Inflasi Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kemiskinan Asumsi Belanja Tidak Langsung

I-3 pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan Perubahan beberapa kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Sehubungan dengan terjadinya pembatasan dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL, penyesuaian beberapa indikator makro perekonomian antara lain:

a. Pendapatan Domestik Regional Bruro PDRB

Pada Tahun 2012 nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ADHB meningkat dari tahun 2011 yaitu senilai Rp. 498,763 trilyun menjadi Rp. 556,479 trilyun. Demikian pula, nilai PDRB Atas Dasar harga Konstan ADHK meningkat dari Rp. 198,226 trilyun menjadi Rp. 210,848 trilyun. Tahun 2013 PDRB ADHB ditargetkan sebesar Rp. 568,416 trilyun dan ADHK sebesar Rp.213,412 trilyun.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah pada Tahun 2012 sebesar 6,34. Capaian Pertumbuhan Ekonomi yoy pada Triwulan II Tahun 2013 sebesar 6,1. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,8-6,2. Meskipun terdapat revisi pertumbuhan ekonomi nasional, namun perekonomian Jawa Tengah diperkirakan masih sesuai target sebesar 5,8-6,2 sampai dengan akhir tahun 2013. Kondisi tersebut didorong oleh masih kuatnya permintaan domestik yang didukung dengan relatif terjaganya daya beli masyarakat dan tetap tingginya kegiatan investasi terkait pembangunan proyek infrastruktur serta masih tingginya laju pertumbuhan kredit investasi di Jawa Tengah.

c. Inflasi

Inflasi Jawa Tengah pada Tahun 2012 sebesar 4,24. Laju inflasi tahun kalender periode Juli 2013 sebesar 6,73 sedangkan laju inflasi yoy Juli 2013 terhadap Juli 2012 sebesar 8,27. Target inflasi tahun 2013 sebesar 5±1. Berdasarkan Kajian Ekonomi Nasional dan Regional kondisi inflasi Jawa Tengah diperkirakan masih akan tinggi hingga akhir tahun. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM; kenaikan kelompok administered prices karena penyesuaian kenaikan cukai rokok, tarif tenaga listrik dan tarif jalan tol; faktor risiko yang terkait dengan kenaikan harga komoditas internasional dan kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah. Mendasarkan hal tersebut, maka Inflasi Jawa Tengah mengalami revisi dari semula 5±1 menjadi 8,9 – 9,4. I-4

d. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT

TPT pada bulan Februari tahun 2013 mencapai 5,57 atau 0,94 juta jiwa menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun 2011 yaitu 5,63 atau 0,96 juta jiwa. Target TPT tahun 2013 turun menjadi 5,60.

e. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 16,21 atau 5,256 juta jiwa pada tahun 2011 menjadi 14,98 atau 4,863 juta jiwa pada bulan September tahun 2012. Tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah ditargetkan turun menjadi 13,27.

f. Nilai Tukar Petani NTP

NTP pada tahun 2012 sebesar 106,37 menurun 0,25 poin dibandingkan tahun 2011 sebesar 106,62. Hal ini disebabkan adanya penurunan indeks NTP pada sub sektor Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat TPR dan perikanan. Sampai dengan bulan Agustus 2013 NTP mencapai 106,15, mendasarkan kondisi perekonomian yang berdampak pada kenaikan pengeluaran rumah tangga petani untuk transportasi dan kebutuhan bahan pangan, maka dilakukan revisi target NTP Tahun 2013 dari semula 108,67 menjadi 105 – 106,19. Secara umum pencapaian indikator makro ekonomi regional tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel berikut: No Indikator Tahun 2012 Target Tahun 2013 1. PDRB: Atas dasar harga berlaku trilyun rupiah 555,479 568,416 Atas dasar harga konstan trilyun rupiah 210,848 213,412 2. PDRBKapita Atas dasar harga berlaku juta rupiah 16,726 17,554 Atas dasar harga konstan juta rupiah 6,337 6,591 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,34 5,8-6,2 4. Inflasi 4,24 8,9 – 9,4 5. Kebutuhan Investasi Trilyun Rp 110,805 114,401 6. Tingkat Pengangguran Terbuka 5,63 5,60 7. Penduduk Miskin 14,98 13,27 8. Nilai Tukar Petani NTP 106,37 105 – 106,19 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah angka prediksi

2. Perubahan Asumsi Pendapatan Daerah

Proyeksi Pendapatan Daerah pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013, diperkirakan sejumlah Rp.12,665 trilyun, naik sejumlah Rp.734,86 milyar atau 6,16 dari Pendapatan Daerah I-5 pada APBD Induk Tahun Anggaran 2013 sejumlah Rp.11,930 trilyun. Kenaikan tersebut diasumsikan berasal dari : 1. Pendapatan Asli Daerah naik sejumlah Rp.787,46 milyar atau 11,89 sehingga menjadi Rp.7,413 trilyun antara lain Pajak Daerah naik sejumlah Rp.534,201 milyar atau 9,74 sehingga menjadi Rp.6,018 trilyun, Retribusi Daerah turun sejumlah Rp.84,78 juta atau 0,11 sehingga menjadi Rp.74,29 milyar dan kenaikan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan sejumlah Rp.10,49 milyar atau 4,15 sehingga menjadi Rp.263,26 milyar dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah naik sejumlah Rp.242,84 milyar atau 29,82 sehingga menjadi Rp.1,057 trilyun. 2. Dana Perimbangan naik sejumlah Rp.56,84 milyar atau 2,35 dari bagi hasil pajakbukan pajak sehingga menjadi Rp.2,477 trilyun, kenaikannya antara lain berasal dari Bagi Hasil Pajak sebesar Rp.9,30 milyar dan Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp.47,54 milyar. 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami penurunan sejumlah Rp.109,43 milyar atau 3,79 sehingga menjadi Rp.2,774 trilyun. 4. Hal-hal yang mempengaruhi dalam perencanaan pendapatan pada Perubahan APBD TA.2013 adalah penyesuaian dana hibah BOS yang mengalami penurunan sebesar Rp.111,37 milyar, penurunan penerimaan hibah Jasa Raharja sebesar Rp.1 milyar. Disamping itu pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerima alokasi dana CSR untuk pengadaan 1 unit mobil ambulance untuk penanggulangan bencana sejumlah Rp.250,6 juta dan penerimaan tambahan penghasilan guru SLB sejumlah Rp.2,03 milyar. Untuk mencapai target yang telah direncanakan, arah kebijakan perubahan pendapatan daerah meliputi: Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Pengembangan Penerimaan lain-lain; Pemberdayaan dan peningkatan kontribusi BUMD serta peningkatan pendapatan dan penyertaan modal; Upaya peningkatan Dana Perimbangan dan Dana lainnya; serta Mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah. Sedangkan upaya dalam melaksanakan kebijakan Perubahan Pendapatan Daerah antara lain: 1. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui penajaman potensi riil sumber-sumber pendapatan, konsistensi penerapan sistem dan prosedur pungutan dan peningkatan kualitas pelayanan publik secara akuntabel; 2. Mengevaluasi peraturanketentuan dan prosedurmekanisme pemungutan serta membuat kebijakan terobosan dan upaya I-6 peningkatan pendapatan asli daerah sesuai dengan aspirasi yang berkembang; 3. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah KabupatenKota dan pihak-pihak terkait lainnya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah; 4. Menginventarisir serta mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah yang tersebar pada SKPD untuk peningkatan Pendapatan Daerah; 5. Meningkatkan pelayanan perpajakan, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain dengan membangun sarana, prasarana dan sistem serta prosedurmekanisme administrasi pelayanan.

3. Perubahan Asumsi Belanja Daerah

Proyeksi total belanja daerah pada perubahan RKPD Tahun 2013, diperkirakan sejumlah Rp. 13,684 trilyun, naik sejumlah Rp. 954,44 milyar atau 7,50 dari Belanja Daerah pada APBD Induk Tahun Anggaran 2013 sejumlah Rp. 12,730 trilyun. Kenaikan tersebut berasal dari Belanja Tidak Langsung Sebesar Rp. 9,913 trilyun, naik sejumlah Rp. 695,17 Milyar atau 7,54 dan Belanja Langsung Sebesar Rp. 3,771 trilyun, naik sejumlah Rp. 259,26 Milyar atau 7,38. Perubahan kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2013 meliputi asumsi Belanja Tidak Langsung dan asumsi Belanja Langsung dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Asumsi Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan: 1 asumsi perubahan dalam penyusunan Belanja Pegawai yang disebabkan: a. Penyesuaian Gaji berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil; b. Tunjangan Beras dihitung berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-31PB2012 dengan perincian realisasi bulan Januari sd Mei 2013 ditambah dengan data jiwa bulan Mei 2013 kali 7 bulan, adanya mutasitambahan pegawai, dan ditambah acress 2,5 serta rapel dari bulan Maret 2012-Desember 2012; c. Tambahan Belanja Penerimaan Lainnya untuk GubernurWakil Gubernur berupa Penunjang operasional GubernurWakil Gubernur dianggarkan pada Belanja KDHWKDH dihitung maksimal sebesar 0,15 dari PAD Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013; I-7 d. Insentif pemungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 2010 tentang tatacara pemberian insentif sebagai kewajiban atas kenaikan pendapatan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013. 2 Penyesuaian Belanja Hibah; 3 Tambahan Belanja Bantuan Sosial guna peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang belum teralokasikan; 4 Tambahan Belanja Bagi Hasil Pajak; 5 Tambahan Belanja Bantuan Keuangan kepada KabupatenKota dan Pemerintah Desa.

e. Asumsi Belanja Langsung