selanjutnya akan tersebar ke jaringan tubuh lainnya, seperti kelenjar ambing, melalui sistem peredaran darah.
B . abortus dapat ditemukan juga dalam uterus sapi bunting, kelenjar
ambing, testis, glandula asesori dan kelenjar pertahanan. B. abortus banyak terdapat di uterus terinfeksi pada sapi yang sedang bunting. Hal ini dikarenakan
kotiledon menghasilkan gula alkohol, yang disebut eritritol yang menjadi sumber energi bagi B. abortus Misra et al. 1976. Endotoksin yang dihasilkan
menyebabkan terjadinya plasentitis dan endometritis yang mengakibatkan abortus Enright 1990. Kuman akan terbawa bersama cairan uterus, plasenta dan janinnya
saat melahirkan yang merupakan bahan potensial dalam penularan penyakit. Selain itu, B. abortus juga banyak dijumpai di dalam kolustrum atau susu serta
pada semen sapi jantan. Terdapat empat tipe Brucella yang diketahui dapat menginfeksi manusia
yaitu B. abortus sapi, B. suis babi, B. melitensis dombakambing dan B. canis anjing. B. abortus dan B. canis menyebabkan infeksi febrile supuratif yang
ringan sedangkan B. suis menyebabkan infeksi supuratif yang lebih parah yang dapat merusak organ lymfo-retikular dan ginjal. B. melitensis adalah spesies yang
paling infeksius dan menyebabkan Brusellosis yang paling parah dan akut Ghaffar 2005.
2.4. Reaksi tanggap kebal terhadap B. abortus
Sel B. abortus
seperti halnya bakteri Gram negatif lainnya terdiri dari membran sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel terdiri dari peptidoglikan,
protein dan membran luar. Membran luar terdiri dari lipoprotein dan lipopolisakarida LPS Verstreate et al. 1982. Komponen-komponen tersebut
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan tanggap kebal pada induk semang. Membran luar berfungsi sebagai pelindung antara bagian bakteri
dengan lingkungan dan merupakan struktur pertama yang berinteraksi dengan sistem tanggap kebal induk semang pada awal penyakit. LPS dinding sel
merupakan faktor virulensi yang bertanggung jawab atas penghambatan efek
bakterisidal dalam sel makrofag Frenchick et al. 1985; Moreno et al.1984.
Bakteri B. abortus memiliki beberapa mekanisme untuk menghindari sistem tanggap kebal inang. Salah satu komponen sel yang berperan dalam
pertahanan intraseluler adalah LPS. Hal ini dikarenakan LPS B. abortus mengandung komponen 5-guanosin monofosfat. Dengan adanya kemampuan
tersebut, hampir 15–30 bakteri ini mampu bertahan di dalam sel fagosit polymorphnuclear
atau mononuclear Canning et al. 1986; Nassir et al. 2006. Proliferasi limfosit terlacak 1-2 minggu setelah infeksi yang merupakan
reaksi tanggal kebal terhadap protein membran luar bakteri. Sedangkan antibodi yang dihasilkan sangat beragam, tergantung dari sifat antigenitas fraksi-fraksi
protein dinding sel B. abortus. Fraksi protein yang paling bersifat antigenik diharapkan mampu merangsang timbulnya antibodi spesifik sedini mungkin
Belantti 1993. Fraksi-fraksi protein yang dilacak dengan menggunakan teknik elektroforesis terdiri dari porin: 88-94 kDa, protein: 35-40 kDa, protein: 25-30
kDa dan lipoprotein: 8 kDa Gomez dan Moriyon 1986. Protein-protein dengan berat molekul 35-40 kDa dan 25-30 kDa yang dimiliki B. abortus merupakan
protein yang bersifat antigenik Verstreate et al. 1982.
2.5. Gejala Penyakit 2.5.1. Gejala Penyakit Pada Ternak
Sapi, kambing, domba, anjing dan jenis hewan lain yang terinfeksi B. abortus
memiliki resiko yang tinggi terhadap aborsi, kelemahan, arthritis, retensi plasenta dan endometritis. Brusellosis akan mempengaruhi organ-organ yang kaya
akan gula eritritol, seperti organ ambing, uterus, epididimis dan lainnya. Organisme ini akan terlokalisasi pada organ-organ tersebut dan menyebabkan
infertil, kemajiran atau steril dan abortus Ghaffar 2005. B. abotus
dan B. melitensis dapat juga menyerang sapi jantan yang mengakibatkan infeksi pada vesikel seminalis, ampullae, testikel dan epididimidis
Anonim 2007. B. abortus menyebabkan abortus pada sapi. B. melitensis menyebabkan abortus pada trimester terakhir pada kambing dan domba. B. ovis
dapat menyebabkan aborsi, placentitis, dan kematian neonatal pada sapi. Masalah pada fertilitas seperti orkhitis, epididymitis dan dapat ditemukannya organisme di
dalam semen Ocholi et al. 2005; Davis dan Danelle 2007.
2.5.2. Gejala Penyakit pada Manusia
Gejala klinis sangat beragam meliputi granuloma hepatitis, artritis, spondilitis, anemia, leukopenia, thrombositopenia, meningitis, uveitis, neuritis
optikal dan endokarditis. Gejala demam adalah gejala yang biasa terjadi pada Brusellosis. Demam intermitten terjadi pada 60 pasien, baik dalam kondisi akut
ataupun kronis. Sedangkan demam undulant terjadi pada 60 pasien kondisi subakut. Demam yang tidak diketahui penyebabnya fever unknown origin FUO
dapat dicurigai sebagai permulaan Brusellosis pada area endemik rendah. Gejala lain dapat terjadi pada saluran pencernaan, seperti sakit perut, konstipasi, diare;
dan pada saluran pernafasan, seperti batuk dan sesak napas dyspnea Nassir 2007.
2.6. Diagnosa Serologik terhadap Brusellosis
Diagnosa serologik terhadap Brusellosis dapat dilakukan dengan menggunakan metode RBT maupun CFT. Metode CFT tidak dapat membedakan
antibodi yang dihasilkan karena penggunaan vaksin B. abortus, atau karena infeksi alami Holman 1983. Reaksi silang RBT dengan CFT dapat diatasi
dengan memodifikasi Antigen Ag Brucella yang dilarutkan dalam larutan penyangga pH 3,65.
Metode I-ELISA digunakan untuk meningkatkan kekhususan metode serologik dan mengetahui apakah antibodi yang dihasilkan dan terlacak
dikarenakan kasus infeksi alami atau hasil vaksinasi. Metode I-ELISA untuk diagnosa Brusellosis pada sapi telah umum digunakan di Indonesia.. Kit indirect
I-ELISA B. abortus memiliki tiga jenis antigen terkonjugasi conjugated antigen, yaitu polyclonal conjugated antibody, monoclonal conjugated antibody dan
competitive dengan sLPS, dan monoclonal antibody Rojas and Alonso 1997.
Indirect dan competitive I-ELISA mampu mengevaluasi metode serologik
konvensional, seperti Rivanol agglutinasi, RBT, CFT dan Radial Immunodiffusion
. Selain itu, metode ini mampu juga mengevaluasi apakah antibodi yang terlacak adalah antibodi karena reaksi atas vaksinasi dengan vaksin
Strain 19 atau karena infeksi alami Moreno et al. 1997. Elektroforesis sering digunakan untuk mengkarakterisasi protein antigen
berdasarkan berat molekulnya BM. Sedangkan untuk mengetahui titik isoelektrik antigen digunakan Isoelectric focusing IEF. Ada dua metode
elektroforesis yang sering digunakan, yaitu elektroforesis satu dimensi sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis
SDS-PAGE dan
elektroforesis dua dimensi Isoelectric focusing SDS-PAGE IEF-SDS-PAGE. Polyacrylamide gel electrophoresis
PAGE merupakan metode baku untuk menentukan BM protein, struktur subunit dan kemurnian protein.
Melalui teknik PAGE, protein dipisahkan menggunakan matrik tiga dimensi yang dialiri listrik. Matrik yang digunakan mempunyai dua fungsi, yaitu
i memisahkan protein sesuai ukuran dan bentuk dan ii memisahkan protein berdasarkan muatan listrik. Hal ini memerlukan pH buffer yang sesuai Fedik
2003. Poliakrilamid adalah matrik pilihan untuk memisahkan protein yang mempunyai BM antara 500-250.000 Dalton. Pori-pori pada matrik dibentuk oleh
rantai cross-lingking linear polyacrylamide dengan bis acrylamide. Ukuran pori- pori berkurang sesuai dengan campuran dengan bis acrylamide. Dengan
pembuatan atau pemilihan total konsentrasi yang tepat akan menentukan pula ukuran yang tepat terhadap ukuran protein yang diinginkan. Jadi semakin tinggi
total konsentrasi gel pengumpul stacking gel mengakibatkan akan menghalangi pergerakan protein di dalam gel. Begitu juga halnya bila terlalu rendah total
konsentrasi gel pemisah separating gel akan mengakibatkan pergerakan protein menjadi terlalu cepat bergerak melalui gel yang mengakibatkan didapatkan
protein spesifik rendah dan tidak sesuai dengan protein yang diinginkan Fedik 2003.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat
Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium
BBALITVET dan Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor IPHK FKH IPB. Pengujian I-ELISA dilaksanakan di BBUSKP. Penggunaan SDS-PAGE dilaksanakan di Bagian Mikrobiologi Medik IPHK FKH
IPB.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan dilakukan sejak bulan Januari sampai dengan Oktober 2008. Rangkaian kegiatan penelitian diuraikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Jadwal kegiatan penelitian No Uraian
Waktu Tempat
1
Pengumpulan data sekunder
Januari - Juni 2008 SKH Kelas II Merak
2
Pengumpulan serum Januari - Juni 2008
SKH Kelas II Merak
3
Pengujian RBT sesaat pengumpulan
Januari - Juni 2008 Juni - Juli 2008
SKH Kelas II Merak BKPKelas II Cilegon
4
Pengujian CFT Maret - Juli 2008
Bagian Mikrobiologi Medik Departemen IPHK FKH
IPB dan BBALITVET
5
Pengujian I-ELISA Januari - Juli 2008
Laboratorium BBUSKP
6
Pengujian SDS-PAGE Oktober 2008
Bagian Mikrobiologi Medik Departemen IPHK FKH
IPB