3.3.4 Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis 3. 3. 4. 1 Kadar Air
Spesimen yang digunakan untuk pengukuran kadar air diambil dari bagian spesimen yang telah diuji gempa, untuk
spesimen kayu meranti dengan ukuran 25 x 25 x 25 mm sesuai ASTM D143-97 tahun 2005. Sedangkan untuk spesimen
kayu lapis dengan ukuran 75 x 75 x 5 mm JAS, 2003. Awalnya kayu ditimbang berat awalnya BA dengan neraca
digital dan dioven selama 24 jam pada suhu 103±2 ºC. setelah dioven spesimen diletakkan di desikator selama ±15 menit untuk
selanjutnya ditimbang berat kering tanurnya BKT. Nilai kadar air didapatkan melalui rumus :
Keterangan: BB
= Berat
awal g
BKT =
Berat kering tanur g KA
= Kadar air
3. 3. 4. 2 Kerapatan dan Berat Jenis BJ
Penentuan kerapatan dan BJ kayu meranti menggunakan ukuran spesimen yang sama dengan spesimen yang digunakan
pada pengujian kadar air. Sedangkan untuk spesimen kayu lapis menggunakan spesimen ukuran 50 x 50 x 5 mm. Spesimen
tersebut diukur berat kering udaranya BKU dan diukur panjang p, lebar l serta tebalnya t. Nilai kerapatan dihitung
dengan : 100
× −
= BKT
BKT BB
KA
Keterangan : ρ
= Kerapatan gcm
3
BJ = Berat Jenis
Volume = p x l x t cm
3
Berat = Berat kering udara g
Ρ benda standar = Kerapatan Air 1 gcm³
3. 3. 4.3 Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding Geser
Pengujian kekuatan mekanis rangka menggunakan uji racking
berdasarkan Draft Standar Internasional ISODIS 22452 tentang “Timber Structure- Structural insulated panel wall – test
method ”. Uji racking akan menunjukkan besarnya kekuatan
strength dan stiffness dari rangka dinding panel. Ukuran dinding
geser yang digunakan adalah sebesar 2400 x 1200 x 55 mm.
Gambar 3. Layout Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding Geser Dinding geser diletakkan berdiri tegak pada alat uji
gempa. Di bawahnya diberi kayu lagi untuk bantalan. Lalu
diberi sikuan pada sisi depan dan belakang agar berdiri tegak dan diberi penahan agar tidak geser. Kemudian dinding geser
diberi tranduser pada 13 titik. Tranduser-tranduser tersebut menunjukkan nilai-nilai displacement yang terjadi pada rangka.
Tranduser tersebut terhubung ke data-logger yang selanjutnya menampilkan data tersebut ke laptopkomputer.
Gambar 4. Grafik Pengujian Dinding Geser Berdasarkan ISODIS 22452
Selama pengujian spesimen diberi beban vertikal sebesar 1470 N secara konstan dan beban horisontal yang diatur sesuai
standar pengujian. Pemberian beban horisontal dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama spesimen diberi beban sebesar 490 N
0,1F
max,est
dan didiamkan selama 2 menit dengan tetap menahan pemberian beban sebesar 490 N. kemudian setelah 2
menit beban dikurangi perlahan-lahan hingga mencapai 0 kemudian didiamkan lagi selama 10 menit dengan tetap
mempertahankan bebannya. Sesi kedua, beban dinaikkan perlahan-lahan per 490 N hingga beban mencapai 1960 N
0,4F
max,est
, setelah beban mencapai 1960 N, diamkan selama 5 menit, baru kemudian diturunkan kembali perlahan-lahan per
490 N hingga beban mencapai 0 dan diamkan lagi selama 10 menit. Terakhir sesi ketiga, beban dinaikkan perlahan-lahan per
490 N hingga beban mencapai 1960 N 0,4F
max,est
dan diamkan
selama 5 menit. Kemudian beban dari 1960 N kembali dinaikkan perlahan-lahan per 490 N hingga spesimen
mengalami kerusakan. Selama pengujian kecepatan displacement
juga diatur. Saat pembebanan ≤ 1960 N kecepatan
displacement nya diatur agar sebesar 2 ± 0,5 mmmenit dan saat
pembebanan 1960 N kecepatan displacement diatur agar sebesar 4 ± 1 mmmenit.
Besarnya kekakuan stifness akan didapat dengan menggunakan rumus
Keterangan :
R = Racking Stiffness F1 = Beban pada saat 0,1 x F
max,est
ke-3 N V01 = Displacement pada saat 0,1 x F
max,est
ke-3 mm F4 = Beban pada saat 0,4 x F
max,est
ke-1 N V04 = Displacement pada saat 0,4 x F
max,est
ke-1 mm F21 = Beban pada saat 0,1 x F
max,est
ke-5 N V21 = Displacement pada saat 0,1 x F
max,est
ke-5 mm F24 = Beban pada saat 0,1 x F
max,est
ke-3 N V24 = Displacement pada saat 0,1 x F
max,est
ke-3 mm
Sebelum melakukan prosedur pengujian diatas, ada dua spesimen yang diuji sebelumnya untuk mengetahui beban
maksimal F
max,est
yang kira-kira dapat ditahan oleh rangka. Spesimen tersebut diberi beban yang dinaikkan perlahan-lahan
tiap 49 N hingga spesimen tersebut mengalami keruntuhan dan didapat beban maksimum yang dapat ditahan oleh rangka
sebelum rusak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN