Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta- Fateta-IPB

IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL
BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN
DAN UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN
SAPTA-FATETA-IPB

HA PHI RO

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Implementasi Sistem
Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba
Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Ha Phi Ro
NIM F24098001

ABSTRAK
HA PHI RO. Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri
Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Dibimbing
oleh FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO.
Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim,
sehingga penyediaan pangan halal menjadi sangat penting. Dewasa ini penyediaan
pangan halal telah menjadi perhatian industri pangan hampir di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi negara yang memelopori
bagaimana jaminan halal oleh produsen pangan dilakukan. Jumlah permintaan
produk pangan halal semakin meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah
penduduk Muslim dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan halal.
Jaminan produksi pangan halal oleh industri pangan dilakukan melalui proses
sertifikasi halal. Di Indonesia, proses sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga

independen di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu Lembaga Pengkajian
Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI). Saat ini LPPOM MUI sudah
menyediakan Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000)
untuk memudahkan produsen dalam pendaftaran dan proses sertifikasi halal.
Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari sistem sertifikasi halal
untuk berbagai kategori industri pangan yang dilakukan oleh LPPOM MUI
melalui sistem pelayanan sertifikasi online (sistem CEROL) dan implementasinya
melalui persiapan sertifikasi halal di kantin Sapta-Fateta-IPB. Pengambilan data
primer dilakukan untuk mengidentifikasi kategori industri pangan dan
mempelajari sistem sertifikasi halal di LPPOM MUI. Survei kuesioner dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemudahan dan kepuasan produsen dalam
memanfaatkan sistem pelayanan sertifikasi halal online (CEROL-SS23000).
Kata kunci: CEROL-SS23000, LPPOM MUI, produk halal, sertifikasi halal.

ABSTRACT
HA PHI RO. The Implementation of Halal Certification System for Various
Categories of the Food Industries and Trial Implementation at Sapta Canteen
Fateta IPB . Supervised by FERI KUSNANDAR dan JOKO HERMANIANTO.
Consuming halal food is a mandatory for every Muslim. For this reason, it is
important for food producers to provide halal food. Demand of halal food

increases significantly in line with the growth of Muslim population and the
awareness of Muslim to consuming halal food. Due to the high population of
Muslim around the world halal food production has become the concern of food
industries in the last twenty years, including in Indonesia. The assurance of halal
food production by food industries was done through certification process. In
Indonesia, the process of halal certification was conducted by an independent
agency under the Indonesian Council of Ulama (MUI), namely the Institute for
Foods, Drugs and Cosmetics (LPPOM MUI). Indonesia has become the pioneer in
establishment of halal certification system. Currently LPPOM MUI has
established Halal Certification Online Service System (CEROL-SS23000) in
order to facilitate the registration of manufacturers and halal certification process.
The objectives of this internship program was to study the halal certification
system for various food industry categories conducted by LPPOM MUI, through
the Certification Online Service System (CEROL system), and implementation
through the preparation of halal certification in the catering Sapta-Fateta-IPB. The
primer data was obtained through survey to some categories of food industries to
evaluate Certification Online Service System (CEROL-SS23000) based on
producer perception.
Keywords: CEROL-SS23000, halal certificate, halal food, LPPOM MUI.


IMPLEMENTASI SISTEM SERTIFIKASI HALAL
BERBAGAI KATEGORI INDUSTRI PANGAN DAN
UJI COBA IMPLEMENTASINYA DI KANTIN SAPTAFATETA-IPB

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Implementasi Sistem Sertifikasi Halal Berbagai Kategori
Industri Pangan dan Uji Coba Implementasinya di Kantin SaptaFateta-IPB
Nama
: Ha Phi Ro

NIM
: F24098001

Disetujui oleh

Dr Ir Feri Kusnandar,MSc
Pembimbing I

Dr Ir Joko Hermanianto
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Feri Kusnandar,MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya dan shalawat serta salam penulis kepada Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wassalam sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini
ialah implementasi sistem sertifikasi halal, dengan judul Implementasi Sistem
Sertifikasi Halal Berbagai Kategori Industri Pangan dan Uji Coba
Implementasinya di Kantin Sapta-Fateta-IPB .
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan
dan menyemangati saya selama saya kuliah di Indonesia. Terima kasih kepada
Bapak Dr Ir Feri Kusnandar dan Bapak Dr Ir Joko Hermanianto selaku
pembimbing yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir
maupun selama saya kuliah di IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Ir Hendra Utama dan staf dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) yang telah
membantu penulis selama magang. Terima kasih kepada kak Endah sebagai staf
di LPPOM MUI yang telah membantu saya dalam uji coba implementasi CEROL
untuk kantin Sapta-Fateta-IPB.
Terima kasih penulis juga ucapkan kepada teman-teman saya yaitu Rizki
Wijayanti dan Cynthia yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
tugas akhir.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Mei 2014
Ha Phi Ro

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

4

Manfaat Magang


4

METODOLOGI MAGANG

5

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

5

Metode Kegiatan Magang

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kategori Industri Pangan


6

Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi

8

Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROLSS23000 di Tiap Negara
10
Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri
Pangan
12
KESIMPULAN DAN SARAN

15

Kesimpulan

15

Saran


15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI
6
2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal
9
3 Jumlah Perusahaan di Tiap Negara yang Melakukan Registrasi CEROLSS23000
11
4 Hasil Pengisian Kuesioner
13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Terhadap Sistem CEROL-SS23000

