Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

(1)

RESPON PESERTA PROGRAM LUAR HUBUNGAN KERJA

TERHADAP PELAYANAN BPJS KETENAGAKERJAAN

KANTOR CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

AGUSMAN HAREFA

110902017

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Agusman Harefa Nim : 110902017

Abstrak

Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS KetenagakerjaanKantor Cabang Medan

BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk melindungi dan menjembatani kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia. Selama ini perlindungan yang diberikan hanya kepada mereka yang bekerja disektor formal namun untuk mereka pekerja disektor informal dikesampingkan, padahal bisa dibilang pekerja disektor informal merupakan penyumbang terbesar dibidang perekonomian. Melihat Hal Tersebut BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja, dalam rangka untuk melindungi seluruh pekerja di Indonesia, program ini dijalankan diseluruh kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan salah satunya adalah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan.

Tipe penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan bagaimana respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 23 orang peserta program luar hubungan kerja di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini disajikan melalui tabel tunggal dan dijelaskan secara kuantitatif menggunaka skala likert. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah positif.

Hasil perhitungan dikatakan positif dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari hasil persepsi 0,38, sikap 0,86, partisipasi 0,44 dan hasil keseluruhan antara persepsi, sikap dan partisipasi diperoleh skor 0,56.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OFSOCIAL WELFARE

Name : Agusman Harefa Nim : 110902017

Abstract

ResponseEmploymentInformal Sector Program ParticipantOf BPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office Services

BPJSKetenagakerjaan thepresent toprotectthe welfare of workersin Indonesia. During this timethe protectiongivenonly to thosewhoworkthe formalsectorbuttotheirinformalsectorworkerssidelined,

whilearguablyworkersinformalsectoris the biggest contributorin the field

ofeconomy.BPJSKetenagakerjaanimplement theSocial SecurityProgramForInformalWorkersEmployment, in orderto protectall

workersinIndonesia, thisprogramis runall branch officesBPJS Ketenagkerjaan,one of whichisBPJS Ketenagakerjaan Branch Office of Medan. This studyaimed toevaluate the response ofprogram participants employment informal sectorwith the serviceBPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office.

This type of research is classified as descriptive research aims to describe how the program participants' foreign employment of labor BPJS service medan branch offices. The samples of this study were 23 participants in the program informal sector employment BPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office. While the techniques of data analysis in this study are presented through a single table and described quantitatively using Likert scale. The conclusion obtained through analysis of the data that response program participants employment informal sector of BPJS service medan branch offices is a positive.

The calculation resultis said to bepositive viewsofsome of themeasurementsthat have beendone ofthe results ofthe perception of0.38, 0.86attitude, participation0.44and the overall resultsbetween theperceptions, attitudesandparticipationobtaineda scoreof 0.56.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah Bapa yang Maha Pengasih. Bapa yang selalu setia menjaga, memberi kekuatan dan menjadi sumber pengharapan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan”.

Dalam pengerjaan skripsi ini penelti menyadari bahwa peneliti tidak sendiri, ada banyak pihak yang senantiasa membantu, mendukung dan mendoakan penulis. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih terkhusus untuk kedua orangtua peneliti, Papa Orudugo Harefa dan Mama Marmina Harefa. Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang kalian, yang selalu mendukung, mendoakan dan menjadi penyemangat bagi peneliti. Selain itu, Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Kepada semua staff pengajar dan staff kepegawaian dikampus FISIP USU yang telah turut membantu peneliti selama perkuliahan hingga sampai pada akhir pengerjaan skripsi ini.

5. Kepada Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Pak Hendrik, Bang Jefri, Bang Amed, dan Kak Novi, Bu Coly, Bu Ester. yang sudah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 6. Kepada Peserta BPJS Ketenagakerjaan Program Luar hubungan kerja,

yang sudah turut membantu penyelesaian skripsi ini juga saya ucapkan terimakasih.

7. Kelompok Tumbuh Bersama “Devon Theos”, kakak Rina Maria Hutagaol, terimakasih sudah menjadi tempat berbagi, memberi semangat, yang mendoakanku. Buat Saudariku Putri Eka Sari, terimakasih juga untuk dukungan, semangat dan doamu dek. Terimakasih kalian sudah menjadi bagian dari hidupku menjadi saudara dalam Kristus yang menemani disepanjang perkuliahan, dimasa suka maupun duka. Aku mengasihi kalian.

