


(27)

Gambar 2.3. Etiologi Hipertensi.

Sumber : Lang, F. & Silbernagl, S., 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.

2.3.4. Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya (90 persen) dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui (10 persen). Berdasarkan rentang pengukuran tekanan darah, hipertensi dapat dibagi menjadi :


(28)

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 2003.

Kategori Sistol ( mmHg ) Diastol ( mmHg )

Normal < 120 dan < 80

Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160 atau 100

Sumber : Lubis, 2008. Sejarah Hipertensi.

2.3.5. Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi adalah diet dan asupen garam, stres, ras, obesitas, merokok, dan genetik (Yogiantoro, 2009). Hipertensi primer memiliki kecenderungan genetik kuat yang dapat diperparah oleh faktor-faktor kontribusi, misalnya kegemukan, stres, merokok, dan ingesti garam berlebihan (Sherwood, 2001).

2.3.6. Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik selain tekanan darah juga untuk mengevaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder. JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika dengan terapi memadai tekanan darah tidak tercapai (Yogiantoro, 2009). Diagnosis hipertensi ditegakkan dengan pemeriksaan tekanan darah dan didapati tekanan darah diatas 140/90 mmHg minimal dalam tiga kali kunjungan berturut-turut.

2.3.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan nonfarmakologis dan penatalaksanaan farmakologis. Pedoman penatalaksanaan hipertensi menurut : (JNC 7, 2003)

a. Perubahan gaya hidup dan terapi obat memberikan manfaat yang berarti bagi pasien hipertensi.


(29)

b. Target tekanan darah <140/90 mm Hg bagi hipertensi tanpa komplikasi dan target tekanan darah <130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi. c. Diuretik tiazid merupakan obat pilihan pertama untuk mencegah

komplikasi kardiovaskular.

d. Hipertensi dengan komplikasi, pilihan pertama diuretik tiazid, tapi bisa juga digunakan penghambat Angiotensin Converting Enzime (Captopril, Lisinopril, Ramipril), Angiotensin Receptor Blocker (Valsartan, Candesatan), beta bloker (bisoprolol), dan antagonis kalsium (Nifedipin, Amlodipin) bisa juga dipertimbangkan.

e. Pasien hipertensi dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal dan lain-lain, obat antihipertensi disesuaikan dengan kondisinya.

f. Monitoring tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali sampai target tercapai dilanjutkan setiap 2 bulan, 3 bulan, atau 6 bulan. Semakin jauh dari pencapaian target tekanan darah semakin sering monitoring dilakukan.

2.3.8. Komplikasi

Kerusakan vaskular menyebabkan iskemia pada berbagai jaringan dan organ (miokardium, otak, ginjal, pembuluh darah mesenterik, dan kaki). Kerusakan dinding vaskular bersama dengan hipertensi akan menyebabkan perdarahan otak (strok) dan pada arteri-arteri besar (contohnya aorta) akan menyebabkan pembentukan aneurisma dan rupturnya vaskular (Lang dan Silbernagl, 2000).

Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi perifer total yang meningkat sementara pembuluh darah dapat mengalami kerusakan akibat tekanan internal yang tinggi, terutama apabila dinding pembuluh melemah akibat proses degeneratif aterosklerosis (Sherwood, 2001).

Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : ( Yogiantoro, 2009 )

a. Jantung


(30)

b. Otak

Stroke atautransient ischemic attack. c. Penyakit ginjal kronis

d. Penyakit arteri perifer e. Retinopati

2.4. Terapi Musik 2.4.1. Definisi

Musik, suatu aransemen suara sistematis yang terdiri dari melodi, harmoni, ritme, nada, dan pola titi nada, memberikan arti tersendiri bagi masing-masing individu. Respon terhadap stimulus musik beragam tergantung dari pengaruh sosiokultur dan pengalaman sebelumnya. Musik dapat memberikan efek menenangkan atau merangsang (Watkins, 1997).

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan pemulihan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual (Raymont, 2000 diacu dalam Nasution, 2011).

Terapi musik merupakan penggunaan terkontrol dari musik, elemen-elemennya, dan pengaruhnya terhadap manusia untuk membantu integrasi fisiologis, psikologis, dan emosional individu selama pengobatan penyakit ataupun kecacatan (Munro & Mount, 1978 diacu dalam Watkins, 1997).

Musik yang digunakan sebagai terapi musik termasuk musik ansiolitik (penurun ansietas atau kecemasan). Karakteristiknya meliputi ritme repetitif yang sederhana, dinamika yang dapat diprediksi, titi nada yang rendah, tempo yang lambat, harmoni yang disesuaikan, tidak terdapatnya instrumen perkusif, komposisi yang terangkai, dan warna suara yang dapat dikenali. Musik ansiolitik dapat menurunkan respon stres pada sistem kardiovaskular dan hormonal (Watkins, 1997).


(31)

2.4.2. Efek Musik terhadap Fisiologi tubuh

Ada beberapa mekanisme terhadap respon akibat perubahan frekuensi, amplitudo, dan warna nada gelombang suara. Pertama, suara atau musik dapat menstimulasi pusat involunter sistem saraf pusat yang menimbulkan reaksi fisiologis yang nantinya terlibat dalam pikiran sadar. Kedua, musik dapat ditransmisikan ke level otak yang lebih tinggi dahulu dimana suara terlibat dengan emosi dan pikiran abstrak sebelum mempengaruhi fisiologi. Ketiga, kedua mekanisme tersebut bekerja bersamaan (Landreth dan Landreth, 1974 diacu dalam Watkins, 1997).

