Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan Polong terhadap Viabilitas Benih Caisim (Brassica juncea L.)

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN METODE
PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS
BENIH CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh
YUNIARTININGSIH
A34402032

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN METODE
PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS
BENIH CAISIM (Brassica juncea L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


Oleh
YUNIARTININGSIH
A34402032

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
YUNIARTININGSIH. Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan
Polong Terhadap Viabilitas Benih Caisim (Brassica juncea L.). Dibimbing
oleh ENY WIDAJATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lama pengeringan dan metode
perontokan yang tepat dalam proses pengolahan benih caisim, sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih-Leuwikopo, IPB, Darmaga pada bulan Desember 2005 – Maret
2006.

Penelitian terdiri dari dua percobaan dengan menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak dengan dua faktor. Faktor pertama adalah lama
pengeringan yaitu 4 dan 8 jam. Faktor kedua adalah metode perontokan yaitu
menggunakan tangan dan dibanting-banting di dalam kantong plastik. Pada
percobaan I proses pengeringan menggunakan sinar matahari dan percobaan II
dengan box dryer.
Pada pengeringan dengan sinar matahari menunjukkan bahwa perlakuan
faktor tunggal metode perontokan hanya memperlihatkan pengaruh nyata terhadap
tolok ukur kecepatan perontokan. Sedangkan hasil pada pengeringan dengan
boxdryer, menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal lama pengeringan
memperlihatkan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kecepatan perontokan
dan interaksinya menunjukkan pengaruh nyata pada tolok ukur Daya
Berkecambah (DB).
Pada pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan nilai Daya Hantar
Listrik

(DHL),

Daya


Berkecambah

(DB),

Kecepatan

Tumbuh

(K CT ),

Keserempakan Tumbuh (K ST ), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) dan
kecepatan perontokan yang tidak berbeda dengan polong yang dikeringkan selama
4 jam maupun 8 jam dan dirontokkan dengan tangan maupun dibanting-banting di
dalam kantong plastik.
Pada pengeringan dengan boxdryer menghasilkan nilai Daya Hantar
Listrik (DHL), Kecepatan Tumbuh (K CT ), Keserempakan Tumbuh (K ST ), Berat
Kering Kecambah Normal (BKKN) dan kecepatan perontokan yang tidak berbeda

dengan polong yang dikeringkan selama 4 jam maupun 8 jam dan dirontokkan
dengan tangan maupun dibanting-banting di dalam kantong plastik. Penggunaan

boxdryer pada suhu sebesar 39-44o C dapat meningkatkan jumlah benih keras dan
segar tidak berkecambah.

Judul

: PENGARUH

LAMA

PENGERINGAN

DAN

METODE

PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS BENIH
CAISIM (Brassica juncea L.)
Nama

: Yuniartiningsih


NRP

: A34402044

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS.
NIP. 131 471 835

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan :

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 7 Juni 1984. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Sahil dan Ibu Siti Saodah.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 04 Pagi pada tahun 1990 dan
lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 213
Jakarta dan lulus tahun 1999. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan
ke SMU Negeri 44 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.
Tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian.
Selama menjalani kegiatan perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai
panitia dalam kegiatan kampus. Selain itu penulis juga pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) Agriculture for Kids dan Pembuatan Susu Jagung
Manis.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan Polong Terhadap Viabilitas

Benih Caisim (Brassica juncea L.)” ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mendapatkan lama pengeringan dan
metode perontokan polong yang tepat dalam proses pengolahan benih caisim,
sehingga tidak berdampak negatif terhadap viabilitas.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa, Mama, Izul, Firdaus, Tante Atie, Vidi dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan dorongan, kasih sayang, semangat, dan doa yang tiada hentinya
untuk keberhasilan penulis.
2. Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
sabar dan selalu memberi dorongan serta masukan kepada penulis.
3. Dr. Ir. Endang Murniati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan penguji
skripsi yang telah memberikan bimbingan, semangat dan masukan kepada
penulis.
4. Maryati Sari, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Keluarga besar Cikupa dan Leuwikopo yang telah membantu dan memberi
semangat kepada penulis selama penelitian ini.

6. Sahabat, teman-teman PmtTb 39, kost putri Hikari yang telah membantu,
memberi semangat, keceriaan, dan persahabatan selama ini.
Tak ada gading yang tak retak, semoga hasil skripsi ini dapat menjadi
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang dan dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2006
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL………………………………………………………

viii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................


xi

PENDAHULUAN………………………………………………………
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Hipotesis .......................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
Budi Daya Caisim (Brassica juncea L.)......................................
Metode Pengeringan.....................................................................
Metode Perontokan......................................................................
Kerusakan Mekanis dan Kemunduran Benih...............................
Viabilitas Benih............................................................................


4
4
5
6
7
9

BAHAN DAN METODE........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
Bahan dan Alat.............................................................................
Metode Penelitian.........................................................................
Pelaksanaan Penelitian.................................................................
Pengamatan..................................................................................

