Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian BPJS Ketenagakerjaan

mengenai distribusi terjadinya kecelakaan kerja dengan menggunakan segitiga epidemiologi agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan dari distribusi itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan kerja dapat dicegah dan kejadian serupa tidak berulang kembali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa tingginya rasio klaim JKK di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar disebabkan oleh tingginya kasus kecelakaan kerja yang dialami oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana epidemiologi kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah epidemiologi kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui epidemiologi kecelakaan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui distribusi terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016. 2. Untuk mengetahui distribusi terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan faktor pekerjaan pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016. 3. Untuk mengetahui distribusi terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan faktor lingkungan kerja pada peserta BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar yang mengajukan klaim Bulan April-Mei 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah di bidang epidemiologi kecelakaan kerja.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peserta BPJS Ketenagakerjaan Memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan penerapan dan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. 2. Bagi Institusi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Denpasar Memberikan informasi dan rekomendasi mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan informasi terkait kecelakaan kerja. 3. Bagi Peneliti Meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya tentang kecelakaan kerja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya kecelakaan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian epidemiologi

Epidemiologi adalah studi mengenai apa yang menimpa penduduk, dalam arti luas dimaksudkan suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan, penyakit, dan perubahan penduduk, begitu juga determinan-determinan dan akibat yang terjadi pada kelompok penduduk Budiono, 2003. Sedangkan menurut Last dalam artikel Murti 2011, epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan. Jadi, epidemiologi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 mempelajari faktor determinan dari penyakit akibat kerja dan kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya pada masyarakat pekerja.

2.1.2 Konsep epidemiologi kecelakaan kerja

Ditinjau dari epidemiologi, kecelakaan kerja terjadi karena ketidakserasian antara tenaga kerja host, pekerjaan agent, dan lingkungan kerja environment Tarigan, 2011 berikut penjabarannya: 1. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan a. Umur Umur mempunyai pengaruh terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Akan 7 tetapi umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini bisa terjadi karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Orang-orang muda sering tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana orang-orang yang berumur lebih tua dan cenderung untuk tidak berhati-hati. Menurut International Labour Organization ILO dalam penelitian tarigan 2011, diungkapkan bahwa pekerja yang berumur muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hal tersebut karena pekerja umur muda biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya. b. Jenis kelamin Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan fisiologis dan psikologis. Antara pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan daya tahan tubuh, ukuran tubuh, dan postur tubuh yang dapat mempengaruhi cara kerja. Dijelaskan pada penelitian Swaputri 2009, kasus wanita lebih banyak daripada pria karena secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. 2. Agent, yaitu pekerjaan a. Jenis unit pekerjaan Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda- beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Contohnya pada tenaga kerja jasa konstruksi memiliki tingkat risiko mengalami kecelakaan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja kantoran. b. Peralatan bekerja Peralatan bekerja yang digunakan oleh tenaga kerja juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya kecelakaan kerja. Dengan peralatan yang tidak aman, nyaman, dan menimbulkan penyakit maka peralatan bekerja tersebut berdampak pada faktor penyebab kecelakaan kerja. Maka dari itu, semua peralatan kerja harus sesuai fungsinya dan tepat bagi orang yang mempergunakannya. 3. Environment, yaitu lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan bagian cukup penting dari sebuah tempat kerja, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang sudah jelas tidak dikehendaki dan tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi dalam suatu proses kerja industri atau berkaitan dengannya Tarwaka, 2008. Kecelakaan kerja berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI no 609 tahun 2012 adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan juga perencanaan; 2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun materi; 3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja; Berdasarkan tempat kejadiannya kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2 dua kategori utama yaitu: 1. Kecelakaan industri industrial accident yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali; 2. Kecelakaan di dalam perjalanan community accident yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubugan kerja.