Dua komponen utama sistem saraf pusat yang terlibat dalam respon stres adalah endokrin dan sistem saraf otonom. Komponen endokrin yang berperan adalah CRH (Corticotropin-Releasing Hormone). CRH, disekresi oleh

hipothalamus, menstimulasi pelepasan ACTH oleh hipofisis anterior sehingga meningkatkan kortisol dalam plasma. Locus ceruleus yang terletak pada pertemuan antara otak tengah dan pons merupakan komponen sistem saraf otonom. Locus ceruleus menstimulasi pelepasan norepinefrin dari saraf terminal simpatis pusat dan perifer dan pelepasan epinefrin dari medula adrenal sehingga meningkatkan kecemasan, denyut jantung, dan tekanan darah. Musik mungkin mengubah tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat kecemasan dengan menghasilkan impuls saraf yang mempengaruhi pelepasan CRH oleh

hipothalamusdan pelepasan norepinefrin darilocus cereleus(Watkins, 1997). Masih banyak pertanyaan yag belum dapat dijawab mengenai bagaimana sebenarnya musik dapat menghasilkan respon psikologis (penurunan tingkat kecemasan) ataupun respon fisiologis (penurunan tekanan darah dan denyut jantung). Secara teoritis, identifikasi saraf pada jalur auditori pusat dan proyeksi ke pusat otak yang mengatur tekanan darah, denyut jantung, ataupun tingkat kecemasan merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk membuktikan musik dapat mengubah respon psikologis dan fisiologis. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengidentifikasi jalur saraf antara nuclei auditoriusdengan


(32)

cereleus yang berperan dalam pelepasan epinefrin maupun norepinefrin dari saraf terminal simpatis (Watkins, 1997).

Nitecka dan Frotscher tahun 1989 berhasil mengidentifikasi proyeksi dari

amygdalake hipothalamus pada tikus. Amygdalamemiliki dua regio : basolateral dan sentromedial. Stimulus auditori diproyeksi ke nukleus lateral amygdala yang terletak di regio basolateral. Stimulasi pada regio ini mungkin menurunkan pelepasan CRH secara langsung dengan menginhibisi nuclei hipothalamus dan secara tidak langsung dengan mencegah stimulasi regio sentromedial amygdala. CRH yang menurun akan menurunkan kadar kortisol dalam plasma (Watkins, 1997).

Penurunan respon stres pada sistem kardiovaskular (penurunan tekanan darah dan denyut jantung) mungkin dimediasi oleh pelepasan neurotransmiter inhibitori atau oleh withdrawal aktivitas simpatis (Cassell dan Gray, 1989 diacu dalam Watkins, 1997). Musik dapat menimbulkan respon biologis terhadap stres, emosi, dan fungsi imun melalui produksi messenger seperti hormon, neurotransmitter, sitokin, dan protein sehingga terjadi penurunan tekanan darah, penurunan tingkat stres, dan peningkatan sistem imun (Gangrade, 2012).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Operasional :

a. Tekanan darah :

Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh arteri, biasa diinterpretasikan dalam rasio antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik arteri.

Tekanan darah sistolik arteri : Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel, ditentukan dengan bunyi Korotkoff I.

Tekanan diastolik arteri : Tekanan minimum yang tersisa di arteri sebelum terjadi kontraksi ventrikel selanjutnya, ditentukan dengan bunyi Korotkoff V.


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Operasional :

a. Tekanan darah :

Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh arteri, biasa diinterpretasikan dalam rasio antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik arteri.

Tekanan darah sistolik arteri : Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel, ditentukan dengan bunyi Korotkoff I.

Tekanan diastolik arteri : Tekanan minimum yang tersisa di arteri sebelum terjadi kontraksi ventrikel selanjutnya, ditentukan dengan bunyi Korotkoff V.


(35)

b. Hipertensi derajat 1 :

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dengan rentang tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg. c. Hipertensi derajat 2 :

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dengan rentang tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg. d. Musik klasik :

Musik instrumental dengan judul The Four Season karya Vivaldi yang dipaparkan selama 30 menit dengan volume 85 db.

3.2.2. Alat Ukur :

Sfigmomanometer air raksa merek Riester dengan ketelitian 1 mmHg buatan Jerman dan stetoskop merek Littman (3MTM Litmann Classic II S.E. Stethoskop) yang telah dikalibrasi buatan Jerman.

3.2.3. Cara Ukur :

Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung yang sesuai dengan prosedur standar pengukuran tekanan darah pada dewasa, yaitu pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk di kursi, kaki di lantai, dan lengan sejajar jantung. Manset kemudian dilingkarkan pada lengan atas yang sedikit difleksikan, tidak terlalu ketat maupun longgar (lebar manset minimal 40 persen dari lingkar lengan atas) dengan jarak bawah manset 2,5 cm proksimal fossa ante cubiti dan dikembungkan di bawah kontrol manometrik hingga tekanan 30 mmHg di atas nilai saat perabaan nadi arteri radialis menghilang. Stetoskop Belldiletakkan pada arteri brakialis pada batas bawah manset lalu tekanan manset diturunkan perlahan (2-4 mmHg). Bunyi yang didengar pertama kali (Korotkoff I) menentukan tekanan sistolik dan bunyi yang menghilang (Korotkoff V) menentukan tekanan diastolik. Pengukuran dilakukan setelah responden beristirahat selama 5 menit dan dilakukan dua kali dengan selang 1-2 menit.


