26 hingga berombak, pori umumnya soliter, jari-jari uniseriate, parenkim jarang,
mengandung tilosis, endapan dan silika Sosef et al., 1998. Pelacakan melalui komputer database ciri-ciri kayu otentik Indonesia
maupun pencocokan secara manual Heyne 1987, Soerianegara Lemmens 1993, Lemmens et al. 1995, Mandang Pandit 1997, Sosef et al. 1998,
Abdurrohim et al. 2004, Martawijaya et al. 2005
a
, Martawijaya et al. 2005
b
dan Ogata et al. 2008, tidak menemukan satu species pun dengan karakternya sama
dengan karakter hasil pengamatan terhadap sampel F. Hanya kayu-kayu Anogeissus acuminata yang berasal dari India Sosef et al. 1998 serta Ziziphus
spp., Eucalyptopsis spp. dan Dysoxylum spp. data base ciri-ciri kayu otentik Indonesia yang paling mendekati. Karakter sampel F yang diamati bercirikan:
lingkar tumbuh tidak begitu jelas, tidak bercorak, serat lurus, tekstur halus, pori semi tata lingkar, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling, jari-jari
uniseriate-heteroseluler, ada kristal, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang, aliform hingga konfluen.
Berdasarkan informasi dari pengrajin, nama lokal sampel F adalah kayu Matikuli. Kayu ini sekarang sudah semakin sulit diperoleh sehingga fungsinya
diganti dengan kayu T. decorticata.
4.4 Penentuan Jenis Kayu Alternatif
Jenis-jenis kayu alternatif dipilih berdasarkan kesamaan nilai berat jenis BJ, kelas kuat dan kelas keawetan kayu karena penggunaan kayu sebagai
konstruksi kapal sangat berkaitan dengan sifat mekanis dan sifat awetnya. Rata- rata nilai BJ kayu, kelas kuat dan kelas awet jenis kayu yang diteliti disajikan
pada Tabel 7. Tabel 7 Berat jenis, kelas kuat dan kelas awet enam jenis kayu yang diteliti
Jenis Berat Jenis
Kelas Kuat Kelas Awet
Tectona grandis 0,67
II I – II
Santiria laevigata 0,61
III IV
Bruguiera parviflora 0,92
I – II III
Vitex cofassus 0,74
II – III II – III
Tristaniopsis decorticata 1,12
I II
Matikuli -
- -
Sumber: Abdurrohim et al. 2004, Muchlis Sumarni 2008, Mandang Pandit 1997 dan Seng 1990
27 Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa BJ kayu keenam jenis yang diteliti
bervariasi mulai 0,61 hingga 1,12. T. decorticata dan B. parviflora memiliki BJ kayu yang lebih tinggi dibandingkan dengan T. grandis, S. laevigata dan V.
cofassus. BJ kayu T. decorticata dan B. parviflora masing-masingnya sebesar 1,12 dan 0,92, sedangkan BJ kayu T. grandis, S. laevigata dan V. cofassus
masing-masingnya sebesar 0,67, 0,61 dan 0,74. Menurut Sadiyo 1989 dalam Sadiyo 2011; Bowyer et al. 2003, perbedaan nilai BJ kayu disebabkan adanya
perbedaan struktur anatomis kayu yang meliputi macam sel penyusun kayu termasuk penyebarannya, keberadaan saluran interselluler, kandungan bahan
kimia dan ketebalan dinding sel. Dari Tabel 7 diketahui bahwa kelas kuat keenam jenis kayu yang diteliti
bervariasi: T. decorticata Kelas Kuat I, B. parviflora Kelas Kuat I-II, T. grandis Kelas Kuat II, V. cofassus Kelas Kuat II-III, sedangkan S. laevigata Kelas Kuat
III. Dari segi kekuatan, kelima jenis tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal. Menurut standar BKI 1989, persyaratan minimal kelas kuat
kayu untuk suatu konstruksi adalah Kelas Kuat III. Dari Tabel 7 diketahui pula bahwa kelas awet seluruh jenis kayu yang
diteliti bervariasi: T. grandis Kelas Awet I-II, T. decorticata Kelas Awet II, V. cofassus Kelas Awet II-III, B. parviflora Kelas Awet III dan S. laevigata Kelas
Awet IV. Dari segi keawetan kayu, S. laevigata perlu diawetkan terlebih dahulu karena tergolong kurang awet.
Tabel 8 memuat persyaratan teknis kayu sebagai bahan baku pembuatan kapal untuk masing-masing bagian konstruksi kapal atau penggunaannya.
Tabel 8 Persyaratan teknis kayu konstruksi kapal
Penggunaan Persyaratan Teknis
Lunas Tidak mudah pecah, tahan binatang laut
Gading-gading Kuat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Kulitlambung Kuat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Bangunan atas dan dudukan mesin
Ringan, kuat, awet, keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin
Pembungkus es dan baling- baling
Lunak, sehingga tidak merusak logam Sumber: Dumanauw 1982 dalam Kusumanti 2009
28 Berdasarkan persyaratan teknis sebagaimana Tabel 8, maka jenis-jenis
kayu alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya harus memiliki BJ, kelas kuat dan kelas awet yang mendekati atau relatif sama dengan kayu-kayu yang selama
ini digunakan. Jenis-jenis lokal lebih diutamakan karena selain relatif mudah dalam hal pengadaan sekaligus untuk meningkatkan pemanfaatan kayu secara
lebih maksimal. Jenis-jenis kayu yang berpotensi menjadi kayu alternatif disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis kayu yang digunakan, jenis kayu alternatif dan penggunaannya
Keterangan: BJ = Berat Jenis; KK = Kelas Kuat; KA = Kelas Awet Sumber: Seng 1990, Whitmore et al. 1989 dan Martawijaya et al. 2005
b
Dari Tabel 9 diketahui bahwa untuk tujuan gading-gading kapal, kayu T. grandis dapat diganti dengan kayu Artocarpus spp., Albizzia lebbeck dan atau
Jenis Kayu Jenis Kayu Alternatif
Penggunaan
T. grandis 1.
Artocarpus spp. BJ = 0,64; KK = II-III; KA = II-III; Asal Muna
2. Albizzia lebbeck BJ = 0,69; KK = II; KA = II; Asal
Muna 3.
Shorea laevifolia BJ = 0,91; KK = I-II; KA = I-II; Asal Kalimantan
gading-gading kerangka dasar
kapal
S. laevigata 1.
Canarium hirsutum BJ = 0,61; KK = II-III; KA = IV-V; Asal Muna
2. Garuga floribunda BJ = 0,60; KK = II-III; KA =
III; Asal Muna 3.
Peronema canescens BJ = 0,63; KK = II-III; KA = III; Asal seluruh Kalimantan
4. Shorea acuminata BJ = 0,51; KK = III-IV; KA =
III-IV; Asal Kalimantan kerangka tiang
bagian atas kapal, ruangan
kapten kapal
B. parviflora 1.
Rhizophora stylosa BJ = 1,04; KK = I; KA = III; Asal Kendari
2. Rhizophora gymnorhiza BJ = 0,94; KK = I-II; KA =
III; Asal Buton paku kapal
V. cofassus 1.
Xylocarpus moluccensia BJ = 0,74; KK = II; KA = II-III; Asal Kolaka
2. Gannophyllum falcatum BJ = 0,79; KK = I-II; KA =
III; Asal Buton kerangka dasar
bagian atas kapal, lantai
kapal
T. decorticata 1.
Maranthes corymbosa BJ = 0,96; KK = I; KA = III; Asal Kolaka
2. Diploknema oligomera BJ = 1,12; KK = I; KA = I-
II; Asal Kendari 3.
Xanthostemon confertiflorum BJ = 1,28; KK = I; KA = I; Asal Kolaka
lunas kapal, dasar bawah
kapal
Matikuli 1.
Lagerstroemia speciosa BJ = 0,69; KK = II-III; KA = II-III; Asal Muna
2. Shorea laevifolia BJ = 0,91; KK = I-II; KA = I-II;
Asal Kalimantan 3.
Intsia retusa BJ = 0,74; KK = II; KA = I-II; Asal Muna
lambung kulit kapal
29 Shorea laevifolia sebagaimana Sosef et al. 1998, Lemmens et al. 1995 dan
Dumanauw 1982 dalam Kusumanti 2009. Menurut Sosef et al. 1998, kayu A. lebbeck dapat digunakan sebagai bahan baku untuk konstruksi rumah, jembatan,
alat musik dan perahu; kayu Artocarpus spp. untuk konstruksi ringan, vener dan pembuatan perahu Lemmens et al. 1995, sedangkan kayu S. laevifolia dapat
digunakan sebagai gading-gading kapal Dumanauw 1982 dalam Kusumanti 2009.
Untuk kerangka tiang bagian atas kapal dan ruangan kapten kapal, kayu S. laevigata dapat digantikan oleh kayu Canarium hirsutum, Garuga floribunda,
Peronema canescens dan atau Shorea acuminata. Menurut Dumanauw 1982 dalam Kusumanti 2009, kayu S. acuminta dan C. hirsutum dapat digunakan
sebagai bangunan atas dan dudukan mesin. Menurut Heyne 1987, kayu G. floribunda dapat digunakan untuk bahan kayu konstruksi bangunan dan peti mati,
sedangkan menurut Mandang dan Pandit 1997, kayu P. canescens dapat digunakan untuk dinding, rangka pintu dan jendela karena memiliki kesan
dekoratif. Untuk bahan paku kapal, kayu-kayu hutan mangrove terutama Rhizophora
stylosa dan R. ghymnorhiza dapat menggantikan kayu B. parviflora. Menurut Martawijaya et al. 2005
b
, kayu-kayu dari famili Rhizophoraceae biasa digunakan untuk tiang, balok perumahan dan tongkat jemuran daun tembakau.
Untuk kerangka dasar bagian atas dan lantai kapal, kayu V. cofassus dapat digantikan oleh kayu Xylocarpus moluccensia dan atau Gannophyllum falcatum.
Menurut Sosef et al. 1998, kayu G. falcatum dapat digunakan sebagai bahan konstruksi rumah, jembatan, jendela dan dek kapal, kayu X. moluccensia memiliki
kualitas tinggi untuk furnitur. Untuk lunas atau bagian bawah kapal, kayu T. decorticata dapat
digantikan oleh kayu Maranthes corymbosa, Diploknema oligomera dan atau Xanthostemon confertiflorum. Sosef et al. 1998 menyebutkan bahwa kayu D.
oligomera biasa digunakan untuk kayu perkapalan, lantai dan furnitur, sedangkan kayu X. confertiflorum untuk pembuatan kapal, bangunan rumah dan jembatan.
Dengan kadar silika yang tinggi, kayu M. corymbosa cocok untuk bahan
30 pembuatan kapal karena tahan terhadap serangan binatang laut penggerek kayu
Martawijaya et al. 2005
b
. Kayu Matikuli selama ini digunakan sebagai bahan lambung atau kulit
kapal. Kayu-kayu S. laevifolia, Lagerstroemia speciosa dan atau Intsia retusa berpotensi menjadi pengganti kayu Matikuli. Dumanauw 1982 dalam
Kusumanti 2009 menyebutkan bahwa kayu S. laevifolia dan L. speciosa selain sebagai gading-gading kapal juga dapat digunakan untuk lambung kapal. Menurut
Sosef et al. 1998, kayu L. speciosa dapat digunakan sebagai bahan baku kayu perkapalan, kayu bangunan dan jembatan. Kayu I. retusa dapat digunakan untuk
konstruksi yang berhubungan dengan air seperti jembatan dan kapal Soerianegara dan Lemmens 1993.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN