Konsep Dasar Penjadwalan TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾ II-17 berikutnya didasarkan pada jumlah komponen yang telah digunakan saat ini. Dengan adanya dukungan EDI electronic data interchange memungkinkan supplier mengontrol secara langsung komponen yang terpakai selama produksi dalam satu hari tertentu. Supplier secara langsung dapat memantau kebutuhan material produsen dan merencanakan produksi untuk periode pengiriman berikutnya.

2.2 Konsep Dasar Penjadwalan

Penjadwalan merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap serangkaian pekerjaan yang ada dalam operasional industri manufaktur maupun jasa. Penjadwalan didefinisikan sebagai pengalokasian sumber daya untuk mengerjakan sekumpulan pekerjaan Baker, 1974. Penjadwalan dapat juga dipandang sebagai proses pengambilan keputusan mengenai penyesuaian aktifitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan pekerjaan agar tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas seperti yang diinginkan Morton, 1993. Permasalahan penjadwalan muncul apabila pada saat yang sama terdapat sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dengan kendala keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Adanya penjadwalan diharapkan dapat mengatasi permasalahan kapan pelaksanaan suatu pekerjaan serta sumber daya apa saja yang harus dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Suatu penjadwalan yang baik adalah penjadwalan yang dapat memenuhi 3 hal, yaitu efisiensi penggunaan sumber daya, pengurangan waktu tunggu penyelesaian pekerjaan, serta penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Baker, 1974. Pada umumnya terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam mengukur performansi suatu penjadwalan yaitu French, 1982 : 1. Completion time j C , merupakan waktu penyelesaian operasi paling akhir suatu pekerjaan j. Tinjauan Pustaka ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾ II-18 2. Flow time, disebut juga dengan shop time atau manufacturing interval, yaitu waktu yang diperlukan suatu pekerjaan j berada di shop. Flow time merupakan selisih antara completion time dan ready time. 3. Waiting time, yaitu waktu menunggu antara waktu suatu proses selesai dikerjakan hingga dimulainya operasi berikut dari keseluruhan operasi pada pekerjaan j. 4. Lateness, yaitu selisih antara waktu penyelesaian pekerjaan i dan due date pekerjaan i 5. Tardiness j T , yaitu lamanya keterlambatan waktu penyelesaian untuk pekerjaan j. 6. Makespan, merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. 7. Idle time, yaitu waktu menganggur mesin. 8. Mean queue time, yaitu rata-rata waktu antrian pekerjaan. Dalam mengelompokkan dan menjelaskan secara tepat suatu persoalan penjadwalan diperlukan beberapa faktor pertimbangan, antara lain Elsayed, 1994 : 1. Jumlah pekerjaan yang akan dijadwalkan; meliputi jumlah pekerjaan yang akan diproses, waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tiap proses, dan jenis mesin yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengerjaan. 2. Jumlah mesin pada lantai produksi. 3. Tipe dari fasilitas manufaktur flowshop atau jobshop; dalam hal ini menggambarkan aliran pekerjaan pada lantai produksi. 4. Prosedur kedatangan pekerjaan bersifat statis atau dinamis. Bersifat statis jika pekerjaan yang akan diproses sudah diketahui pada awal periode penjadwalan. Bersifat dinamis jika dimungkinkan adanya kedatangan pekerjaan baru pada saat pelaksanaan hasil penjadwalan. 5. Kriteria pengukuran performansi yang digunakan dalam evaluasi penjadwalan.

2.3 Penjadwalan Proyek