(36)

3.2.4. Skala Pengukuran : Skala rasio

3.2.5. Hasil Ukur :

Variabel dependen : 0 = Tidak menurun 1 = Menurun

Variabel independen : 0 = Hipertensi derajat 1 1 = Hipertensi derajat 2 3.3. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 lebih baik daripada pasien hipertensi derajat 2.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain/ Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat eksperimental tidak tersamar dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah karena RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Kota Medan sehingga distribusinya bervariasi dan sesuai untuk penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi usia 18-59 tahun di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi :

a. Pasien hipertensi usia 18-59 tahun di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.


(38)

b. Tidak dalam kondisi kritis.

c. Tidak memiliki riwayat gangguan pendengaran.

d. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan mengisiinformed consent.

Kriteria Eksklusi :

a. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara accidental sampling. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus : ( Wahyuni, 2007 )

n1 = n2 = Z(1 /2) 2P(1 P) + Z(1 ) P1(1 P1) + P2(1 P2) P1 P2

Dimana :

n1 = besar sampel minimum

Z(1- /2) = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu. Untuk = 0,05 ; Z(1- /2) = 1,645

Z(1-ß) = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada ß tertentu. Untuk ß = 0,2 ; Z(1- ß) = 0,842

P = rata-rata P1 dan P2

P1 = proporsi efek standar (literatur). Pada penelitian ini P1 = 0,5 P2 = perkiraan proporsi penelitian. Pada penelitian ini P2 = 0,2

P1-P2 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi. Berdasarkan rumus di atas, besar sampel pada penelitian ini n1 = n2 = 30 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diawali dengan pengajuan surat permohonan izin penelitian ke pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan pengajuan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam malik Medan. Peneliti kemudian menjelaskan kepada calon responden


(39)

mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini. Setelah itu, peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan penelitian.

Setelah mengukur dan mencatat tekanan darah pasien yang masuk kriteria inklusi penelitian ini, peneliti memberi perlakuan berupa pemaparan musik klasik (Vivaldi : The Four Season) selama 30 menit di sebuah ruangan standar dan nyaman dengan menggunakan headphone (Monster Beats) dan audio player. Responden yang sedang dipaparkan musik klasik tidak sedang merokok, meminum minuman yang mengandung kafein, ataupun meminum obat

tranquilizer. Setelah 30 menit, pengukuran dan pencatatan tekanan darah dilakukan kembali untuk melihat pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah setelah pemaparan musik klasik pada responden.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data penelitian diolah dengan metode statistik secara komputerisasi. Data yang dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi.

4.5.2. Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service solutions). Untuk menguji normalitas distribusi data dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (data normal p>0,05). Untuk menilai perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberi perlakuan dilakukan uji statistik t berpasangan. Untuk menilai perbedaan proporsi tekanan darah akibat pemaparan musik klasik pada pasien hipertensi derajat 1 dengan pasien hipertensi derajat 2 dilakukan uji Chi Square

dan Fisher. Batas kemaknaan sebesar 5% dan dikatakan bermakna jika nilai p<0,05.


(40)

4.6. Teknik Penyajian Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan diklasifikasi dan ditabulasi dalam bentuk tabel.

4.7. Pertimbangan Etik

Subjek penelitian ini adalah manusia, maka dari itu mereka harus dilindungi dengan memerhatikan prinsip-prinsip etika penelitian. Subjek penelitian berhak untuk memutuskan kesediaannya mengikuti penelitian ini. Sebelum mengukur tekanan darah, peneliti harus memberikan informasi dan penjelasan secara lengkap dan rinci serta menyatakan akan bertanggung jawab kepada subjek penelitian jika terjadi sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga harus memperlakukan subjek penelitian dengan baik sebelum, sewaktu, maupun setelah penelitian ini berlangsung. Data penelitian ini juga harus dijaga kerahasiaannya demi menghormati hak subjek penelitian.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam yang terletak di lantai tiga RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat penelitian berada pada area menunggu pasien di sekitar Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat yang dipilih juga merupakan area yang dianggap tenang dan nyaman bagi responden penelitian sehingga meminimalisasi bias pada penelitian yang berasal dari kebisingan lingkungan sekitar.

5.2. Deskripsi Karakteristik Individu

Responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang, yang terdiri dari 30 orang penderita hipertensi derajat 1 dan 30 orang penderita hipertensi derajat 2 hasil screening awal tekanan darah di Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Juli-Oktober 2013. Data yang dikumpulkan merupakan data primer hasil wawancara dan observasi langsung terhadap responden yang telah diuji normalitas distribusinya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (p>0,05). Karakteristik yang dinilai pada penelitian ini adalah jenis kelamin dan usia responden.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, dapat dilihat distribusi frekuensi datanya pada tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Derajat Hipertensi

Derajat Hipertensi Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Derajat 1 Pria 15 25

Wanita 15 25

Derajat 2 Pria 20 33,33

Wanita 10 16,67

Total 60 100

Dari tabel di atas tergambar bahwa jumlah responden pria lebih banyak daripada wanita dengan jumlah 35 orang dengan persentase 58,33 dari


(42)

keseluruhan dan jumlah wanita sebanyak 25 orang dengan persentase 41,67. Akan tetapi, secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,19). Jumlah responden pria lebih banyak pada kelompok hipertensi derajat 2, sedangkan jumlah responden wanita lebih banyak pada kelompok hipertensi derajat 1.

Berdasarkan karakteristik usia, dapat dilihat distribusi frekuensi datanya pada tabel 5.2. di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengelompokan Usia dan Derajat Hipertensi

Kelompok Usia

Derajat Hipertensi

Derajat 1 Derajat 2

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

<20 - - 1 3,33

20-29 - - -

-30-39 3 10 -

-40-49 17 56,67 8 26,67

50-59 10 33,33 21 70

Total 30 100 30 100

Pada tabel di atas, dapat dilihat frekuensi usia terbanyak pada hipertensi derajat 1 terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 56,67%, sedangkan pada hipertensi derajat 2 terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 70%. Rerata usia responden 48,5 tahun, mediannya 50 tahun, dengan usia maksimum 58 tahun dan minimum 19 tahun.

