d. Asas Preferensi Hukum
Asas preferensi hukum merupakan asas yang berlaku dalam perundang- undangan. Adapun asas-asas preferensi hukum tersebut yaitu:
34
1 Asas lex superior derogat legi inferiori, artinya undang-undang yang
lebih tinggi mengalahkanmenyampingkan undang-undang yang lebih rendah;
2 Asas lex specialis derogat legi generali, artinya undang-undang yang
bersifat khusus mengalahkanmenyampingkan undang-undang yang bersifat umum;
3 Asas lex posteriori derogat legi priori, artinya undang-undang yang baru
mengalahkanmenyampingkan undang-undang yang lama.
e. Tipe Penyelesaian Konflik Norma
Peraturan perundang-undangan memuat berbagai ketentuan norma hukum di dalamnya. Seringkali terdapat pertentangan antara norma hukum yang satu
dengan norma hukum yang lainnya, baik pertentangan norma diantara peraturan perundang-undangan pertentangan vertikal dan pertentangan horizontal maupun
pertentangan norma dalam peraturan perundang-undangan itu sendiri. Maka perlu ditetapkan norma yang mana yang harus diterapkan. Langkah yang ditempuh
adalah melalui penyelesaian konflik norma atau pertentangan norma. Menurut Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, terdapat beberapa
tipe penyelsaian konflik norma atau pertentangan norma berkaitan dengan penerapan asas preferensi hukum, yaitu :
34.
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Implementasi Ketentuan- Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press,
Denpasar, h. 187.
1 Pengingkaran disavowal
Langkah ini
seringkali merupakan
suatu paradok,
dengan mempertahankan bahwa tidak terjadi konflik norma. Seringkali konflik
itu terjadi berkenaan dengan asas lex spesialis dalam konflik pragmatis atau konflik logika diintepretasi sebagai pragmatis. Tipe ini
beranggapan bahwa tidak terdapat konflik norma, meskipun dirasakan bahwa sesungguhnya terdapat konflik norma.
2 Reinterpretasi reinterpretation
Dalam kaitan penerapan ketiga asas preferensi hukum harus dibedakan, yang pertama adalah reinterpretasi yaitu dengan mengikuti asas-asas
preferensi hukum, menginterpretasi kembali norma yang utama dengan cara yang lebih fleksibel. Cara yang kedua yakni menginterpretasi
norma preferensi, dan kemudian menerapkan norma tersebut dengan menyampingkan norma yang lain.
3 Pembatalan invalidation
Terdapat 2 macam pembatalan, yakni pembatalan abstrak formal dan pembatalan praktikal. Pembatalan abstrak dan formal yaitu pembatalan
suatu norma yang dilaksnakan oleh suatu lembaga khusus, misalnya pembatalan Peraturan Pemerintah ke bawah dalam hierarki peraturan
perundang-undangan dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan pembatalan norma Undang-Undang terhadap UUD NRI Tahun 1945
dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi. Pembatalan praktikal yaitu pembatalan suatu norma dengan cara tidak melaksanakan norma
tersebut di dalam kasus konkrit.
4 Pemulihan remedy
Mempertimbangkan pemulihan dapat membatalkan suatu ketentuan. Misalnya dalam hal suatu norma yang unggul dalam arti overruled
norm, berkaitan dengan aspek ekonomi maka sebagai ganti membatalkan norma yang kalah, maka dengan cara memberikan
kompensasi.
35
1.7 Metode Penelitian