18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Secara harfiah halal berarti lepas atau tidak terkait, sedangkan arti pangan halal
adalah makanan atau minuman yang diijinkan untuk dikonsumsi atau tidak terkait
dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya (Girinda 2006). Pangan halal
diantaranya adalah makanan/minuman yang tidak berasal/ tidak mengandung
babi, tidak mengandung komponen yang memabukkan, binatang yang bukan
buas, atau bertaring, dan babi. Titik kritis bahan pangan yang berasal dari hewan
yang dihalalkan untuk dikonsumsi adalah cara penyembelihan, peralatan yang
digunakan untuk penyiapannya, dan bahan yang digunakan atau ditambahkan
dalam proses pengolahan. Untuk bahan makanan yang berasal dari tumbuhan dan
hewan laut telah jelas halal, yang menjadi titik kritis keharamannya adalah alat
dan bahan yang ditambahkan dalam proses pengolahan dan pengemasan. Dalam
hukum Islam surah Al-Baqarah ayat 173 mengatakan “Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, dan darah, dan daging babi, dan
binatang-binatang yang tidak disembelih tidak karena Allah maka sesiapa terpaksa
(memakannya karena darurat) sedang ia tidak menginginnya dan tidak pula
melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu), maka tidaklah ia berdosa.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”.
Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa
pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram
atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku
pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan penolong (Adisasmito 2008).
Peraturan yang mengatur pangan halal adalah Undang-undang Pangan No 18
tahun 2012, bagian kedelapan mengenai jaminan produk halal bagi yang
dipersyaratkan, pasal 95 ayat 1 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem jaminan produk halal bagi
yang dipersyaratkan terhadap pangan. Selain itu, pasal 97 ayat 3 menyebutkan
bahwa pencantuman label di dalam dan/atau pada kemasan pangan memuat paling
sedikit keterangan mengenai nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat
bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi; halal bagi yang
dipersyaratkan; tanggal, bulan, tahun kedaluwarsa; tanggal dan kode produksi;
nomor izin edar; asal usul bahan pangan tertentu.
Halal telah menjadi isu global. Berdasarkan hasil survei lembaga Amerika
Serikat, Pew Research Center (2011), jumlah penduduk Muslim pada tahun 2010
mencapai 23.4% dari total penduduk dunia atau sekitar 1.6 miliar. Jumlah ini
diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 3% pada tahun 2030 atau
mencapai 26.4% dari total populasi dunia (setara dengan 2.2 miliar jiwa). Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan produk pangan halal di
pasar internasional. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk
Muslim di pasar internasional, para produsen pangan harus melakukan sertifikasi
halal.
Kelompok produk pangan yang dapat disertifikasi halal oleh LPPOM MUI
ada 33 yaitu kelompok daging dan produk olahan, susu dan makanan bayi, roti,

2
flavor, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. LPPOM MUI mengkategorikan
produk perusahaan pendaftar sertifikat halal MUI dan proses sertifikasi halal MUI
berdasarkan tingkat kritis bahan dan tingkat kesulitan penelusuran kehalalannya.
Kategori tersebut dibagi menjadi empat (3) yaitu (1)- Tidak berisiko (bila tidak
melibatkan bahan kritis); (2)- Berisiko (bila melibatkan satu atau lebih bahan
kritis); (3)- Risiko sangat tinggi (bila melibatkan bahan hewani dan/atau bahan
yang sulit ditelusuri kehalalannya (LPPOM MUI 2013).
Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal
melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa penerapan SJH (Sistem
Jaminan Halal) di perusahaan memenuhi persyaratan LPPOM MUI. Sertifikat
halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang
Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit
yang dilakukan oleh LPPOM MUI (LPPOM MUI 2012).
Tujuan proses sertifikasi halal oleh produsen pangan adalah untuk
mendapatkan citra positif dimata konsumen dan memperoleh kepercayaan
terhadap kehalalan produk yang dihasilkannya. Untuk memperoleh sertifikat halal
tersebut, produsen harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam memproduksi
pangan halal yang mengacu pada ketentuan yang berlaku sesuai syariah agama
Islam.
Di Indonesia, lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan proses
sertifikasi halal kepada produsen pangan adalah Lembaga Pengkajian Pangan
Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Setelah
melalui proses audit sesuai ketentuan yang berlaku, MUI mengeluarkan sertifikat
halal sebagai bukti bahwa pangan yang diproduksi oleh suatu industri pangan
telah dinyatakan halal. Sistem sertifikasi halal yang dikembangkan oleh LPPOM
MUI adalah sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan
dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumberdaya manusia,
dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai
dengan persyaratan LPPOM MUI. Selain itu, sistem jaminan halal juga
merupakan persyaratan sertifikasi halal, yaitu menilai SJH Sistem Jaminan Halal.
Status SJH adalah nilai hasil audit implementasi SJH, status SJH terdiri dari A
(sangat baik), B (cukup), C (gagal).
Masih banyak produsen pangan yang belum menyadari pentingnya
sertifikasi halal karena sertifikasi halal masih bersifat sukarela. Kemungkinan hal
ini disebabkan oleh masih terdapat pandangan produsen bahwa proses sertifikasi
halal sulit. Di awal, proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun 19922011, permohonan sertifikasi halal masih bersifat manual, dimana produsen harus
mengirimkan langsung dokumen persyaratan ke LPPOM MUI. Hal ini
membutuhkan waktu proses yang lama dan jumlah dokumen yang sangat banyak.
Sejak tahun 2011, LPPOM MUI mengembangkan sistem pelayan sertifikasi halal
secara online yang disebut CEROL-SS23000. CEROL-SS23000 adalah sistem
pelayanan sertifikasi halal secara online. Sistem ini bertujuan untuk memberikan
pelayanan sertifikasi halal yang lebih cepat dan lebih baik sehingga memudahkan
produsen pangan dalam memperoleh sertifikat halal. Keunggulan sistem ini
adalah waktu proses lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses
sertifikasi secara real time dan mengurangi penggunaan kertas (LPPOM MUI
2013).

3
Dalam sistem yang baru, perusahaan yang mengajukan sertifikasi baik
pendaftaran baru, pengembangan maupun perpanjangan melakukan pendaftaran
secara online, tidak harus datang menyerahkan dokumen. Formulir pendaftaran
diisi lengkap, disertai dengan dokumen pendukungnya sesuai dengan status
pendaftaran (baru/ pengembangan/ perpanjangan) dan proses bisnis (industri
pengolahan, rumah potong hewan, restoran, dan industri jasa).
Bidang sistem jaminan halal (SJH) memeriksa manual SJH yang diisi oleh
perusahaan dan bukti implementasi melalui sosialisasi, pelatihan internal dan
audit internal. Manual SJH yang diisi oleh perusahaan meliputi 11 kriteria SJH,
yaitu kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk,
fasilitas produksi, proses tertulis untuk aktivitas kritis, kemampuan telusur,
penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang
manajemen. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan pendaftaran,
bagian auditing akan mengirimkan Pre-audit Memorandum yang berisi informasi
tentang semua kekurangan yang harus segera ditindaklanjuti perusahaan. Setelah
semua kekurangan tersebut dipenuhi oleh perusahaan dan dokumen dinyatakan
lengkap dan akad sertifikasi lunas, bidang auditing dapat melakukan penjadwalan
audit, dan hasil audit akan dibahas di rapat auditor.
Rapat auditor merupakan rapat yang membahas hasil audit, temuan-temuan
di lapang. Jika terjadi perubahan, misalnya data sesungguhnya berbeda dengan
data yang dilaporkan di Cerol, bahan yang ditemukan digudang tidak ada di Cerol,
penambahan bahan dan sebagainya, pihak perusahaan harus mengubah data yang
kurang atau data tambahan yang ada di Cerol. Auditor harus memberikan formulir
perubahan sebagai pengendali kepada pihak perusahaan untuk diisi pada saat audit
dilaksanakan, sehingga pada saat rapat auditor, semua data yang mengalami
perubahan telah diubah. Hasil rapat auditor akan dibahas di Rapat Komisi Fatwa,
dan akan memutuskan produk yang mengajukan sertifikasi halal sudah halal atau
masih dapat kekurangan persyaratan sehingga status halal produk belum dapat
diputuskan. Jika produk sudah dinyatakan halal dalam Rapat Komisi Fatwa, maka
sertifikat halal akan diterbitkan.
Koperasi Sapta Fateta–IPB merupakan koperasi sebagai sarana penunjang
persaudaraan pegawai dan civitas Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi.
Koperasi Sapta Fateta–IPB memiliki Badan Hukum Nomor 185
A/PAD/BH/KDK105/IV/2004 yang diperoleh pada tanggal 28 April 2004.
Berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga
dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman.
Koperasi beranggotakan beberapa pelaku usaha kecil/pedagan yang menjalankan
usaha di lingkungan koperasi dan menyediakan beragam jenis makanan dan
minuman di masing-masing kios/counter

