Vygotsky: Zone of Proximal Development

tahap berpikir logis dan formal. Akan tetapi, pertumbuhan ditandai dengan perubahan- perubahan mendasar tertentu yang menyebabkan anak mampu melampaui serangkaian tahap-tahap yang dimaksud. Pada setiap tahap, anak mampu berpikir memikirkan hal-hal tertentu, tetapi tidak atau belum mampu memikirkan hal-hal yang lain. Jadi, menurut Piaget, berpikir yang melibatkan hal-hal yang abstrak dan menggunakan jalur logika belum mampu dilakukan anak sebelum ia berusia 11 tahun atau lebih. Pendapat ini banyak dikriktik karena ketika di akhir tahun 70an dan di awal tahun 80an diterapkan kebijakan bahwa anak-anak harus terlebih dahulu melakukan serangkaian kegiatan yang menyiapkan mereka untuk menulis kalimat yang memakan waktu lama, anak kehilangan kesempatan untuk mengalami proses yang holistik atau menyeluruh. Proses holistik tersebut ialah proses yang menyadarkan anak bahwa tujuan menulis adalah komunikasi dan bukan berlatih menulis bentuk huruf semata. Aspek komunikasi inilah aspek sosial dari kegiatan menulis, dan aspek ini yang terabaikan dalam teori Piaget. Piaget lebih memperhatikan anak dalam dunianya sendiri, dan bukan anak yang berkomunikasi dengan orang dewasa atau dengan anak lain. Ada pendapat Piaget yang penting yakni anak sebagai pembelajar dan pemikir yang aktif, yang membangun pengetahuannya dengan “bergulat” dengan benda-benda atau gagasan-gagasan. Jika kita mengambil gagasan Piaget bahwa anak beradaptasi dengan lingkungannya, kita dapat melihat bagaimana lingkungan dapat menjadi setting untuk perkembangan. Lingkungan menawarkan berbagai kesempatan kepada anak untuk bertindak. Oleh karenanya, lingkungan kelas, misalnya, dapat menjadi ajang kegiatan dan kreativitas yang menyebabkan pembelajaran terjadi. Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran bahasapun dapat terjadi jika lingkungan kelas maupun sekitarnya dimanfaatkan sedemikian rupa agar menawarkan berbagai kesempatan bagi keterlibatan dan kreativitas siswa. Pakar psokologi lain, Vygotsky, memberikan pandangan yang berbeda dari Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak.

b. Vygotsky: Zone of Proximal Development

Pandangan Vygotsky 1962, 1978 berbeda dengan pandangan Piaget mengenai pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anak-anak. Meskipun Vygotsky terutama dikenal sebagai tokoh yang memfokuskan kepada perkembangan sosial yang disebut teori sosiokultural, dia tidak mengabaikan individu atau perkembangan kognitif individu. Perkembangan bahasa pertama anak dalam tahun kedua dalam hidupnya dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya. Bahasa memberi anak sebuah alat baru sehingga memberi kesempatan baru kepada anak untuk melakukan berbagai hal, untuk menata informasi dengan menggunakan simbol-simbol. Anak-anak sering terlihat berbicara sendiri dan mengatur dirinya sendiri ketika ia berbuat sesuatu atau bermain. Ini disebut private speech. Ketika anak menjdai semakin besar, bicaranya semakin lirih, dan mulai membedakan mana kegiatan bicara yang ditujukan ke orang lain dan mana yang ke dirinya sendiri. Yang mendasari teori Vygotsky adalah pengamatan bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Ini berbeda dengan Piaget yang memandang anak sebagai pembelajar yang aktif, sendirian di dunia benda-benda. Bagi Vygotsky, anak adalah pembelajar yang aktif di dunia yang penuh orang. Orang-orang inilah yang sangat berperanan dalam membantu anak belajar dengan menunjukkan benda-benda, dengan bicara sambil bermain, dengan membacakan ceritera, dengan mengajukan pertanyaan dan sebagainya. Dengan kata lain, orang dewasa menjadi perantara bagi anak dan dunia sekitarnya. Kemampuan belajar lewat instruksi dan perantara adalah ciri intelegensi manusia. Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development atau ZPD. ZPD memberi makna baru terhadap ‘kecerdasan’. Kecerdasan tidak diukur dari apa yang bisa dilakukan anak sendirian, tetapi kecerdasan dapat diukur dengan lebih baik dengan melihat apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan yang semestinya. Belajar melakukan sesuatu dan belajar berfikir terbantu dengan berinteraksi dengan orang dewasa. Menurut Vygotsky, pertama-tama anak melakukan segala sesuatu dalam konteks sosial dengan orang lain dan bahasa membantu proses ini dalam banyak hal. Lambat laun, anak semakun menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada orang dewasa dan menuju ke kemandirian bertindak dan berpikir. Pergeseran dari berpikir dan berbicara nyaring sambil melakukan sesuatu ke tahap berpikir dalam hati tanpa suara disebut internalisasi. Menurut Wretsch 1985, internalisasi, bagi Vygotsky, bukan hanya perkara transfer, melainkan sebuah transformasi. Maksudnya, mampu berpikir tentang sesuatu yang secara kualitatif berbeda dengan mampu berbuat sesuatu. Dalam proses internalisasi, kegiatan interpersonal seperti bercakap-cakap atau berkegiatan bersama, kemudian menjadi intrapersonal, yakni kegiatan mental yang dilakukan seorang individu. Banyak gagasan Vygotsky yang dapat membantu dalam membangun kerangka berpikir untuk mengajar bahasa asing bagi anak-anak. Untuk membuat keputusan apa yang bisa dilakukan guru agar mendukung pembelajaran kita dapat menggunakan gagasan bahwa orang dewasa menjadi perantara. Kita dapat bertanya “Lalu… apa lagi yang dapat dipelajari anak-anak?” Ini dapat berdampak pada bagaimana menyiapkan pelajaran atau bagaimana kita harus berbicara dengan siswa setiap saat. ZPD dapat menjadi pemandu dalam memilih dan menyusun pengalaman pembelajaran bagi siswa untuk membantu mereka maju dari tahap interpersonal ke intrapersonal. Kita membantu siswa agar internalisasi terjadi agar bahasa baru yang diajarkan menjadi bagian dari pengetahuan dan ketrampilan bernahasa siswa.

c. Bruner: Scaffolding dan Routines