2.2.2 Sebab-sebab kecelakaan kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai fakor- faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses poduksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kcelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh suatu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Meski banyak teori yang mengemukakan tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja, namun secara umum penyebab kecelakaan kerja menurut Tarwaka 2008 dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Sebab dasar atau asal mula Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri meliputi: a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pemimpin perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya; b. Manusia atau para pekerjanya sendiri; dan c. Kondisi tempat kerja, sarana kerja, dan lingkungan kerja. 2. Sebab utama Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar substandards. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi: a. Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman Unsafe Action Faktor manusia yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh beberapa sebab antara lain:  Kekurangan pengetahuan dan keterampilan lack of knowledge and skill;  Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal inadequate capability;  Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak bodily defect;  Kelelahan dan kejenuhan fatique and boredom;  Sikap dan tingkah laku yang tidak aman unsafe altitude and habits;  Kebingungan dan stress confuse and stress karena prosedur kerja yang baru belum dapat dipahami;  Belum menguasaibelum terampil dengan peralatan atau mesin- mesin baru lack of skill;  Penurunan konsentrasi difficulty in concentrating dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan;  Sikap masa bodoh ignorance dari tenaga kerja;  Kurang adanya motivasi kerja improrer motivation dari tenaga kerja;  Kurang adanya kepuasan kerja low job satisfaction;  Sikap cenderung mencelakai diri sendiri; dll Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai “human error” dan sering disalah-artikan karena selalu dituduhkan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal sering kali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai. b. Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman unsafe conditions Faktor lingkungan yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, dan sistem kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. c. Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Suatu pendekatan yang holistic, sistemic, dan interdisiplinary harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah.

2.2.3 Klasifikasi kecelakaan kerja

Menurut International Labour Organization ILO dalam buku Tarwaka 2008, kecelakaan kerja di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara dua benda d. Gerakan-gerakan paksa atau perenggangan otot berlebihan e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi f. Terkena arus listrik g. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dll. 2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya a. Mesin-mesin, seperti: mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin- mesin pertanian, dll. b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti: for-lift, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara, dll. c. Peralatan-peralatan lain, seperti: bejana tekanan, tanurdapur peleburan, instalansi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah, dll. d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti: bahan mudah meledak, debu, gas cairan, bahan kimia, radiasi, dll. e. Lingkungan kerja, seperti: tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah, dll. 3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya a. Patah tulang b. Keseleodislokasiterkilir c. Kenyerian otot dan kejang d. Gagarotak dan luka bagian dalam lainnya e. Amputasi dan enukleasi f. Luka tergores dan luka luar lainnya g. Memar dan retak h. Luka bakar i. Keracunan akut j. Aspixia atau sesak nafas k. Efek terkena arus listrik l. Efek terkena paparan radiasi m. Luka pada bayak tempat di bagian tubuh, dll. 4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka a. Kepala; leher; badan; lengan; kaki; berbagai bagian tubuh b. Luka umum, dll.

2.2.4 Tingkat keparahan kecelakaan kerja

Berdasarkan pada standar Occupational Safety and Health Administration OSHA dalam penelitian Tarigan 2011, tingkat keparahan semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi: 1. Perawatan ringan first aid Perawatan ringan merupakan suatu tindakan atau perawatan terhadap luka kecil yang tidak memerlukan perawatan lebih atau perawatan medis medical treatment walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius. 2. Perawatan medis medical treatment Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan atau perawatan untuk luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. 3. Hari kerja yang hilang lost work days Lost work days atau lebih terkenal dengan lost time injury adalah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan. Hari kerja yang hilang ialah hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Jumlah hari tidak bekerja days away from work yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. b. Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas days of restricted activities, yaitu semua kerja dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus di atas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat. 4. Kematian fatality Kematian merupakan sesuatu hal yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya dan saat korban meninggal.

2.2.5 Dampak akibat kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja akan menimbulkan dampak seperti kesakitan, cacat, kehilangan penghasilan, kehilangan kapasitas kerja, kekacauan dalam keluarga, kehidupan sosial, serta kematian. Tiap dampak yang ditimbulkan merupakan suatu kerugian, yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Dampak akibat kecelakaan kerja seringkali menyebabkan biaya yang dikeluarkan sangat besar, padahal biaya tersebut bukan semata-mata beban suatu peusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan Suma’mur, 2009. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja menurut Tarwaka 2008 adalah sebagai berikut: 1. Kerugianbiaya langsung direct cost yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari terjadinya kecelakaan sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti: a. Penderitaan yang dialami oleh tenaga kerja yang mendapat kecelakaan serta keluarganya; b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan; c. Biaya pengobatan dan perawatan; d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit; e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan; f. Upah selama tidak mampu bekerja; g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dll. 2. Kerugianbiaya tidak langsung indirect cost yaitu kerugian yang tidak dapat dihitung secara langsung dan merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, seperti: a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mengalami kecelakaan; b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati untuk membantu tenaga kerja yang mengalami kecelakaan; c. Terhentinya proses prouksi untuk beberapa waktu, kegagalan dalam mencapai target produksi, kehilangan bonus, dll; d. Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas serta alat kerja lainnya; e. Munculnya stres dan ketegangan serta menurunnya mental dan moral tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.

2.2.6 Pencegahan kecelakaan kerja

Setiap kecelakaan kerja jelas akan menyebabkan kerugian yang berdampak buruk bagi tenaga kerja maupun pihak- pihak lainnya. Menurut Suma’mur 2009, metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, sangat penting dilakukan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja seperti mengidentifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin akan mengakibatkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengakses assessment besarnya risiko bahaya. Berikut merupakan beberapa pencegahan dari berbagai sektor, yaitu: 1. Sektor pemerintah a. Menetapkan peraturan atau undang-undang untuk mengatur standar keamanan minimal; b. Memantapkan pengawasan danatau inspeksi; c. Mengumpulkan data kecelakaan kerja. 2. Sektor pemilik dan manajemen a. Membuat dan menerapkan kesepakatan kebijakan keamanan; b. Menerapkan program keamanan secara berkesinambungan; c. Supervisi, review, dan implementasi program keamanan oleh staf manajemen. 3. Sektor serikat pekerja dan tenaga kerja a. Program kesehatan masyarakat untuk keamanan; b. Berperan serta dalam panitiakomisi keamanan; c. Penyediaan dan pemakaian pakaian pengaman. 4. Sektor petugas keselamatan dan kesehatan kerja a. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja; b. Kontribusi penetapan program keamanan kerja; c. Penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja; d. Analisis data kecelakaan kerja; e. Advis perbaikan lingkungan kerja. f. P3K dan rehabilitasi akibat kecelakaan kerja.

2.3 BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu salah satu institusi pelayanan publik dibidang jaminan sosial. BPJS Ketenagakerjaan yang sebelumnya adalah PT. Jamsostek Persero merupakan salah satu institusi pelayanan publik di bidang jaminan sosial. Sesuai dengan UU 24 Tahun 2011 tentang BPJS berubah nama menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak 1 Januari 2014. PT. Jamsostek Persero dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset, liabilitas, serta hak dan kewajiban dari PT. Jamsostek Persero dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan merupakan milik badan hukum publik yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan prinsip nirlaba. Akan tetapi BPJS Ketenagakerjaan baru beroperasi penuh pada 1 Juli 2015. Program-program dari PT. Jamsostek persero juga dihibahkan ke BPJS Ketenagakerjaan karena PT. Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja. Adapun program-program dari BPJS Ketenagakerjaan saat ini yaitu Jaminan Hari Tua JHT, Jaminan Kematian JKM, Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, dan Jaminan Pensiun JP. Berikut merupakan pengertian dari tiap program yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 26 Tahun 2015, yaitu : 1 Jaminan Hari Tua JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap; 2 Jaminan Kematian JKM adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja; 3 Jaminan Kecelakaan Kerja JKK adalah manfaat berupa uang tunai danatau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja; 4 Jaminan Pensiun JP adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta danatau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. BPJS Ketenagakerjaan berbeda dengan BPJS Kesehatan akan tetapi sama- sama merupakan program pemerintah dalam kesatuan JKN yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS Kesehatan ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia dan mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan dengan BPJS Kesehatan saling terikat untuk melakukan koordinasi pelayanan. Koordinasi pelayanan dengan program Jaminan Kesehatan Nasional memiliki prinsip yaitu: a. BPJS Kesehatan tidak menjamin pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja KK-PAK. b. BPJS Ketenagakerjaan merupakan penjamin dari program jaminan KK- PAK. c. BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan melakukan koordinasi pelayanan dan bukan koordinasi manfaat. d. Koordinasi pelayanan terkait mekanisme administrasi penjaminan peserta yang mengalami kecelakaan kerja danatau penyakit akibat kerja di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKRTL. e. Hak kelas peserta di BPJS Ketenagakerjaan adalah kelas I di Rumah Sakit Pemerintah atau Rumah Sakit Swasta yang setara dan hak kelas peserta di BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan hak rawat berdasarkan besaran iuran yang telah ditentukan maksimal kelas I. f. Peserta yang mendapatkan koordinasi pelayanan adalah peserta BPJS Ketenagakerjaan yang juga merupakan peserta BPJS Kesehatan.

2.4 Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK