Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor

ANALISIS FINANSIAL AGROFORESTRI KAYU AFRIKA
DAN RUMPUT ODOT DI DESA CILEUKSA,
KECAMATAN SUKAJAYA,
KABUPATEN BOGOR

GINA LUGINA APRILINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Finansial
Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Gina Lugina Aprilina
NIM E14100020

ABSTRAK
GINA LUGINA APRILINA. Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan
Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Agroforestri merupakan pola tanam pada hutan rakyat yang banyak
dikembangkan di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupatem Bogor.
Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis secara finansial budidaya rumput
odot dan kayu afrika dan dibandingkan dengan sistem monokultur kayu afrika,
sistem pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta
agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting, dan mengevaluasi tingkat
sensitivitas biaya dan harga jual produk dalam sistem pengelolaan agroforestri
rumput odot dan kayu afrika. Sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan

kayu afrika di Desa Cileuksa layak diusahakan karena memiliki nilai NPV sebesar
Rp 10.765.425, BCR sebesar 2,44, dan nilai IRR 73%. Kondisi saat ini, sistem
pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika dianggap kurang menarik
dibandingkan dengan sistem pengelolaan agroforestri kayu afrika dan sengon
dengan cabai keriting (Capsicum annum L) pada hutan rakyat di Desa Cileuksa.
Kata kunci : agroforestri, analisis finansial, kayu afrika, rumput odot
ABSTRACT
GINA LUGINA APRILINA. Agroforestry Financial Analysis of Kayu Afrika and
Odot Grass Cultivation in Management System at Cileuksa Village, Sukajaya
Sub-district, Bogor Regency. Supervised by DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Agroforestry is a kind of private forest planting system that is widely
applied in Cileuksa Village, Sukajaya Sub-district, Bogor Regency. The purposes
of this research are to determine the financial feasibility of odot grass and kayu
afrika with agroforestry systems, and to compare this system with monoculture
kayu afrika, private forest mixed sytem kayu afrika and sengon, and agroforestry
system kayu afrika and sengon with cabai keriting, and to evaluated sensitivitas
analysis level from cost and price products. Private forest management with
agroforestry systems in Cileuksa Village, Sukajaya Sub-district, Bogor Regency is
worth to develope because the NPV that reached of Rp 10.765.425, BCR is 2,44
and IRR is 73%. At the current situation, agroforestry management system of

odot grass and kayu afrika cultivation is less attractive compare with agroforestry
system kayu afrika and sengon with cabai keriting (Capsicum annum L)
management system of private forest in Cileuksa Village.
Keywords : agroforestry, financial analysis, kayu afrika, odot grass

ANALISIS FINANSIAL AGROFORESTRI KAYU AFRIKA
DAN RUMPUT ODOT DI DESA CILEUKSA,
KECAMATAN SUKAJAYA,
KABUPATEN BOGOR

GINA LUGINA APRILINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di
Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor
Nama
: Gina Lugina Aprilina
NIM
: E14100020

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya dan segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput
Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor” dengan
baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan, di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat,
MSc.F.Trop selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar mendidik hingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, Dr. Ir. Muhdin, M.Sc selaku ketua
sidang dan Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Mama dan Almarhum
Bapak, Kakak dan Adik tersayang atas segala bentuk motivasi dan ketulusan
do‟anya untuk penulis. Penghargaan sebesar-besarnya tak lupa penulis sampaikan
kepada Pak Efen dan keluarga, Camat Sukajaya dan Kepala Desa Cileuksa beserta
staf yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk
melaksanakan tugas akhir. Ucapan terima kasih juga terlimpahkan kepada Kak

Bergas, Kak Sonya, dan Kak Ruri yang telah membantu dalam pengambilan data
dan pengolahan data, serta sahabat-sahabatku Keke, Maytie, Lia, Rini, Risty, dan
Endro, teman-teman MNH 47, teman-teman Lorsev A3, dan para penghuni wisma
Az-zahra Bara 6, yang telah memberikan semangat dan do‟a pada penulis serta
seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
ataupun penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak dalam rangka pengembangan agroforestri yang lebih
baik.

Bogor, Agustus 2014
Gina Lugina Aprilina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Sasaran Penelitian

2

Jenis dan Sumber Data


3

Metode Pengambilan Contoh

3

Metode Pengolahan dan Analisis Data

3

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5

Letak Desa Cileuksa

5

Pembagian Tata Guna Lahan


6

Kependudukan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Karakteristik Responden

6

Sistem Pengelolaan Agroforestri

7

Analisis Finansial


11

Analisis Sensitivitas

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

29

vi

DAFTAR TABEL
1 Karakteristik responden berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan
2 Rekapitulasi Cash flow pada sistem pengelolaan agroforestri rumput
odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran
kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan
tanaman sela cabai keriting
3 Analisis sensitivitas sitem pengelolaan agroforestri rumput odot dan
kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu
afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan
tanaman sela cabai keriting
4 Lanjutan analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput
odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran
kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan
tanaman sela cabai keriting

6

11

13

14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Hasil panen kayu afrika
Hasil pemanenan rumput odot
Proses pengangkutan kayu afrika dan sengon
Proses pengankutan rumput odot

9
9
10
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot
dan kayu afrika
2 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu afrika
3 Biaya pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon
4 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu afrika
dan sengon dengan cabai keriting
5 Lanjutan biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri
kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting
6 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput
odot dan kayu afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
7 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem
agroforestri rumput odot dan kayu afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
8 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu
afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
9 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem
monokultur kayu afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
10 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem
monokultur kayu afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
11 Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon
(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
23

12 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan
sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
13 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan
sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
14 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan
sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
15 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu
afrika dan sengon dengan cabai keriting (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)
16 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem
agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting (Rp/ha/tahun)
(x Rp 1.000)
17 Hutan rakyat sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu
afrika di Desa Cileuksa
18 Hutan rakyat sistem pengelolaan monokultur kayu afrika di Desa
Cileuksa
19 Kegiatan penebangan hutan rakyat sistem pengelolaan campuran kayu
afrika dan sengon di Desa Cileuksa
20 Kegiatan focus group discussion (FGD) yang dilakukan oleh kelompok
tani agroforestri rumput gajah dan kayu afrika dengan KSKP IPB

24
24
25
25

26
27
27
28
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi hutan alam menyebabkan produksi kayu semakin menurun,
sedangkan permintaan kayu semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk di Indonesia. Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Hakiem et al. (2010), manfaat yang
diperoleh dari pembangunan hutan rakyat dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial,
yaitu berupa peningkatan pendapatan petani hutan rakyat, pelaku pemasaran kayu
rakyat, produktivitas lahan, kelestarian fungsi ekologi seperti pengaturan tata air,
udara bersih, pengendalian erosi, pembentukan iklim makro dan mikro, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Manfaat tersebut mendorong
berkembangnya hutan rakyat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Terdapat
berbagai macam pola tanam hutan rakyat dapat diaplikasikan pada luasan tertentu.
Agroforestri merupakan salah satu bentuk dari pola tanam hutan rakyat yang
banyak diaplikasikan di Pulau Jawa. Badan Pusat Statistik (BPS) (2012)
menyatakan bahwa luas kawasan hutan Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 ha
atau sebesar 28,12% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan
fungsinya, dari 84.047,02 ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67% atau seluas
25.912,29 ha merupakan Hutan Produksi dan sisanya sebesar 19,45% atau seluas
58.134,73 ha merupakan Hutan Lindung.
Desa Cileuksa merupakan salah satu desa yang menerapkan sistem
agroforestri. Sistem agroforestri banyak dikembangkan di Desa Cileuksa, salah
satu diantaranya adalah agroforestri kayu afrika dengan tanaman sela rumput odot.
Penanaman rumput odot (Pennisetum purpureum, cv. mott) sebagai tanaman sela
dilakukan karena pertimbangan kesesuaian lahan, dan jangka waktu panen rumput
odot relatif singkat (dapat dipanen 4-6 kali per tahun) sehingga diduga dapat
menambah penghasilan petani. Rumput odot juga telah memiliki tempat
pemasaran untuk memasok kebutuhan pakan bagi peternakan di sekitar Bogor,
dengan demikian peluang memperoleh keuntungan dari pengusahaan sistem
pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika diduga lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sistem pengelolaan hutan rakyat lain yang
diterapkan. Analisis finansial dibutuhkan untuk memberikan gambaran pada
petani tentang keuntungan finansial pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri
rumput odot dan kayu afrika dibandingkan dengan beberapa sistem hutan rakyat
yang diterapkan seperti monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu
afrika dan sengon, dan sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai
keriting, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi persepsi petani dalam memilih
sistem pengelolaan hutan rakyat.

Perumusan Masalah
Sistem penanaman hutan rakyat yang diterapkan di Desa Cileuksa,
Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor pada awal penanaman sebagian besar
diterapkan secara monokultur. Sistem monokultur yang diterapkan oleh petani

2
diduga kurang optimal sehingga perlu adanya gagasan dan upaya untuk
mengoptimalkan nilai lahan untuk menambah pendapatan petani. Salah satu
gagasan dan upaya yang dapat mengatasi hal tersebut yaitu penerapan sistem
agroforestri.
Perlu adanya penelitian tentang keuntungan pengusahaan
penanaman tanaman rumput odot dan kayu afrika.
Resiko-resiko yang
memengaruhi ketidakpastian dalam pengusahaan perlu diketahui untuk menekan
tingkat kegagalan dalam pengusahaan.

Tujuan Penelitian
1.

2.

3.

Menganalisis secara finansial usaha budidaya rumput odot dan kayu afrika
pada hutan rakyat sistem agroforestri di Desa Cileuksa, Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor,
Menganalisis secara finansial perbedaan sistem pengelolaan agroforestri
rumput odot dan kayu afrika dibandingkan dengan sistem monokultur kayu
afrika, sistem pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon,
serta sistem agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting,
Mengevaluasi tingkat sensitivitas biaya dan harga jual produk dalam sistem
pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran keuntungan secara
finansial usaha agroforestri agar petani tetap mempertahankan sistem tersebut.
Penelitian juga diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak-pihak tertentu
terkait pengelolaan hutan rakyat agar dapat memberikan ide-ide baru untuk
melestarikan hutan rakyat.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Analisis Finansial Budidaya Rumput Odot dan Kayu Afrika pada
Sistem Pengelolaan Agroforestri dilaksanakan di Desa Cileuksa, Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei 2014. Desa
Cileuksa dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa tersebut merupakan desa
penelitian dan pengembangan rumput odot yang baru diusahakan oleh Direktorat
Kajian Strategik dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB, dan lokasi penelitian tidak
terlalu jauh dari areal kampus IPB.
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah petani pemilik dan penggarap lahan di Desa
Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang

3
menerapkan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, sistem monokultur
kayu afrika, sistem hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta sistem
agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner dan diskusi
grup terfokus/ focus group discussion (FGD) dengan pihak KSKP IPB (Lampiran
16). Data sekunder diperoleh dari dokumen atau laporan di instansi-instansi yang
berhubungan dengan penelitian, seperti data kondisi umum lokasi penelitian, data
potensi dan penyebaran hutan rakyat di Desa Cileuksa, dan data lainnya. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Teknik observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung
terhadap objek penelitian, dengan metode ini diharapkan dapat melihat, dan
memahami gejala sosial yang diteliti.
2.
Teknik survei
Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung
pada responden berupa diskusi grup terfokus (FGD). Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur sesuai dengan daftar kuesioner dan wawancara
secara bebas tanpa kuesioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan
dengan penelitian.
3.
Studi pustaka
Data ini diperoleh dengan mempelajari literatur, laporan, karya
ilmiah, hasil penelitian, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian.

Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh untuk responden dilakukan secara acak. Kriteria
responden yang diambil merupakan petani pemilik dan penggarap hutan rakyat di
Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor berjumlah 9 orang yang
merepresentasikan beberapa pola tanam, yang meliputi: 3 orang petani hutan
rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, 3 orang petani
hutan rakyat sistem monokultur kayu afrika, 2 orang petani hutan rakyat sistem
campuran kayu afrika dan sengon, dan 1 orang petani hutan rakyat sistem serta
sistem agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis finansial
Indikator yang digunakan untuk mengetahui manfaat secara finansial adalah
sebagai berikut:
1.
Nilai sekarang bersih (Net Present Value/ NPV)

4
Suatu kegiatan penjualan suatu produk akan dikatakan
menguntungkan bila memiliki nilai NPV yang positif atau NPV ≥ 0 dan
sebalikanya, formula NPV yang digunakan diacu dalam Gittinger (1986),
sebagai berikut:
NPV =
Keterangan:
NPV = Net Present Value
Bt
= keuntungan pada tahun ke-t
Ct
= biaya pada tahun ke-t
n
= umur ekonomis dalam suatu pengusahaan
i
= suku bunga yang berlaku
2.

Rasio manfaat- biaya ( Benefit Cost Ratio/ BCR)
Formula dari BCR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):
BCR =

Keterangan:
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt
= keuntungan pada tahun ke-t
Ct
= biaya pada tahun ke-t
n
= umur ekonomis dalam suatu pengusahaan
i
= suku bunga yang berlaku

3.

Kegiatan usaha atau proyek dikatakan menguntungkan apabila nilai
dari BCR > 1, dan suatu kegiatan penjualan produk dikatakan mengalami
kerugian dan tidak layak jika BCR < 1 dan jika BCR = 1 maka kegiatan
penjualan tersebut tidak mengalami kerugian dan tidak pula menguntungkan.
Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR)
Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase
keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Adapun formula untuk
menentukan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):
IRR = i (+) +

NPV (+)
NPV (+) – NPV(-)

Keterangan:
IRR
NPV(+)
NPV(-)
i(+)
i(-)

[ i(-) – i(+)]

= Internal Rate of Return
= NPV bernilai positif
= NPV bernilai negatif
= suku bunga yang membuat NPV positif
= suku bunga yang membuat NPV negatif

5
Asumsi dasar penelitian
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat Ritel yang berlaku di Bank Jawa
Barat-Banten (BJB-Banten) pada 30 April 2014 sebesar 13%.
2.
Sumber modal seluruhnya adalah modal sendiri.
3.
Satuan yang digunakan adalah Rupiah/ha/tahun.
4.
Umur yang digunakan dalam penghitungan analisis kelayakan masingmasing sistem pengelolaan menggunakan data tebang butuh tanaman Kayu
afrika dengan jangka waktu pengusahaan selama 10 tahun.
5.
Pendapatan dari rumput odot dihitung sesuai periode panen.
6.
Semua harga input dan output yang digunakan dalam analisis ini
berdasarkan harga yang berlaku selama tahun penelitian, dengan harga
konstan selama usaha.
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik analisis yang menguji sejauh
mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktor-faktor
yang berpengaruh (Nugroho 2013). Adapun skenario yang digunakan dalam
analisis sensitivitas dilakukan pada beberapa skenario produksi agroforestri
rumput odot dan kayu afrika, tanaman monokultur kayu afrika, hutan rakyat
campuran kayu afrika dan sengon, serta agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai
keriting. Analisis sensitivitas yang digunakan pada skenario tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung NPV, BCR, dan IRR apabila terjadi kenaikan biaya total
produksi sebesar 10%.
2. Menghitung NPV, BCR, dan IRR apabila terjadi penurunan harga pasar
sebesar 10%.
Menurut Ibrahim (2009), penentuan persentase untuk analisis sensitivitas
tidak ditentukan pada angka tertentu karena segala kemungkinan (resiko-resiko)
dapat terjadi.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Desa Cileuksa
Secara administratif Desa Cileuksa termasuk dalam wilayah Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah keseluruhan Desa
Cileuksa adalah 2.475,60 ha dengan batas desa antara lain sebelah Utara yaitu
Desa Jugalaya, Kecamatan Jasinga, sebelah Selatan yaitu Desa Cisarua,
Kecamatan Sukajaya, sebelah Barat yaitu Desa Banjarsari, Provinsi Banten, dan
sebelah Timur yaitu Desa Pasir Madang.
Topografi Desa Cileuksa sebagian besar memiliki tingkat kecuraman agak
curam hingga sangat curam. Curah hujan rata-rata di tempat ini sekitar 2.401,5
mm per tahun atau rata-rata per bulan 200,1 mm dengan jumlah hari hujan
sebanyak 161 hari. Berdasarkan kriteria iklim dari Schmidt dan Ferguson, dengan

6
melihat bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah, Desa Cileuksa termasuk ke
dalam iklim A dengan nilai Q sebesar 11,1% yang artinya daerah tersebut sangat
basah (Desa Cileuksa 2011).
Pembagian Tata Guna Lahan
Lahan yang digarap oleh masyarakat di Desa Cileuksa merupakan lahan
eks-HGU perkebunan cengkeh PT. Pasir Madang atau lahan “eks-HGU” dan
lahan bekas penjajahan Belanda atau lahan “garapan 45”. Pembagian lahan harus
diketahui dan disahkan oleh Aparat Desa. Pembagian tata batas lahan ditentukan
sendiri oleh masyarakat.
Kependudukan
Berdasarkan Data Umum Desa Cileuksa yang dikeluarkan bulan Februari
tahun 2013, terdapat 2036 KK (kepala keluarga) dengan jumlah penduduk desa
sebanyak 7139 jiwa, terdiri dari 3633 laki-laki dan 3506 perempuan. Penduduk di
Desa Cileuksa merupakan penduduk asli (Desa Cileuksa 2013). Menurut
Sayogyo (1998), Penduduk asli merupakan orang-orang yang turun-temurun
tinggal di suatu daerah (kampung, desa, dan sebagainya).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Responden adalah petani pemilik dan penggarap lahan garapan di Desa
Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Hasil observasi di lokasi
penelitian, pola tanam yang diterapkan di lahan garapan diantaranya meliputi
sistem monokltur, hutan rakyat campuran, dan sistem agroforestri. Pola tanam di
hutan rakyat Desa Cileuksa dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang banyak
tumbuh di Desa Cileuksa, seperti kayu afrika, sengon, jabon, pisang, singkong,
nanas, rumput odot, dan lain sebagainya.
Pola tanam agroforestri rumput odot dan kayu afrika diusahakan oleh 3 dari
9 orang responden pemilik dan penggarap lahan. Luas lahan di Desa Cileuksa
beragam, dan pola tanam yang diusahakan oleh petani juga beragam.
Karakteristik responden berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik responden di Desa Cileuksa berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan,
tahun 2014
Responden
Total luas lahan
Pola tanam
(Orang)
(ha)
3
Agroforestri rumput odot dan kayu afrika
8,0
Monokultur kayu afrika

3

4,5

Campuran sengon dan kayu afrika
Agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai
keriting

2

2,2

1

3,0

7
Berdasarkan Tabel 1, sebanyak 3 responden mengusahakan pola tanam
agroforestri rumput odot dan kayu afrika pada luas lahan terbesar yaitu 8,0 ha.
Lahan dengan luas beragam didapat dari lahan warisan „garapan 45‟ dan lahan
„eks- HGU‟. Pola tanam beragam dengan luas lahan tertentu menunjukkan bahwa
responden yang merupakan petani pemilik dan penggarap bertujuan untuk
mendapatkan pendapatan lebih besar dengan upaya mengoptimalkan nilai lahan.
Salah satu cara memaksimalkan nilai lahan yaitu dengan cara penanaman sistem
agroforestri. Perbandingan dilakukan dengan hasil penelitian Ariani (2013), pola
tanam agroforestri salak dan sengon di Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono,
Kabupaten Wonosobo dapat diketahui bahwa pengusahaann agroforestri tetrsebut
menghasilkan nilai tambah lahan pada hutan rakyat yang diusahakan petani.

Sistem Pengelolaan Agroforestri
Pengelolaan hutan rakyat Desa Cileuksa sebagian besar menerapkan sistem
monokultur dengan komoditas utama kayu afrika (Lampiran 18), sengon, jabon,
dan jati. Pemilihan jenis kayu afrika dan sengon sebagai bahan penelitian di Desa
Cileuksa dikarenakan mayoritas lahan ditanami jenis tersebut, sedangkan jabon
dan jati merupakan jenis tanaman yang baru diusahakan dan sebagian besar petani
sudah memiliki pasar bagi pemasaran hasil kayunya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka sistem pengelolaan
monokultur dapat ditambah dengan tanaman sela berupa tanaman pertanian,
perkebunan, maupun peternakan. Sistem pengelolaan tersebut dikenal dengan
istilah agroforestri. Agroforestri merupakan bentuk dari hutan rakyat dengan
kriteria pola tanam tanaman kehutanan (pohon) yang ditambahkan dengan
tanaman sela berupa tanaman pertanian, perkebunan, atau tanam peternakan
(Fakultas Kehutanan 2000). Pengelolaan agroforestri sudah lama berkembang di
Desa Cileuksa dengan tanaman sela cabai, namun dikarenakan ketidakpastian
(pengaruh cuaca, iklim, dan lain sebagainya) yang tinggi dalam menanam cabai,
maka petani memilih untuk menggantinya dengan tanaman pertanian lain seperti
pisang, singkong, nanas, dan rumput odot. Dalam bahasan ini diamati sistem
hutan rakyat dalam pengelolaan agroforesri rumput odot dan kayu afrika
(Lampiran 17).
Kegiatan pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika ini sebagian
besar dilakukan sendiri oleh petani karena responden merupakan petani pemilik
dan penggarap lahan yang ada di Desa Cileuksa. Program tersebut baru
diusahakan oleh kelompok tani yang berangotakan 10 orang dengan bimbingan
dan kerjasama dengan Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian
(KSKP) IPB berupa bibit rumput odot, pupuk urea, dan dana. Pembudidayaan
tanaman rumput odot sebagai hijauan pakan ternak sangat diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan daging. Menurut Solihat (2013), faktor ketersediaan
hijauan pakan ternak menjadi salah satu penentu utama untuk mendongkrak
populasi ternak Ruminansia di Jawa Barat. Tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
petani dalam pengelolaan dengan sistem agroforestri adalah sebagai berikut :
1
Penyiapan lahan
Kegiatan penyiapan lahan yang dilakukan oleh petani di Desa
Cileuksa berupa pembersihan lahan, pembuatan terasering, dan pembutan

8

2

3

4

5

6

lubang tanam. Sedangkan untuk persiapan lahan penanaman rumput odot
perlu dibuat guludan agar memudahkan penentuan jarak tanam.
Pelaksanaan penyiapan lahan dilakukan oleh petani yang dibantu oleh
anggota keluarga maupun oleh buruh tani.
Menurut hasil wawancara,
dalam 1 ha lahan dibutuhkan 2-3 hari kerja untuk kegiatan ini, dan kegiatan
penyiapan lahan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.
Pengadaan Bibit
Petani di Desa Cileuksa sebagian besar memperoleh bibit kayu afrika
berupa biji atau benih dari lahan milik warga lain, dan bagi petani yang
memiliki modal dan luas lahan yang cukup besar (lebih dari 1 ha)
mendapatkan bibit kayu afrika dari hasil pembelian di toko bibit atau dari
pedagang bibit keliling. Bibit rumput odot didapatkan dari Direktorat
KSKP IPB secara gratis.
Penanaman
Penanaman yang dilakukan di lahan milik dan garapan Desa Cileuksa
dilakukan secara langsung setelah pembuatan lubang tanam selesai. Dari
500 benih yang ditanam per hektar, seluruhnya dapat tumbuh dengan baik.
Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara dengan responden. Faktor
tempat tumbuh yang sesuai membuat benih-benih kayu afrika tersebut
mudah tumbuh walaupun dalam pelaksanaannya tidak menggunakan jarak
tanam yang ketat maupun perlakuan yang intensif. Tempat tumbuh
diklasifikasikan sesuai apabila tanaman yang ditanam pada suatu areal dapat
tumbuh dengan baik, yaitu tanaman dapat berkecambah dan menjadi semai
dengan batang, daun dan akar sudah terlihat.
Sebagian besar petani mengakui kesulitan dalam mengukur jarak
tanam yang dianjurkan dalam penanaman rumput odot, hal ini dikarenakan
ketiadaan alat ukur dan kondisi lapang yang berbukit. Hal ini menyebabkan
proses penanaman rumput odot dilakukan tidak sesuai prosedur dan
menyebabkan hasil panen rumput odot jauh dari prediksi.
Pemeliharaan
Rumput odot dan kayu afrika tidak perlu dipelihara dengan intensitas
yang tinggi karena akan memerlukan korbanan baik berupa tenaga maupun
biaya yang dapat mengurangi pendapatan petani. Hal ini mendorong petani
untuk tidak melakukan penjadwalan khusus pada kegiatan pemelihara.
Pemberantasan hama dan penyakit
Hasil penelitian melalui wawancara langsung dan pengamatan di
lapangan mengindikasikan bahwa, tidak adanya hama dan penyakit yang
merugikan pada tanaman kayu afrika membuat petani semakin yakin dengan
keuntungan yang akan didapatnya. Sejauh ini hama ulat bulu yang
menyerang daun tanaman kayu afrika dirasa tidak merugikan petani.
Berbeda dengan rumput odot, tanaman yang baru ditanam dapat diserang
oleh hama larva kumbang pada akar rumput odot yang mengakibatkan daun
pada tanaman menjadi kuning dan kerangas.
Pemanenan
Sebagian besar tanaman kayu afrika yang ditanam oleh reponden
dipanen atau ditebang karena desakan kebutuhan. Rata-rata pemanenan
dilakukan sebanyak dua tahun sekali. Seluruh biaya pemanenan ditanggung
oleh pembeli. Pemilik dapat membagi keuntungannya dengan kuli angkut.

9
Pemanenan kayu dilakukan dengan peralatan sederhana beruba gergaji
tangan dengan panjang sekitar 30 cm (Lampiran 15). Pemanenan rumput
odot di lahan petani Desa Cileuksa sangat membuat petani kecewa dan
mersa rugi. Hal ini diakibatkan karena telambatnya pemanenan hingga tiga
bulan lamanya, sehingga membuat rumput semakin tua dan hal tersebut
dapat mengurangi berat rumput. Menurut Niti (2011), pada penanaman
pertama kali rumput odot dapat dipanen pada umur 60-70 hari, dan ciri-ciri
rumput sudah dapat dipanen adalah adanya ruas pada batang yang sudah
berukuran minimal 15 cm. Pemanenan rumput odot dilakukan secara
manual dengan parit dan sabit yang dimiliki oleh petani, dan hasil panen
rumput odot diikat dengan bambu yang dibentuk menyerupai tali ( Gambar
2). Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja pada
saat panen rumput odot ternyata lebih besar dibandingkan dengan
penghasilan yang didapatkan oleh petani. Kegiatan pemanenan rumput odot
pada dasarnya diharapkan dapat menambah pendapatan petani, namun hal
tersebut tidak terjadi dikarenakan pada saat panen rumput odot petani
mempekerjakan beberapa orang tenaga kerja. Tenaga kerja dibutuhkan
karena petani kesulitan memanen sendiri rumput odot yang tumbuh lebih
tinggi atau sejajar dengan tubuh manusia, dan sebagai pengangkut rumput
dari lokasi panen menuju jalur angkut. Upah tenaga kerja dibayar dari hasil
panen rumput odot yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena
biaya untuk mengupah lebih besar dari pendapatan hasil panen rumput odot.
Hal tersebut membuat petani memilih untuk tidak menanam rumput odot
lagi di lahannya.

Gambar 1 Hasil panen kayu afrika

Gambar 2 Hasil pemanenan rumput odot

10
7

Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan pada hasil panen kayu afrika dilakukan
melalui tengkulak atau pembeli menghubungi langsung petani penggarap
lahan. Mayoritas pembeli atau tengkulak membawa hasil panen kayu
dengan menggunakan truk (Gambar 3). Beberapa petani yang biasanya
menjual kayu dengan cara ditebang terlebih dahulu menjadi log kemudian
ditumpuk di pinggir jalan raya (Gambar 1) menunjukkan bahwa petani
tersebut sedang membutuhkan dana untuk suatu kegiatan (seperti biaya
masuk sekolah anaknya, biaya pernikahan, dan lain sebagainya), sehingga
apabila ada calon pembeli yang sedang mencari kayu melihat tumpukkan
log dan tertarik untuk membeli akan segera mencari pemilik tumpukan log
tersebut.
Pemasaran rumput gajah difasilitasi oleh pihak KSKP untuk dijual
kembali pada peternakan di daerah Sukabumi. Pengangkutan dilakukan
menggunakan 2 mobil bak terbuka dengan daya angkut 2 ton per trip
(Gambar 4), sedangkan hasil panen rumput odot per hari lebih dari 5 ton
sehingga terdapat hasil panen yang tidak terangkut dan menjadi layu
(menguning) hingga busuk. Transportasi yang kurang memadai dan saranaprasarana menuju desa Cileuksa yang dalam perbaikan membuat
terhambatnya pengangkutan, sehingga hal tersebut berimbas pada kerugian
yang dialami oleh petani yang hasil panennya tidak terangkut dan
membusuk.

Gambar 3 Proses pengangkutan kayu afrika dan sengon

Gambar 4 Proses pengangkutan rumput odot.

11

Analisis Finansial
Kelayakan pada pengusahaan hutan rakyat dapat dilihat dari hasil analisis
secara finansial. Analisis finansial yaitu perhitungan yang didapat dari data biaya
dan pendapatan yang diterima oleh petani dengan menggunakan metode analisis
aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah didiskonto. Perhitungan analisis
finansial ditentukan oleh tiga indikator, diantaranya Net Present Value (NPV),
Benefit cost Ratio (BCR), dan Interval Rate of Retur (IRR), ketiga indikator
tersebut sangat dipengaruhi oleh harga, biaya, manajemen, dan teknologi yang
diterapkan, suku bunga, dan lain-lain (Lampiran 5). Analisis finansial dilakukan
untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha dengan jangka waktu tertentu.
Komponen yang dapat dikategorikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh
petani untuk pengelolaan hutan rakyat diantaranya adalah biaya pembersihan
lahan, pengadaan bibit, pengadaan alat, pembelian pupuk, pengangkutan hasil
panen, upah tenaga kerja, sedangkan untuk variabel investasi lahan tidak dihitung
karena petani mendapatkan lahan garapan secara waris (Lampiran 1). Menurut
Nugroho (2013), biaya tetap maupun biaya variabel merupakan segala sesuatu
yang dikorbankan untuk mencapai tujuan. Seluruh kegiatan pengelolaan hutan
rakyat dilakukan oleh petani dan anggota keluarganya. Penerapan upah harian
dilakukan pada tenaga kerja (buruh) harian. Tenaga kerja dibutuhkan apabila
target panen per hari lebih dari 10 batang.
Pendapatan yang diperoleh petani dari hasil pemanenan kayu afrika umur 2
tahun dihitung oleh tengkulak atau pembeli yaitu sebesar Rp 2.500.000/truk
(dalam 1 truk terdapat 300 batang), sehingga apabila di lahan petani terdapat 500
batang kayu afrika maka harga jual yang didapat petani sebesar Rp 8.333,33 per
batang, maka pendapatan yang diperoleh petani yaitu sebesar Rp 4.166.667 per
periode panen. Pendapatan petani dari hasil penjualan rumput odot yaitu Rp
100/kg. Hasil perhitungan analisis finansial pada skenario yang dibuat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Cash flow pada sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika,
monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri
kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting di Desa Cileuksa (2014)
Agroforestri
Agroforestri
Campuran kayu kayu afrika dan
Monokultur
rumput odot dan
afrika dan
sengon dengan
kayu
afrika**)
*)
***)
kayu afrika
sengon
cabai
keriting****)
Pendapatan
terdiskonto (Rp)

18.234.760

10.614.718

16.746.966

23.724.238

Biaya terdiskonto
(Rp)

7.469.335

3.241.545

6.478.473

8.364.243

10.765.425

7.373.173

10.268.493

15.359.995

2,44

3,27

2,59

2,84

58

27

34

NPV (Rp)
BCR
IRR (%)

73
*)

Katerangan : Skenario 1,

**)

Skenario 2,

***)

Skenario 3,

***)

Skenario 4.

12
Net Present Value (NPV)
Hasil perhitungan NPV merupakan gambaran keuntungan dari kegiatan
penjualan suatu produk yang diperoleh selama jangkan waktu pengusahaan.
Menurut Choliq et al. (1994), NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha
merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat)
dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan
benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost /biaya. Tabel 2 menunjukkan bahwa
sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dengan kayu afrika (skenario1)
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 18.234.760 dalam kurun waktu 10 tahun,
sehingga nilai NPV skenario 1 menghasilkan nilai sebesar Rp 10.765.425. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan skenario1 layak diusahakan. Suatu
usaha dikatakan layak diusahakan atau dikembangkan apabila memiliki nilai NPV
≥ 0 (Choliq et al 1994).
Berdasarkan nilai NPV dari keempat skenario pada Tabel 2 diketahui bahwa
skenario 4 memiliki nilai NPV tertinggi. Hal ini disebabkan harga jual cabai
keriting memiliki nilai lebih besar dan cenderung konstan di pasar, sehingga
kemungkinan pengusahaan skenario 4 menghasilkan nilai lebih besar pada masa
yang akan datang cenderung menarik minat petani. Hal ini dapat memengaruhi
penilaian petani dalam membudidayakan rumput odot di lahannya. Bahruni
(1999) menyatakan bahwa jika manfaat dinilai sekarang lebih besar daripada
biaya dinilai sekarang, berarti usaha tersebut layak atau menguntungkan. Faktor
lain yang menyebabkan skenario 4 lebih menguntungkan yaitu perbedaan umur
panen pada tanaman utamanya. Pemanenan kayu pada skenario 4 dilakukan
setelah umur tanaman diatas 5 tahun, sehingga pendapatan yang diperoleh petani
akan lebih tinggi. Kayu yang dipanen pada umur diatas 5 tahun memiliki
diameter yang lebih besar dibandingkan dengan kayu yang ditebang dibawah daur.
Pemanenan kayu pada skenario 1 dan skenario 2 dilakukan atas dasar tebang
butuh. Kayu ditebang rata-rata pada umur 2 tahun.
Faktor lain yang mendasari argumen yaitu terlambatnya panen rumput odot
yang menyebabkan hasil panen jauh dari target karena berat rumput menyusut.
Nilai NPV yang didapatkan pada keempat skenario yaitu berdasarkan asumsi
bahwa semua harga input dan output yang digunakan berdasarkan harga yang
berlaku saat ini dengan harga konstan selama usaha. Menurut Nogroho (2014),
untuk mengevaluasi keragaman dan menetapkan investasi yang menggunakan
teknik analisis nilai kini (NPV), reverensi waktu yang digunakan sebagai pijakan
adalah saat ini.
Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan manfaat yang diterima proyek dari
setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan (Gittinger 1986). Nilai BCR didapat
dari hasil perbandingan pendapatan didiskonto dengan biaya didiskonto selama
jangka waktu pengusahaan. Hasil perhitungan BCR pada sistem pengelolaan
skenario 1 dengan suku bunga 13% yaitu sebesar 2,44. Apabila dilihat dari Tabel
2 diketahui bahwa nilai BCR keempat skenario bernilai lebih dari 1, artinya usaha
yang diterapkan pada keempat skenario layak untuk dikembangkan. Nilai BCR
pada skenario 2 diketahui lebih besar diantara tiga skenario lain. Faktor yang
menyebabkan hal tersebut yaitu biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani pada
saat pengusahaan relatif kecil, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat

13
menghasilkan keuntungan bersih sebesar 3,27 rupiah lebih besar dibandingkan
dengan skenario lain.
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Gittinger (1986), Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu
tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol). Tujuan perhitungan IRR
adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun.
Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam
mengembalikan bunga pinjaman (Lestari 2013). Tabel 4, nilai IRR tertinggi
terdapat pada skenario 1. Hal ini menunjukkan bahwa usaha layak untuk
diusahakan atau dikembangkan. Tiga skenario lain memiliki nilai IRR yang
serupa (lebih besar dari suku bunga), maka keempat skenario layak untuk
diusahakan. Nilai IRR yang besar belum tentu menggambarkan bahwa usaha
tersebut lebih menguntungkan. Menurut Gittinger (1986), suatu usaha yang
memiliki nilai tingkat pengembalian internal (IRR) tinggi tidak selalu lebih baik
dibandingkan usaha yang memiliki nilai IRR rendah. Usaha yang baik tetap
merupakan usaha yang memberikan lebih banyak hasil kepada pendapatan
dibandingkan terhadap sumberdaya yang digunakan.
Analisis Sensitivitas
Pengujian analisis sensitivitas bertujuan untuk mengidentifikasi persiapan
ketidakpastian yang akan dihadapi dalam usaha. Menurut Umar (1997),
ketidakpastian dalam usaha menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek
bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba dari perusahaan. Analisis
sensitivitas dapat merujuk bagian pemasaran dan bagian produksi, dengan
memberikan taksiran yang optimistik dan pesimistik. Data yang dianalisis
merupakan hasil pengolahan analisis finansial keempat skenario sistem
pengelolaan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan uji kepekaan pada
kemungkinan penurunan harga jual produk sebesar 10% dan kemungkinan terjadi
kenaikan biaya produksi sebesar 10%. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika,
monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan
agroforestri kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting
Kondisi
Persen perubahan
Persentase Persentase
Jenis
perubahan perubahan
Uraian
Harga turun
Biaya naik
Pengelolaan
Normal
karena
karena
(10%)
(10%)
harga
biaya naik
turun (%)
(%)
Skenario 1
10.765.425
8.941.949
9.934.295
-16.94
-7.72
NPV
Skenario 2
7.373.173
6.211.702
6.933.757
-15.75
-5.96
(Rp)
Skenario 3
10.268.493
8.593.796
9.571.531
-16.31
-6.79
Skenario 4
15.359.995
12.987.571
14.439.374
-15.45
-5.99
Skenario 1
2,44
2,20
2,20
-9.84
-9.84
BCR Skenario 2
3,27
2,86
2,88
-12.54
-11.93
Skenario 3
2,59
2,33
2,33
-10.04
-10.04

14
Tabel 4 Lanjutan analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika,
monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri
kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting
Kondisi
Persen perubahan
Persentase Persentase
Jenis
perubahan perubahan
Uraian
Harga turun
Biaya naik
Pengelolaan
Normal
karena
karena
(10%)
(10%)
harga
biaya naik
turun (%)
(%)
Skenario 4
2,84
2,55
2,56
-10.21
-9.86
Skenario 1
73
68
67
-8.22
-6.85
Skenario 2
58
49
IRR
49
-15.52
-15.52
(%)
Skenario 3
27
25
24
-11.11
-7.41
Skenario 4
34
32
32
-5.88
-5.88

Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa penurunan harga produk hingga
10% semua jenis usaha agroforestri yang dievaluasi tersebut masih layak
diusahakan. Demikian pula dengan penurunan manfaat bersih tahunan hingga
10%. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh nilai NPV yang masih bernilai positif
pada saat terjadi perubahan. Perubahan yang terjadi pada harga jual produk lebih
memengaruhi nilai pendapatan petani daripada kenaikan biaya produksi. Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya penurunan nilai NPV dari kondisi normal terhadap
kondisi penurunan 10% harga jual produk lebih besar dibandingkan dengan
penurunan NPV saat biaya produksi naik 10%.
Dari keempat skenario yang dibuat, skenario 1 merupakan skenario yang
paling sensitif terhadap penurunan harga jual. Resiko ini disebabkan oleh
ketidakpastian dari harga jual produk rumput odot. Penghasilan yang didapat oleh
petani di awal panen sangat jauh dari perkiraan pada awal pengusahaan sehingga
apabila harga jual tersebut mengalami penurunan sampai 10%, pendapatan petani
akan menurun sebesar 17,05%. Menurut Nugroho (2013), apabila terjadi
perubahan kondisi meskipun sedikit dan kondisi tersebut dapat merubah nilai
NPV, maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut peka terhadap perubahan
kondisi yang terjadi.

Persepsi Petani
Persepsi merupakan suatu proses bagaimana stimuli-stimuli diseleksi,
diorganisasikan, dan diinterpretasikan (Setiadi 2003). Melalui hasil wawancara,
petani cenderung memiliki persepsi negatif terhadap budidaya rumput odot
sehingga tidak memilih atau melanjutkan budidaya rumput odot sebagai tanaman
sela di lahannya. Hal ini diketahui bahwa panen pertama rumput odot membuat
petani pesimis untuk melanjutkan usaha tersebut. Panen pertama rumput odot
tidak memberikan keuntungan bagi petani karena hasil panen jauh dari target
pemanenan pada awal pengusahaan.
Berbagai macam faktor dapat memengaruhi persepsi ini. Faktor-faktor
tersebut diantaranya: (1) harga jual yang diperoleh petani relatif kecil, (2) jarak
angkut hasil panen rumput odot jauh dari tempat pengumpulan sehingga

15
diperlukan tenaga kerja, dan (3) pendapatan yang diperoleh petani jauh dari target.
Artinya, bahwa korbanan yang dikeluarkan petani pada saat panen rumput odot
lebih besar dari pendapatannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu
afrika di Desa Cileuksa secara finansial layak untuk diusahakan karena
menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 10.765.425, nilai BCR sebesar 2,44, dan nilai
IRR sebesar 73%. Hasil perbandingan kelayakan finansial pengelolaan hutan
rakyat sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, tanaman monokultur kayu
afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta agroforestri kayu
afrika dan sengon dengan cabai keriting didapatkan bahwa sistem agroforestri
kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting dapat menghasilkan nilai
keuntungan yang paling besar dibandingkan dengan tiga sistem lainnya. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha hutan rakyat lebih sensitif terhadap
perubahan harga jual produk karena penurunan nilai NPV akibat penurunan harga
jual produk lebih besar dibandingkan dengan penurunan NPV pada saat biaya
produksi naik. Persepsi petani mengenai keuntungan budidaya rumput odot dan
kayu afrika belum memenuhi harapan petani dalam upaya mengoptimalkan nilai
lahannya karena faktor-faktor teknis produksi dan pemasaran yang belum
sepenuhnya dikuasai.

Saran
1.

2.

3.

Perlu adanya gagasan dan upaya dari pihak-pihak tertentu terkait
penyuluhan dalam pelaksanaan penanaman untuk lebih diperhatikannya
pengoptimalan nilai lahan (seperti jarak tanam) agar hasil dari pengusahaan
hutan rakyat lebih maksimal dan meningkat,
Adanya pengkajian ulang dalam proses pemanenan, alat angkut hasil panen
rumput odot, dan kejelasan pembayaran hasil panen rumput odot untuk
menekan kerugian dalam pemanenan rumput odot,
Hasil analisis sensitivitas didapatkan bahwa pendapatan petani lebih sensitif
terhadap penurunan harga jual produk, maka perlu adanya penambahan
jumlah produksi dan penambahan link peternakan sekitar lokasi penanaman
agar harga tetap stabil,

16
4.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam lagi untuk melihat
faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kegiatan sistem pengelolaan
hutan rakyat di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani RD. 2013. Analisis Finansial Budidaya Sengon dan Salak Pada Sistem
Pengelolaan Agroforestri di Desa Kalimendong Kecamatan Leksono,
Kabupaten Wonosobo [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanial Bogor.
Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Proyeksi Penduduk 2000-2025. [Diunduh
2012
April
20].
Tersedia
pada:
http://www.datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=92
0&Itemid=936.
Choliq F, Rachmansyah, Tonnek S. 1990. Pengaruh padat penebaran terhadap
produksi investasi agroforestri. J Penelitian Budi Daya Pertanian Vol 6, No
2, (87−96).
Churchill GA Jr. 2001. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Jakarta (ID): Erlangga.
Desa Cileuksa. 2011. Profil Desa Cileuksa. Kabupaten Bogor.
. 2013. Profil Desa Cileuksa. Kabupaten Bogor.
Fakultas Kehutanan IPB. 2000. Hutan Rakyat di Jawa : Perannya dalam
Perekonomian Desa. Didik Suharjito, Editor. Program Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah:
Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Press.
Hakiem I, Setiasih I, Murniati, Sumarhani, Asmanah W, Rachman E, Mohammad
M, Sri R. 2010. Social Forestry: Menuju Restorasi Pembangunan
Kehutanan Berkelanjutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim dan Kebijakan.
Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Lestari A. Analisis Kelayakan Usaha Kayu Afrika. J Ekonomi dan Manajemen
Vol 3, No 3, (33-47).
Niti G. 2011. Petujuk Teknis Penanaman Rumput Gajah Odot.
http://www.download.lembahgogoniti.com/brosur_odot.pdf [diakses tanggal
30 April 2014].
Nugroho B. 2013. Ekonomi Keteknikan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Nugroho SJ. 2003. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif,
Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Grup.
Sayogyo. 1998. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Solihat K. 2013. Budi Daya Rumput Odot. Jakarta (ID): PTPN Press.
Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

17

LAMPIRAN

18

19
Lampiran 1 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput
odot dan kayu afrika
No

Uraian

Harga Satuan
(Rp)

Keterangan (per
ha)

Waktu
Pengelu
aran

Jumlah
(Rp)

BIAYA VARIABEL
1

bibit kayu afrika

2

persiapan lahan

3

alat

4

100

500 bibit

50.000

t0

750.000

-

-

t0

1. cangkul

40.000

2 unit

-

t0,t5, t10

2. sabit

30.000

2 unit

-

t0-t10

3. tutugar

20.000

2 unit

-

t0

50.000/ hari

10 hari

500.000

t0

50.000/ hari

2 hari

100.000

t0-t10

50.000/ hari

2 hari

100.000

t1-t10

1.000/log

500 log

500.000

t2,t4,t6,t8,
t10

50.000/ hari

2 hari

100.000

t1-t10

upah tenaga kerja
1. penanaman
2. Pemupukan rumput
odot
3. Pemanenan rumput
odot
4. Pengangkutan kayu
afrika
5. pengangkutan rumput
odot

Lampiran 2 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu
afrika
No

Uraian

Harga Satuan
(Rp)

Keterangan (per
ha)

Jumlah
(Rp)

Waktu
Pengelua
ran

BIAYA VARIABEL
1

bibit kayu afrika

2

persiapan lahan

3

alat

4

100

500 bibit

50.000

t0

750.000

-

750.000

t0

1. cangkul

40.000

2 unit

80.000

t0, t5, t10

2. sabit

30.000

2 unit

60.000

t0-t10

3. tutugar

20.000

2 unit

40.000

t0

50.000/hari

10 hari

500.000

t0

upah tenaga kerja
1. penanaman

20
Lampiran 3 Biaya pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon
No

Uraian

Harga
Satuan
(Rp)

Keterangan (per
ha)

Jumlah
(Rp)

Waktu
Pengeluaran

BIAYA VARIABEL
1

bibit kayu afrika

2

bibit sengon

3

persiapan lahan
pembuatan lubang
tanam

4
5

6

100

500 bibit

50.000

t0

2.000

300 bibit

600.000

t0

750.000

750.000

t0

200.000

200.000

t0

alat
1. cangkul

40.000

2 unit

80.000

t0, t5, t10

2. sabit

30.000

2 u