5.3. Hasil Analisis Data

a. Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan darah pada responden sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik pada responden yang masuk ke dalam kategori inklusi dan eksklusi. Hasil pengukuran tekanan darah responden sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik dapat dilihat pada tabel 5.3. di bawah ini


(43)

Tabel 5.3. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik

Tekanan Darah

Hasil Pengukuran Sebelum

n = 60 M ; SD

Sesudah n = 60 M ; SD

p

Sistolik 149,33 ; 10,595 138,75 ; 11,558 0,000 ª)

Diastolik 95,67 ; 6,918 84,58 ; 6,845 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

Dari tabel di atas dapat dilihat penurunan tekanan darah dengan rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik sebesar 149,33 dan 138,75. Begitu pula pada tekanan darah diastolik dengan rerata sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik sebesar 95,67 dan 84,58. Hal ini menunjukkan bahwa pemaparan musik klasik selama 30 menit dapat menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dengan dibuktikan dari hasil uji statistik t berpasangan yang bermakna p <0,05 ( p : 0,000)

Pada pengukuran tekanan darah awal, responden kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2. Hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok hipertensi derajat 1 dan 2 secara berturut dapat dilihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.4. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 1

Tekanan Darah

Hasil Pengukuran Sebelum

n = 30 M ; SD

Sesudah n = 30 M ; SD

p

Sistolik 143,17 ; 7,250 131,17 ; 7,844 0,000 ª)

Diastolik 90,67 ; 5,040 79,67 ; 4,722 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

Dari tabel di atas, pada hipertensi derajat 1 juga terdapat penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yang bermakna secara statistik p<0,05 (p=0,000) yang diuji dengan uji statistik t berpasangan. Rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 143,17 dan 131,17 serta rerata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 90,67 dan 79,67.


(44)

Tabel 5.5. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 2

Tekanan Darah

Hasil Pengukuran Sebelum

n = 30 M ; SD

Sesudah n = 30 M ; SD

p

Sistolik 155,50 ; 9,857 146,33 ; 9,553 0,000 ª)

Diastolik 100,67 ; 4,498 89,50 ; 4,798 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

Dari tabel di atas terlihat penurunan tekanan darah yang bermakna secara statistik akibat pemaparan musik klasik selama 30 menit yang tergambar dari hasil uji statistik t berpasangan p<0,05 (p=0,000). Rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 155,50 dan 146,33 serta tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 100,67 dan 89,50.

b. Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi

Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah pengaruh paparan musik klasik terhadap tekanan darah pada hipertensi derajat 1 dan 2. Pengaruhnya dapat dilihat dari menurun atau tidaknya tekanan darah setelah pemaparan musik klasik selama 30 menit. Tekanan darah dikatakan menurun jika selisih tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebelum dan sesudah pemaparan mencapai lebih dari 5 mmHg, begitu juga sebaliknya. Rerata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada hipertensi derajat 1 sebesar 12 mmHg dan 11 mmHg sedangkan pada hipertensi derajat 2 sebesar sebesar 9,17 mmHg dan 11,17 mmHg. Hasilnya dapat dilihat secara berturut pada tabel 5.6. dan tabel 5.7. di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1

Tekanan Darah Pengaruh Paparan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sistolik Menurun 29 96,67

Tidak Menurun 1 3,33

Total 30 100

Diastolik Menurun 28 93,33

Tidak Menurun 2 6,67


(45)

Dari tabel di atas, tekanan darah sistolik responden dengan hipertensi derajat 1 menurun pada 29 orang (96,67 %) dan tidak menurun pada 1 orang (3,33%), sedangkan tekanan darah diastolik menurun pada 28 orang (93,33%) dan tidak menurun pada 2 orang (6,67%).

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 2

Tekanan Darah Pengaruh Paparan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sistolik Menurun 29 96,67

Tidak Menurun 1 3,33

Total 30 100

Diastolik Menurun 28 93,33

Tidak Menurun 2 6,67

Total 30 100

Dari tabel di atas, tekanan darah sistolik responden dengan hipertensi derajat 2 menurun pada 29 orang (96,67 %) dan tidak menurun pada 1 orang (3,33%) sedangkan tekanan darah diastolik menurun pada 28 orang (93,33%) dan tidak menurun pada 2 orang (6,67%).

c. Hubungan Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2

Hipotesis pada penelitian ini adalah pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 lebih baik daripada pasien hipertensi derajat 2. Untuk menguji hipotesis penelitian ini, dilakukan analisis variabel independen, yaitu derajat hipertensi dengan variabel dependennya, yaitu pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah dengan menggunakan uji statistik

Fisher. Pengujian hipotesis ini menggunakan hipotesis satu arah (one-tailed) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.8. di bawah ini.


(46)

Tabel 5.8. Hubungan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2

Tekanan Darah

Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah

Menurun Tidak Menurun P

Sistolik Derajat 1 29 1 0,754

Derajat 2 29 1

Diastolik Derajat 1 28 2 0,694

Derajat 2 28 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penurunan tekanan darah sistolik pada kedua derajat hipertensi tidak berbeda, yaitu sama-sama menurun pada 29 orang dan tidak menurun pada 1 orang. Begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang sama-sama menurun pada 28 orang dan tidak menurun pada 2 orang pada kedua derajat hipertensi. Hal ini ditunjang dari hasil uji statistik yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna p=0,754 untuk tekanan darah sistolik dan p=0,694 untuk tekanan darah diastolik. Pada uji statistik ini, jika nilai p>0,05 maka hipotesis penelitian ini ditolak. Hal ini berarti pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 tidak lebih baik daripada pasien hipertensi derajat 2.

5.4. Pembahasan

Derajat hipertensi merupakan pengelompokan hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah pada saat tertentu yang mengindikasikan keparahan yang dapat ditimbulkan pada berbagai organ (Foëx, 2004). Semakin tinggi tekanan darah seseorang, risiko pembebanan kerja jantung juga akan semakin meningkat disertai dengan peningkatan kemungkinan pecahnya pembuluh darah yang menyokong berbagai organ vital sehingga meningkatkan komplikasi dan kematian pada pasien hipertensi (Ezenwa, 2012). Belum ada penelitian yang dapat menentukan ambang tekanan darah saat timbulnya komplikasi pada berbagai organ yang berhubungan dengan derajat hipertensi pasien hipertensi (Foëx, 2004) sehingga pengontrolan tekanan darah menjadi tatalaksana mutlak sebagai pencegahan utama terjadinya komplikasi dan kematian. Tidak terdapatnya perbedaan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 pada penelitian ini dapat mengindikasikan bahwa respon fisiologis


(47)

akut yang ditimbulkan oleh musik klasik terhadap tekanan darah tidak berbeda pada hipertensi 1 dan 2.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sleight (2012), didapati bahwa musik, tidak tergantung jenisnya, memiliki pengaruh yang sama pada setiap subjek penelitian, apapun preferensi musiknya. Pengaruh ini diperkirakan berkaitan dengan mekanisme kerja musik yang mempengaruhi sistem bawah sadar seseorang melalui kerja sistem saraf autonom. Penelitian yang dilakukan oleh Bernardiet al. (2005) juga menemukan bahwa musik dengan jenis yang berbeda memberikan respon kardiovaskular dan pernafasan yang konsisten pada hampir semua subjek yang diteliti. Hal ini mengindikasikan bahwa musik dapat menimbulkan respon fisiologis yang sama pada subjek yang berbeda, maka penggunaan musik sebagai terapi standar penatalaksanaan berbagai penyakit terutama penyakit kardiovaskular, pernafasan, dan neurologis bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.

Musik klasik yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 pada penelitian ini menunjukkan potensi terapi musik klasik sebagai salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan dalam rangka penatalaksanaan hipertensi yang bersifat holistik. Hal ini juga dibuktikan oleh Saing (2008a,2008b) yang menemukan bahwa pemberian musik klasik pada anak-anak dengan hipertensi selama 30 menit dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (p<0,05) pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Beliau mendapati bahwa duduk diam sambil mendengarkan musik klasik lebih bermanfaat dalam penurunan tekanan darah dibandingkan dengan hanya duduk diam tanpa melakukan apapun.

Suherly (2012) juga menemukan bahwa dengan pemberian terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi dengan rerata umur 50,46 tahun. Penurunan tekanan darah secara signifikan pada pasien hipertensi yang diberi terapi musik juga ditunjukkan pada penelitian Asrin (2009) walaupun menggunakan jenis musik yang berbeda, yaitu musik frekuensi sedang (750-3000 Hz) seperti keroncong ataupun campursari.


(48)

Hal ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya (Zanini et al., 2008) yang mencoba melihat pengaruh terapi musik terhadap kontrol tekanan darah dan juga kualitas hidup pasien hipertensi derajat 1. Pada penelitian tersebut didapati penurunan tekanan darah dan peningkatan kualitas hidup yang signifikan (p<0,05) pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol akibat terapi musik yang diberikan setiap minggu selama 12 minggu berturut-turut. Penelitian lainnya (Ezenwa, 2012) pada pasien hipertensi primer juga didapati penurunan tekanan darah yang terus berlangsung bahkan setelah 10 menit setelah diberi terapi musik selama 30 menit. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik dapat menjadi alternatif terapi adjuvan dalam penatalaksanaan hipertensi.

Kekurangan penelitian ini adalah sarana lokasi penelitian yang kurang memadai sehingga bisa saja terjadi bias pada saat pengambilan data penelitian. Penelitian ini juga tidak bisa menilai respon fisiologis lain yang ditimbulkan akibat pemberian musik terhadap subjek penelitian, seperti ventilasi pernafasan, rasio pernafasan, denyut jantung, tingkat kecemasan, dan sebagainya (Bernardi et al., 2005). Pengaruh confounding factor pada penelitian ini, seperti lamanya menderita hipertensi (pasien lama atau baru), pengecekan langsung gangguan pendengaran, dan kebiasaan konsumsi obat antihipertensi juga seharusnya diperhatikan lebih lanjut untuk meminimalisasi bias. Pemilihan jenis musik pada penelitian ini juga belum bisa digunakan sebagai suatu standar jenis musik dalam terapi musik suatu penyakit. Peneliti juga menemukan kesulitan dalam mencari sumber referensi penelitian lainnya yang berkaitan dengan hubungan musik klasik terhadap derajat hipertensi. Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar khususnya mengenai jenis musik yang dapat dijadikan standar dalam pemberian terapi musik, durasi dan intensitas pemberiannya, durasi timbulnya pengaruh musik terhadap respon fisiologis tubuh, serta efek akut maupun kronis dari pemberian musik baik sebagai terapi utama maupun terapi tambahan dalam penatalaksanaan penyakit secara holistik.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Jenis kelamin pria didapati lebih banyak daripada wanita pada pasien hipertensi dengan rerata usia pasien hipertensi 48,5 tahun.

b. Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi derajat 1 dengan rerata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 11 mmHg (p=0,000). c. Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi derajat 2

dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,17 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 11,17 mmHg (p=0,000).

d. Pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 tidak lebih baik daripada hipertensi derajat 2 ( p=0,754; 0,694).

6.2. Saran

a. Terapi musik khususnya musik klasik sebaiknya dilakukan oleh masyarakat umum sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah secara mandiri pasien hipertensi.

b. Terapi musik khususnya musik klasik sebaiknya dimasukkan ke dalam rancangan penatalaksanaan holistik hipertensi oleh tenaga kesehatan maupun instansi penyelenggara jasa kesehatan sebagai terapi adjuvan yang dapat mendukung pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.

c. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut mengenai penggunaan terapi musik khususnya musik klasik dalam penatalaksanaan berbagai penyakit terutama hipertensi dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memerhatikan kekurangan penelitian ini sehingga tidak akan melakukan hal yang sama.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Asrin, Mulidah, S., Triyanto, E., 2009. Upaya Pengendalian Respon Emosional Pasien Hipertensi dengan Terapi Musik Dominan Frekuensi Sedang. The Soedirman Journal of Nursing; 4(1):41-45.

Aziza, L., Sja bani, M., Haryono, S. M., Soesatyo, M. H. N. E., Sadewa, A. H., 2010. Hubungan Polimorfisme Gen Angiotensin-Converting Enzyme

Insersi/Delesi dengan Hipertensi pada Penduduk Mlati, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.Maj Kedokt Indon; 60(4):156-161.

Bernardi, L., Porta, C., Sleight, P., 2005. Cardiovascular, Cerebrovascular, and Respiratory Changes Induced by Different Types of Music in Musicians and Non-Musicians: The Importance of Silence.Heart2006; 92:445-452. Chafin, S., Roy, M., Gerin, W., Christerfeld, N., 2004. Music Can Facilitate

Blood Pressure Recovery from Stress. British Journal of Health Psychology; 9:393-403.

Despopoulos, A., Silbernagl, S., 2003. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New York: Thieme.

Ezenwa, M., 2012. Does Music Therapy Reduce Blood Pressure in Patients with Essential Hypertension in Nigeria?. In: M. Khullar (ed), Genetics and Pathophysiology of Essential Hypertension. Croatia: InTech, 89.

Foëx, P., Sear, J.W., 2004. Hypertension : Pathophysiology and Treatment. Available from: http://ceaccp.oxfordjournals.org [Accessed 9 Desember 2013]

Gangrade, A., 2012. The Effect of Music on the Production of Neurotransmitters, Hormones, Cytokines, and Peptides: A Review. Music and Medicine; 4(1):40-43.

Jardins, T., 2002. Cardiopulmonary Anatomy & Physiology Essential for Respiratory Care. 4th ed. New York: Thomson Learning.

JNC VII, 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.


(51)

http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf [Accessed 13 Mei 2013]

Konsensus Pengobatan Hipertensi, 2007. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

Lang, F., Silbernagl, S., 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme.

Lubis, H. R., 2008. Sejarah Hipertensi. Available from: usupress.usu.ac.id/files/Hipertensi_dan_Ginjal_Normal_bab1.pdf

[Accesed 02 September 2011]

Nasution, L. F., 2011. Efektifitas Terapi Musik Klasik untuk Mengurangi Kecemasan pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Available from:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27165/4/ChapterII.pdf [Accessed 22 Mei 2013]

Rahmah, S. F., Putri, J. F., Widodo, Lukitasari, M., Rahman, M. S., 2013. Analisis

Single Nucleotide Polimorphism(SNP) -217 GenHuman Angiotensinogen

(hAGT) pada Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Syaiful Anwa secara PCR Sekuensing.Jurnal Biotropika, 1(2):71-73.

Rasyid, H., Bakri, S., Yusuf, I., 2012. Angiotensin-Converting Enzyme Polimorphisms, Blood Pressure and Pulse Pressure in Subjects with Essential Hypertension in a South Sulawesi Indonesian Population. Acta Medica Indonesiana; 44(4):280-283.

Riset Kesehatan Dasar, 2007. Laporan Nasional 2007. Available from: http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasionalRiskesdas2007. pdf [Accessed 13 Mei 2013]

Saing, S. K., Rina, D., Ramayati, R., Rusdidjas., 2008. Effect of Classical Music on Reducing Blood pressure in Children.Paediatr Indones; 48(3):142-146. Saing, S. K., 2008. Pengaruh Musik Klasik terhadap Penurunan Tekanan Darah. Medan: Universitas Sumatera Utara. Available from: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6277/1/Saloma1.pdf [Accessed 15 Mei 013]


(52)

Sherwood, L., 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta:EGC. Sleight, P., 2012. Cardiovascular Effects of Music by Entraining Cardivascular

Autonomic Rhythms Music Therapy Update: Tailored to Each Person, or Does One Size Fit All?. Neth Heart. J 2013; 21:99-100.

Suherly, M., Ismonah, Meikawati, W., 2012. Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo Semarang.Jurnal keperawatan dan Kebidanan; 1(1). Teng, X. F., Wong, M. Y. M., Zhang, Y. T., 2007. The Effect of Music on

Hypertension Patients. In: 29th Annual International Conference of the IEEE. Engineering in Medicine and Biology Society. P.46-49,51.

Watkins, G., 1997. Music Therapy: Proposed Physiological Mechanism and Clinical Implications.Clinical Nurse Specialist; 11(2):43-50.

