BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Juli 2012 di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan Pustekolah, Bogor dan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3.2
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah enam buah potongan kecil kayu dari salah satu tempat pembuatan galangan kapal ikan tradisional di Kota Kendari,
Kecamatan Kendari, Sulawesi Tenggara Gambar 1. Bentuk potongan kecil tersebut tidak beraturan, dengan dimensi berkisar 5-14 cm panjang, 3-4 cm
tebal dan 4-5 cm lebar. Keenamnya secara fisik dan penampakan luar adalah berbeda. Menurut pengrajin, nama lokal keenam potongan kecil kayu tersebut
adalah Jati sampel A, Besulo sampel B, Bakau sampel C, Bitti sampel D, Besi sampel E dan Matikuli sampel F. Semua sampel didatangkan dari daerah
sekitar kota Kendari, Kolaka, Muna, Buton dan Sulawesi. Umur, diameter dan posisi kayu dalam batang pohon tidak diketahui. Bahan lainnya terdiri dari
alkohol 10, 30, 50, 70, 90 dan alkohol absolut, safranin, gliserin, aquades, KClO
3
, HNO
3
50, karboksilen, toluena dan entelan.
Gambar 1 Keenam potongan sampel uji: Sampel A, B, C, D, E dan F
B
E A
D F
C
11 Peralatan yang digunakan adalah object glass, cover glass, tabung reaksi,
gelas ukur, cawan petri, pipet, waterbath, wadah bekas film, kuas, kertas saring, kertas lakmus biru, gergaji, pisau cutter, loupe, mikroskop, kamera digital, kamera
mikrofoto dan mikrotom datar.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan sampel uji
Potongan kayu yang tidak beraturan tadi kemudian dibentuk sesuai dengan kebutuhan untuk proses identifikasi baik makro Gambar 2 maupun
mikroskopis Gambar 3.
Gambar 2 Bentuk contoh uji sebelum dilunakkan
Sumber: Pandit dan Prihatini 2010
Gambar 3 Bentuk contoh uji yang siap untuk disayat
Sumber: Pandit dan Prihatini 2010
b. Pengamatan ciri makroskopis
Ciri makroskopis yang diamati meliputi warna, corak, tekstur dan arah serat. Prosedur yang dilakukan untuk setiap ciri makroskopis adalah sebagai
berikut: 1.
Warna Warna kayu diamati pada penampang tangensial dalam kondisi agak
basah. Warna yang diperoleh selanjutnya dicocokan dengan daftar warna produk cat Propan tahun 2010 Glasskote dan Synthetic 2000 Lampiran 1.
12 2.
Corak Pengamatan corak dilakukan berdasarkan gambaran riap tumbuh atau
jelas tidaknya perbedaan antara kayu awal dan kayu akhir di penampang tangensial atau radial.
3. Tekstur kayu
Tekstur kayu diamati secara kuantitatif dengan mengkategorikannya dalam beberapa kelas yaitu halus, sedang dan kasar berdasarkan ukuran
pori Wheeler et al. 2008. 4.
Arah serat Penentuan arah serat dilakukan dengan mengamati arah orientasi
longitudinal sel-sel dominan kayu terhadap sumbu batang. Arah serat juga dapat diamati melalui hasil dokumentasi terhadap warna atau corak kayu.
c. Pengamatan ciri mikroskopis dan pengukuran dimensi serat
1. Pembuatan sayatan mikrotom
Contoh uji Gambar 3 direbus dalam air selama 3 hari lalu dipindahkan dan direndam dalam wadah yang berisi larutan gliserin dan alkohol 96
dengan perbandingan 1:1 hingga lunak selama beberapa hari hingga satu minggu tergantung pada jenis kayu. Contoh uji diangkat lalu ditiriskan dan
siap disayat. Sayatan yang dihasilkan kemudian dicuci dengan aquades lalu diwarnai dengan safranin. Selanjutnya sayatan diproses menurut metode
Sass 1961 yaitu didehidrasi dalam alkohol bertingkat mulai 30 hingga alkohol absolut dan kemudian direndam dalam karboksilen lalu dalam
toluena selama 5 menit untuk membebaskan sayatan dari sisa safranin yang ada. Sayatan kemudian diletakkan di atas object glass, ditetesi entelan dan
ditutup dengan cover glass. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dan siap untuk didokumentasi.
