Piaget: Anak adalah Pembelajar yang Aktif

a. Piaget: Anak adalah Pembelajar yang Aktif

Perhatian utama Piaget tertuju kepada bagaimana anak-anak dapat mengambil peran dalam lingkungannya, dan bagaimana lingkungan sekitarnya berpengaruh pada perkembangan mentalnya. Menurut Piaget, anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya serta mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu. Melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah itulah pembelajaran terjadi. Piaget tidak memberikan penekanan terhadap pentingnya bahasa dalam perkembangan kognitif anak. Bagi Piaget bukan perkembangan bahasa pertama yang paling fundamental dalam perkembangan kognitif melainkan aktivitas atau action. Menurut psikologi Piaget, dua macam perkembangan dapat terjadi sebagai hasil dari beraktivitas, yakni asimilasi dan akomodasi. Suatu perkembangan disebut asimilasi jika aktivitas terjadi tanpa menhasilkan perubahan pada anak, sedangkan akomodasi terjadi jika anak menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya. Misalnya, menurut contoh Cameron 2001:3, ketika anak sudah bisa menggunakan sendok dan kemudian diberi garpu dan dia menggunakan garpu alat makan baru sebagaimana ia menggunakan sendok yang berfungsi sebagai alat makan yang dikenal sebelumnya, maka ia melakukan asimilasi. Akan tetapi, ketika dia sadar bahwa dengan garpu dia memiliki kesempatan untuk makan dengan cara menusukkan garpu ke makanan, dan bukan cuma menyendokkannya, dan dia melakukan hal itu maka akomodasi telah terjadi. Pada mulanya asimilasi dan akomodasi merupakan proses adaptasi perilaku yang kemudian menjadi proses berpikir. Akomodasi merupakan konsep penting yang kemudian dipertimbangkan dalam dunia pembelajaran bahasa yang dikenal dengan sebutan restructuring. Istilah ini mengacu kepada reorganisasi representasi mental dalam sebuah bahasa McLaughlin 1992. Maksudnya, anak telah memiliki pola-pola bahasa dalam pikirannya, tetapi ketika dihadapkan ke fakta bahasa pola baru dan fakta baru tersebut memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda maka anak melakukan penyesuaian dengan pola-pola yang baru. Menurut pandangan Piaget, pikiran anak berkembang perlahan-lahan seiring dengan pertumbuhan pengetahuan dan ketrampilan intelektualitasnya hingga sampai ke tahap berpikir logis dan formal. Akan tetapi, pertumbuhan ditandai dengan perubahan- perubahan mendasar tertentu yang menyebabkan anak mampu melampaui serangkaian tahap-tahap yang dimaksud. Pada setiap tahap, anak mampu berpikir memikirkan hal-hal tertentu, tetapi tidak atau belum mampu memikirkan hal-hal yang lain. Jadi, menurut Piaget, berpikir yang melibatkan hal-hal yang abstrak dan menggunakan jalur logika belum mampu dilakukan anak sebelum ia berusia 11 tahun atau lebih. Pendapat ini banyak dikriktik karena ketika di akhir tahun 70an dan di awal tahun 80an diterapkan kebijakan bahwa anak-anak harus terlebih dahulu melakukan serangkaian kegiatan yang menyiapkan mereka untuk menulis kalimat yang memakan waktu lama, anak kehilangan kesempatan untuk mengalami proses yang holistik atau menyeluruh. Proses holistik tersebut ialah proses yang menyadarkan anak bahwa tujuan menulis adalah komunikasi dan bukan berlatih menulis bentuk huruf semata. Aspek komunikasi inilah aspek sosial dari kegiatan menulis, dan aspek ini yang terabaikan dalam teori Piaget. Piaget lebih memperhatikan anak dalam dunianya sendiri, dan bukan anak yang berkomunikasi dengan orang dewasa atau dengan anak lain. Ada pendapat Piaget yang penting yakni anak sebagai pembelajar dan pemikir yang aktif, yang membangun pengetahuannya dengan “bergulat” dengan benda-benda atau gagasan-gagasan. Jika kita mengambil gagasan Piaget bahwa anak beradaptasi dengan lingkungannya, kita dapat melihat bagaimana lingkungan dapat menjadi setting untuk perkembangan. Lingkungan menawarkan berbagai kesempatan kepada anak untuk bertindak. Oleh karenanya, lingkungan kelas, misalnya, dapat menjadi ajang kegiatan dan kreativitas yang menyebabkan pembelajaran terjadi. Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran bahasapun dapat terjadi jika lingkungan kelas maupun sekitarnya dimanfaatkan sedemikian rupa agar menawarkan berbagai kesempatan bagi keterlibatan dan kreativitas siswa. Pakar psokologi lain, Vygotsky, memberikan pandangan yang berbeda dari Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak.

b. Vygotsky: Zone of Proximal Development