Pengaruh Kondisi Simpan dan Perlakuan Invigorasi Pasca Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) pada Beberapa Periode Simpan

PENGARUH KONDISl SI&IP.-\N DAN PERLAKL.4Y [ N V I G O M S I
PASCA PENYI3IPAN.AN T E R H d D . 4 P VI.ABILlT.4S DAN VIGOR
BENIH KEDELAl (Glycine mar (L.) 31errill) PADA
BEBER.4PA PERIODE SIMP.4.V

Oleh

RATNA HARTIN
A 29.0818

JURUSAiY BUDIDAYA PERTAXI-&\
FAKULTAS PERTAXI.4N
INSTITUT PERTANI.4X BOGOR
1997

RINGKASAN
Ratna Hartini. Pengaruh Kondisi Simpan Perlakuan Invigorasi Benih terhadap Via
bilitas dan Vigor Benih Kedelai (Glycine mux (L.) Merrill) pada Beberapa Periode
Simpan. (Di bawah bimbingan Satriyas Ilyas).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi
benih terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai setelah dishpan pada berbagai kondisi

dan periode simpan.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Baranangsiang, ruang berpendingin di Jurusan Budidaya Pertanian, dan rumah kaca Jurusan
Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diawali dengan percobaan
pendahuluan yang dilakukan bulan Maret 1996, kemudian dilanjutkan penelitian utarna
selama 6 bulan sampai bulan Oktober 1996.
Percobaan ini terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah percobaan pendahuluan untuk menentukan: perbandingan benih, media dan air, lama invigorasi yang
optimum, konsentrasi GA3 yang optimum, potensial osmotik PEG-6000 yang optimum,
larutan garam jenuh untuk mengatur RH ruang simpan. Pengamatan dilakukan terhadap
tolok ukur kecepatan tumbuh (KcT), daya berkecambah (DB), bobot kering kecambah
normal (BKKN), dan keserempakan tumbuh (KsT).
Tahap kedua adalah percobaan utama yang dilakukan setelah percobaan pendahuluan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang
disusun secara faktorial. Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, yaitu kondisi ruang simpan
(K), perlakuan invigorasi (I). Faktor kondisi ruang simpan terdiri dari 4 taraf; K1: suhu
ruang AC (22"-26°C) dan RH 41%-43% (garam jenuh K2C03), K2: suhu ruang AC
(22"-26°C) &an RH 5 4 5 5 % (garam jenuh MgCL2),K3: suhu kamar (29"-31°C) dan RH
40.41% (garam jenuh K,CO,), K4: suhu kamar (29"-31°C) dan RH 53-54% (garam

jenuh MgC12). Faktor invigorasi benih; 10: kontrol, 11: media abu gosok tanpa GA,, 12:
media abu gosok dan GA,, 13: media serbuk gergaji tanpa GA,, 14: media serbuk
gergaji dan GA,, 15: osmoconditioning dengan PEG-6000, dan 16: hidrasi.

Viabilitas benih diamati dengan tolok ukur daya berkecambah (DB), dan bobot
kering kecambah normal (BKKN), sedangkan vigor benih dengan tolok ukur persentase
kecambah normal pada hitungan I (%KNI), keserempakan tumbuh (KsT), laju perkecambahan (LP) dan daya hantar listrik (DHL).
Perbandingan optimum untuk media serbuk gergaji adalah 9 g benih: 5 g media:
13 ml air didasarkan pada pengamatan viabilitas dan vigor benih, dengan lama condi-

tioning 12 jam. Pada media abu gosok perbandingan 9:6: 10,5 dianggap paling optimum, dilakukan selama 17 jam. Konsentrasi GA, yang paling optimum untuk meningkatkan kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan keserempakan tumbuh
adalah 200 ppm. Perlakuan osmoconditioning yang paling efektif adalah dengan perendarnan benih dalam PEG-6000 selama 2 hari pada potensial osmotik -6 bar.
Kondisi simpan benih kedelai pada suhu kamar (29-3 1"C) dan RH 40-45 % lebih
menguntungkan untuk memperpanjang umur simpan benih sampai 24 minggu daripada
suhu 22-26°C. RH 40-45 % , suhu 22-26 "C, RH 50-55 % , dan suhu 29-3 1"C, RH 5055%.
Dibandingkan dengan perlakuan invigorasi lainnya, matriconditioning menggunakan abu gosok atau serbuk gergaji tanpa GA, dapat meningkatkan viabilitas dan vigor
benih pada semua periode simpan (0, 8, 16, dan 24 minggu).

Osmoconditioning dengan PEG-6000 dapat meningkatkan integritas membran,
tetapi kurang efektif meningkatkan viabilitas benih dibandingkan perlakuan matricondi-

tioning. Demikian pula perlakuan hidrasi selama 17 jam dapat meningkatkan viabilitas
dan vigor benih pada setiap periode simpan (0, 8, 16 dan 24 minggu), tetapi dibandingkan dengan perlakuan tnatriconditioning masih kurang efektif.


