BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagai mediator, Kantor Pertanahan Kota Medan mempunyai peran
membantu para pihak dalam memahami pandangan masing-masing dan membantu mencari hal-hal yang dianggap penting bagi mereka. Mediator
mempermudah pertukaran informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan kepentingan, persepsi, penafsiran terhadap situasi
dan persoalan-persoalan dan mengatur pengungkapan emosi. Dalam rangka membangun kepercayaan publik salah satu yang dilakukan oleh
BPN adalah melakukan percepatan penanganan dan penyelesaian kasus- kasus pertanahan sebagaimana diamanatkan dalam Tap MPR No.
XIMPR2001 yang juga merupakan bagian dari 11 agenda prioritas BPN- RI. Bahwa dalam pelaksanaan mediasi di Kantor Pertanahan Kota Medan
yang didasarkan kepada Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 34 Tahun 2007 Juknis No. 05JUKNISD.V2007, tipe mediator
Badan Pertanahan Nasional adalah authoritative mediator sehingga sulit
menghindarkan sikap apriori pihak-pihak yang bersengketa yang dapat menghambat proses mediasi.
2. Pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah melalui mediasi oleh BPN perlu
dilandasi dengan kewenangan-kewenangan yang sah berdasarkan peraturan perundang-undangan yaitu Perma 01 Tahun 2008. Hal ini
penting sebagai landasan BPN untuk mediator didalam penyelesaian sengketa pertanahan, karena pertanahan dikuasai oleh aspek hukum publik
dan hukum privat maka tidak semua sengketa pertanahan dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi, hanya sengketa pertanahan yang
dalam kewenangan sepenuhnya dari pemegang hak saja yang dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi.
3. Kurangnya penerapan sanksi perundang-undangan tersebut sangat
berpengaruh terhadap perlindungan hukum pemilik hak atas tanah dan masyarakat pada umumnya, oleh karena dengan mengacu pada konsep
teori kriminalisasi khususnya yang terkait dengan tujuan hukum pidana dimaksudkan bahwa setiap undang-undang pidana bertujuan untuk
menanggulangi kejahatan demi kesejahteraan masyarakat beserta anggota- anggotanya, demikian pulu dengan penetapan perbuatan yang tidak
dikehendaki dalam konsep kriminalisasi dimaksudkan harus sesuai dengan kriteria perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakat
dan perbuatan itu mengakibatkan adanya korban orang lain termasuk si pembuat
B. Saran