RBT RBT adalah reaksi pengikatan antigen yang telah dilemahkan dan diwarnai CFT

pipet 1-10 ml Pyrex, multichannel mikropipet 0,1-1 μl, 10-200μl dan 100-1000 μl Wiegthex, sentrifus Hamle dengan kecepatan 2500-5000 putaran per menit dan spuit 1 ml dan 3ml yang sucihama multichannel mikro pipet 10-100 μl, shaking Biotek, penangas air Biotek dan Memmert, ELISA reader Biotek ELX 808, elektroforesis Sigma, dan lempeng kaca Parmacia-Biotek.

3.2.2. Pemeriksaan Serologik

Pemeriksaan serologik serum sapi dan kambing potong yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan RBT, CFT dan I-ELISA.

1. RBT RBT adalah reaksi pengikatan antigen yang telah dilemahkan dan diwarnai

dengan antibodi dari contoh serum. Pengikatan antigen permukaan dengan antibodi menyebabkan terjadinya aglutinasi. Bila tidak terjadi aglutinasi, ini memiliki arti tidak ada antibodi dalam contoh serum tersebut. Pengambilan contoh serum dari sapi dan kambing potong sebanyak 235 contoh serum, masing-masing dilakukan menggunakan spuit 3 ml Trumo yang sucihama. Serum dikemas dalam tabung kecil Eppendorf dan diberi label yang jelas. Sebanyak 25 μl contoh serum sapi dan kambing potong diambil menggunakan singlechannel pipet 10-100 μl Wiegthex dan dicampurkan dengan 25 μl reagen RBT BBALITVET di dalam sumur cawan WHO hemagglutination tray . Larutan dicampur hingga rata menggunakan pengaduk yang sucihama. Reaksi aglutinasi diamati setelah 4-5 menit. Hasil dinilai positif +++ jika terjadi agglutinasi sempurna, cairan jernih dan tampak jelas. Hasil dinilai positif ++ jika terjadi agglutinasi berupa pasir halus, cairan agak jernih dan batas cukup jelas. Sedangkan RBT dinilai positif + jika terjadi aglutinasi berupa pasir halus, cairan tidak jernih dan batas cukup jelas.

2. CFT

CFT merupakan reaksi pengikatan komplemen untuk mengukur kadar antibodi serum ataupun antigen. Prinsip reaksi ini adalah adanya kompleks antigen dan antibodi yang homolog, menarik komplemen untuk berikatan dengan bagian Fc dari antibodi sehingga melisiskan RBC. Reaksi pengikatan komplemen terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah reaksi pengikatan sejumlah komplemen menggunakan komplemen dengan konsentrasi 10 untuk memperoleh komplek antigen dan antibodi. Tahap kedua adalah penghancuran eritrosit yang telah dilapisi hemolisin sistem indikator dengan menggunakan hemolisin dengan pengenceran 1:100 dan hemolisin dengan pengenceran 1:150. Reaksi komplemen dan hemolisis dilakukan dalam tabung reaksi 10ml Pyrex. Domba yang akan diambil darahnya disuntik antigen B. abortus dalam jangka waktu dua minggu sebelum pengambilan darah. Sehingga, darah domba yang diperoleh nantinya adalah darah domba yang telah mengandung antibodi terhadap B. abortus. Pengambilan darah domba dilakukan menggunakan spuit yang berisi antikoagulan Na sitrat Sigma konsentrasi 3,85 dengan perbandingan 0,5 ml antikoagulan untuk 3ml darah domba. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 2500-5000 putaran per menit. Selanjutnya dicuci menggunakan NaCl berkonsentrasi 0,95 untuk memperoleh sel darah merah. Sistem indikator atau hemolisin terdiri dari RBC domba konsentrasi 4 yang mengandung antibodi terhadap B. abortus. Titrasi hemolisin dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi sebanyak dua belas tabung yang disusun menjadi dua baris A dan B. Baris A diberi nomor ganjil, yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11 dan baris B diberi nomor genap, yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12. Baris A dan baris B merupakan gambaran titrasi hemolisin. Larutan dari ke enam tabung dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi, kemudian diinkubasikan dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 37 o C. Sebanyak 0,25 ml komplemen 10 ditambahkan ke masing-masing tabung, diikuti dengan menambahkan 0,25 ml RBC domba 4. Tabung reaksi disusun kembali menjadi satu baris dengan nomor yang berurutan 1-12, larutan dihomogenkan dan diinkubasikan kembali selama 30 menit pada suhu 37 o C. Adanya antigen dan antibodi yang homolog akan ditandai dengan adanya pengendapan eritrosit dari sistem indikator yang berarti terjadi reaksi pengikatan komplemen. Sebaliknya, tidak adanya kesesuaian antara antigen dan antibodi akan ditandai dengan lisisnya eritrosit dari sistem indikator reaksi komplemen negatif. Tabung reaksi sebanyak enam buah disusun dalam satu baris dan diberi nomor berurut dari 1 sampai 6. Larutan dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi, kemudian diinkubasikan dalam penangas air selama 10 menit 37 o C. Pada reaksi pengikatan komplemen dilakukan titrasi serum yang diuji. Pengenceran serum mengakibatkan perubahan reaksi pada masing-masing tabung, yaitu dari pengendapan reaksi positif sampai lisisnya eritrosit reaksi negatif. Adanya antigen dan antibodi yang homolog, ditandai dengan pengendapan eritrosit dari sistem indikator reaksi pengikatan komplemen positif. Hasil CFT positif dengan titer 150 IU.

3. I-ELISA