Beberapa ciri mikroskopis yang diamati adalah: i.
Pori sel pembuluh Pengamatan pori dilakukan pada slide mikrotom yang dibuat. Pada
penampang lintang yang diamati adalah pengelompokan pori, penggabungan pori, pola penyebaran pori, diameter pori dan jumlah
13 pori per mm², sedangkan pada penampang radial dan tangensial
meliputi tipe bidang peforasi dan tipe noktah antar pembuluh. ii.
Jari-jari Di penampang lintang, yang diamati adalah lebar seri dan
frekuensi jari-jari, di penampang radial komposisi jari-jari, sedangkan di penampang tangensial adalah lebar dan tinggi jari-jari.
iii. Parenkim
Pengamatan tipe sel parenkim dilakukan menggunakan mikroskop mikrofoto untuk mempertegas hasil pengamatan makroskopis.
2. Pembuatan preparat maserasi
Contoh uji dipotong-potong menjadi seukuran batang korek api chip kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan KClO
3
dan HNO
3
50. Tabung reaksi selanjutnya dimasukkan ke dalam waterbath dan dipanaskan pada suhu 60°C sampai chip berubah menjadi
putih kekuningan dan terlihat lunak. Tabung berisi chip didinginkan beberapa menit lalu dipindahkan ke kertas saring. Kemudian chip yang
telah menjadi serat dicuci bersih dengan aquades hingga bebas asam, lalu dipindahkan ke dalam wadah bekas film, diberi pewarna safranin sekitar
3-5 tetes dan dibiarkan sekitar 3-6 jam. Serat yang telah diwarnai dicuci dengan aquades lalu didehidrasi bertingkat dalam alkohol 10 hingga 50.
Serat yang sudah terpisah lalu diletakkan di atas object glass selanjutnya ditutup dengan cover glass dan siap untuk diamati dan diukur.
Sel yang diamati adalah pembuluh dan serat. Dimensi sel pembuluh yang diukur meliputi panjang dan diameternya, sedangkan dimensi serat
meliputi panjang dan diameter serat serta diameter lumen. Jumlah sel pembuluh yang diukur sebanyak 15 sampel, sedangkan jumlah serat
sebanyak 30 sampel. Panjang serat, panjang pembuluh dan diameter pembuluh diukur menggunakan perbesaran empat kali, sedangkan diameter
serat dan diameter lumen menggunakan perbesaran 10-20 kali. Pengamatan ciri anatomi sel-sel penyusun kayu didasari oleh prosedur
standar sebagaimana IAWA List Wheeler et al. 2008.
14 d. Analisis data dan identifikasi jenis kayu
Data yang bersifat kualitatif seperti warna, corak, tekstur, arah serat, bentuk pori, penyebaran pori dan tipe parenkim diamati dan dianalisis secara
deskriptif; sedangkan data yang bersifat kuantitatif seperti panjang dan diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serta panjang dan diameter
pembuluh dihitung nilai rata-rata dan simpangan bakunya menggunakan program Microsoft Excel 2007. Data yang dihasilkan kemudian ditabulasi.
Berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan didentifikasi jenis dengan mencocokan data yang diperoleh dengan data kayu otentik yang
ada di Pustekolah, Bogor Xylarium Bogoriensis 1915 serta dengan data-data yang termuat dalam buku acuan seperti Atlas Kayu Indonesia Jilid I
Martawijaya et al. 2005
a
, Atlas Kayu Indonesia Jilid II Martawijaya et al. 2005
b
dan Atlas Kayu Indonesia Jilid III Abdurrohim et al. 2004, Identification of the Timbers of Southeast Asia and the Western Pacific Ogata
et al. 2008, Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan Mandang dan Pandit 1997, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV Heyne 1987 dan
buku-buku terbitan Prosea: major commercial timbers Soerianegara dan Lemmens 1993, minor commercial timbers Lemmens et al. 1995 dan lesser
known timbers Sosef et al. 1998.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN