Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Amdal, maka pengelolaan sebuah kawasan industri tanpa mengindahkan aspek lingkungan, jelas melanggar
hukum. “Semenjak Pemerintah Kota Pemkot Batam dan Bapedalda terbentuk tahun 2000, barulah diketahui bahwa Pulau Batam yang kita bangga-
banggakan itu, kondisi lingkungan dan alamnya sudah rusak parah. Kompas, Maret.
KASUS III
Berdasarkan surat keterangan dari BPLHD Kota Bandung yang dikirimkan kepada Walhi Jabar dan di tandatangani oleh pejabat pengelola
informasi dan dokumentasi BPLH bapak Asep sudrajat, dijelaskan bahwa kegiatan pembangunan hotel yang berlokasi di Jalan Diponegoro tersebut
belum memiliki Amdal. Dalam surat itu disebutkan pembahasan Kerangka Acuan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Ka-Amdal baru digelar pada Rabu tanggal 10 April 2013 bertempat di kantor BPLH kota Bandung. Namun sampai saat ini
komisi penilai Amdal kota Bandung belum menerbitkan pengesahan dokumen Ka-Amdal tersebut. Adapun untuk Amdal, RKL dan UPL belum dilaksanakan
pembahasannya. Menurut Perwakilan Walhi Jabar Wahyu Widianto, seharusnya untuk
pengembang yang bergerak di bidang real estate dan properti sekelas Agung Podomoro, paham perundang
–undangan yang berlaku di Indonesia terkait proses dan prosedur perizinan.
Sebelum melakukan usaha atau kegiatan pembangunan ada tahapan prosedur untuk mengantongi izin lingkungan sebagaimana di atur dalam UU 32
tahun 2009 tentang lingkungan hidup. Usaha atau kegiatan yang berpotensi dapat menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya dan pemanfaatannya wajib memiliki dokumen amdal dan atau RKLUPL, jelasnya.
Lebih lanjut Wahyu mengatakan, tahapan yang di atur dalam undang –
undang lingkungan hidup yakni, orang badan usaha wajib menyusun Amdal dan atau RKLUPL, setelah itu baru mendapatkan izin lingkungan dari kepala
daerah yang berwenang. Pembangunan hotel Pullman ini terbukti tidak memiliki dokumen
tersebut dan tidak melalui prosedur yang benar. Dengan tidak dipenuhinya kewajiban untuk menyusun dokumen sebagaimana peraturan perundangan
yang berlaku maka diduga pengembang telah melakukan kejahatan lingkungan hidup. Apalagi pembangunan hotel itu juga telah menghilangkan lahan resapan
air, ungkapnya.
C. Kasus Amdal di Perusahaan X
Pembahasan kali ini merupakan kajian mengenai kasus pelanggaran Amdal yang dilakukan oleh PT. X yang beralamat Kp. Salembaran, Desa
Cengklong, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. PT. X tersebut membangun kompleks industri dan pergudangan di Desa Sentul
Jaya, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang yang dibangun di atas tanah seluas 182.000 m
2
. Kompleks industri dan pergudangan terdiri dari sebanyak 261 unit bangunan.
Lokasi rencana Pembangunan Industri dan gudang PT. X berada di Jalan Raya Serang Desa Sentul Jaya, Kecamatan Balaraja, Kabupaten
Tangerang. Ada pun batas-batas lokasi tapak proyek sebagai berikut: Sebelah Utara
: Pabrik Sebelah Timur
: Gudang Warga dan Jalan Pos Sentul Sebelah Selatan
: Jalan Raya Serang Sebelah Barat
: Sawah
NO GUDANG
INDUSTRI UKURAN
JUMLAH SISA TANAH
1 11 M X 30 M
79 -
2 11 M X 36 M
82 -
3 11 M X 42 M
78 -
4 11 M X 22 M
4 123,37 M
2
5 11 M X 26 M
1 32,16 M
2
6 22 M X 60 M
2 695,00 M
2
7 22 M X 42 M
1 311,50 M
2
8 11 M X 25 M
3 208,60 M
2
9 15 M X 22 M
1 -
TOTAL 261
Sumber: Site Plan, 2013 Kalau kita liat bangunan jalan dan drainasenya, jaringan jalan yang
dibangun terdiri dari 2 dua arus jalan, area hijautaman, area perjalanan sepeda dan area pejalan kakipendestrian. Jenis konstruksi jalan utama adalah
terbuat dari susunan batu kali, batu pecah, pasir beton, paving block dan lapisan atas berupa aspalhotmix.
8
Saluran pembuangan air dibuat di kiri-kanan jalan utama dan di sekeliling bangunan areal industri dan gudang. Arah aliran air permukaan akan
disalurkan ke saluran utama menuju ke arah sungai. Lebar saluran air utama sekitar 100 cm dengan kedalaman 110 cm dan saluran air di dalam areal
dengan volume yang lebih kecil tetapi sudah diperhitungkan dapat menampung
8
Natsir, M. Sistem Rantai Pasok Material Dan Peralatan Konstruksi Untuk Mendukung Investasi Infrastruktur. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum, 2011, h. 53.
dan mengalirkan volume run-off pada musim hujan. Sistem drainase sekunder. Aliran run-off dari lahan mengalir masuk ke saluran sekunder dan selanjutnya
aliran di saluran sekunder mengalir ke sistem drainase utama.
Namun tempat penampung sampahnya dari pihak pemrakarsa
menyediakan tempat sampah portable disetiap unit industri dan gudang dengan ukuran 50 cm x 50 cm. Jumlah dan kapasitas tempat sampah portable akan
disesuaikan dengan perkiraan volume sampah yang dihasilkan dari Kawasan PT. X.
Mengenai sumur resapan, PT. X pada setiap unit gudangarea industri akan dibangun sumur resapan. Perhitungan sumur resapan berdasarkan SNI 03-
2453-2002 tentang tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan dan Permen LH No.12 Tahun 2009 tentang pemanfaatan air hujan.
Komposisi sumur resapan terdiri dari pasir urug dan batu kali, pada sumur resapan digunakan juga bahan dari pipa dan buis beton, Bidang resapan
berfungsi untuk membantu infiltrasi air hujan kedalam tanah sehingga mengurangi run off yang masuk ke saluran drainase utama. Pembuatan sumur
resapan juga akan menyesuaikan dengan rekomendasi PEIL banjir dari instansi terkait di kabupaten Tangerang untuk kegiatan Rencana Pembangunan
Kawasan Industri dan Gudang PT X. Dan sumur yang dibuat ialah sebanyak 500 unit.
Dalam hal pengelolaan limbar, kegiatan ini berpotensi mempunyai dampak terhadap kualitas lingkungan, seperti pencemaran air dan sanitasi
lingkungan sekitar. Jenis limbah yang dihasilkan dari aktivitas di areal
pegudangan dapat berupa limbah cair domestik dan sampah. Pengelolaan limbah akan dilaksanakan di WTP Kawasan.
Dari aspek iklim data unsur-unsur iklim diperoleh dari stasiun terdekat yaitu Balai Besar Meteorologi dan Geofisika wilayah II
– Stasiun Klimatologi Klas II Pondok Betung, Ciledug. Rekapitulasi data iklim dan curah hujan rata
– rata pada tahun 2000
– 2010 ada di tabel di bawah. Kabupaten Tangerang mempunyai iklim yang sama dengan wilayah
Indonesia pada umumnya yaitu iklim tropis. Setiap tahun terdapat musim hujan dan kemarau. Musim hujan umumnya berlangsung antara bulan Desember
sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan bulan November.
Temperatur udara rata – rata relatif konstan yaitu berkisar antara
26,5
o
C – 29,1
o
C. Selama kurun waktu terakhir, rata – rata temperatur udara
tertinggi mencapai 29,1 C, sedangkan rata
– rata suhu udara terendah mencapai 26,5
o
C. Curah hujan rata – rata bulanan terbanyak terjadi pada bulan Februari
sebesar 686,3 mm dengan hari hujan 20 hari. Curah hujan rata – rata terendah
pada bulan September dan Oktober dengan tingkat kelembaban sebesar 65, sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan tingkat
kelembaban sebesar 86. Rekapitulasi Data Iklim dan Curah Hujan Rata
– rata 2000-2010
Bulan Suhu
C Curah
Hujan
mm Hari
Hujan
Penyinaran Matahari
Kelembaban
Januari 26,5
396,8 28
41 86
Februari 27,2
686,3 20
34 85
Maret 27,4
191,2 17
42 82