6 Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat
dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. Dalam tahapan mediasi seorang mediator harus memegang prinsip dan
bersikap yang benar-benar menjaga netralitas dan imparsialnya sebagai seorang penengah. Ada bebrapa prinsip seorang mediator dapat menjaga netralitasnya
dalam menangani sebuah perkara: 1.
Pahami karakteristik diri, sesuatu yang membuat marah atau freze 2.
Perhatikan gaya tubuh, sejauh mana perasaan mempengaruhi sikap 3.
Hati-hati terhadap pola perilaku yang akan membawa ke keadaan sulit 4.
Perhatikan orang yang sedang berinteraksi dengan anda 5.
Gunakan bahasa yang netral 6.
Datang sebagai orang yang “baru’ yang ingin tahu segala sesuatu 7.
Ambil break bila merasa perlu
D. Pandangan Hukum Mediasi dikota Medan dan Efektivitas Mediasi
1. Pandangan Hukum terhadap Mediasi
Sejarah penyelesaian konflik perkara secara damai telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia berabad-abad yang lalu. Masyarakat
Indonesia merasakan penyelesaian perkara secara damai telah mengantarkan mereka kepada kehidupan yang harmonis, adil, seimbang dan terpeliharanya dari
nilai-nilai kebersamaan komunalitas dalam masyarakat. Mengupanyakan
penyelesaian perkara masyarakat secara cepat dengan menjunjung tinggi kebersamaan dan tidak merampas atau menekan kebebasan individual.
Hukum acara Perdata Indonesia yang sepanjang ini berlaku, mengatur tentang perdamaian dalam menyelesaikan sengketa perdata yang dilakukan
melalui jalur medeiasi. Meski perkara telah diajukan kepengadilan, namun pada saat persidangan pertama kali digelar dengan dihadiri oleh kedua belah pihak baik
tergugat kuasanya maupun penggugat kuasanya, hakim wajib menanyakan pada kedua belah pihak apakah mereka telah menempuh jalur mediasi, apakah
para pihak yang bersengketa akan melakukan perdamaian yerlebig dahulu. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg.
Pasal tersebut mendorong para pihak yang bersengketa untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses
mediasi ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri sambil menunggu peraturan perundang-undangan dan dengan memperhatikan wewenang Mahkamah
Agung dalam mengatur acara peradilan yang belum cukup diatur oleh peraturan perundang-undangan.
Maka demi kepastian, ketertiban, dan kelancaran dalam proses mendamaikan para pihak dalam menyelesaikan suatu sengketa perdata, pasal 130
HIR maupun Pasal 154 RBg masih dijadikan landasan peraturan untuk pelaksanaan mediasi. Adapun isi dari pasal 130 HIR154 RBg sebagai berikut :
1. Apabila pada hari yang telah ditentukan, kedua belah pihak hadir, maka
pengadilan dengan perantaraan Ketua siding berusaha memperdamaikan mereka.
2. Jika perdamaian tercapai pada waktu persidangan, dibuat suatu akta-
perdamaian yang mana kedua belah pihak dihukum akan melaksanakan
perjanjian itu; akta-perdamaian itu berkekuatan dan dijalankan sebagai putusan yang biasa.
3. Terhadap putusan sedemikian itu tidak dapat dimohonkan banding.
4. Dalam usaha untuk memperdamaikan kedua belah pihak, diperlukan
bantuan seorang juru bahasa maka untuk itu diturut peraturan pasal berikut bila mediasi tidak tercapai maka pemeriksaan perkara dilanjutkan pada
persidangan selanjutnya sesuai dengan pasal 131 HIR155 RBg. Mengenai prosedur pelaksanaan mediasi tidak diatur secara jelas dan
terperinci oleh HIRRBg, maka oleh karena itu Mahkamah Agung mengambil kebijakan dengan mengeluarkan PERMA yang mengatur khusus tentang prosedur
ediasi sebagai peraturan yang menjalankan amanat Pasal 130 HIR154 RBg.
2. Efektivitas mediasi