4
Tujuan Magang
Tujuan kegiatan magang ini untuk mengetahui sistem sertifikasi halal untuk
berbagai kategori industri pangan, sistem pelayanan sertifikasi halal
online(CEROL-SS23000) dan persiapan implementasi CEROL-SS2300 di kantin
Sapta-Fateta-IPB.

Manfaat Magang
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah memberikan informasi mengenai
sistem sertifikasi halal dan sistem pelayanan sertifikasi online (CEROL-SS23000)
sehingga dapat memudahkan produsen dalam memperoleh sertifikat halal, serta
dapat memenuhi jumlah permintaan produk halal bagi konsumen Muslim maupun
non Muslim.

5

METODOLOGI MAGANG
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan di LPPOM MUI yang bertempat di Gedung
Global Halal Center, jalan Pemuda No.5, Bogor. Dalam kegiatan magang ini
penulis ditempatkan pada bagian sistem jaminan halal. Kegiatan magang ini
dilakukan selama empat bulan, terhitung mulai bulan Februari sampai dengan
bulan Juni 2013, setiap hari kerja dengan mengikuti jam kerja yang diterapkan.
Kegiatan magang yang dilakukan berupa kegiatan kerja, pengambilan data primer,
pembuatan kuesioner dan pengolahan data yang telah tersedia di LPPOM MUI.
Untuk persiapan implementasi CEROL-SS23000 di kantin Sapta-Fateta-IPB.

Metode Kegiatan Magang
Kegiatan magang ini terdiri dari empat tahap. Tahap satu adalah
mengindentifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM
MUI. Tahap dua adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing
kategori industri pangan. Tahap tiga adalah mengkaji implementasi Sistem
Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL-SS23000). Tahap empat adalah
mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal di kantin Sapta-FatetaIPB.
Identifikasi kategori industri pangan yang disertifikasi halal oleh LPPOM
MUI pada tahap I dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, pengumpulan
data primer melalui diskusi dengan staf di LPPOM MUI dan dan melalui kajian
literatur. Literatur yang digunakan adalah buku-buku dan data-data yang tersedia
di LPPOM MUI. Kategori industri pangan berdasarkan kelompok produk yang
disertifikasi halal oleh LPPOM MUI.
Tahap selanjutnya setelah mengidentifikasi kategori industri pangan
adalah mempelajari sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri
pangan tersebut. Sistem sertifikasi halal untuk masing-masing kategori industri
pangan diperoleh melalui studi literatur dan berdiskusi dengan tim Sistem
Jaminan Halal (SJH).
Setelah mengetahui proses sertifikasi halal, tahap tiga adalah mengkaji
efektivitas Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL SS23000) dan
aplikasinya untuk sistem sertifikasi halal pada masing-masing kategori industri
pangan. Untuk mengetahui aplikasi sistem CEROL-SS23000, maka dilakukan
pengambilan data sekunder dan survei. Survei bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 dari perspektif perusahaan pangan.
Tahap terakhir yaitu mempersiapkan dokumen untuk proses sertifikasi halal
di Kantin Sapta-Fateta-IPB. Pada tahap ini diperlukan menyusun Manual Sistem
Jaminan Halal, dan mempersiapkan dokumen mengenai kantin Sapta-Fateta-IPB
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh LPPOM MUI.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori Industri Pangan
LPPOM MUI mensertifikasi halal produsen pangan berdasarkan pada
kelompok produk pangan. Kelompok produk di LPPOM MUI dibagi menjadi 33
kelompok produk, yaitu daging dan produk daging olahan, ikan dan produk
olahannya, bakery ingredient, pemanis, dan lain-lainnya. Tiga puluh tiga
kelompok produk tersebut kemudian digolongkan menjadi lima kategori, yaitu
industri pengolahan, industri ingredien, rumah potong hewan, restoran/katering
dan lain-lain (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah dan jenis industri yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI
Jenis Industri
Industri Pengolahan
Industri Ingredien
Restoran/Katering
Rumah Potong Hewan
Lain-lain
Total

2011
6305
7356
1093
6
321
15081

Jumlah Industri pada Tahun
%
2012
%
2013
41.81 10717 41.36 16475
48.78 12525 48.34 29198
7.25
2158
8.33
4436
0.04
4
0.02
10
2.13
506
1.95
675
100
25910
100
50794

%
32.43
57.48
8.73
0.02
1.33
100

Sumber : LPPOM MUI 2013
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah industri
yang disertifikasi halal oleh LPPOM MUI pada tahun 2012-2013. Peningkatan
tersebut terjadi karena industri pangan mulai menyadari pentingnya produk halal
yang beredar di Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar yaitu 193.6 juta dari total jumlah penduduk 220 juta jiwa (88%) (BPS
2007), sehingga industri pangan mulai meningkatkan produk halal dengan
mensertifikasi halal di LPPOM MUI agar dapat memenuhi permintaan produk
halal oleh konsumen Muslim maupun non-Muslim.
Industri pengolahan memiliki peran dalam pertumbuhan perekonomian
wilayah melalui pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Beberapa dampak positif yang muncul diantaranya adalah peningkatan
penyerapan angkatan kerja, peningkatan nilai investasi wilayah, pemerataan usaha,
peningkatan nilai tambah bahan mentah dan peningkatan pendapatan perkapita
suatu wilayah (Rejekiningsih 2004, Stanny 2009, Eriyatno 2011). Dengan
berkembangnya industri pengolahan dan Indonesia sebagai negara dengan
mayoritas penduduk Muslim, maka produk-produk yang beredar di Indonesia
perlu sertifikat halal agar dapat meningkatkan nilai jual produk dan meningkatkan
kepercayaan konsumen Muslim terhadap produk tersebut. Hal ini juga terlihat
pada data LPPOM MUI jumlah industri pengolahan dapat serifikat halal pada
tahun 2011, 2012 dan 2013 cukup besar yaitu 41.81%, 41.36%, dan 32.43%.
Industri pegolahan telah berkembang dengan cepat dengan teknologi
pengolahan yang semakin canggih, yaitu adanya ingredien-ingredien tertentu
untuk meningkatkan kualitas, penampilan, masa simpan, rasa serta aroma seperti

7
penyedap rasa, flavor, pengawet, pewarna dan sebagainya. Saat ini, ingredieningredien memiliki risiko tinggi mengandung bahan yang haram, misalnya
pewarna merah bisa berasal dari darah yang jelas haram dalam hukum Islam.
Gelatin merupakan biopolimer turunan dari kolagen yang memiliki kegunaan luas
(Haug and Draget 2009). Pada umumnya, gelatin yang berasal dari mamalia
banyak digunakan karena tingginya titik lebur, titik gelasi dan reversibilitas
termalnya (Haug and Draget 2009), namun mamalia yang digunakan bisa berasal
dari babi yang merupakan hewan haram untuk dikonsumsi, atau dari hewan lain
yang disembelih tidak sesuai hukum Islam. Oleh karena itu, industri ingredien
sangat membutuhkan sertifikasi halal untuk menelusuri tingkat kehalalan
ingredien-ingredien tersebut, sehingga jumlah industri ingredien paling banyak
disertifikasi pada tahun 2011, 2012, 2013 yaitu 48.78%, 48.35%, dan 57.48%.
Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain tertentu
yang dipergunakan sebagai tempat memotong hewan secara benar bagi konsumen
masyarakat luas dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu.
Dengan demikian diharapkan bahwa daging yang diperoleh dapat memenuhi
kriteria aman (safety), sehat (sound), utuh (wholesomeness), halal dan
berdayasaing tinggi. Rumah potong hewan merupakan tempat dimana daging
halal berasal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging halal untuk masyarakat
Indonesia yang mayoritas agama Islam. Pada kenyataannya rumah potong hewan
masih sedikit yang memiliki sertifikat halal. Hal ini terlihat pada data dari
LPPOM MUI, yaitu pada tahun 2011. 2012, dan 2013 jumlah rumah potong
hewan yang mengajukan sertifikasi halal masih sedikit yaitu 0.04, 0.02, dan 0.02.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
daging halal dan kasadaran produsen untuk memproduksi daging halal masih
rendah. Selain itu, rendahnya jumlah rumah potong hewan yang mengajukan
sertifikasi halal juga disebabkan data Tabel 1 merupakan data yang diambil dari
LPPOM MUI pusat belum termasuk data dari LPPOM provinsi, sehingga jumlah
rumah potong hewan mengajukan sertifiksai halal di LPPOM provinsi belum
tercatat di data LPPOM MUI pusat.
Pada umumnya, agama mengatur tentang apa saja yang diperbolehkan dan
apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi (Shafie dan
Othman 2006). Perilaku konsumen seperti perilaku pada umumnya, dipengaruhi
oleh aspek kultural, sosial, personal dan karakteristik psikologis. Faktor kultural
dianggap paling besar pengaruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang.
Kebiasaan seseorang ketika membeli daging di toko atau pasar tradisional adalah
tidak menanyakan daging tersebut berasal dari rumah potong hewan yang
memiliki sertifikat halal atau belum memiliki sertifikat halal. Konsumen
menganggap bahwa Indonesia mayoritas agama Islam sehingga daging-daging
yang diproduksi mungkin akan halal juga. Hal ini dapat mengakibatkan produsen
rumah potong hewan tidak mementingkan masalah harus ada atau tidaknya
sertifikat halal, produsen menganggap bahwa hewan dipotong dengan membaca
bismilah saja sudah termasuk halal, namun belum tentu semua rumah potong
hewan dengan cara penyembelihan sesuai dengan hukum agama Islam, misalnya
ayam untuk keperluan cepat dan dalam jumlah yang banyak, kemungkinan ayam
yang disembelih mati karena ditumpuk, disiram air panas, bukan karena sebab
disembelih dan sebagainya. Hal ini menyebabkan daging yang dihasilkan menjadi
haram.

8
Dari Tabel 1, terlihat juga bahwa jumlah katering/restoran yang disertifikasi
halal masih sedikit, yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2013 jumlah
restoran/katering yang memiliki sertifikat halal sebesar 2.13%, 1.95%, dan 1.33%.
Hal ini mungkin disebabkan, masyarakat belum peduli kehalalan makanan yang
mereka konsumsi. Ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen Muslim untuk
mengkonsumsi makanan bersertifikat halal masih rendah. Pengusaha
katering/restoran juga cenderung acuh atau tidak peduli terhadap makanan yang
mereka produksi (sajikan). Para pengusaha makanan tersebut beranggapan bahwa
mereka memproduksi atau membuat makanan sudah dengan komposisi atau
bahan-bahan yang aman, namun perlu diketahui yang aman belum tentu makanan
tersebut halal. Diperlukan bukti yang kuat dengan cara para pengusaha
mendaftarkan rumah makannya agar bersertifikat halal karena sertifikat halal
merupakan jaminan yang pasti bagi konsumen Muslim bahwa makanan yang
hendak dikonsumsinya tersebut halal atau haram.

Analisis Data Kelompok Produk yang Disertifikasi
Industri pangan telah berkembang dengan cepat. Pangan saat ini tidak hanya
diolah secara sederhana, namun telah diolah dengan teknologi tinggi dengan
penambahan berbagai bahan tambahan agar dapat meningkatkan kualitas,
penampilan, aroma, warna, masa simpan, dan sebagainya. Seiring dengan
perkembangan teknologi pangandan dengan berbagai produk pangan yang
berbeda-beda, LPPOM MUI telah mengidentifikasi kelompok produk yang
disertifikasi halal, yaitu ada 33 kelompok produk (Tabel 2).
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada tahun 2011, 2012 dan 2013,
jumlah kelompok produk Flavor Seasoning and Fragrance paling banyak
disertifikasi halal, yaitu sebesar 37.90%, 34.03% dan 46.46%. Hal ini disebabkan,
besarnya konsumen Muslim di Indonesia, banyak industri pangan yang
mempersyaratkan ingredien yang digunakan termasuk flavor, harus memiliki
sertifikat halal. Menurut General Manager Dept of Planning dan Koordinator
Auditor Halal Internal PT Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory, Yudho
Koesbandryo, halal merupakan salah satu titik kritis dalam pemilihan flavor di
perusahaannya (Yudho 2011). Selain itu, flavor bisa terdiri dari banyak bahan
penyusun yang masing-masing bisa bercabang menjadi jenis flavor lainnya
(Osmena 2011).
Berdasarkan masalah kehalalan produk pangan, rumah potong hewan
menempati posisi yang sangat penting karena dari sini sumber bahan baku produk
makanan berasal. Berdasarkan data LPPOM MUI, rumah potong hewan pada
tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah paling sedikit disertifikasi halal, yaitu sebesar
0.04%, 0.02% dan 0.02%. Hal ini dikarenakan belum adanya aturan tegas untuk
seluruh rumah potong hewan untuk sertifikasi halal, padahal Indonesia menjadi
negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Menurut Hakim (2010) yang
perlu dikritisi adalah rumah potong hewan tidak mau disertifikasi halal padahal
keluar dari rumah potong hewan, daging-daging yang dijual di pasar-pasar tidak
ada registrasi, tidak ada pengawasan.

9
Tabel 2 Kelompok Produk yang Disertifikasi Halal
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kelompok Produk
Bahan Tambahan
Bakery (Roti dan Kue)
Bakery Ingredient
Minuman dan Bahan Minuman
Coklat Konfeksioneri dan
Bahan Pendukungnya
Bumbu, Rempah dan
Kodimen
Kosmetik
Telur & Produk Telur Olahan
Enzim
Ekstrak
Ikan dan Produk Olahannya
Flavor Seasoning and
Fragrance
Tepung Pati dan Produk
Turunan/Olahannya
Gelling Agent (Pembentuk
Gel)
Herbal (Jamu)
Es Krim dan Bahan
Pendukungnya)
Susu dan Makanan Bayi/Balita
Selai dan Jelly
Daging dan Produk Daging
Olahan
Obat-obatan
Susu dan Produk Susu Olahan
Mie Pasta dan Produk
Olahannya
Minyak Lemak dan Produk
Olahannya
Vitamin, Mineral dan zat gizi
lainnya
Tumbuhan dan Produk
Tumbuhan Olahan
Protein dan Asam Amino
Restoran dan Katering
Nasi dan Lauk Pauk
Rumah Potong Hewan
Snack (Makanan Ringan)
Suplemen dan Bahan
Suplemen
Sweeteners (Pemanis)
Others (Lain-lain)
Total

Sumber : LPPOM MUI 2013

2011
Jumlah
247
670
267
829

%
1.64
4.44
1.77
5.50

2012
Jumlah
692
306
242
1251

%
2.67
1.18
0.93
4.83

2013
Jumlah
605
417
896
2527

%
1.19
0.82
1.76
4.97

653

4.33

319

1.23

1566

3.08

622

4.12

1386

5.35

2099

4.13

111
16
142
89
136

0.74
0.11
0.94
0.59
0.90
37.9
0

842
21
27
674
433

3.25
0.08
0.10
2.60
1.67
34.0
3

1481
29
257
551
483

2.92
0.06
0.51
1.08
0.95

23597

46.46

5715

8818

176

1.17

327

1.26

402

0.79

110

0.73

192

0.74

258

0.51

140

0.93

149

0.58

164

0.32

81

0.54

297

1.15

359

0.71

114
153

0.76
1.01

187
232

0.72
0.90

456
314

0.90
0.62

283

1.88

500

1.93

548

1.08

0
291

0.00
1.93

8
516

0.03
1.99

28
1017

0.06
2.00

191

1.27

472

1.82

467

0.92

520

3.45

1938

7.48

2417

4.76

51

0.34

353

1.36

536

1.06

1386

9.19

1239

4.78

2061

4.06

61
1043
50
6
555

0.40
6.92
0.33
0.04
3.68

43
2096
62
4
1680

0.17
8.09
0.24
0.02
6.48

141
4385
51
10
1739

0.28
8.63
0.10
0.02
3.42

8

0.05

15

0.06

43

0.08

44
321
15081

0.29
2.13
100

83
506
25910

0.32
1.95
100

215
675
50794

0.42
1.33
100

10
Dunia obat-obatan berkembang semakin cepat mengikuti kualitas dan
kuantitas penyakit yang tidak kalah cepat berkembang. Aspek kehalalan kembali
menjadi kesulitan bagi farmasi yang telah memanfaatkan apa saja, asalkan bisa
memberikan kesembuhan, penggunaan bahan dari babi, organ manusia, dan bahan
haram lainnya. Hingga saat ini jumlah produk obat-obatan yang disertifikasi halal
masih sedikit, yaitu pada 2011 jumlahnya 0%, 2012 jumlahnya 0.03% dan 2013
yaitu 0.06%. Hal ini disebabkan pengkajian mengenai kehalalan obat-obatan ini
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, terutama berkaitan dengan
minimalnya informasi yang bisa diakses masyarakat umum. Pada obat-obatan
yang beredar melalui resep dokter sangat sulit ditelusuri kandungan dan
komposisi bahannya karena akses yang didapatkannya juga sangat terbatas.
Disadari atau tidak, dalam kehidupan wanita sehari-hari tidak bisa terlepas
dari produk kosmetik. Produk perawatan tubuh ini digunakan oleh sebagian besar
wanita mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Oleh karena itu, banyak
perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan akan kosmetik dengan berbagai
macam inovasi produk. Produk kosmetik yang beredar di pasaran nyatanya masih
banyak yang belum mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Namun,
dengan besarnya konsumen Muslim di Indonesia, produk kosmetik mulai banyak
yang sudah mencantumkan label halal, hal ini juga terlihat pada data LPPOM
MUI yaitu pada tahun 2011 jumlah kosmetik memiliki sertifikat halal sebesar
0.74%, meningkat pada tahun 2012 yaitu 3.25% dan pada tahun 2013 sebesar
2.92%.

Analisis Data Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROLSS23000 di Tiap Negara
Dalam sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan penandaan
kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap konsumen umat Islam diseluruh dunia. Negara-negara
produsen akan mengekspor produknya ke negara-negara berpenduduk Islam
termasuk Indonesia. Dalam perdagangan internasional tersebut “label/tanda halal”
pada produk mereka telah menjadi salah satu instrumen penting untuk
mendapatkan akse spasar untuk memperkuat daya saing produk domestiknya di
pasar internasional. Tabel 3 yang menunjukkan perusahaan-perusahaan dari 29
negara yang telah registrasi CEROL-SS2300 tahun 2012 dan 2013.
Dari Tabel 3, terlihat bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah
perusahaan terbanyak yang melakukan registrasi CEROL-SS23000, yaitu dengan
nilai peningkatan sebesar 1191. Saat ini, konsumen Muslim di Indonesia memiliki
kepedulian tinggi terhadap kehalalan barang dan jasa yang mereka konsumsi
(Sucipto 2009). Oleh karena itu, produk pangan yang beredar di Indonesia
semakin banyak yang disertifikasi halal untuk memenuhi permintaan jumlah
produk halal yang semakin meningkat. Selain Indonesia, Cina juga merupakan
negara dengan jumlah perusahaan terbanyak kedua yang melakukan registrasi
CEROL-SS23000, yaitu dengan nilai peningkatan sebesar 307. Hal ini disebabkan
Indonesia dan Cina terus meningkatkan kerja sama ekspor impor sehinga produk
yang masuk ke Indonesia perlu sertifikat halal. Berdasarkan data Badan Pusat

11
Statistik pada tahun 2013, Cina masih menjadi negara pengimpor terbesar
Indonesia yang memberikan peranan sebesar 12.33% (BPS 2013).
Tabel 3 Jumlah Perusahaan yang Melakukan Registrasi CEROL-SS23000 di Tiap
Negara

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Total Perusahaan yang Registrasi
CEROL-SS23000

Negara
Argentina
Australia
Bangladesh
Belgia
Belarus
Cina
Perancis
Jerman
Hongaria
India
Indonesia
Italia
Jepang
Malaysia
Belanda
Selandia Baru
Filipina
Saudi Arabia
Singapura
Spanyol
Swiss
Afrika Selatan
Thailand
Turki
Vietnam
Republik Korea
Sri Langka
Inggris
Amerika Serikat

2012

2013

∆ peningkatan

0
2
0
0
0
6
1
2
0
2
268
0
2
4
1
0
4
0
7
0
2
0
1
0
1
0
0
0
0

2
8
2
2
9
313
7
11
6
36
1459
1
12
19
10
6
7
1
48
1
23
1
10
2
6
23
1
2
1

2
6
2
2
9
307
6
9
6
34
1191
1
10
15
9
6
3
1
41
1
21
1
9
2
5
23
1
2
1

Sumber : LPPOM MUI 2013
Dari Tabel 3 juga terlihat bahwa sebagian besar perusahaan di benua Eropa
dan Amerika, seperti Argentina, Belgia, Italia, Spanyol dan lain-lain mulai
melakukan registrasi CEROL-SS23000. Hal ini menunjukkan bahwa halal mulai
menjadi pusat perhatian dunia. Oleh karena itu, Indonesia dapat menjadi pusat
sertifikasi halal dunia. Indonesia unggul pada faktor sistem sertifikasi yang saat
ini menjadi acuan sertifikasi halal dunia (MUI,2010), potensi pasar yang
merupakan pasar produk halal terbesar di dunia (Kassim, 2009).
Sementara itu, jumlah perusahaan di Singapura yang registrasi CEROLSS2300 juga mengalami peningkatan cukup besar yaitu 41. Hal ini diduga karena
jumlah penduduk beragama Islam di Singapura sekitar 15.3 % dari total penduduk,

12
yang di Singapura menempati rangking ketiga setelah agama Budha dan Taoisme
(Sharon Siddique 1995). Dengan jumlah penduduk beragama Islam yang cukup
besar di Singapura sehingga perusahaan-perusahaan di Singapura mulai banyak
yang registrasi CEROL-SS23000 untuk mensertifikasi halal, agar dapat
memenuhi jumlah permintaan produk halal di Singapura.
Selain itu, India juga memiliki jumlah perusahaan yang registrasi CEROLSS23000 meningkat cukup besar yaitu 34. Hal ini dikarenakan perekonomi India
tumbuh dengan pesat, bahkan India menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi
tercepat kedua setelah Cina (Irwan Suhanda 2007). Salah satu ekspor utama India
adalah produk pertanian, bahan kimia dan farmasi, mineral dan lainnya. Oleh
karena itu, India memerlukan sertifikasi halal produk yang dihasilkannya agar
dapat mengekspor ke negara-negara yang merpersyaratkan adanya sertifikat halal,
salah satunya adalah negara Indonesia.

Mempelajari Sistem CEROL-SS23000 dan Aplikasinya Untuk Industri
Pangan
Sistem CEROL-SS23000 dibuat dengan banyak keunggulan, yaitu waktu
proses sertifikasi lebih cepat, dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi
secara real time, dapat mengunduh sertifikat halal dari sistem, tidak ada batas
waktu dalam pengisian data sehingga dapat dikerjakan secara bertahap, dan yang
paling unggul adalah bisa mengurangi penggunaan kertas. Selain itu, sertifikasi
halal CEROL-SS23000 juga dapat melayani pengajuan approval bahan jika
terdapat penggantian bahan selama masa berlakunya sertifikat halal, pengiriman
laporan berkala sebagai bentuk komitmen untuk menjaga kehalalan produk, dan
dapat mencari nomor sertifikat halal dari produk yang telah disertifikasi.
Tingkat kemudahan aplikasi sistem CEROL-SS23000 bagi perusahaan yang
sertifikasi halal produk dipelajari melalui survei kepada perusahaan. Kuesioner
dibuat dengan 15 pertanyaan yang akan dijawab melalui 5 skala yaitu sangat tidak
setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) dan sangat setuju (5). Kuesioner
disebarkan ke pelatihan LPPOM MUI dan dengan mengirim email ke perusahaan,
dan kuesioner berhasil beredar pada 1 perusahaan kecil, 11 perusahaan menengah,
dan 5 perusahaan besar.Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan data hasil
penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, rata-rata jawaban pertanyaanpertanyaan perusahaan menengah dan perusahaan besar adalah pada skala 4
(setuju). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menengah dan perusahaan besar
menganggap aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan
memperoleh sertifikat halal. Pada perusahaan kecil diperkirakan rata-rata jawaban
pertanyaan adalah tidak setuju-netral. Hal ini dikarenakan UKM kurangnya
kesadaran dan adanya persepsi bahwa penggunaan TI (teknologi informasi) akan
menyebabkan biaya tinggi sehingga lebih memilih jalur yang sudah biasa
dilaluinya daripada melalui jalur baru yang sebenarnya lebih singkat dan efisien
(Dans 2001). Pada kenyataannya, hasil pengisian kuesioner rata-rata jawaban
pertanyaan pada skala 4.2 (setuju). Hal ini menunjukkan perusahaan kecil setuju
aplikasi sistem CEROL-SS23000 memudahkan perusahaan memperoleh sertifikat
halal.

13
Tabel 4 Penilaian responden terhadap penerapan sistem CEROL dalam proses
sertifikasi halal oleh LPPOM MUI
Pertanyaan
Pengetahuan aplikasi CEROL
Pembacaaan User Manual CEROL terlebih dahulu
User Manual CEROL sangat informatif
Sistem CEROL lebih mudah digunakan
Kemudahan sistem CEROL untuk memperoleh sertifikat halal
Waktu penerbitan sertifikat halal lebih singkat
Tidak ada kendala dalam berkomunikasi melalui CEROL
Pemberian respon cepat terhadap registrasi perusahaan
Pelayanan melalui CEROL sudah baik
Tidak ada kendala ketika sign-up/logn in dalam CEROL
Tidak ada kendala ketika registrasi di CEROL
Tidak ada kendala dalam pembayaran registrasi
Tidak ada kendala dalam mengupload data
Tidak ada kendala dalam pembayaran akad
Tidak ada kendala dalam monitoring proses sertifikasi halal

Rata-rata

Perusahaan
Kecil

Perusahaan
Menegah

Perusahaan
Besar

4
3
3
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4.2

3.8
3.9
3.9
4.3
4.4
3.9
3.2
3.9
3.8
4.4
3.8
4.5
3.9
4.4
4.3
4.0

3.8
3.8
3.8
4.4
4.6
4.4
3.6
4.2
4.4
4.6
3.8
4.0
3.2
3.8
3.6
4.0

Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat setuju

Selain itu, pada kuesioner juga ada 5 pertanyaan tambahan. Berdasarkan 5
pertanyaan tambahan tersebut diketahui bahwa perusahaan-perusahaan
mengetahui adanya sistem CEROL-SS23000 melalui internet dan pelatihan dari
LPPOM MUI. Perusahaan-perusahaan juga mengakui kelebihan dari sistem
CEROL-SS23000, yaitu dapat mengajukan permohonan sertifikasi halal dimana
saja, tidak menggunakan banyak waktu. Selain itu, ada beberapa perusahaan juga
mengakui kelebihannya, yaitu menghemat penggunaan kertas, mendapat update
informasi secara otomatis dan online, dapat mengetahui dengan jelas sampai mana
proses sertifikasi halal berjalan dengan adanya menu view history, proses
monitoring lebih mudah.
Perusahaan berharap fitur-fitur dalam CEROL-SS23000 bisa dibuat lebih
menarik, waktu respon dapat dipercepat pada saat pre-audit, perbaikan dalam
waktu meng-upload dokumen, perusahaan menganggap masih terlalu lama waktu
yang dibutuhkan untuk meng-upload dokumen. Ketika meng-upload data mudahmudahan tidak error karena pengalaman perusahaan ketika meng-upload dokumen,
kadang-kadang sistem CEROL-SS23000 tiba-tiba error sehingga harus logn in
kembali agar dapat meng-upload dokumen. Perusahaan berharap personil untuk
konsultasi mengenai CEROL-SS23000 diperbanyak, karena perusahaan
mengalami kesulitan ketika menghubungi, sering tidak di tempat dan tidak ada
personil lain sebagai penggantinya, dan mohon agar konsultasi melalui email
dapat direspon tanpa harus dihubungi melalui telepon. Selain itu, sebaiknya ada
dialog box antara pihak perusahaan dengan pihak LPPOM MUI untuk bertanya
mengenai masalah dalam mengurus sertifikasi halal. Kuota untuk meng-upload
data dapat ditambahkan (sistem selain Microsoft Word, seperti PDF atau JPEG),

14
karena meng-upload membutuhkan waktu yang lama dan sering gagal.
Komunikasi yang berkaitan dengan sertifikasi halal, izin penggunaan bahan baru,
dan komunikasi lainnya dapat diintegrasikan dengan sistem CEROL-SS23000,
agar history komunikasi terdokumentasi dengan baik, meskipun ada pergantian
personil (karena adanya turn over karyawan), karyawan baru dapat mengetahui
history sebelumnya.
Harapan perusahaan mengenai sistem CEROL-SS23000 tidak hanya sebagai
sistem untuk pengajuan SH (sertifikat halal) saja, tetapi juga dapat mengakses SH
produk perusahaan ingin cari tahu seperti dalam daftar produk halal. Apabila ada
revisi dalam User Manual CEROL-SS23000 dapat diinformasikan melalui
CEROL-SS23000 ke perusahaan yang telah registrasi di CEROL-SS23000, dan
ditambahkan infomasi di User Manual CEROL-SS23000 lebih spesifik dan
kompleks agar ketika ada kendala tidak harus melalui email atau telepon.
Perusahaan berharap adanya penambahan fitur misalnya Notification List,
sehingga tidak perlu membuka satu persatu menu ( Material List, Produk List,
Matrix List), adanya menu yang dapat menghapus informasi bahan dalam jumlah
banyak dan tidak harus menghapus satu persatu, dan adanya penambahan fitur
daftar rincian biaya proses sertifikasi halal. Semoga pihak LPPOM MUI
melakukan sosialisasi secara berkala agar sistem Cerol SS-23000 selalu dipahami
dan selalu update informasi terbaru. Namun, ada juga pernyataan dari salah satu
perusahaan bahwa User Manual CEROL-SS23000 sangat informatif, dan mudah
dipahami.

Uji Implementasi SJH dan CEROL-SS23000 di Kantin Sapta-Fateta-IPB
Kantin Sapta-Fateta-IPB berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian
IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan
makanan dan minuman. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang terjamin
kehalalannya, kantin Sapta mengajukan sertifikasi halal di LPPOM MUI. Proses
sertikasi halal memerlukan penyusunan dan penerapan dari Manual SJH sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh sertifikat halal. Manual SJH adalah
sistem manajemen terintergrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk
mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur
dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan
persyaratan LPPOM MUI. Kantin Sapta-Fateta-IPB menyusun Manual SJH
berdasarkan buku “Persyaratan Sertifikasi Halal HAS 23000” yang dikeluarkan
oleh LPPOM MUI. Penyusunan Manual SJH mencakup sebelas (11) kriteria
sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI yaitu kebijakan halal, tim manajemen
halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, prosedur tertulis
aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi
kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen.
Selain menerapkan SJH, kantin Sapta-Fateta-IPB juga harus mengikuti
kebijakan dan prosedur sertifikasi halal yang ditetapkan LPPOM MUI dalam
dokumen HAS 23000:2. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah melakukan pendaftaran
dan pembuatan username agar kantin dapat masuk ke aplikasi CEROL-SS23000,
dan melakukan login untuk dapat masuk ke tahap mengupload dokumen halal
yang diperlukan selama proses sertifikasi halal. Proses mengupload dokumen
halal kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil melewati tahap List of Product yaitu

15
mengupload nama 22 kios yang berada di kantin. Langkah berikutnya kantin
mendaftarkan bahan yang digunakan untuk seluruh kios-kios di kantin yang akan
disertifikasi. Selanjutnya kantin akan mengupload matriks produk yang
menunjukkan bahan yang digunakan untuk semua makanan di setiap kios di
kantin. Kantin Sapta-Fateta-IPB sedang melengkapi dokumen halal setelah
menerima audit memorandum dari pihak LPPOM MUI.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Halal telah menjadi perhatian dunia, penduduk Muslim di dunia semakin
meningkat. Perusahaan pangan mulai menyadari pentingnya sertifikasi halal,
sehingga jumlah perusahaan pangan yang mendaftar untuk sertifikasi halal
semakin meningkat. Negara Indonesia paling banyak perusahaan yang sertifikaasi
halal, dan Cina juga merupakan negara dengan jumlah perusahaan paling banyak
kedua setelah Indonesia yang disertifikasi halal. Selain itu, negara-negara yang
berkembang seperti United Kingdom dan United State of America juga mulai
mendaftarkan diri untuk disertifikasi halal produk pangan. Saat ini, tidak hanya
produk pangan yang disertifikasi halal, tapi produk obat-obatan dan kosmetik juga
mulai menyadari pentingnya halal bagi konusmen Muslim. Saat ini LPPOM MUI
telah menyediakan sistem pelayanan sertifikasi halal secara online (CEROLSS23000), dan diakui oleh perusahaan pangan yaitu proses sertifikasi halal lebih
mudah, cepat dan dapat menghemat waktu. Kantin Sapta-Fateta-IPB telah berhasil
registrasi di CEROL-SS23000 dan sedang dalam tahap pemberitahuan jadwal
audit dari pihak LPPOM MUI.
Saran
LPPOM MUI lebih mendorong pentingnya sertifikasi halal dan mengadakan
sistem pelatihan khusus untuk Rumah Potong Hewan (RPH), karena RPH masih
sedikit yang memiliki sertifikat halal dengan kerja sama dengan dinas terkait atau
pemerintah daerah.
Vietnam telah memiliki lembaga sertifikasi halal, namun lembaga ini masih
belum terbentuk yang lengkap yaitu belum memiliki tenaga ahli, belum memiliki
prosedur sertifikasi halal yang lengkap. Lembaga ini bekerja dengan tenaga yang
berasal dari orang-orang yang mendalami syariah Islam, dan berjalan dengan
prinsip-prinsip yang berdasarkan hukum Islam. Lembaga sertifiksi halal di
Vietnam diharapkan akan bisa membangun lembaga sertifikasi halal yang
memiliki prosedur sertifikasi yang lengkap; memiliki tenaga ahli bidang kimia,
biologi, teknologi pangan dan sebagainya; dan jika perlu diaplikasikan 11 kriteria
SJH dari LPPOM MUI yang sangat lengkap dan dapat menjaga konsistensi untuk
menghasilkan produk yang halal.

16

DAFTAR PUSTAKA
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2013.
Customer User Manual-Manufacturing [terhubung berkala] http://www.elppommui.org/documents/Manual-CEROL-Manufacturing
3.0.pdf
(3
Januari 2013).
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2013.
Surat Keputusan LPPOM MUI tentang Kategori Produk Perusahaan
Pendaftar Sertifikat Halal MUI dan Proses Sertifikasi Halal MUI
Berdasarkan Tingkat Kritis Bahan dan Tingkat Kesulitan Penelusuran
Kehalalannya. Bogor (ID): LPPOM MUI
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika. 2012.
HAS 23000 Persyaratan Sertifikasi Halal. Bogor (ID): LPPOM MUI
[PRC] Pew Research Center. 2011. The Future of Global Muslim Population:
Projections for 2010-2030. [terhubung berkala] http://pewresearch.org/
pubs/1872/muslim-population-projectionsworldwide-fast-growth (3 Januari
2011).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia Tahun 2007. Jakarta
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik. No. 17/03/Th. XVI, 1
Maret 2013
Dans E. 2001. IT Responsiveness in Small and Medium Enterprise: It Pays to Be
on Top IT. Instituto de Empresa Mario de Molina.
Eriyatno. 2011. Membangun Ekonomi Komparatif. PT. Elex Media Komputindo
Jakarta.
Essoo, Nittin, Dibb, Sally. 2004. Religious influences on shopping behaviour: an
exploratory study.Journal of Marketing Management 1(5):75
Girindra, Aisjah. 2006. Menjamin Kehalalan dengan Label Halal.Persfektif Food
Review Indonesia Vol.1 No 9.hal.12-13. Bogor.
Osmena G. 2011. Industri Falvor Dituntut Lebih Inovatif. [terhubung
berkala]http://www.foodreview.biz/
preview.php?view2&id=56604#.UXIdEEqkNc (20April2011)
Hakim Lukmanul. 2010. Masih Sedikit RPH Bersertifikat Halal. [terhubung
berkala]
http://www.arrahmah.com/read/2010/02/08/6862-lppom-muimasih-sedikit-rph-bersertifikasi-halal.html (27 Mei2013)
Haug IJ, Draget KI.