f. Kompetensi Strategi
Kompetensi ini mengacu kepada kemampuan mengelola komunikasi terutama lisan sedemikian rupa agar komunikasi tetap berjalan meskipun pembicara mengalami
kesulitan-kesulitan. Berbicara soal strategi, kita berbicara tentang sesuatu yang sistematis, yang ada dalam pikiran manusia, yang sebagian dapat diamati dan sebagian tidak. Dari
yang dapat kita amati, terdapat sederetan kebiasaan yang positif yang barangkali perlu kita pertimbangkan untuk dibiasakan.
Strategi yang tidak dapat diamati tetapi banyak dilakukan orang antara lain adalah mengganti pesan yang satu dengan yang lain, barangkali karena pesan yang pertama sulit
direalisasikan. Atau dapat juga kita menghindari topik tertentu sebab kita tidak menguasai kosa katanya. Akan tetapi, ada strategi yang tampak atau dapat diamati seperti
menguraikan, menggunakan istilah yang mrirp maknanya, menjelaskan, minta pengulangan dan sebagainya. Staregi ini “beroperasi” di segala tataran, baik pada saat
orang mengalami kesulitan pada tingkat tindak tutur atau semantik wacana, maupun kesulitan lexicogrammar, maupun phonology atau pengucapan. Intinya adalah bahwa
dengan menguasi strategi-strategi yang dapat menutupi kekurangan kemampuan kita, kita dapat tetap melangsungkan komunikasi. Komunikasi tidak terhenti dan stuasi dapat
dijaga. Lebih dari itu, Selinker 1972 melihat strategi komunikasi ini sebabagi salah satu
proses yang mendukung terjadinya pemerolehan bahasa. Dengan sikap pantang menyerah, siswa senantiasa berusaha mencari jalan keluar yang merupakan proses
pembelajaran. Kebiasaan mem-paraphrase, misalnya akan membuat siswa terpaksa dan kemudian terbiasa bagaimana melakukan paraphrase dalam bahasa Inggris. Misalnya,
ketika siswa tidak tahu kata caterpillar, dia menjelaskan dengan mengatakan You know… green thing… on a tree… walking like this sambil memperlihatkan gerakan jari tangan
seperti ulat berjalan. Kebiasaan ini diperkirakan dapat membantu pemerolehan bahasa, dan begitu pula kebiasaan-kebiasaan strategis lainnya.
Penggunaan gambits untuk menunjang proses komunikasi dapat juga dimasukkan
dalam kategori ini terutama gambits yang digunakan untuk meminta penjelasan dari
lawan bicara baik langsung maupun tak langsung. Misalnya, ungkapan-ungkapan seperti What did you say?, You mean…, Where was I…? Am I making sense? dan sebagainya.
Jika guru menggunakan bahasa Inggris dalam mengajar, niscaya ungkapan-ungkapan ini akan banyak didengar oleh siswa dan dapat merupakan pembiasaan yang berguna.
g. Sikap