Tujuan dari pada seorang mediator tidak hanya sekedar, membantu para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka, tetapi lebih dari itu, dengan
mengidentifikasi kepentingan-kepentingan para pihak, dengan berorientasi pada masa yang akan dating, seorang mediator dapat saling bertukar pkiran yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak yang pada akhirnya membuat mereka merasa bahawa mereka telah menemukan standard keadilan personal.
24
2. Jenis Mediasi
Madiasi dapat dibagi menjadi dua katagori yakni mediasi di pengadilan litigasi dan mediasi diluar pengadilan non litigasi. Di banyak negara, mediasi
merupakan bagian dari proses litigasi, hakim meminta para pihak untuk mengusahakan penyelesaian sengketa mereka dengan menggunakan proses
mediasin sebelum proses pengadilan dilanjutkan. Inilah yang disebut mediasi di pengadilan. Dalam mediasi ini, seorang hakim atau seorang ahli yang ditunjuk
oleh para pihak dalam proses pengadilan, bertindak sebagai mediator. Di banyak Negara, seperti amerika serikat telah lama berkembang suatu mekanisme, di mana
pengedilan meminta para pihak untuk coba menyelesaikan sengketa mereka melalui cara mediasi sebelum diadakan pemeriksaan.
Ada dua jenis mediasi yang dimaksud PERMA No. 1 Tahun 2008 yaitu: 1.
Mediasi di pengedilan, mediasi ini ada dua tahap yaitu, yang pertama mediasi awal ligitasi, yakni mediasi yang dilaksanakan sebelum pokok
sengketa diperiksa. Kemudian mediasi yang dilakukan dalam pokok
24
Mediation: “A process to Regain Control Of Your Life”, 4 oktober 2006. Artikel.http: www.mediate.com,hal
1 diakses pada tanggal 25 November 2012.
pemeriksaan, dan hal ini juga terbagi menjadi dua yaitu, selama pemeriksaan tingkat pertama dan selama dalam tingkat banding dan
kasasi. 2.
Mediasi diluar pengadilan, yaitu mediasi yang dilaksanakan diluar pengadilan, kemudian perdamain terjadi dimohonkan kepengadilan untuk
dikuatkan dalam akta perdamaian.
25
Perbedaan utama antara mediasi dipengadilan dan mediasi diluar pengadilan adalah terletak pada pelaksanaan mediasi hukum jika dicapai
kesepakatan dalam menyelesaikan sengketa. Dalam mediasi dipengadilan, penyelesaian itu diratifikasi dan disetujui oleh hakim. Penyelesaian terhadap
sengketa tersebut berupa suatu penetapan dari hakim dan penetapan tersebut harus dilaksanakan oleh para pihak yang berperkaraseolah-olah sudah diputuskan oleh
hakim, hasilnya adalah berbetuk suatu kontrak perjanjian, baik kontrak baru maupun dalam bentuk revisi. Apabila salah satu pihak gagal memenuhi
kewajibannya sebagaimana tersebut didalam kontrak perjanjian yang telah disepakati dan dibuat bersama, maka pihak yang lain harus melakukan gugatan
hukum untk pelaksanaan kontrak tersebut. Pada umumnya sasaran dan prosedur mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan mempunyai kesamaan.
26
Ada beberapa model mediasi yang perlu diperhatikan oleh pelajar dan praktisi mediasi.
Lawrence Boulle, professor of law dan associate director of the Dispute Resolution Center, Bond University mengemukakan bahwa model-model
ini didasarkan pada model klasik tetapi berbeda hal tujuan yang hendak dicapai
25
Peraturan Mahkamah Agung No. Tahun 2008, Mahkamah Agung RI, 2008
26
Ibid
dan cara sang mediator melihat posisi dan peran mereka. Boulle menyebutkan ada empat model mediasi, yaitu: settlement mediation, facilitative mediation,
transformative mediation, dan evaluative mediation. Settlement mediation yang juga dikenal sebagai mediasi kompromi
merupakan mediasi yang tujuan utamanya adlah untuk mendorong terwujudnya kompromi dan tuntutan kedua belah pihak yang sedang bertikai. Dalam mediasi
model ini tipe mediator yang diehendakai adalah yang bersetatus tinggi sekalipun tidak terlalu ahli di dalam proses dan tekniok-teknik mediasi.
