Quadriceps Exercise yang memfokuskan pada penguatan otot quadriceps untuk meningkatkan keseimbangan.
Kedua program itu dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan resiko jatuh pada Functional Gait Assessment. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk menganalisa sekaligus untuk memberikan kontribusi pada hidup lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut
di atas,
maka peneliti
membuat rumusan
masalah sebagai
berikut: 1.
Apakah Balance Strategy Exercise
dapat meningkatkan
keseimbangan dinamis
pada populasi
lansia? 2.
Apakah Isotonic Quadriceps Exercise
dapat meningkatkan
keseimbangan dinamis
pada lansia?
3. Apakah Balance Strategy Exercise lebih baik dalam meningkatkan
keseimbangan dinamis daripada Isotonic Quadriceps Exercise pada lansia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa: a.
Balance Strategy Exercise meningkatkan keseimbangan
dinamis pada
lansia usia diatas 60 tahun di Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
b. Isotonic Quadriceps Exercise meningkatkan
keseimbangan dinamis
pada lansia usia diatas 60 tahun di Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan.
c. Balance Strategy Exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan
dinamis daripada Isotonic Quadriceps Exercise pada lansia usia diatas 60 tahun di Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
1.1 Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Ilmiah a.
Diharapkan penelitian
ini dapat
menambah pengetahuan
para pembaca
mahasiswa tentang
pengaruh Balance Strategy Exercise dan Isotonic Quadriceps Exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada
lansia. b.
Diharapkan penelitian
ini dapat
menjadi bahan
rujukan bagi
para pembaca
mahasiswa dalam
mengembangkan penelitian
selanjutnya. 2.
Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan tindakan fisioterapi dalam
mengurangi resiko jatuh pada lansia.
b. Dapat dijadikan salah satu pilihan latihan sebagai langkah preventif dalam
menangani resiko jatuh.
1.4
6
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas Notoatmojo, 2007. Sedangkan dalam bukunya Hardywinoto 2005 mengatakan yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Batasan lanjut usia menurut dokumen perkembangan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh
Departemen Sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur lanjut usia adalah 60 tahun atau lebih
Setiabudi, 1999.
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Ada beberapa pembagian lansia, antara lain: menurut Depkes RI, WHO, dan menurut pasal 1 Undang
– undang No. 4 tahun 1965. a.
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut: kelompok menjelang usia lanjut 45-54 tahun sebagai masa vibrilitas, kelompok usia
lanjut 55-64 tahun sebagai presenium, kelompok usia lanjut kurang dari 65 tahun sebagai senium.
b. Organisasi kesehatan dunia WHO, usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut: usia pertengahan middle age ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun, usia lanjut elderly antara 60-74 tahun, usia tua old antara 75-90 tahun, usia sangat tua very old di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1965: “Seseorang dinyatakan
sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain” Mubarak, 2009.
2.2 Keseimbangan
2.2.1 Definisi Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan dan mengatur posisi tubuh saat di tempat atau ketika bergerak. Keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis
Abrahamova Hlavacka, 2008. Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi
tubuh. Dimana center of gravity tidak beruhah. Contoh keseimbangan statis adalah sewaktu berdiri dengan satu kaki dan saat berdiri di atas papan keseimbangan.
Sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana center of gravity selalu berubah. Keseimbangan dinamis
merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi ketika bergerak. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan selama
transisi dari dinamis ke statis yang membutuhkan integrasi visual, vestibular, dan
input proprioseptik untuk menghasilkan respon kontrol tubuh untuk berada dalam base of support Distefano, 2009.
Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah
posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance
board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posis pada waktu bergerak. Keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi, namun
mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan normal sehari-hari Huxham et al., 2001.
2.2.2 Fisiologi Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi informasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh
dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal yang sesuai untuk mengontrol posisi tubuh dalam konteks lingkungan dan tugas. Kontrol
keseimbangan memerlukan interaksi sistem saraf, muskuloskeletal dan efek kontekstual dari lingkungan.
Komponen kontrol keseimbangan pada sistem saraf yaitu: 1 Proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan sistem somatosensorik, 2 Integrasi
sensorimotor penting untuk menghubungkan sensasi ke respon motor serta untuk adaptasi dan antisipasi, 3 Strategi motorik untuk merencanakan, memprogram, dan
mengeksekusi respon keseimbangan. Kontribusi dari sistem muskuloskeletal
meliputi alignment postural, fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi LGS, integrasi sendi, performa otot, dan sensasi sentuhan, tekanan, vibrasi,
proprioseptif dan kinestetik. Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan keduanya, yaitu: pencahayaan, permukaan, dan gravitasi Kisner dan Colby,
2007.
Mempertahankan keseimbangan penting bagi tubuh untuk menyangga tubuh melawan gravitasi, mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan
bidang tumpu, dan menstabilkan bagian tubuh yang lain ketika bergerak.
2.2.3 Anatomi Sistem Keseimbangan
Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh sistem indera yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu sistem mengalami gangguan
maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh imbalance. Sistem indera dalam keseimbangan seperti vestibular, somatosensoris tactile somatosensory,
dan visual. Gambar 2-1 Proses
Fisiologi Keseimbangan
Waston et al.,
2008
a. Sistem Vestibular
Sistem vestibular meliputi labirin aparatus vestibularis, nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os
temporalis dan dibagi atas koklea alat pendengaran dan aparatus vestibularis alat keseimbangan. Aparatus vestibularis terdiri atas satu
pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan
utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel
penyokong. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf, organ membranosa itu sendiri berisi
endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar ampula mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Gambar 2-2 Sistem Vestibular
Encyclopedia Britannica,
1997
Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista
ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memanjang yang disebut kupula, yang tidak
mengandung otolith. Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista, yang dengan demikian,
merupakan reseptor kinetik reseptor pergerakan.
Gambar 2-3 Krista Ampularis
Mardjono M,
2008 Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula
utrikularis dan makula sakularis. Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur
ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis
auditorius internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral
membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menembus
ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus
vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat.
Gambar 2-4 Makula Statika
Mardjono M,
2008
b. Sistem Somatosensoris
Sistem Somatosensori mempunyai beberapa neuron yang panjang dan saling berhubungan satu sama lainnya yang mana Sistem Somatosensori
memiliki tiga neuron yang panjang yaitu: primer, sekunder dan tersier. Primary Neuron, memiliki badan sel pada dorsal root ganglion
didalam saraf spinal area sensasi berada pada daerah kepala dan leher, dimana bagian ini akan menjadi suatu terminal dari ganglia
saraf trigeminal atau ganglia dari saraf sensorik kranial lainnya. Second Neuron, neuron ini berada di medulla spinalis dan brain stem
dan meiliki sel tubuh yang baik. Akson neuron ini naik ke sisi berlawan di medulla spinalis dan brain stem, Akson dari banyak
neuron berhenti pada bagian thalamus Ventral Posterior nucleus, VPN, dan yang lainnya pada sistem retikuler dan cerebellum.
Third Neuron, berperan dalam hal sentuhan dan rangsangan nyeri, neuron ketiga memiliki tubuh sel dalam VPN dari thalamus dan
berakhir di gyrus postcentralis dari lobus parietal. Sistem somatosensori tersebar melalui semua bagian utama tubuh
mamalia dan vertebrata lainnya. Terdiri dari reseptor sensori dan motorik aferen neuron di pinggiran kulit, otot dan organ-organ misalnya, ke
neuron yang lebih dalam dari sistem saraf pusat. Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri dari reseptor dan pusat
pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik seperti sentuhan, temperatur, proprioception posisi tubuh, dan nociception nyeri. Reseptor
sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan input proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus Willis Jr, 2007. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di
sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang. c.
Sistem Visual Sistem visual penglihatan yaitu mata mempunyai tugas penting bagi
kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek
sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan sehingga sistem visual
langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal otot tulang dapat bekerja secara
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Pada gambar dibawah ini kita dapat melihat sistem visualisasi pada tubuh manusia
Prasad dan Galleta, 2011.
Gambar 2-5 Sistem Visual
Prasad dan
Galleta, 2011
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
Keseimbangan dipengaruhi oleh banyak faktor, dibawah ini adalah faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada tubuh manusia yaitu:
1. Faktor Biomekanik merupakan faktor yang mempengaruhi keseimbangan
meliputi derajat gerak, kekuatan otot, dan stabilitas yang berfungsi untuk mendeteksi terhadap perubahan gerak dan bidang gerakan untuk
merespon dengan gerakan yang efektif dan sesuai. Komponen- komponennya adalah sebagai berikut:
a. Pusat Gravitasi Center of Gravity-COG merupakan titik gravitasi
yang terdapat pada semua benda baik benda hidup maupun mati. Titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah benda tersebut, fungsi dari
Center of gravity adalah untuk mendistribusikan massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka
tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan
menyebabkan gangguan keseimbangan unstable. Titik pusat gravitasi selalu berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau
perubahan berat, jika center of gravity terletak di dalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang, jika berada di luar tubuh maka
akan terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada 1 inchi di depan vertebrae sacrum 2
Huxam, 2005. b.
Garis gravitasi Line of Gravity-LOG merupakan garis khayalan yang berada vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh
ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan Base of Support Huxam, 2005.
c. Bidang tumpu Base of Support-BOS merupakan bagian dari tubuh
yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya daerah bidang tumpu dengan pusat gravitasi.
Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi maka tubuh akan semakin stabil Huxam, 2005.
d. Kekuatan otot Muscle Strenght adalah kemampuan otot atau grup
otot untuk menghasilkan tegangan secara maksimal baik secara statis maupun dinamis. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat
berkontraksi dan berileksasi dengan baik, jika otot kuat makan
keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik Knudson, 2007.
2. Faktor fisik adalah faktor-faktor yang terkait dengan kondisi fisik
seseorang : a.
Umur: Umur akan mempengaruhi keseimbangan. Usia anak-anak merupakan usia pertumbuhan sehingga kemampuan fisik belum
sempurna akibat belum dikondisi matur, sedangkan setelah usia 30 tahun terjadi penurunan kapasitas fisik terkait dengan penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8 – 1 per
tahun, tetapi olahraga dapat mengurangi kecepatan penurunan fisik Ruhayati dan Fatmah, 2011.
b. Jenis kelamin: Jenis kelamin mempengaruhi berkaitan dengan
kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon,
kapasitas paru-paru, dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan,
tapi setelah pubertas kebugaran laki-laki dan perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya
kardiorespiratori Ruhayati dan Fatmah, 2011. c.
Genetik: Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang
ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan kekuatan, pergerakan
anggota tubuh, kecepatan lari, fleksibilitas, dan keseimbangan pada setiap orang. Selain itu, sifat genetik mempengaruhi fungsi
pergerakan anggota tubuh dan kontraksi otot, berhubungan dengan perbedaan jenis serabut otot seseorang, dimana serabut otot skeletal
memperlihatkan beberapa struktural, histokimiawi, dan sifat karakteristik yang berbeda-beda Ruhayati dan Fatmah, 2011.
d. Aktivitas fisik: Kegiatan fisik bersifat aerobik mempengaruhi
komponen kebugaran jasmani. Aktivitas fisik dapat menigkatkan daya tahan kardiovaskular, mengurangi lemak tubuh, meningkatkan
keseimbangan, dan fleksibilitas. Aktivitas fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur kegiatan olahraga dan
aktivitas fisik tidak terstruktur kegiatan sehari-hari. Terdapat tiga aspek dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu
pekerjaan, olahraga dan kegiatan di waktu luang Ruhayati dan Fatmah, 2011.
e. Orientasi ruang: Orientasi ruang adalah kemampuan untuk
mengarahkan bagian-bagian tubuh sehubungan dengan keadaan gravitasi, BOS, surround visual dan referensi internal mengarahkan
postur terhadap gravitasi. Orientasi ruang merupakan dasar untuk manusia menavigasi sebuah lingkungan dan memberikan respon yang
sesuai Horak, 2006. f.
Motoric strategy: Motoric strategy adalah sistem gerakan yang digunakan untuk merespon terhadap perubahan gerakan dan
lingkungan agar individu tetap berada dalam keadaaan yang seimbang Horak, 2006.
g. Sensoric Strategy: Sensoric strategy adalah penggunaan panca indra,
dan sensoris tubuh untuk mendapat informasi sensorik dari somatosensoris, visual dan vestibular, kemudian mengintegrasikan
input sensoris yang didapat untuk menafsirkan kompleks lingkungan sensorik. Subjek kemudian mengubah sensorik dan merespon
terhadap perubahan gerak dan lingkungan Horak, 2006.
2.2.5 Proses Penurunan Keseimbangan pada Lansia
Penurunan keseimbangan pada lansia disebabkan oleh berbagai macam faktor di antaranya adalah adanya gangguan pada sistem sensorik, gangguan pada sistem
saraf pusat SSP, maupun adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal. Informasi mengenai posisi tubuh terhadap lingkungan atau gravitasi diberikan oleh
sistem sensorik, sedangkan sistem saraf pusat berfungsi untuk memodifikasi komponen motorik dan sensorik sehingga stabilitas dapat dipertahankan melalui
kondisi yang berubah-rubah. Gangguan pada sistem sensorik meliputi gangguan pada sistem visual, vestibular, dan somatosensoris Suadnyana, 2013.
Sistem visual, seperti sistem organ lain mengalami degenerasi karena proses penuaan. Pada sistem visual lansia, terjadi penebalan jaringan fibrosa dan atrofi
serabut saraf, berkurangnya sel-sel reseptor di retina, serta perubahan elastisitas lensa dan otot siliaris. Penurunan fungsi visual tersebut, menyebabkan masalah
dalam persepsi bentuk dan kedalaman serta informasi visual mengenai posisi tubuh yang diperlukan untuk kontrol postural Barnedh, 2006.
