+ ,
MI SI I I I : Penyelenggaraan Tugas Fungsi Sosial Kemasyarakatan
Tujuan Sasaran
Tujuan :
Pengurangan jumlah
RT miskin
secara bertahap dan komprehensif, peningkatan
kesejahteraan sosial
masyarakat, mencerdaskan
kehidupan masyarakat
melalui pemanfaatan
teknologi informasi,
adanya jalinan kemitraaan strategis dengan
stakeholders sampai
ketingkat kecamatan, serta menjaga keamanan dan ketertiban sosial,
pelestarian nilai-nilai
budaya tradisional.
1 Pengentasan kemiskinan bertahap dan
komprehensif 2
Kesejahteraan sosial 3
Mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan pemanfaataan I T
4 Menjalin kemitraan strategis dengan
stakeholders 5
Menjaga keamanan dan ketertiban sosial, pelestarian nilai-nilai budaya bali
Untuk mendukung visi, misi kepala daerah terpilih, dan mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Karangasem dituntut untuk dapat mewujudkan perencanaan yang berkualitas yang mensinergikan antara visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan mengedepankan
aspirasi masyarakat melalui perencanaan partisipatif dengan memperhatikan potensi daerah yang dimiliki dengan mengoptimalkan kapasitas Bappeda Kabupaten Karangasem sebagai
institusi perencana.
3.3 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan penataan ruang di Kabupaten Karangasem saat ini antara lain: 1 masih terbatasnya pengetahuan aparat dalam
penataan ruang sehingga menyebabkan persepsi yang berbeda diantara aparatur pemerintah didalam memahami peraturan yang ada, 2 rendahnya tingkat kesadaran investor dalam
mencari informasi tata ruang advice planning sebelum melakukan investasi sehingga
pembangunan oleh investor cenderung melanggar kawasan perlindungan seperti sempadan pantai, sempadan jurang, sempadan sungai serta pelanggaran RTH berfungsi lindung, 3
kecenderungan investor merangkul dan memanfaatkan organisasi masyarakat setempat seperti Desa Pakraman dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya dalam mencari dukungan setelah
- .
melakukan pelanggaran tata ruang jika berhadapan dengan Pemerintah, 4 belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang serta belum optimalnya mekanisme pengendalian
pembangunan development control, 5 belum sepenuhnya rencana tata ruang wilayah di
pakai sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan daerah serta pelaksanaan investasi, 6 belum selesainya penyusunan review RTRW Kabupaten Karangasem
yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, 7 belum semua wilayah kawasan memiliki rencana tata ruang yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
pengembangan wilayah untuk mengurangi salah penafsiran. Tantangan yang dihadapi Kabupaten Karangasem dalam pengembangan wilayah
adalah adanya kesenjangan pembangunan antara wilayah dan antara perdesaan dengan perkotaan. Wilayah karangasem bagian utara Kecamatan Abang dan Kubu merupakan
kawasan yang cenderung tandus didominasi oleh lahan perkebunan. Namun demikian, untuk saat ini mulai muncul kecenderungan perkembangan ke arah pariwisata. Sedangkan wilayah
Karangasem bagian selatan Kecamatan Karangasem, Manggis dan Bebandem, merupakan wilayah relatif subur dengan perkembangan penggunaan lahan lebih padat dibandingkan
dengan wilayah lainnya, dan merupakan pusat kegiatan jasa, ekonomi, pendidikan dan lain -lain, yang didukung oleh infrastruktur yang relatif lebih lengkap. Sedangkan untuk wilayah
Karangasem bagian barat Kecamatan Selat, Sidemen dan Rendang merupakan wilayah yang didominasi oleh pertanian dalam arti luas. Produksi sawah dan perkebunan mendominasi
wilayah tersebut. Selain itu, keberadaan potensi lain seperti pariwisata, industri kecil, pertambangan juga terdapat pada wilayah tersebut. Potensi yang perlu diwaspadai keberadaan
perkembangannya adalah keberadaan potensi galian C yang sampai saat ini masih di eksplorasi. Kesenjangan pembangunan terjadi pada wilayah bagian selatan meliputi Kecamatan
Karangasem, Bebandem dan Manggis berlangsung relatif lebih cepat terutama dalam alih fungsi lahan, diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Wilayah bagian utara kondisi infrastruktur
yang kurang memadai yang disebabkan oleh kondisi kawasan secara geografis kurang menguntungkan kering tandus, kegiatan ekonomi lebih dominan pada bidang perkebunan dan
pertambangan. Peluang untuk pengembangan wilayah adalah dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mana dalam penataan ruang yang ketat harus dilakukan sesuai rencana tata ruang wilayah dan mendorong pemerintah Kabupaten
Karangasem untuk menyusun rencana rinci tata ruang sesuai kewenangannya. Untuk
memperkecil tingkat kesenjangan pembangunan pada dua kawasan tersebut maka perlu ditetapkan zonasi kawasan didukung oleh regulasi yang kuat, serta mengarahkan investasi pada
wilayah yang belum berkembang dengan tetap memperhatikan kondisi dan daya dukung lingkungan.
Kekuatan yang ada dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah adanya peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan antara lain: Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan, Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Lingkungan. Demikian pula, awig-awig desa pakraman, kearifan lokal tri hita karana, tri mandala, tumpek uduh kandang, nyegara gunung dan lain-lain, keberadaan
desa pakraman, LSM, dan lembaga sosial lainnya memilki peranan yang besar dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Tantangan dalam pengelolaan lingkungan hidup antara lain: masih rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, masih kurang
jelasnya ketidakpastian substansi dari produk hukum di bidang lingkungan hidup, dan masih belum jelasnya mekanisme keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Tantangan lainnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan tentang hakekat dan fungsi analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL dan
belum diterapkannya rencana pengelolaan lingkungan hidup RKL dan rencana pemantauan lingkungan hidup RPL.
Peluang pengelolaan lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam tahapan perencanaan adalah adanya upaya
untuk menyusun kajian lingkungan hidup strategis KLHS. KLHS merupakan kajian lingkungan hidup yang lebih terfokus pada kajian yang bersifat lebih strategis yakni di tingkat kebijakan,
rencana dan program. Penerapan KLHS akan diarahkan pada pemberdayaan rencana pembangunan yang bersifat strategis RPJP, RPJM, RTRW, dan sebagainya yang menekankan
pada proses kerjasama dan partisipatif dari seluruh komponen terkait stakeholder secara
tripartit pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Ancaman terhadap meningkatnya degradasi lingkungan dapat terjadi karena
kesalahan dalam
memformulasikan pengertian
otonomi daerah
dengan melakukan
pembangunan yang berdalih meningkatkan PAD apalagi tidak mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Adanya kebijakan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi
1 1
tanpa memperhatikan aspek lingkungan, pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukan, serta pelanggaran pemanfaatan ruang baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir
akan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Ancaman lainya yang memperparah
kerusakan lingkungan adalah aktivitas pembangunan yang dapat merusak terumbu karang, perambahan, dan pembakaran hutan. Alih fungsi lahan menyebabkan rusaknya habitat flora
dan fauna sehingga dapat mengancam kelestarian sumberdaya keanekaragaman hayati.
3.4 Penentuan I su- isu Strategis