11
11
11
11
12
14


HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Kondisi Umum.............................................................................
Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan terhadap
Daya Hantar Listrik (DHL), Viabilitas Benih dan Kecepatan
Perontokan pada Pengeringan dengan Sinar Matahari.................
Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan terhadap
Daya Hantar Listrik (DHL), Viabilitas Benih dan Kecepatan
Perontokan pada Pengeringan dengan Boxdyer...........................
Hubungan antara Daya Hantar Listrik (DHL) dengan Viabilitas
Benih pada Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer...

17
17

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

31

LAMPIRAN.............................................................................................

33

19

23
27

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama
Pengeringan dan Metode Perontokan Polong terhadap
Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar
Matahari...................................................................................

18

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama
Pengeringan dan Metode Perontokan Polong terhadap
Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdryer.......

18

Pengaruh Metode Perontokan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar Matahari..............

19

Pengaruh Metode Perontokan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar Matahari..............

20

Nilai Rata-rata Indeks Efektifitas Pengolahan Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar
Matahari...................................................................................

22

Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdyer.........................

23

Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Nilai Rata-rata Daya Berkecambah
Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan
Boxdyer.....................................................................................

24

Nilai Rata-rata Interaksi Pengaruh Lama pengeringan dan
Metode Perontokan Terhadap Beberapa Tolok Ukur yang
diamati pada Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada
Pengeringan dengan Boxdyer...................................................

24

Nilai Rata-rata Indeks Efektifitas Pengolahan Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdryer.......

26

Lampiran
1

Nilai Suhu (o C) Saat Pengeringan dengan Sinar Matahari.......

33

2

Nilai Suhu (o C) Saat Pengeringan dengan Box dryer...............

33

3

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

33

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Sinar Matahari..........................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah
Normal Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan
Pengeringan Sinar Matahari.....................................................

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Perontokan
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Sinar Matahari..........................................................................

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

36

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

36

4

5

6

7

8

9

10

11

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN METODE
PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS
BENIH CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh
YUNIARTININGSIH
A34402032

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN METODE
PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS
BENIH CAISIM (Brassica juncea L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
YUNIARTININGSIH
A34402032

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
YUNIARTININGSIH. Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan
Polong Terhadap Viabilitas Benih Caisim (Brassica juncea L.). Dibimbing
oleh ENY WIDAJATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lama pengeringan dan metode
perontokan yang tepat dalam proses pengolahan benih caisim, sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih-Leuwikopo, IPB, Darmaga pada bulan Desember 2005 – Maret
2006.
Penelitian terdiri dari dua percobaan dengan menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak dengan dua faktor. Faktor pertama adalah lama
pengeringan yaitu 4 dan 8 jam. Faktor kedua adalah metode perontokan yaitu
menggunakan tangan dan dibanting-banting di dalam kantong plastik. Pada
percobaan I proses pengeringan menggunakan sinar matahari dan percobaan II
dengan box dryer.
Pada pengeringan dengan sinar matahari menunjukkan bahwa perlakuan
faktor tunggal metode perontokan hanya memperlihatkan pengaruh nyata terhadap
tolok ukur kecepatan perontokan. Sedangkan hasil pada pengeringan dengan
boxdryer, menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal lama pengeringan
memperlihatkan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kecepatan perontokan
dan interaksinya menunjukkan pengaruh nyata pada tolok ukur Daya
Berkecambah (DB).
Pada pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan nilai Daya Hantar
Listrik

(DHL),

Daya

Berkecambah

(DB),

Kecepatan

Tumbuh

(K CT ),

Keserempakan Tumbuh (K ST ), Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) dan
kecepatan perontokan yang tidak berbeda dengan polong yang dikeringkan selama
4 jam maupun 8 jam dan dirontokkan dengan tangan maupun dibanting-banting di
dalam kantong plastik.
Pada pengeringan dengan boxdryer menghasilkan nilai Daya Hantar
Listrik (DHL), Kecepatan Tumbuh (K CT ), Keserempakan Tumbuh (K ST ), Berat
Kering Kecambah Normal (BKKN) dan kecepatan perontokan yang tidak berbeda

dengan polong yang dikeringkan selama 4 jam maupun 8 jam dan dirontokkan
dengan tangan maupun dibanting-banting di dalam kantong plastik. Penggunaan
boxdryer pada suhu sebesar 39-44o C dapat meningkatkan jumlah benih keras dan
segar tidak berkecambah.

