Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Sumber : Sherwood, L., 2003. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Jakarta : EGC.
2.2. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan memasukkan alat pengukur
tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset
yang dapat dikembungkan yang dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan Sherwood, 2001.
Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset akan disalurkan melalui jaringan ke
arteri brakialis di bawahnya. Tekanan manset yang lebih besar daripada tekanan di pembuluh akan menutup pembuluh sehingga tidak ada darah yang mengalir
melaluinya. Sedangkan bila tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh darah akan terbuka dan darah akan mengalir dengan aliran yang
turbulen sehingga menimbulkan getaran yang dapat didengar melalui membran yang diletakkan di bawah manset Sherwood, 2001.
Pengukuran tekanan
darah dilakukan
dengan menggunakan
sfigmomanometer metode Riva-Rocci. Manset dilingkarkan ke lengan atas yang
Universitas Sumatera Utara
sedikit difleksikan, tidak terlalu ketat maupun terlalu longgar lebar manset minimal 40 persen dari lingkar lengan atas dan dikembungkan di bawah kontrol
manometrik hingga tekanan 30 mmHg di atas nilai saat perabaan nadi arteri radialis menghilang. Stetoskop kemudian diletakkan di arteri brakialis pada batas
bawah manset lalu tekanan manset diturunkan perlahan 2-4 mmHg Lang dan Silbernagl, 2000.
Bunyi nadi yang didengar pertama kali jelas, fase I Korotkoff menggambarkan tekanan sistolik. Normalnya suara ini menjadi lebih pelan fase
II lalu mengeras fase III kemudian menjauh fase IV dan menghilang fase V Lang dan Silbernagl, 2000. Pada tahun 1939, Committee on Standardization of
Blood Pressure Readings dari American Heart Association dan dari Great Britain dan Ireland menyetujui pemakaian fase IV Korotkoff sebagai penentu tekanan
diastolik. Akan tetapi, pada tahun 1951 The Council for High Blood Pressure Research dari The Scientific Council of The American Heart Association
merubahnya dan merekomendasikan fase V Korotkoff sebagai penentu terbaik bagi tekanan diastolik Lubis, 2008.
Pada pengukuran tekanan darah di kamar periksa posisi pasien duduk di kursi, kaki di lantai, dan lengan sejajar jantung. Pengukuran dilakukan setelah
pasien beristirahat selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1-5 menit. Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran
sebelumnya sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah
Yogiantoro, 2009. Kesalahan pengukuran tekanan darah dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Peningkatan aliran turbulensi saat aktivitas fisik, demam, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, regurgitasi aorta, dan fistula arterivenosus akan meningkatkan
perbedaan fase IV dan fase V Korotkoff normalnya 10 mmHg. Manset yang terlalu kecil obesitas, atlet, pengukuran pada paha akan meningkatkan tekanan
diastolik dan begitu juga pada manset yang terlalu longgar. Kesalahan pembacaan juga bisa terjadi ketika suara auskultasi tidak terdengar pada rentang amplitudo
yang tinggi gap auskultasi Lang dan Silbernagl, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci.
Sumber : Lang, F. Silbernagl, S., 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.
2.3. Hipertensi