2.3 Rumah Tahan Gempa
Menurut Karlinasari dan Nugroho 2006, pada dasarnya bangunan tahan gempa bukan berarti bangunan itu tidak akan rusak bila ada gempa.
Bangunan tahan gempa harus memiliki kaidah-kaidah berikut : 1.
Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak akan mengalami kerusakan baik pada elemen struktur maupun pada elemen non-
strukturnya. 2.
Bila terjadi gempa berkekuatan sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan hanya pada elemen non-struktur. Sedangkan elemen
strukturnya tidak boleh rusak. 3.
Bila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan bisa mengalami kerusakan baik pada elemen struktur maupun pada elemen non-
strukturnya. Namun kedua elemen tersebut tidak boleh membahayakan penghuni yang ada di dalam bangunan. Penghuni
harus mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum bangunannya runtuh.
Menurut Rusmawan 2007, konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu
kesatuan yang utuh tidak lepasruntuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat diantara
berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Menurut Zulkifli 2010, beban gempa yang terjadi pada suatu bangunan tergantung pada kondisi dari bangunan tersebut, yakni
fleksibilitasnya, beratnya dan bahan bangunan yang digunakan untuk konstruksinya. Biasanya suatu bangunan yang fIeksibel akan menerima beban
gempa yang Iebih kecil dibandingkan bangunan yang lebih kaku. Bangunan yang lebih ringan akan menerima beban gempa yang Iebih keciI dari pada
bangunan yang berat karena beban merupakan gaya inersia dari bangunan tersebut dan bangunan yang kenyal akan menyerap beban gempa yang lebih
besar daripada bangunan yang getas. Bangunan dari kayu digolongkan
sebagai bangunan yang kenyal. Kekenyalan juga dapat diciptakan dalam struktur kayu, salah satunya dengan menggunakan alat penyambung yang
kenyal pada tiap-tiap hubungan elemen stuktur kayu tersebut. Pada umumnya, sambungan dengan paku memberikan kekenyalan yang cukup.
Kemudian menurut Zulkifli 2010, yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembangunan rumah tahan gempa adalah prinsip-prinsip
utama konstruksi rumah tahan gempa harus dipenuhi. Prinsip-prinsip terbebut antara lain :
1. Denah yang sederhana dan simetris
Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen
struktur penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi
dan kekuatannya yang lebih merata. 2.
Bahan bangunan harus yang seringan mungkin Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan
tertentu. Arsitek dan Ahli Struktur harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin sebaiknya dipakai bahan
bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya gaya inersia yang berupa gempa adalah berbanding lurus dengan berat bahan
bangunan. 3.
Perlunya sistem struktur penahan beban yang memadai. Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia
gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-
gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya
horisontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi
terjadi keruntuhan di beberapa tempat dahulu secara bertahap. Menurut SNI 03-1726-2002 Indonesia ditetapkan terbagi
dalam 6 wilayah gempa seperti yang ditunjukkan Gambar 1,
dimana wilayah gempa 1 dan 2 adalah wilayah gempa dengan kegempaan ringan, wilayah gempa 3 dan 4 adalah wilayah gempa
sedang, serta wilayah gempa 5 dan 6 adalah wilayah dengan kegempaan berat. Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas
percepatan puncak pada batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.
Gambar1. Pembagian Zona Gempa di Indonesia
2.4 Kayu Lapis