World Health Organization, 2012. World Health Statistics 2012. Available from: http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2012/en/inde x.html [Accessed 13 Mei 2013]

Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi (eds.),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing, 1079-1085.

Zanini, C. R., Jardin, P. C. B. V., Salgado, C. M., Nunes, M.C., de Urzêda, F. L., Carvalho, M. V. C., et al., 2008. Music Therapy Effects on the Quality of Life and the Blood Pressure of Hypertensive Patients. Arq Bras Cardiol


(53)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Irma Sari Nst

NIM : 100100212

Adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2.

Pada penelitian ini, saya akan melakukan pengukuran tekanan darah Saudara/i sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik selama 30 menit. Seluruh data yang diperoleh pada penelitian ini, termasuk identitas Saudara/i hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini, dijaga kerahasiaannya, dan tidak akan dipublikasikan serta disalahgunakan untuk maksud lain.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2013


(1)

Universitas Sumatera Utara

Uji t Tekanan Darah Sistolik HT.2

Paired Samples Statistics

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

Sistol

155.50

30

9.857

1.800

Sistol1

146.33

30

9.553

1.744

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower

Upper

Pair 1 Sistol

-Sistol1

9.167

3.495

.638

7.862

10.472

14.367

29

.000

Uji t Tekanan Darah Diastolik HT.2

Paired Samples Statistics

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

Diastol

100.67

30

4.498

.821

Diastol1

89.50

30

4.798

.876

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

Pair 1 Diastol

-Diastol1

11.167

3.869

.706

9.722

12.611

15.807

29

.000

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah Responden

Statistics

delta.s

delta.d

N

Valid

60

60

Missing

0

0

Mean

10.58

11.08

Median

10.00

10.00

Std. Deviation

5.682

4.792

Minimum

0

0


(2)

Universitas Sumatera Utara

Frekuensi Penurunan Tekanan Darah Responden

delta.s

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

2

3.3

3.3

3.3

5

11

18.3

18.3

21.7

10

33

55.0

55.0

76.7

15

10

16.7

16.7

93.3

20

3

5.0

5.0

98.3

40

1

1.7

1.7

100.0

Total

60

100.0

100.0

delta.d

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

4

6.7

6.7

6.7

5

6

10.0

10.0

16.7

10

27

45.0

45.0

61.7

15

19

31.7

31.7

93.3

20

4

6.7

6.7

100.0

Total

60

100.0

100.0

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah HT.1

Statistics

delta sistol

delta diastol

N

Valid

30

30

Missing

0

0

Mean

12.00

11.00

Median

10.00

10.00

Std. Deviation

7.022

5.632

Minimum

0

0

Maximum

40

20

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah HT.2

Statistics

dellta.s

dellta.d

N

Valid

30

30

Missing

0

0

Mean

9.17

11.17

Median

10.00

10.00

Std. Deviation

3.495

3.869

Minimum

0

0


(3)

Universitas Sumatera Utara

Frekuensi Penurunan Tekanan Darah HT.1 & HT.2

derajat hipertensi * perubahan sistol Crosstabulation

perubahan sistol

Total

menurun

tdk menurun

derajat hipertensi

derajat 1

Count

29

1

30

% within derajat hipertensi

96.7%

3.3%

100.0%

% within perubahan sistol

50.0%

50.0%

50.0%

derajat 2

Count

29

1

30

% within derajat hipertensi

96.7%

3.3%

100.0%

% within perubahan sistol

50.0%

50.0%

50.0%

Total

Count

58

2

60

% within derajat hipertensi

96.7%

3.3%

100.0%

% within perubahan sistol

100.0%

100.0%

100.0%

derajat hipertensi * perubahan diastol Crosstabulation

perubahan diastol

Total

menurun

tdk menurun

derajat hipertensi

derajat 1

Count

28

2

30

% within derajat hipertensi

93.3%

6.7%

100.0%

% within perubahan diastol

50.0%

50.0%

50.0%

derajat 2

Count

28

2

30

% within derajat hipertensi

93.3%

6.7%

100.0%

% within perubahan diastol

50.0%

50.0%

50.0%

Total

Count

56

4

60

% within derajat hipertensi

93.3%

6.7%

100.0%

% within perubahan diastol

100.0%

100.0%

100.0%

Perbandingan Penurunan Tekanan Darah HT.1 & HT.2

Systolic Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square

.000

a

1

1.000

Continuity Correction

b

.000

1

1.000

Likelihood Ratio

.000

1

1.000

Fisher's Exact Test

1.000

.754

Linear-by-Linear Association

.000

1

1.000

N of Valid Cases

60

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Diastolic Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square

.000

a

1

1.000

Continuity Correction

b

.000

1

1.000

Likelihood Ratio

.000

1

1.000

Fisher's Exact Test

1.000

.694

Linear-by-Linear Association

.000

1

1.000

N of Valid Cases

60

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.

b. Computed only for a 2x2 table


(4)

±²³²´ µ ±¶·¸ µ¸ ¹´³ ´²µ

º»¼

½¾¿À Á ¼Â ¾Ã ÄÅÆ Ç È¿ÆÄ ÉÆ¿Ê» à ¼Ë ÌÆÄ¿ Ê »Ã ¼Ë É Æ¿Ê»Ã ¼Í ÌÆÄ¿Ê »Ã ¼Í Ì¾Ã Ê Ä ¼É Ì¾Ã Ê Ä¼ Ì Î ¾ÇÏ ÐÏ Ç ÄÇ ¼É ξÇÏ ÐÏÇÄÇ ¼ Ì Á¾Ç ¼ Ñ Ò

ÓÔ ÕÖ×ØÙ Ö ÚÔ Ô ÛÜ ÝÚ Ô ÞÚ ßÜ Ú Ô Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Óç èã Ø Ö Úé Ô Û Ú ÝÜ Ôç Ú ßÜ çÜ ÔÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Ó Þ ÕÖ×ØÙ Ö Û ß Ô Û Ú ÝÚ ÔÜ Ú êÚ ÛÜ çÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÛ èã Ø Ö Úß Ô Û Ú ÝÜ Ô ÞÜ ßÚ Ô Ú Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Ó Ú èã Ø Ö Û ß Ô çÜ ÝÜ ÔçÜ ßÚ Ü Ú Ù Ø ëÖìàá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Ó é ÕÖ×ØÙ Ö Û Ú ÔÞÜ ÝÜ Ôç Ú êÜ Ú çÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Óê èã Ø Ö ÚÜ Ô Û Ú ÝÜ Ô ÞÚ ßÜ ÔÜ ÔÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

Ó ß ÕÖ×ØÙ Ö Û ß ÔÚÜ ßÜ ÔÛ Ú ßÜ Ú Ü àá× âã â× Ù Ø ëÖìàá× âã â× äåæÔ

Ó Ý èã Ø Ö ÚÞ ÔÚÜ êÜ ÔÛÜ êÜ ÔÜ Ü àá× âã â× Ù Ø ëÖìàá× âã â× äåæÔ

ÓÔÜ ÕÖ×ØÙ Ö ÛÜ ÔÞÜ ÝÜ ÔçÜ ßÜ ÔÜ ÔÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔÔ èã Ø Ö Û ß Ô Û Ú ÝÜ Ô ÞÜ ßÜ Ô Ú ÔÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔç ÕÖ×ØÙ Ö ÚÜ ÔÚÜ ÝÚ Ô ÞÜ ßÜ çÜ Ô Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔ Þ ÕÖ×ØÙ Ö ÚÜ Ô ÛÜ ÝÚ Ôç Ú ßÜ Ô Ú Ô Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔÛ èã Ø Ö ÛÜ ÔÚÜ ÝÜ ÔÛÜ êÜ ÔÜ çÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔ Ú èã Ø Ö ÞÚ Ô Û Ú ÝÚ Ô ÞÜ ßÜ Ô Ú Ô Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔ é ÕÖ×ØÙ Ö Þß Ô ÛÜ ÝÜ Ô ÞÜ êÚ ÔÜ Ô Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔê èã Ø Ö Û Ý ÔÚÜ ÝÚ Ô ÞÚ ÝÜ Ô Ú Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔ ß ÕÖ×ØÙ Ö Û ß ÔÚÜ ÝÜ ÔÛÜ ßÚ ÔÜ Ú àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ

ÓÔ Ý ÕÖ×ØÙ Ö Ûç ÔÞÚ ÝÚ Ôç Ú êÚ ÔÜ çÜ àá× âã â× àá× âã â× äåæÔ


(5)

ù úú üý þ ÿ û û û û ý ý û

ù ú ÿþÿ û û û ý ý û

ù ú üý þ ÿ û û û û ý ý û

ù ú ÿþÿ ú û û û ý ý û

ù ú üý þ ÿ û û û û ý ý û

ù ú ÿþÿ û û û û ý ý û

ù ú üý þ ÿ û û û û ý ý û

ù ú ÿþÿ û û ý ý û

ù üý þ ÿ û û û û ý ý û

ù û ý þ ÿ û û û û û ý þÿ ý ú

ù ú ÿþ ÿ û û û û û ý ý ú

ù ý þ ÿ û û û û ý ý ú

ù ÿþ ÿ û û ûú û ý ý ú

ù ý þ ÿ û û û û þÿ ý ý ú

ù ý þ ÿ û û û û ý ý ú

ù ý þ ÿ û û û û û ý ý ú

ù ý þ ÿ û û û û û ý ý ú

ù ÿþ ÿ û û û û ý ý ú

ù ý þ ÿ û ûû û û û ý ý ú

ù û ý þ ÿ û ûû û û ú û ý ý ú

ù ú ÿþ ÿ ú û û û û ý ý ú

ù ÿþ ÿ û û û û û ý ý ú

ù ý þ ÿ û ûû û û û ý ý ú


(6)

! "# $% & ' (" ) #* +* )(* +* )* * ,-./% /. 0 &1' 2,-./% / . 345

! "6 $% & ' (* ) #* )** )(* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! "7 $% & ' "6 ) (* )** )"* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! "+ $% & ' (5 ) "( )** )8( +* )* )* ,-./% /. ,-./% /. 345

! (* $% & ' (" ) 6* )** )#* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! () 9' .& 0' (* ) #* )** )(* +* )* )* ,-./% /. ,-./% /. 345

! (5 $% & ' (( ) "* )** )8* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! (8 9' .& 0' (( ) #* )** )(* +* )* )* ,-./% /. ,-./% /. 345

! (" $% & ' "6 ) #* ))* )(* )** )* )* ,-./% /. ,-./% /. 345

! (( 9' .& 0' (5 ) (* )** )"( +* ( )* ,-./% /. ,-./% /. 345

! (# 9' .& 0' (* ) #( )** )(* 7( )( )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! (6 $% & ' (( ) #* )** )(* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! (7 9' .& 0' (* ) (* )** )"* 7( )* )( ,-./% /. ,-./% /. 345

! (+ $% & ' "( ) #* )** )(* +* )* )* ,-./% /. ,-./% /. 345