PENGARUH KONDISI SIMPAN DAN PERLAKUAN INVIGORASI
PASCA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR
BENIH KEDELAI (Glycine mar (L.) Merrill) PADA
BEBERAPA PERIODE SIMPAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gel=
Sarjana Pertanian pada Fakultas PertaNan
Institut Pertanian Bogor

Oleh
Ratna H a r t i ~
A 29.0818

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

PENGARUH KONDISl SI&IP.-\N DAN PERLAKL.4Y [ N V I G O M S I
PASCA PENYI3IPAN.AN T E R H d D . 4 P VI.ABILlT.4S DAN VIGOR

BENIH KEDELAl (Glycine mar (L.) 31errill) PADA
BEBER.4PA PERIODE SIMP.4.V

Oleh

RATNA HARTIN
A 29.0818

JURUSAiY BUDIDAYA PERTAXI-&\
FAKULTAS PERTAXI.4N
INSTITUT PERTANI.4X BOGOR
1997

RINGKASAN
Ratna Hartini. Pengaruh Kondisi Simpan Perlakuan Invigorasi Benih terhadap Via
bilitas dan Vigor Benih Kedelai (Glycine mux (L.) Merrill) pada Beberapa Periode
Simpan. (Di bawah bimbingan Satriyas Ilyas).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi
benih terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai setelah dishpan pada berbagai kondisi
dan periode simpan.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Baranangsiang, ruang berpendingin di Jurusan Budidaya Pertanian, dan rumah kaca Jurusan
Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diawali dengan percobaan
pendahuluan yang dilakukan bulan Maret 1996, kemudian dilanjutkan penelitian utarna
selama 6 bulan sampai bulan Oktober 1996.
Percobaan ini terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah percobaan pendahuluan untuk menentukan: perbandingan benih, media dan air, lama invigorasi yang
optimum, konsentrasi GA3 yang optimum, potensial osmotik PEG-6000 yang optimum,
larutan garam jenuh untuk mengatur RH ruang simpan. Pengamatan dilakukan terhadap
tolok ukur kecepatan tumbuh (KcT), daya berkecambah (DB), bobot kering kecambah
normal (BKKN), dan keserempakan tumbuh (KsT).
Tahap kedua adalah percobaan utama yang dilakukan setelah percobaan pendahuluan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang
disusun secara faktorial. Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, yaitu kondisi ruang simpan
(K), perlakuan invigorasi (I). Faktor kondisi ruang simpan terdiri dari 4 taraf; K1: suhu
ruang AC (22"-26°C) dan RH 41%-43% (garam jenuh K2C03), K2: suhu ruang AC
(22"-26°C) &an RH 5 4 5 5 % (garam jenuh MgCL2),K3: suhu kamar (29"-31°C) dan RH
40.41% (garam jenuh K,CO,), K4: suhu kamar (29"-31°C) dan RH 53-54% (garam

jenuh MgC12). Faktor invigorasi benih; 10: kontrol, 11: media abu gosok tanpa GA,, 12:
media abu gosok dan GA,, 13: media serbuk gergaji tanpa GA,, 14: media serbuk
gergaji dan GA,, 15: osmoconditioning dengan PEG-6000, dan 16: hidrasi.
Viabilitas benih diamati dengan tolok ukur daya berkecambah (DB), dan bobot

kering kecambah normal (BKKN), sedangkan vigor benih dengan tolok ukur persentase
kecambah normal pada hitungan I (%KNI), keserempakan tumbuh (KsT), laju perkecambahan (LP) dan daya hantar listrik (DHL).
Perbandingan optimum untuk media serbuk gergaji adalah 9 g benih: 5 g media:
13 ml air didasarkan pada pengamatan viabilitas dan vigor benih, dengan lama condi-

tioning 12 jam. Pada media abu gosok perbandingan 9:6: 10,5 dianggap paling optimum, dilakukan selama 17 jam. Konsentrasi GA, yang paling optimum untuk meningkatkan kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan keserempakan tumbuh
adalah 200 ppm. Perlakuan osmoconditioning yang paling efektif adalah dengan perendarnan benih dalam PEG-6000 selama 2 hari pada potensial osmotik -6 bar.
Kondisi simpan benih kedelai pada suhu kamar (29-3 1"C) dan RH 40-45 % lebih
menguntungkan untuk memperpanjang umur simpan benih sampai 24 minggu daripada
suhu 22-26°C. RH 40-45 % , suhu 22-26 "C, RH 50-55 % , dan suhu 29-3 1"C, RH 5055%.
Dibandingkan dengan perlakuan invigorasi lainnya, matriconditioning menggunakan abu gosok atau serbuk gergaji tanpa GA, dapat meningkatkan viabilitas dan vigor
benih pada semua periode simpan (0, 8, 16, dan 24 minggu).

Osmoconditioning dengan PEG-6000 dapat meningkatkan integritas membran,
tetapi kurang efektif meningkatkan viabilitas benih dibandingkan perlakuan matricondi-

tioning. Demikian pula perlakuan hidrasi selama 17 jam dapat meningkatkan viabilitas
dan vigor benih pada setiap periode simpan (0, 8, 16 dan 24 minggu), tetapi dibandingkan dengan perlakuan tnatriconditioning masih kurang efektif.

PENGARUH KONDISI SIMPAN DAN PERLAKUAN INVIGORASI

PASCA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR
BENIH KEDELAI (Glycine mar (L.) Merrill) PADA
BEBERAPA PERIODE SIMPAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gel=
Sarjana Pertanian pada Fakultas PertaNan
Institut Pertanian Bogor

Oleh
Ratna H a r t i ~
A 29.0818

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997