Facilitative mediation yang juga disebut sebagai mediasi yang berbasis kepentingan
interest-based dan problem solving merupakan mediasi yang bertujuan untuk menghindarkan disputants dari posisi mereka dan menegosiasikan
kebutuhan dan kepentingan para disputants dari pada hak-hak legal mereka secara kaku. Dalam model ini sang mediator harus ahli dalam aproses dan harus
menguasai teknik-teknik mediasi, meskipun penguasaan terhadap materi tentang hal-halsang mediator harus dapat memimpin proses mediasi dan mengupayakan
dialog yang konstruktif di antara disputants, serta meningkatkan upaya-upaya negosiasi dan mengupayakan kesepakatan.
Transformative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi, merupakan mediasi yang menekankan untuk mencari penyebab yang
mendasari munculnya permasalahan di antara disputants, dengan pertimbangan untuk meningkatkan hubungan di antara mereka melalui pengakuan dan
pemberdayaan sebagai dasar dari resolusi jalan keluar dari pertikaian yang ada. Dalam model ini sang mediator harusa dapat manggunakan terapi dan teknik
professional sebelum dan selama proses mediasi serta mengangkat isu relasihubungan melalui pemberdayaan dan pengakuan.
Evaluative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi normative merupakan model mediasi yang bertujuan untuk mencari kesepakatan bardasakan
kepada hak-hak legal dari para disputants dalam wlayah yang diantisipasi oleh pengadilan. Dalam hal ini sang mediator haruslah seorang yang ahli dan
menguasai bidang-bidang yang dipersengketakan meskipun tidak ahli dalam teknik-teknik mediasi. Peran yang biasa dijalankan oleh mediator dalam hal ini
ialah memberikan informasi dan saran serta persuasi kepada para disputants, dan memberikan prediksi tentang hasil-hasil yang akan didapatkan.
Garry Goodpaster menyatakan bahwa, mediasi tidak selalu tepat untuk diterapkan terhadap semua sengketa atau tidak selalu diperlukan untuk
menyelesaikan semua persoalan dalam sengketa tertentu. Mediasi akan berhasil atau berfungsi dengan baik bilaman sesuai dengan syarat-syarat. Syarat-syarat
tersebut diantaranya, para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar yang sebanding, para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan dimasa depan,
terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya pertukaran trade offs, terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan, tidak memiliki
permusuhan yang berlangsung lama dan mendalam, apabila para pihak mempunyai pendukung atau pengikut, mereka tidak dapat dikendalikan,
menetapkan Presiden atau mempertahankan suatu hak tidak lebih penting dibandingkan menyelesaikan persoalan yang mendesak, dan yang terakhir, jika
para pihak berada dalam proses litigasi, kepentingan-kepentingan lainnya tidak akan diperlakukan lebih baik dibandingkan mediasi.
B.
Perilaku Mediasi
Perilaku mediator, yaitu taktik dan strategi apa yang akan ia gunakan, ditentukan oleh konteks mediasi, tujuan atau sasaran mediator, dan persepsi
mediator. Beberapa pilihan strategis bagi prilaku mediator adalah:
27
1. Problem solving atau integrasi, yaitu usaha menemukan jalan keluar
“menang-menang”. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa mediator akan menerapkan pendekatan ini bila mereka memiliki perhatian yang besar
terhadap aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa jalan keluar menang-menang sangat mungkin dicapai.
2. Kompensasi atau usaha mengajak pihak-pihak yang bertikai supaya
membuat konsesi atau mencapai kesepakatan dengan menjanjikan mereka imbalan atau keuntungan. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa
mediator akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki perhatian yang besar terhadap aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap
bahwa jalan keluar menang-menang sulit dicapai. 3.
Tekanan, yaitu tindakan memaksa pihak-pihak yang bertikai supaya membuat konsesi atau sepakat dengan memberikan hukuman atau
ancaman hukuman. Salah satu perkiraan mengatakan bahwa mediator akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki perhatian yang sedikit
27
http:nevacipid.blogspot.com201103m-ediasi-adalah-negosiasi , diakses tanggal 21
November 2012
terhadap aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa kesepakatan yang menang-menang sulit dicapai.
4. Diam atau inaction, yaitu ketika mediator secara sengaja membiarkan
pihak-pihak yang bertikai menangani konflik mereka sendiri. Mediator diduga akan menggunakan strategi ini bila mereka memiliki perhatian
yang sedikit terhadap aspirasi pihak-pihak yang bertikai dan menganggap bahwa kemungkinan mencapai kesepakatan “menang-menang” tinggi.
C. Tahapan Mediasi