Judul

: PENGARUH

LAMA

PENGERINGAN

DAN

METODE

PERONTOKAN POLONG TERHADAP VIABILITAS BENIH
CAISIM (Brassica juncea L.)
Nama

: Yuniartiningsih

NRP

: A34402044

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS.
NIP. 131 471 835

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 7 Juni 1984. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Sahil dan Ibu Siti Saodah.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 04 Pagi pada tahun 1990 dan
lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 213
Jakarta dan lulus tahun 1999. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan
ke SMU Negeri 44 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.
Tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian.
Selama menjalani kegiatan perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai
panitia dalam kegiatan kampus. Selain itu penulis juga pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) Agriculture for Kids dan Pembuatan Susu Jagung
Manis.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan Polong Terhadap Viabilitas
Benih Caisim (Brassica juncea L.)” ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mendapatkan lama pengeringan dan
metode perontokan polong yang tepat dalam proses pengolahan benih caisim,
sehingga tidak berdampak negatif terhadap viabilitas.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa, Mama, Izul, Firdaus, Tante Atie, Vidi dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan dorongan, kasih sayang, semangat, dan doa yang tiada hentinya
untuk keberhasilan penulis.
2. Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
sabar dan selalu memberi dorongan serta masukan kepada penulis.
3. Dr. Ir. Endang Murniati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan penguji
skripsi yang telah memberikan bimbingan, semangat dan masukan kepada
penulis.
4. Maryati Sari, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Keluarga besar Cikupa dan Leuwikopo yang telah membantu dan memberi
semangat kepada penulis selama penelitian ini.
6. Sahabat, teman-teman PmtTb 39, kost putri Hikari yang telah membantu,
memberi semangat, keceriaan, dan persahabatan selama ini.
Tak ada gading yang tak retak, semoga hasil skripsi ini dapat menjadi
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang dan dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2006
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL………………………………………………………

viii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

xi

PENDAHULUAN………………………………………………………
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Hipotesis .......................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
Budi Daya Caisim (Brassica juncea L.)......................................
Metode Pengeringan.....................................................................
Metode Perontokan......................................................................
Kerusakan Mekanis dan Kemunduran Benih...............................
Viabilitas Benih............................................................................

4
4
5
6
7
9

BAHAN DAN METODE........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
Bahan dan Alat.............................................................................
Metode Penelitian.........................................................................
Pelaksanaan Penelitian.................................................................
Pengamatan..................................................................................

11
11
11
11
12
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Kondisi Umum.............................................................................
Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan terhadap
Daya Hantar Listrik (DHL), Viabilitas Benih dan Kecepatan
Perontokan pada Pengeringan dengan Sinar Matahari.................
Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode Perontokan terhadap
Daya Hantar Listrik (DHL), Viabilitas Benih dan Kecepatan
Perontokan pada Pengeringan dengan Boxdyer...........................
Hubungan antara Daya Hantar Listrik (DHL) dengan Viabilitas
Benih pada Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer...

17
17

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

31

LAMPIRAN.............................................................................................

33

19

23
27

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama
Pengeringan dan Metode Perontokan Polong terhadap
Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar
Matahari...................................................................................

18

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama
Pengeringan dan Metode Perontokan Polong terhadap
Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdryer.......

18

Pengaruh Metode Perontokan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar Matahari..............

19

Pengaruh Metode Perontokan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar Matahari..............

20

Nilai Rata-rata Indeks Efektifitas Pengolahan Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar
Matahari...................................................................................

22

Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Nilai Rata-rata
Kecepatan Perontokan Polong Benih Caisim (Brassica
juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdyer.........................

23

Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Nilai Rata-rata Daya Berkecambah
Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan
Boxdyer.....................................................................................

24

Nilai Rata-rata Interaksi Pengaruh Lama pengeringan dan
Metode Perontokan Terhadap Beberapa Tolok Ukur yang
diamati pada Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada
Pengeringan dengan Boxdyer...................................................

24

Nilai Rata-rata Indeks Efektifitas Pengolahan Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Boxdryer.......

26

Lampiran
1

Nilai Suhu (o C) Saat Pengeringan dengan Sinar Matahari.......

33

2

Nilai Suhu (o C) Saat Pengeringan dengan Box dryer...............

33

3

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

33

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Sinar
Matahari...................................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Sinar Matahari..........................................................................

34

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah
Normal Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan
Pengeringan Sinar Matahari.....................................................

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Perontokan
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Sinar Matahari..........................................................................

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

35

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

36

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih
Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan Boxdryer...

36

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Keserempakan Tumbuh
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Boxdryer...................................................................................

36

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah
Normal Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan
Pengeringan Boxdryer..............................................................

37

Analisis Ragam Pengaruh Lama Pengeringan dan Metode
Perontokan terhadap Tolok Ukur Kecepatan Perontokan
Benih Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pengeringan
Boxdryer...................................................................................

37

Penurunan Kadar Air Benih Caisim (Brassica juncea L.)
Selama Pengeringan dengan Sinar Matahari............................

37

Nilai Rata-rata Persentase Benih Keras dan Benih Segar
Tidak Berkecambah pada Benih Caisim (Brassica juncea L.)
dengan Pengeringan Boxdryer.................................................

38

Penurunan Kadar Air Benih Caisim (Brassica juncea L.)
Selama Pengeringan dengan Boxdryer.....................................

38

Analisis Regresi Hubungan Daya Hantar Listrik dan Daya
Berkecambah Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada
Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer..................

38

Analisis Regresi Hubungan Daya Hantar Listrik dan
Kecepatan Tumbuh Benih Caisim (Brassica juncea L.) pada
Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer..................

38

Analisis Regresi Hubungan Daya Hantar Listrik dan
Keserempakan Tumbuh Benih Caisim (Brassica juncea L.)
pada Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer.........

39

Analisis Regresi Hubungan Daya Hantar Listrik dan Berat
Kering Kecambah Normal Benih Caisim (Brassica juncea
L.) pada Pengeringan dengan Sinar Matahari dan Boxdryer...

39

Nilai Koefisien Korelasi antara Daya Hantar Listrik dengan
Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Keserempakan
Tumbuh dan Berat Kering Kecambah Normal Benih Caisim
(Brassica juncea L.) pada Pengeringan dengan Sinar
Matahari dan Boxdryer.............................................................

39

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1

2

3

4

Grafik Persamaan Regresi antara DHL dan DB Benih
Caisim (Brassica juncea L.) pada pengeringan dengan sinar
matahari dan boxdryer.............................................................

27

Grafik Persamaan Regresi antara DHL dan KCT Benih
Caisim (Brassica juncea L.) pada pengeringan dengan sinar
matahari dan boxdryer.............................................................

28

Grafik Persamaan Regresi antara DHL dan KST Benih
Caisim (Brassica juncea L.) pada pengeringan dengan sinar
matahari dan boxdryer.............................................................

28

Grafik Persamaan Regresi antara DHL dan BKKN Benih
Caisim (Brassica juncea L.) pada pengeringan dengan sinar
matahari dan boxdryer.............................................................

29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meskipun secara kuantitas Indonesia sudah mampu berswasembada
pangan, tetapi secara kualitas, mutu pangan yang dikonsumsi sebagian besar
penduduk masih tergolong rendah. Status kesehatan sebagian besar penduduk
Indonesia masih perlu ditingkatkan terus- menerus untuk memperbaiki kualitas
sumberdaya manus ia menyongsong era globalisasi. Malnutrisi baik yang
kekurangan vitamin maupun mineral masih terjadi, khususnya pada penduduk
yang berpenghasilan rendah.
Dengan adanya permasalahan

ini,

maka

diharapkan

masyarakat

mengkonsumsi sayur-sayuran hijau yang banyak mengandung nilai gizi tinggi.
Salah satu sayuran yang dapat dikonsumsi adalah caisim, karena caisim adalah
sayuran hijau sumber provitamin A dan asam askorbat yang baik untuk kesehatan
manusia. Selain itu, caisim juga dapat diproduksi secara murah dan dihasilkan
dalam volume besar.
Brassica juncea (L.) atau caisim telah dibudidayakan sejak abad ke-3 dan
merupakan salah satu sayuran penting Asia khususnya di Cina. Tanaman ini
merupakan tanaman sayuran subtropik yang banyak diusahakan di daerah
pegunungan (dataran tinggi) yang beriklim sejuk (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998). Sebagian besar sayuran sawi ini digunakan sebagai lalapan rebus. Daun
bagian dalam tidak terlalu getir dan disukai untuk salad, sedangkan daun terluar
yang lebih tua beraroma kuat dan karena itu biasanya dimasak.
Tanaman caisim ini masih me mpunyai prospek pemasaran yang baik. Pada
masa mendatang caisim merupakan sayuran yang masih digemari masyarakat. Hal
ini terlihat pada data statistik Departemen Pertanian dari tahun 2000 sampai
dengan 2004 produksi tanaman ini meningkat dari 454 815 ton per hektar menjadi
459 253 ton per hektar. Oleh karena itu, sejalan dengan berjalannya waktu dan
pertambahan penduduk, tidak menutup kemungkinan permintaan terhadap
tanaman caisim semakin meningkat sehingga permintaan terhadap benih caisim
juga mengalami peningkatan. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka usaha
peningkatan produksi caisim perlu dilakukan sejak dini.

Usaha untuk meningkatkan produksi caisim dapat dilakukan dengan
menggunakan benih bermutu tinggi disamping pengusahaan tehnik budidaya yang
baik. Benih bermutu yang meliputi mutu genetik, mutu fisiologi, dan mutu fisik
dapat tersedia jika dilakukan penanganan yang tepat. Penanganan yang dimaksud
meliputi penanganan pada saat produksi, pengolahan dan penyimpanan serta
pengujian benih yang tepat (Sadjad, 1972).
Pengolahan benih merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
terhadap benih mulai dari panen sampai dengan benih tersebut siap tanam.
Kegiatan tersebut mencakup pengeringan, perontokan, pembersihan, pemilahan,
dan penyimpanan. Meski tidak semua kelompok benih yang diperjualbelikan
mengalami semua proses tersebut, tetapi cara pengolahan benih pada setiap proses
dapat mempengaruhi viabilitasnya.
Pengeringan adalah salah satu tahapan proses pengolahan pasca panen
produk pertanian. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air benih
sampai batas yang aman untuk dirontokkan ataupun disimpan dalam jangka waktu
tertentu. Jika benih dirontok langsung di lapangan biasanya masih berkadar air
tinggi dan hal ini akan menyebabkan kerusakan pada benih.
Tingkat kerusakan mekanis dapat mempengaruhi vigor benih dan
mengakibatkan vigor benih menurun (Moore dalam Gomez, 1971). Kemudian
Byrd dalam Gomez (1971) menambahkan bahwa viabilitas dan vigor bibit
berbanding terbalik dengan tingkat kerusakan mekanis pada benih, terutama pada
benih yang tidak diperlakukan secara kimia.
Kerusakan mekanis akibat perontokan dapat mempengaruhi viabilitas
benih. Sumarno dan Widiati dalam Al Mursyid (1990) menyatakan bahwa jika
kadar air benih terlalu rendah (18%)
diperlukan tenaga yang besar untuk merontokkan benih dan mengakibatkan
terjadinya memar pada benih. Selanjutnya Justice dan Bass (2002) menambahkan
dua sifat penting yang mempengaruhi tingkat kepekaan benih terhadap kerusakan
adalah struktur benih serta mudah tidaknya benih dilepas dari polongnya
(misalnya pada benih legum dan Crucifera) atau dari tanaman induknya (misalnya
pada rerumputan). Tingkat kerusakan yang dapat ditimbulkannya dipengaruhi

oleh kadar air benih dan polong saat perontokan, tingkat kemasakan benih dan
faktor lainnya. Sedangkan penurunan tingkat kadar air dipengaruhi oleh metode
dan lamanya pengeringan. Hal ini juga diduga akan berdampak terhadap
viabilitas.
Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mencari lama
pengeringan dan metode perontokan yang tepat dalam proses pengolahan polong
caisim, sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap viabilitas. Selain itu, tingkat
kerusakan akan berdampak pada penyimpanan benih di dalam gudang simpan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lama pengeringan dan metode
perontokan polong yang tepat dalam proses pengolahan benih caisim sehingga
tidak berpengaruh negatif terhadap viabilitas.

Hipotesis
1. Lama pengeringan akan mempengaruhi kecepatan perontokan polong, tingkat
kerusakan, dan viabilitas benih.
2. Metode perontokan berpengaruh terhadap kecepatan perontokan polong,
tingkat kerusakan, dan viabilitas benih.
3. Terdapat interaksi antara lama pengeringan dan metode perontokan terhadap
kecepatan perontokan polong, tingkat kerusakan, dan viabilitas benih.

TINJAUAN PUSTAKA
Budi Daya Caisim (Brassica juncea L.)
Caisim memiliki nama ilmiah Brassica juncea L. dan merupakan tanaman
yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan (Cruciferae) dan tergolong tanaman
semusim yang menyerbuk silang (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Ciri-ciri dari
tanaman caisim ini adalah tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih
kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau (Haryanto,
Suhartini, dan Rahayu 2002).
Caisim merupakan sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung di
Indonesia. Kandungan yang terdapat dalam 100 g bahan antara lain: 95 g air, 1.2 g
protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 1940 mg vitamin A, 0.04 mg vitamin B1,
0.07 mg vitamin B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C, 102 mg kalsium, 2.0 mg zat
besi, 27 mg magnesium, 37 mg fosfor, 180 mg kalium dan 100 mg natrium
(Opena dan Tay, 1994).
Tanaman caisim diperbanyak dengan benih. Benih ditanam langsung ke
lapangan atau melalui persemaian. Benih caisim berbentuk bulat, berukuran kecil,
permukaanya licin mengkilap, agak keras dan berwarna coklat kehitaman
(Cahyono, 2003). Benih caisim ditanam sedalam 1-2 cm, dengan perkecambahan
berlangsung cepat pada suhu tanah 15-20o C, dan kualitas produksi terbaik tercapai
ketika tanaman matang selama suhu dingin hingga sedang yang seragam. Karena
pada suhu lebih dari 30o C umumnya menekan pertumbuhan. Tanah yang cocok
untuk ditanami caisim adalah tanah liat berpasir atau berlempung yang subur
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998) dan pada tingkat kemasaman tanah berkisar
antara pH 5.5-6.5 (Opena dan Tay, 1994). Sedangkan kebutuhan benihnya adalah
700 gram/ha (Nazaruddin, 1998).
Pengadaan benih caisim dapat diperoleh dengan cara menyiapkan benih
sendiri atau dengan membelinya di toko-toko pertanian. Benih yang dipersiapkan
sendiri harus memperhatikan beberapa hal, yaitu benih haruslah diambil dari bijibiji tanaman sehat, bebas dari hama dan penyakit serta hasilnya terbukti
memuaskan. Haryanto, Suhartini dan Rahayu (2002) menyatakan bahwa tanaman
yang digunakan untuk produksi benih dipanen pada umur yang lebih tua daripada

untuk tujuan konsumsi, yaitu setelah berumur lebih dari 70 hari. Selain itu,
lingkungan sekitarnya dibersihkan terlebih dahulu dari gulma atau tanaman lain,
sehingga kemurnian benih terjaga.
Akhir musim hujan merupakan pilihan yang tepat untuk bertanam caisim
(Nazaruddin, 1998). Waktu ini menjadi tepat karena benih yang ditanam akan
lebih aman dan tidak terbawa oleh air hujan karena ukurannya yang kecil dan
bobotnya yang relatif ringan.
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tahap ketiga
atau satu minggu sebelum tanam. Pemupukan dasar menggunakan pupuk
kandang, kompos atau pupuk hijau. Kemudian dilanjuti dengan pemupukan
susulan dengan menggunakan pupuk anorganik, yaitu pupuk Nitrogen (N),
Phosphat (P) dan Kalium (K) (Cahyono, 2003).
Penyakit bakteri penting yang berpengaruh pada tanaman kubis-kubisan
dan crucifera lain meliputi busuk hitam (Xanthomonas campestris), bercak daun
bakteri dan bercak daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Metode Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dengan sinar matahari
(sun drying) atau dengan alat pengering (artificial drying). Penjemuran dengan
panas matahari (sun drying) merupakan cara tradisional yang dilakukan di
Indonesia. Keuntungannya adalah energi yang didapat dari sinar matahari murah
dan berlimpah, terutama di daerah tropis. Kerugian dari cara ini adalah kadar air
benih tidak merata, penjemuran tergantung pada cuaca, waktu yang diperlukan
lebih lama dan banyak membutuhkan tenaga kerja (Sutopo, 2002).
Pengeringan buatan dengan alat mekanis (artificial drying) dikenal 3 cara
pengeringan, diantaranya adalah: (1) pengeringan tanpa pemanasan, yaitu
pengeringan yang dilakukan di daerah dengan udara relatif kering, kelembaban
nisbi di bawah atau sekitar 70%, (2) pengeringan dengan pemanasan tinggi, yaitu
pengeringan yang dilakukan dengan aliran dan tiupan udara kontinyu tinggi, yang
dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui suatu alat pemanas, dan (3)
pengeringan menggunakan suhu rendah, sehingga dapat menjaga kualitas benih
serta lebih aman dalam pelaksanaannya. Keuntungan dengan cara buatan ini

adalah suhu dapat diatur, kadar air benih dapat merata, tidak tergantung iklim,
waktu pengeringan lebih pendek dan mudah diawasi dalam pelaksanaanya
(Soedarsono, 1974).
Waktu yang dipergunakan untuk pengeringan benih ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu: (1) kondisi benih yang akan dikeringkan, benih dengan
kadar air awal yang tinggi dan diperlukan kadar air yang rendah sesudah
pengeringan maka akan memakan waktu pengeringan yang lama, selain itu tebal
tipisnya kulit benih juga menentukan lamanya pengeringan, (2) tebalnya timbunan
benih, tebal tipisnya timbunan benih mempengaruhi lamanya pengeringan, hal ini
juga tergantung pada jenis, besar, bentuk dan berat benih, (3) temperatur udara,
semakin tinggi temperatur udara makin cepat pengeringan. Sebaiknya temperatur
untuk pengeringan diatur antar 35-40o C (95-104o F), temperatur yang terlalu
tinggi akan merusak benih, (4) kelembaban nisbi udara, makin tinggi kelembaban
nisbi udara makin lama pengeringan berlangsung, dan (5) aliran udara, angin yang
mengangkut uap air dari benih akan mempercepat proses pengeringan, kecepatan
angin besar maka pengeringan dapat berlangsung lebih cepat (Soedarsono, 1974).

Metode Perontokan
Perontokan benih dilakukan jika setelah panen benih masih melekat pada
malai, polong, atau buah. Jika penyimpanan benih dilakukan masih dalam polong
atau buahnya maka akan memerlukan ruang simpan yang lebih besar.
Secara

tradisional

perontokan

benih

dapat

berupa

pengupasan,

penumbukan, pembenturan, atau penginjakan di atas lantai atau di tempat lainnya.
Secara mekanis sederhana perontokan dapat dilakukan dengan bantuan alat yang
digerakkan oleh tenaga manusia atau hewan. Alat perontok mekanis dapat berada
pada kombain atau berdiri sendiri.
Mugnisjah dan Setiawan (1995) menyatakan bahwa salah satu cara teknik
panen benih tanaman pakan ternak yaitu pemotongan, pengeringan dan
perontokan; cara ini merupakan teknik pemanenan tidak langsung karena setelah
tanaman dipotong dengan sabit kemudian dibiarkan terlebih dahulu di lapangan
dalam barisan-barisan untuk dikeringkan, kemudian diambil dan dirontok.
Membiarkan terlebih dahulu tanaman di lapangan dalam barisan-barisan

(windrowing) dimaksudkan pula untuk memberikan kesempatan benih mengalami
pematangan lebih sempurna sebelum dirontok. Cara ini menghadapi resiko
kerusakan benih oleh cuaca, kontaminasi benih, dan kehilangan benih.

Kerusakan Mekanis dan Kemunduran Benih
Kerusakan mekanis dapat terjadi pada saat prapanen, selama panen dan
setelah panen. Kerusakan mekanis tersebut meliputi kerusakan yang dapat terlihat
seperti kulit benih yang retak, benih pecah serta patahnya kotiledon dan poros
embrio (Copeland dan Mc Donald, 1995).
Delouche dalam Gomez (1971) mengklasifikasikan akibat dari kerusakan
mekanis, yaitu: 1) akibat langsung, hasil dari benturan atau luka yang
menyebabkan benih tidak sanggup berkecambah, 2) akibat tersembunyi, berupa
kemunduran benih, 3) akibat tidak langsung, pecahnya kulit benih menyebabkan
pengaruh perlakuan kimia dan fumigasi kurang baik.
Kemunduran benih merupakan perubahan yang tidak dapat balik, yang
mengurangi kapasitas hidup benih dan membawa kepada taraf kehilangan
kekuatan tumbuh dan daya berkecambah (Anderson dalam Sadjad, 1972). Salah
satu faktor yang menyebabkan kemunduran benih adalah kerusakan mekanis yang
disebabkan dalam kegiatan prosessing, baik dalam proses panen, pengeringan,
pembersihan maupun perontokan.
Syarat pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih
harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke permukaan benihnya.
Jika evaporasi dari permukaan benih berlagsung terlalu cepat, maka tekanan
kelembaban yang terjadi berlebihan sehingga akan merusak embrio benih dan
menyebabkan kehilangan viabilitasnya (Justice dan Bass, 2002).
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa benih berukuran kecil
cenderung bebas dari kerusakan mekanis selama panen dan benih yang berbentuk
bulat mengalami kerusakan mekanis yang lebih kecil dibandingkan benih yang
berbentuk lonjong. Justice dan Bass (2002) menambahkan bahwa kerusakan
karena benturan dan pengeringan atau penyimpanan yang tidak tepat bisa nampak
pada pengamatan sekilas, namun bisa juga tidak. Benih dapat menjadi retak-retak

di dalamnya karena mengalami benturan, terlampau kering atau terkena panas
yang tinggi. Namun kerusakan seperti itu tidak terlihat di permukaannya.
Kemunduran benih selalu dihubungkan dengan tingkat kerusakan yang
dialami kulit benih. Menurut Tatum dalam Sadjad (1972) faktor yang
menyebabkan mundurnya viabilitas benih di lapang dapat juga disebabkan antara
lain oleh kerusakan kulit benih dan kerusakan benih.
Kerusakan kulit benih ini akan mempengaruhi permeabilitas membran.
Abdul Baki dan Anderson (1970) menyatakan bahwa dengan ketidakhadiran kulit
benih, maka peningkatan kecepatan pengambilan air ke dalam benih dapat
menyebabkan membran sel rusak, dan kebocoran metabolit pada sejumlah sel
mempengaruhi atau mengakibatkan perkecambahan dan proses pertumbuhan yang
lambat. Kerusakan pada kulit benih dapat mempertinggi permeabilitas kulit benih
dengan banyaknya metabolit yang keluar dari dalam benih. Hal ini menyebabkan
perubahan fisiologis dalam protoplasma dari sel-sel dalam benih dan
mengakibatkan hilangnya persediaan makanan untuk embrio, untuk berkecambah
dan menjadi bibit (Tatum dalam Sadjad, 1972).
Kerusakan tidak hanya terjadi pada kulit benih tetapi dapat juga pada
embrio. Menurut Abdul Baki dan Anderson (1970) kerusakan mekanis itu
diantaranya rusaknya kulit benih, dan rusaknya struktur embrio yang
mengakibatkan pecahnya hipokotil dan epikotil.
Kerusakan mekanis pada embrio sangat sulit diketahui sampai benih
berkecambah. Hasil perkecambahan dengan adanya kerusakan ini yaitu struktur
kecambah yang patah sehingga dimasukkan dalam klasifikasi kecambah
abnormal.
Pemanenan benih yang terlalu dini, terlambat, terlalu basah atau terlalu
kering kemungkinan dapat menyebabkan viabilitas benih menjadi menurun.
Pemanenan dengan kadar air benih di atas 30% tidak baik bagi benih, karena
sukar untuk dirontokkan. Benih akan mudah rapuh apabila dikeringkan sampai
kadar air 20%, tetapi tergantung pada jenis (spesies) benih, ada yang baik dipanen
pada kadar air 10–12% (Kamil, 1979). Selain itu, Kuswanto (2003) menyatakan
bahwa jika benih dipanen pada masak fisiologis, maka kadar air benih masih
tinggi sehingga benih mudah mengalami kerusakan.

Segera setelah perontokan, benih biasanya berada dalam keadaan yang
rentan. Mugnisjah dan Setiawan (1995) menyatakan bahwa benih yang baru
dirontokkan biasanya mengandung kotoran berupa daun-daun yang pecah, cabang
dan sekam yang berkadar air tinggi sehingga hal ini lebih memperburuk situasi
karena benih itu sendiri sering berkadar air lebih tinggi dari yang diinginkan.
Bahkan jika disimpan dalam kantong tertutup atau wadah curah selama beberapa
jam akan menyebabkan pengurangan perkecambahan yang besar.
Prihandono (1994) melaporkan bahwa pada tingkat kadar air yang tinggi
diperlukan tenaga yang lebih besar untuk melepas benih kedelai dari polongnya
sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih besar. Sedangkan pada kadar air 1112% kerusakan ya ng ditimbulkan lebih kecil, karena pada tingkat kadar air
tersebut polong mudah pecah dan paling ideal untuk dirontokkan sehingga masih
cukup aman untuk benih dan tenaga yang digunakan untuk perontokan tidak
begitu besar. Selanjutnya Justice dan Bass (2002) menambahkan bahwa benih
lobak dapat rusak berat karena benturan bila selama proses perontokan kadar
airnya terlalu tinggi. Benih yang kadar airnya terlalu tinggi sulit dilepas dari
polongnya.

Viabilitas Benih
Copeland dan Mc Donald (1995) mengemukakan bahwa viabilitas benih
dipengaruhi oleh faktor genetik, kerusakan mekanis selama pengolahan,
kerusakan oleh mikroorganisme selama penyimpanan, serta kondisi lingkungan
saat imbibisi pada proses perkecambahan. Perkecambahan adalah muncul dan
berkembangnya struktur penting embrio serta menunjukkan kemampuan embrio
untuk berkembang menjadi tanaman normal pada keadaaan alam yang
menguntungkan.
Selain menurunkan produksi kecambah normal, pelukaan mekanis pada
benih juga dapat menurunkan daya simpan benih, dimana sebelum disimpan benih
tersebut mampu berkecambah secara normal (Justice dan Bass, 2002)
Daya Hantar Listrik (DHL) merupakan salah satu tolok ukur yang dapat
digunakan untuk vigor daya simpan (VDS). DHL ini pengukurannya didasarkan
pada adanya kebocoran elektrolit dari benih. Kebocoran elektrolit ini

mengindikasikan kemunduran benih. DHL semakin besar nilainya apabila benih
semakin mundur akibat elektrolit yang juga semakin besar (Sadjad, 1993).
Sejumlah benih dengan berat tertentu pada suhu kamar yang konsisten
direndam dalam aquades dan diukur dalam kurun waktu tertentu berapa tinggi
daya hantar listriknya (Sadjad, 1993). Benih yang mundur (menua atau
mengalami kerusakan mekanis) akan mengalami kebocoran bila kontak dengan
air. Kecepatan dan kuantitas bahan yang berdifusi keluar, biasanya diukur dengan
konduktometer listrik dengan cara menghitung resistensi air perendaman.
Metode perontokan yang digunakan dapat mempengaruhi viabilitas benih.
Soemardi (1991) menyatakan bahwa cara perontokan yang sering dilakukan
petani di Indonesia adalah cara memukul. Perontokan cara

memukul

menghasilkan viabilitas benih yang lebih rendah dibandingkan dengan cara rontok
sendiri. Selain itu, pada benih jagung manis yang dirontokkan menggunakan
tangan menghasilkan vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
mesin atau kayu perontok (Mukhlis, 2002).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Produksi Benih Petani Desa Cikupa
(Bogor), Unit Pengolahan Benih serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Institut Pertanian Bogor, Leuwikopo-Darmaga. Pene litian dilaksanakan mulai
bulan Desember 2005 sampai dengan Maret 2006.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polong caisim dari
petani caisim di Desa Cikupa (Bogor), plastik, kertas merang, kain strimin,
saringan, label, botol film, gelas ukur, tissu, aquabidest dan aquades.
Alat yang digunakan terdiri dari timbangan analitik, boxdryer, oven suhu
135o C dan 60o C, alumunium foil, termometer, desikator, cawan petri, alat
pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B dan konduktometer.

Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dua penelitian, yaitu Penelitian I:
pengeringan polong caisim dengan sinar matahari dan Penelitian II: pengeringan
polong caisim dengan boxdryer.
Kedua penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor I adalah lama pengeringan dengan
taraf; A1 = 4 jam dan A2 = 8 jam. Faktor II adalah metode perontokan dengan
taraf; B1 = menggunakan tangan dan B2 = dibanting-banting di dalam kantong
plastik. Dari penelitian ini akan diperoleh satuan percobaan 2 x 2 = 4 dan
dilakukan tiga kali ulangan pada penelitian I serta dua kali ulangan pada
Penelitian II.
Model rancangan penelitian yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Ki + Aj + Bk + (AB)jk + eijk
Yijk

= Nilai pengamatan pengaruh lama pengeringan ke-j, metode perontokan
ke-k dan kelompok ke-i

µ

= Nilai tengah pengamatan

Ki

= Nilai percobaan akibat pengelompokan ke- i

Aj

= Pengaruh lama pengeringan ke-j (j = 1,2)

Bk

= Pengaruh metode perontokan ke-k (k = 1,2)

(AB)jk = Interaksi pengaruh lama pengeringan ke-j dan metode perontokan ke-k

eijk

= Galat percobaan
Analisis data yang digunakan pada kedua penelitian ini adalah analisis

ragam dan uji lanjut yang digunakan adalah Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf a = 5 %. Selain itu digunakan analisis regresi dan korelasi
untuk menunjukkan hubungan dan keterikatan linear antar tolok ukur.

Pelaksanaan Penelitian
Penanaman Caisim (Brassica juncea L.)
Penananaman caisim (Brassica juncea L.) dilakukan di atas lahan seluas
200 m2 milik petani Desa Cikupa, Kecamatan Ciampea, Bogor. Ketinggian tempat
di daerah tersebut adalah 450 m dpl dengan curah hujan 2 898 mm/tahun.