Sifat Makroskopis HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Makroskopis

Hasil pengamatan makroskopis meliputi warna, corak, tekstur dan arah serat kayu disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti Kode Sampel Warna Corak Tekstur Arah serat A Teras coklat tua 2480; gubal putih keabuan 1104 Ada Sedang 110,01 ± 31,12 µ m Lurus hingga agak berpadu B Coklat muda 1403 Tidak Ada Halus 98,51 ± 23,09 µ m Lurus C Teras coklat kemerahan 3404; gubal coklat kekuningan 2101 Tidak Ada Halus 88,62 ± 14,32 µ m Lurus D Putih kelabu 1104 Tidak Ada Sedang 110,98 ± 15,56 µ m Lurus hingga agak berpadu E Coklat tua kemerahan 3403 Tidak Ada Halus 86,74 ± 18,89 µm Lurus hingga berombak F Teras coklat 2409; gubal kuning kelabu 1129 Tidak Ada Halus 93,25 ± 18,89 µm Lurus a. Warna dan corak Hasil pengamatan menunjukan bahwa masing-masing potongan kayu yang diteliti memiliki warna yang bervariasi Gambar 4. Sampel A berwarna coklat tua 2480 pada bagian teras dan putih keabuan 1104 pada bagian gubal. Sampel B berwarna coklat muda 1403, sedangkan sampel C coklat kemerahan 3404 pada bagian teras dan coklat kekuningan 2101 pada bagian gubal. Sampel D dan E masing-masing berwarna putih kelabu 1104 dan coklat tua kemerahan 3403. Sampel F berwarna coklat 2409 pada bagian teras dan kuning kelabu 1129 pada bagian gubal. Menurut Hoadley 1990, warna kayu sangat berkaitan dengan kandungan zat ekstraktif yang ada. Pada umumnya kayu yang lebih gelap memiliki kandungan zat ekstraktif yang lebih banyak. Warna kayu yang lebih gelap menunjukkan bahwa kayu tersebut memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan faktor perusak, sedangkan warna yang lebih cerah 16 menandakan bahwa ketahanannya relatif lebih rendah Tsoumis 1991. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel A, B, C, E dan F memiliki ketahanan yang tinggi. a b c d e f Gambar 4 Warna dan corak kayu: a Sampel A; b Sampel B; c Sampel C; d Sampel D; e Sampel E; f Sampel F Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa hanya sampel A yang memiliki corak yang khas. Adanya corak akan memperindah penampilan kapal. Corak yang terdapat pada sampel A ditandai dengan garis-garis lingkaran tumbuh yang mirip dengan yang ada pada kayu Jati. Dengan demikian maka besar kemungkinan bahwa potongan sampel A adalah potongan kayu Jati sebagaimana informasi yang diperoleh. b. Tekstur Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keseluruhan sampel kayu yang diteliti bertekstur halus sampel B, C, E dan F hingga sedang sampel A dan D. Diameter pori sampel B, C, E dan F masing-masingnya adalah 98,51±23,09 µm, 88,62±14,32 µm, 86,74±18,89 µm dan 93,25±18,89 µ m, sedangkan diameter pori sampel A dan D berturut-turut adalah 110,01±31,12 µm dan 110,98±15,56 µm. Hal ini sesuai dengan Wheeler et al. 2008 dimana kayu dikatakan bertekstur halus bila diameter porinya 100 µ m dan bertekstur sedang bila diameter porinya 100-200 µm. 17 c. Arah Serat Hasil pengamatan menunjukkan bahwa arah serat pada potongan kayu yang diteliti berkisar antara lurus sampel B, C dan F, lurus hingga berpadu sampel A dan D dan lurus hingga berombak sampel E. Menurut Bowyer et al. 2003, arah serat dapat mempengaruhi sifat kayu khususnya sifat mekanis. Kayu dengan arah serat lurus menghasilkan kayu gergajian yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kayu berserat miring terutama serat berpadu interlocked grain dan terpilin spiral grain.

4.2 Sifat Mikroskopis