24 Serat memiliki fungsi penting dalam mendukung sifat mekanis suatu
jenis kayu. Kayu dengan serat yang lebih tebal memiliki kekuatan yang lebih tinggi Bowyer et al. 2003.
4.3 Identifikasi Kayu
Tabel 6 memuat rekapitulasi hasil pengamatan makro- dan mikroskopis terhadap enam potongan sampel kayu yang diteliti. Hasil yang diperoleh telah
dicocokan dengan data kayu otentik dan data sekunder lainnya. Tabel 6 Hasil identifikasi jenis keenam potongan kayu
Kode Sampel
Karakteristik Kayu Hasil Pengamatan Jenis Kayu
A Warna bagian teras coklat tua, gubalnya putih keabuan,
lingkaran tumbuh jelas, ada corak yang khas, serat lurus hingga agak berpadu, tekstur sedang, pori tata lingkar, bidang perforasi
sederhana, noktah berselang-seling, terdapat tilosis dan endapan putih, jari-jari multiseriate-heteroseluler, tidak ada silika dan
kristal, dengan sel parenkim paratrakeal tipe selubung dan pita marjinal
Tectona grandis
B Kayu coklat muda, lingkaran tumbuh tidak jelas, tidak bercorak,
serat lurus, tekstur halus, pori tata baur, bidang perforasi sederhana, noktah selang-seling, ada tilosis, jari-jari uniseriate,
heteroseluler, ada silika, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang
Santiria laevigata
C Warna bagian teras coklat kemerahan, gubalnya coklat
kekuningan, lingkaran tumbuh tidak jelas, tidak bercorak, serat lurus, tekstur halus, pori tata baur, bidang perforasi bentuk
tangga, noktah bentuk tangga, ada tilosis dan juga endapan putih, jari-jari multiseriate-heteroseluler, ada kristal, dengan sel
parenkim paratrakeal tipe jarang Bruguiera
parviflora
D Kayu putih kelabu, lingkaran tumbuh tidak jelas, tidak bercorak,
serat lurus hingga agak berpadu, tekstur sedang, pori tata baur, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling, ada tilosis,
sel jari-jari biseriate-homoseluler, ada kristal, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang dan tipe selubung
Vitex cofassus
E Kayu coklat tua kemerahan, lingkaran tumbuh tidak jelas, tidak
bercorak, serat lurus hingga berombak, tekstur halus, pori tata baur, bidang perforasi sederhana, noktah berhadap-hadapan, ada
tilosis dan juga endapan putih, jari-jari uniseriate-heteroseluler, ada silika, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang dan tipe
aliform Tristaniopsis
decorticata
F Bagian teras coklat kemerahan, gubalnya kuning kelabu,
lingkaran tumbuh tidak jelas, tidak bercorak, serat lurus, tekstur halus, pori semi tata lingkar, bidang perforasi sederhana, noktah
berselang-seling, jari-jari uniseriate-heteroseluler, ada kristal, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang, aliform hingga
konfluen Anogeissus
acuminata, Ziziphus spp.,
Eucalyptopsis spp. atau
Dysoxylum spp.
25 Dari Tabel 6 diketahui bahwa seluruh potongan sampel kayu yang diteliti
dapat diidentifikasi jenisnya, kecuali sampel F. Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri makro- dan mikroskopisnya diketahui bahwa sampel A adalah kayu
Tectona grandis jati, sampel B adalah kayu Santiria laevigata besulo, sampel C kayu Bruguiera parviflora bakau, sampel D kayu Vitex cofassus bitti dan
sampel E adalah kayu Tristaniopsis decorticata besi. Karakteristik kayu T. grandis adalah lingkaran tumbuh jelas, warna kayu
coklat muda hingga coklat merah tua teras dan putih kelabu gubal, tekstur agak kasar sampai kasar, serat lurus bergelombang sampai agak berpadu, pori tata
lingkar, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling, parenkim paratrakeal selubung serta ada juga yang berbentuk pita marjinal, tidak ditemukan
kristal, memiliki endapan padat berwarna putih dan juga tilosis Mandang Pandit 1997; Martawijaya et al. 2005
a
dan Ogata et al. 2008. Kayu S. laevigata memiliki karakteristik: lingkar tumbuh tidak jelas,
warna kayu merah muda pucat teras dan coklat muda gubal, tekstur agak halus, serat lurus, pori tata baur, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling,
parenkim paratrakeal jarang, lebar jari-jari umumnya satu seri tetapi ada juga yang beberapa 2 seri, ada tilosis dan silika Abdurrohim et al. 2004 dan Ogata et al.
2008. Ciri-ciri kayu B. parviflora antara lain adalah warna coklat muda sampai coklat merah tua teras dan kuning coklat sampai coklat muda gubal, tekstur
halus, serat lurus, pori tata baur, bidang perforasi bentuk tangga, noktah bentuk tangga, parenkim paratrakeal
jarang, memiliki tilosis dan kristal Martawijaya et al. 2005
b
dan Ogata et al. 2008. Ciri-ciri kayu V. cofassus adalah lingkaran tumbuh tidak begitu jelas,
warna pada bagian teras putih agak kelabu, kuning kelabu hingga coklat dan tidak tegas batasnya dengan gubal, tekstur halus sampai agak kasar, serat lurus
bergelombang sampai agak berpadu, porinya tata baur, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling, parenkim berbentuk jarang serta selubung,
mengandung kristal dan tilosis Mandang Pandit 1997 dan Ogata et al. 2008. Heyne 1987 menyebutkan bahwa kayu V. cofassus memiliki nama daerah antara
lain kayu Gofasa, Bupasa, Katondeng dan Bitti. Ciri-ciri umum kayu T. decorticata adalah warna coklat tua kemerahan, tekstur halus, serat berpadu
26 hingga berombak, pori umumnya soliter, jari-jari uniseriate, parenkim jarang,
mengandung tilosis, endapan dan silika Sosef et al., 1998. Pelacakan melalui komputer database ciri-ciri kayu otentik Indonesia
maupun pencocokan secara manual Heyne 1987, Soerianegara Lemmens 1993, Lemmens et al. 1995, Mandang Pandit 1997, Sosef et al. 1998,
Abdurrohim et al. 2004, Martawijaya et al. 2005
a
, Martawijaya et al. 2005
b
dan Ogata et al. 2008, tidak menemukan satu species pun dengan karakternya sama
dengan karakter hasil pengamatan terhadap sampel F. Hanya kayu-kayu Anogeissus acuminata yang berasal dari India Sosef et al. 1998 serta Ziziphus
spp., Eucalyptopsis spp. dan Dysoxylum spp. data base ciri-ciri kayu otentik Indonesia yang paling mendekati. Karakter sampel F yang diamati bercirikan:
lingkar tumbuh tidak begitu jelas, tidak bercorak, serat lurus, tekstur halus, pori semi tata lingkar, bidang perforasi sederhana, noktah berselang-seling, jari-jari
uniseriate-heteroseluler, ada kristal, dengan sel parenkim paratrakeal tipe jarang, aliform hingga konfluen.
Berdasarkan informasi dari pengrajin, nama lokal sampel F adalah kayu Matikuli. Kayu ini sekarang sudah semakin sulit diperoleh sehingga fungsinya
diganti dengan kayu T. decorticata.
4.4 Penentuan Jenis Kayu Alternatif