Sistem lain yang mengalami penurunan fungsi adalah sistem vestibular. Perubahan degeneratif tersebut mengenai organ vestibular seperti: otolith,
epithelium sensorik dan sel rambut, nervus vestibularis, dan serebelum. Makula secara progresif mengalami demineralisasi dan menjadi terpecah-pecah. Hal ini
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam menjaga respon postural terhadap gravitasi dan pergerakan linear. Selain itu terjadi pula atrofi sel rambut disertai
pembentukan jaringan parut dan setelah usia di atas 70 tahun terjadi penurunan sebanyak 20 jumlah sel rambut di makula dan 40 di krista ampularis kanalis
semisirkularis Barnedh, 2006. Sistem somatosensori memberikan informasi tentang posisi tubuh dan kontak
dari kulit melalui tekanan, taktil sensor, getaran, serta proprioseptor sendi dan otot. Sensasi kulit melalui sentuhan, getaran dan tekanan sensor penting dalam setiap
aktivitas sehari-hari, terutama yang melibatkan gerakan. Sensitivitas kulit berkurang dengan bertambahnya usia. Kurangnya masukan dari taktil, tekanan dan
getaran reseptor membuatnya sulit untuk berdiri atau berjalan dan mendeteksi perubahan dalam pergeseran, yang penting dalam menjaga keseimbangan
Suadnyana, 2013. Lansia juga mengalami penurunan dalam kemampuan motorik. Hal ini
berhubungan dengan penurunan terhadap kontrol neuromuskular, perubahan sendi, dan struktur lainnya. Menurunnya sistem muskuloskeletal berpengaruh terhadap
keseimbangan tubuh lansia karena terjadinya atropi otot yang menyebabkan penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas bawah, sehingga menyebabkan
langkah kaki lansia menjadi lebih pendek, jalan menjadi lebih lambat, tidak dapat
menapak dengan kuat dan cenderung mudah goyah, serta ada kecenderungan untuk tersdanung. Hal ini mengakibatkan lansia menjadi kurang percaya diri dan lebih
berhati-hati dalam berjalan. Penurunan kekuatan otot pelvis dan tungkai juga menjadi faktor kontribusi bagi penurunan respon postural tersebut. Secara
bersamaan, hampir seluruh gerakan menjadi tidak elastis dan halus. Gangguan motorik ini utamanya disebabkan oleh mulai hilangnya neuron-neuron di medulla
spinalis, otak, dan serebelum Siti, 2009.
2.3 Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang maksimum. Kekuatan
otot merupakan suatu hal penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Setelah
umur 30 tahun, manusia akan kehilangan kira-kira 3 – 5 jaringan otot total per
dekade. Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya umur. Penurunan kekuatan otot tidak hanya mengganggu keseimbangan tubuh juga
berhubungan dengan peningkatan resiko jatuh. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu pekerjaan yang berulang-ulang atau kontraksi pada
waktu yang sama Janssen et al, 2000. Perubahan morfologis pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot,
yaitu terjadinya penurunan kekuatan otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan rileksasi, dan kinerja fungsional. Penurunan fungsi dan
kekuatan otot akan mengakibatkan yaitu 1 penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh, 2 hambatan dalam gerak duduk ke berdiri,
3 peningkatan resiko jatuh, 4 perubahan postur. Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi lansia berhubungan erat dengan kekuatan otot yang bersifat
individual. Lansia dengan kekuatan otot quadriceps yang baik dapat melakukan aktivitas berdiri dari posisi duduk dan berjalan 6 meter dengan lebih cepat Bonder
dan Wagner, 1994. Penelitian menunjukkan bahwa kelemahan otot abduktor sendi panggul dapat mengurangi kemampuan mempertahankan keseimbangan berdiri
pada satu tungkai dan pemulihan gangguan postural. Kelambanan serabut otot reaksi cepat tipe II dapat meningkatkan risiko jatuh karena penurunan respons
terhadap keseimbangan Bonder dan Wagner, 1994. Kelompok otot pada anggota gerak bawah yang penting dalam fungsi
mobilitas adalah kelompok otot quadriceps femoris, iliopsoas, dan plantar fleksor Kelompok otot quadriceps femoris dan iliopsoas mempunyai peran utama saat kaki
pada bagian awal kontak dengan tanah. Otot quadricepss femoris merupakan otot besar yang membentuk kontur paha bagian depan. Otot quadricepss femoris terdiri
dari empat otot yaitu 1 otot rectus femoris, 2 otot vastus lateralis, 3 otot vastus medialis, dan 4 otot vastus intermedius. Fungsi utama otot quadricepss femoris
adalah sebagai penggerak ekstensi sendi lutut.
Gambar 2-6 Otot quadriceps femoris tampak dari depan
2.4 Balance Strategy Exercise