sebagai penyalut obat. Beberapa obat yang mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa tidak enak dari obat tersebut
biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
Adapun tujuan lain dari penambahan pemanis pada makanan adalah untuk menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering
ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah
menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis
dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya
relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam Cahyadi, 2006.
2.2.1 Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan
minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C
6
H
11
NHSO
3
Na. Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsufamat atau natriumsiklamat. Dalam perdagangan, siklamat
dikenal dengan nama assurgin, sucaryl, atau sucrosa Cahyadi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Adapun struktur kimia siklamat dapat dilihat pada Gambar 1. berikut.
Gambar 1 . Pada Natrium Siklamat Anonim, 2011
Dari segi strukturnya, siklamat merupakan garam kalsium atau natrium dari asam sikloheksansulfamat. Siklamat dapat disintesis dengan reaksi sulfonasi terhadap
sikloheksilamin, baik oleh asam sulfamat maupun sulfurtrioksida. Siklamat tidak rusak jika mengalami pemanasan Anonim, 2009. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah mutu rasa manis, intensitas rasa manis, dan kenikmatan rasa manis Cahyadi,
2006.
Siklamat adalah pemanis buatan dan memiliki rasa manis 30-50 kali gula pasir, dan jarang meninggalkan rasa pahit seperti sakarin dan K-acesulfame.
Siklamat bersifat mudah larut dalam air dan mempunyai sifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi
misalnya produk makanan dalam kaleng Yuliarti, 2007. Dalam industri pangan natrium siklamat dapat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai
nilai gizi untuk pengganti sukrosa. Siklamat sering digunakan dalam kombinasi
Universitas Sumatera Utara
dengan pemanis buatan lainnya, terutama sakarin dalam campuran siklamat – sakarin dengan perbandingan 10:1 Anonim, 2009.
Penggunaan pemanis buatan dalam makanan memiliki batas maksimum 2000 mgkg sesuai dengan SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan Pangan
Pemanis Buatan Persyaratan Penggunannya dalam Produk Pangan. Tujuan pemberian batas maksimum penggunaan pemanis buatan siklamat pada makanan
adalah karena penggunannya tidak selalu aman terutama apabila tidak sesuai dengan peruntukannya ataupun melebihi ambang batas SNI, 2004
Pada natrium siklamat kadar maksimum yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus
adalah 3 gkg bahan pangan dan minuman. Dan menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman ADI adalah 11 mgkg berat badan. Adanya peraturan
bahwa penggunaan siklamat dan sakarin masih diperbolehkan, serta kemudahan mendapatkannya dengan harga yang relative murah dibandingkan dengan gula
alam. Hal tersebut menyebabkan produsen pangan dan minuman terdorong untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan tersebut di dalam produk Departemen
Kesehatan, 1997.
Dari hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI menunjukkan bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah – sekolah
dasar, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong, dan es cokelat menggunakan kombinasi sakarin dan siklamat. Jumlah sakarin yang terdapat di
dalam makanan jajanan tersebut berkisar antara 36,5 – 113 ppm, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
jumlah siklamat yang terdeteksi 0,05 – 0,07 ppm. Walaupun pemanis sintetis tersebut terdapat dalam jumlah yang masih di bawah batas maksimum tetapi
berdasarkan Peraturan Menkes tahun 1988 jumlah tersebut hanya ditujukan untuk produk rendah kalori atau bagi penderita diabetes mellitus dan bukan untuk
produk konsumsi umum apalagi untuk anak – anak sekolah dasar, sedangkan berdasarkan penelitian Streetfood Project Proyek Makanan Jajanan di Bogor
tahun 1989, diketahui bahwa hampir seluruh jenis es puter dan minuman ringan yang diperiksa 251 sampel, ternyata mengandung siklamat Winarno, 1994.
2.2.2 Pengaruh Siklamat Terhadap Kesehatan