8. Kepada adik-adik rohani yang Tuhan percayakan kepada peneliti, Kelompok Kecil Annuziata Theodora(Helena dan Herpinta) terimakasih juga untuk doa dan semangat dari kalian dan juga kepada adik-adikku PIPA ( Kristin,Shanty,Jesika, Monica, Rolan, Amos).

9. Kepada Kalian TPP 2015(Elisabet, Davit, Riana, Clara, Putri, Melva, Binsar, Mona, Fhida, Melin, Memo, Eny, Rossy, Hans, David, Samuel, Sri, Trisno, Ebi, Ice dan Rani Sebagai Pendamping UKM) bersyukur mengenal dan bisa berbagi hidup bersama kalian dan menjadi bagian


(6)

dari perjalanan hidupku, kita bersama-sama berdoa, memberi semangat, saling mendukung dan bersama-sama mengalami pertumbuhan didalam Tuhan. Tidak lupa juga untuk TPP 2014(K’Meriau, K’Yolanda, K’Santiur, Marisi, Chandra, Mantili, dan juga Grace) terimakasih untuk kebersamaan yang kita bisa lewati dimasa perkuliahan dan bersama-sama dalam melayani dan bertumbuh didalam Tuhan.

10.Seluruh Komponen Pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP(AKK,PKK dan Alumni) atas semangat dan doa kepada peneliti. 11.Untuk semua teman-teman Kessos 2011, Feri, Felix, Elvin, Guster,

K’Noni, K’Tika, Dek Ria, Dek Neysa, K’Dewi, Katrina, Elisabet, Sawitri, dan teman-teman yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, untuk dukungan dan bantuannya selama kita bersama-sama menjalani perkuliahan, senang bisa bertemu kalian semua.

12.Kepada Frandriek dan Handyman terimakasih juga untuk kebersamaannya, untuk dukungan dan bantuannya kepada peneliti, serta untuk adik adik yang dirumah, Nova Krisna, Eloni dan juga Adikku Selfiani Kartika.


(7)

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran yang membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, September 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 9

1.5. Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respom... 12

2.2. Jaminan Sosial... 15

2.3. BPJS Ketenagakerjaan... 18

2.4. Tenaga Kerja Sektor Informal... 19


(9)

2.5.1. Tenagakerja Luar Hubungan Kerja... 20

2.5.2. Program dan Manfaat... 21

2.6. Kesejahteraan Sosial 2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial... 23

2.6.2. Tujuan Kesejahteraan Sosial... 24

2.6.3. Sasaran Kesejahteraan Sosial... 25

2.6.4. Usaha Kesejahteraan Sosial... 25

2.7. Kerangka Pemikiran... 26

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 29

2.8.1. Defenisi Konsep... 29

2.8.2. Defenisi Operasional... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian... 32

3.2. Lokasi Penelitian... 32

3.3. Populasi Penelitian... 32

3.4. Sampel Penelitian... 33

3.5. Teknik Pengumpulan Data... 33


(10)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis……….. 36

4.2. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan………... 37

4.3. Visi dan Misi BPJS Ketenagakerjaan ……….. 40

4.4. Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan………... 42

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Pengantar………... 55

5.2. Karakteristik Umum Responden………... 56

5.3. Respon Peserta Luar Hubungan Kerja……….. 62

5.3.1. Persepsi………... 63

5.3.2. Sikap………... 74

5.3.3. Partisipasi……….... 84

5.4. Analisis Data Kuantitatif Responden………. 96

5.4.1. Persepsi Responden……… 97

5.4.2. Sikap Responden……….... 98


(11)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan………... 102

6.2. Saran……….... 104


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin... 56

2. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 57

3. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 58

4. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa... 59

5. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60

6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan StatusPerkawinan... 61

7. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 62

8. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Program Luar Hubungan Kerja... 64

9. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Program Luar Hubungan Kerja... 65

10. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sejak Kapan Program Luar Hubungan Kerja Berlangsung... 66

11. Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tujuan Program Luar Hubungan Kerja... 67

12. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Manfaat Program LHK... 69

13. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Prosedur Memperoleh Manfaat Program... 71

14. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Penjelasan dari Pegawai BPJS Ketenagakerjaan... 72 15. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan


(13)

Cabang Medan... 73 16. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian

Program terhadap kebutuhan Peserta... 75 17. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan KepuasanPeserta... 76 18. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Peserta

mengenai sosialisasi Program LHK... 77 19. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Keramahan Petugas... 79 20. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Pegawai

dalam mengumpulkan Premi... 80 21. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Kemudahan

Administrasi... 81 22. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Mutu

Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor cabang Medan.... 83 23. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan... 85

24. Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Konsultasi dengan Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Kantor cabang

Medan... 86 25. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan

Pelaksanaan Pelayanan Program LHK... 87 26. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti perkembangan

Informasi tentang BPJS Ketenagakerjaan... 89 27. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Peserta


(14)

28. Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Peserta

dalam mengikuti Kegiatan... 92 29. Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Memberikan

Masukan dan Saran terhadap Pelaksanaan pelayanan... 93 30. Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Peserta


(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.7 Kerangka Pemikiran... 28

Bagan 4.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembimbing

2. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Agusman Harefa Nim : 110902017

Abstrak

Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS KetenagakerjaanKantor Cabang Medan

BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk melindungi dan menjembatani kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia. Selama ini perlindungan yang diberikan hanya kepada mereka yang bekerja disektor formal namun untuk mereka pekerja disektor informal dikesampingkan, padahal bisa dibilang pekerja disektor informal merupakan penyumbang terbesar dibidang perekonomian. Melihat Hal Tersebut BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja, dalam rangka untuk melindungi seluruh pekerja di Indonesia, program ini dijalankan diseluruh kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan salah satunya adalah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan.

Tipe penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan bagaimana respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 23 orang peserta program luar hubungan kerja di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini disajikan melalui tabel tunggal dan dijelaskan secara kuantitatif menggunaka skala likert. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah positif.

Hasil perhitungan dikatakan positif dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari hasil persepsi 0,38, sikap 0,86, partisipasi 0,44 dan hasil keseluruhan antara persepsi, sikap dan partisipasi diperoleh skor 0,56.


(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OFSOCIAL WELFARE

Name : Agusman Harefa Nim : 110902017

Abstract

ResponseEmploymentInformal Sector Program ParticipantOf BPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office Services

BPJSKetenagakerjaan thepresent toprotectthe welfare of workersin Indonesia. During this timethe protectiongivenonly to thosewhoworkthe formalsectorbuttotheirinformalsectorworkerssidelined,

whilearguablyworkersinformalsectoris the biggest contributorin the field

ofeconomy.BPJSKetenagakerjaanimplement theSocial SecurityProgramForInformalWorkersEmployment, in orderto protectall

workersinIndonesia, thisprogramis runall branch officesBPJS Ketenagkerjaan,one of whichisBPJS Ketenagakerjaan Branch Office of Medan. This studyaimed toevaluate the response ofprogram participants employment informal sectorwith the serviceBPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office.

This type of research is classified as descriptive research aims to describe how the program participants' foreign employment of labor BPJS service medan branch offices. The samples of this study were 23 participants in the program informal sector employment BPJS Ketenagakerjaan Medan Branch Office. While the techniques of data analysis in this study are presented through a single table and described quantitatively using Likert scale. The conclusion obtained through analysis of the data that response program participants employment informal sector of BPJS service medan branch offices is a positive.

The calculation resultis said to bepositive viewsofsome of themeasurementsthat have beendone ofthe results ofthe perception of0.38, 0.86attitude, participation0.44and the overall resultsbetween theperceptions, attitudesandparticipationobtaineda scoreof 0.56.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa tersebut, pembangunan nasional disemua bidang kehidupan yang berkesinambungan merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan terarah.Jaminan sosial menempati tempat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial. Mewujudkan kesejahteraan rakyat merupakan cita-cita bangsa dan negara. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, setiap bagsa dan negara menempuh jalan yang berbeda, sesuai dengan tujuan dan filosofi buat apa negara itu didirikan. Sistem jaminan sosial merupakan cara sekaligus tujuan mewujudkan kesejahteraan, yang sekarang telah dikenal diseluruh dunia termasuk Indonesia.

Pengembangan sistem jaminan sosial ini dirasakan sangat mendesak oleh karena isu kemiskinan, kesenjangan dan keadilan sosial yang belum seluruhnya terselesaikan walaupun Indonesia sudah merdeka sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Program jaminan sosial ini sudah dikenal sejak lama, ketika pemerintahan Hindia Belanda hingga sistem ini terus berlangsung ketika Indonesia merdeka, hanya saja program ini berjalan lamban. Didalam


(20)

perjalanannya yang panjang telah banyak dikembangkan sistem jaminan sosial, namun sifatnya masih partial dan hanya ditujukan kepada kelompok tertentu saja. Penyelenggaraan program jaminan sosial bagi berbagai kelompok masyarakat dan jenis programnya, ternyata menerapkan prinsip yang berbeda sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial.

Undang-Undang No. 40/2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional telah terbit, Undang-Undang ini merupakan upaya untuk melakukan reformasi dibidang sistem sistem jaminan sosial, oleh karena Indonesia sudah sangat tertinggal dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial. Dengan adanya Undang-Undang ini maka diharapkan tidak hanya akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia tetapi juga mengejar ketertinggalan dibidang penyelenggaraan jaminan sosial yang juga akan berdampak pada bidang ekonomi dan politik. Pada dasarnya setiap program jaminan sosial, merupakan instrumen mobilisasi dana masyarakat sehingga mampu membentuk tabungan nasional yang besar.

Pada awalnya badan penyelenggara jaminan sosial yang dibentuk berdasarkan Undang-undang adalah perusahaan perseroan jaminan sosial tenaga kerja(jamsostek), perusahaan perseroan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri sipil(taspen), perusahaan perseroan asuransi sosial angkatan bersenjata republik Indonesia(asabri), perusahaan perseroan asuransi kesehatan Indonesia(askes). Namun, setelah mengikuti proses yang cukup panjang maka dari 4 PT (Persero) yang selama ini menyelenggarakan program jaminan sosial berubah menjadi 2 BPJS(BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan) yang sudah menjadi perintah Undang-Undang, karena itu harus dilaksanakan. Perubahan yang


(21)

multi dimensi tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar berjalan sesuai dengan ketentuan UU BPJS. Keberadaan BPJS mutlak ada sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Untuk menerapkan sistem tersebut, maka di tahun 2011, dibuat pula UU No.24/2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) dan menentukan bahwa BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 kemudian menentukan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014.

Pelaksanaan pembangunan di bidang sosial tenaga kerja secara terpadu dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kerja.Tenaga kerja merupakan modal utama pelaksanaan dari pembangunan masyarakat. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya.

BPJS Ketenagakerjaan sebagai implementasi Undang-Undang tentang sistem jaminan sosial nasional, melihat jaminan kesejahteraan pekerja adalah salah satu wujud kesejahteraan rakyat dalam rangka memberikan perlindungan sosial dan rasa aman. Rasa aman itu terwujud kalau tenaga kerja dapat terjamin dari berbagai ancaman, baik itu yang datang secara tiba-tiba(misalnya sakit atau kecelakaan) atau alamiah(misalnya pensiun), yang bisa berdampak pada menurunnya kemampuan ekonomi dan sosialnya.Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk


(22)

mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggarannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.

BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk melindungi dan menjembatani kesejahteraan pekerja di Indonesia. Perlindungan ini diberikan untuk seluruh pekerja dibidang apapun secara merata dan berkeadilan sesuai dengan UUD 1945. BPJS Ketenagakerjaan memberi layanan program bagi pekerja pekerja disektor formal yaitu mereka pekerja penerima upah maupun pekerja yang bekerja disektor informal atau pekerja mandiri dan bukan penerima upah.Selama ini perlindungan yang diberikan hanya kepada mereka yang bekerja disektor formal namun untuk mereka pekerja disektor informal dikesampingkan, padahal bisa dibilang pekerja disektor informal ini merupakan penyumbang terbesar dibidang perekonomian.

Berdasarkan Data dari Badan Pusat statistik, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 tercatat ada 237.641.326 jiwa, dari penduduk tersebut Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang.(Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014).Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2014 menunjukkan adanya perbaikan yangdigambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja danpenurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 5,2juta orang dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibandingkeadaan Februari 2013. Penduduk yang bekerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 5,4 juta orangdibanding keadaan Agustus 2013, atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding keadaan setahunyang lalu (Februari 2013). Sementara jumlah penganggur pada Februari 2014 mengalami sedikitpenurunan yaitu sebanyak 260


(23)

ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2013, dan berkurangsebanyak 50 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2013( Berita Resmi Statistik No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014).

Struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014 tidak mengalami perubahan, dimana SektorPertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan Sektor Industri secara berurutan masih menjadipenyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaanFebruari 2013, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektorterutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), Sektor Perdagangansebanyak 450 ribu orang (1,77 persen), serta Sektor Industri sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen),sedangkan yang mengalami penurunan hanya Sektor Pertanian sebanyak 280 ribu orang (0,68persen).

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasiberdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakupkategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasukpekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2014 sebanyak 47,5 juta orang(40,19 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 70,7 juta orang (59,81 persen) bekerja pada kegiataninformal.

Di Sumatera Utara sendiri berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduknya tercatat ada 12.982.204 pada tahun 2010. Dari jumlah penduduk tersebut angkatan kerja di Sumatera Utara pada Agustus 2014 mencapai 6,27 juta orang. Keadaan ketenagakerjaan di Sumatera Utara pada Agustus 2014 menunjukkan adanya penurunanjumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja


(24)

dan jumlah pengangguran terbuka. Jumlah angkatankerja di Sumatera Utara pada Agustus 2014 mencapai 6,27 juta orang atau berkurang sekitar 229 ribuorang bila dibanding angkatan kerja Agustus 2013, yaitu sebesar 6,50 juta orang. Penduduk yang bekerjapada Agustus 2014 mencapai 5,88 juta orang atau berkurang sekitar 200 ribu orang dibanding Agustus2013, yaitu sebesar 6,08 juta orang. Jumlah pengangguran terbuka juga mengalami penurunan dari 419ribu pada Agustus 2013 menjadi 391 ribu pada Agustus 2014 atau berkurang sebanyak 28 ribu orang. (Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 77/11/12/Th XVII., 5 November 2014).

Hasil Sakernas Agustus 2014 menunjukkan lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenagakerja adalah sektor pertanian sebesar 42,52 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, danakomodasi sebesar 20,08 persen, sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sebesar 15,39 persen.Sedangkan sektor industri yang paling sedikit menyerap tenaga kerja sebesar 7,84 persen.Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasiberdasarkan status pekerjaan. Adapun penduduk bekerja pada kegiatan formal mencakup kategori berusahadengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk mereka yang bekerja padakegiatan informal. Berdasarkan klasifikasi sederhana itu, maka pada Agustus 2014 sekitar 2,50 juta orang(42,50%) bekerja pada kegiatan formal dan 3,38 juta orang (57,50%) bekerja pada kegiatan informal.

Razali Ritonga, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI menyatakan, setiap kali buruh berdemonstrasi menuntut penaikan upah minimum dan perbaikan nasib, ada sekelompok pekerja yang hanya menjadi


(25)

penonton karena tidak mungkin melakukan hal yang sama. Mereka itu ialah kelompok pekerja informal.

Bekerja di sektor informal memang harus siap menerima risiko absennya sejumlah aspek perlindungan sosial, seperti upah minimum, uang pesangon, cuti, upah lembur, jaminan kecelakaan, kematian, hari tua, dan pensiun. Secara faktual, rendahnya aspek perlindungan sosial pekerja di sektor informal menyebabkan mereka hidup dalam ketidakpastian. Kegiatan sektor itu umumnya cenderung tidak stabil dan pekerjanya rentan terperangkap dalam pengangguran dan kemiskinan. Hadirnya pekerja sektor informal tidak bisa dihindari karena hal itu berkaitan dengan kinerja ekonomi yang belum mampu menciptakan kesempatan kerja formal secara memadai. Secara faktual, lebih banyak pekerja yang bekerja di sektor informal ketimbang pekerja di sektor formal berdasarkan data BPS tahun 2014.

Kesejahteraan pekerja sektor informal perlu ditingkatkan sehingga hal ini bisa sejalan dengan keinginan pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada penurunan jumlah penduduk miskin dan keluarganya. Atas dasar itu, hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja sektor informal dan keluarganya melalui program bukan penerima upah atau pekerja yang bekerja diluar hubungan kerja. Peningkatan kesejahteraan pekerja di sektor itu sangat dimungkinkan karena BPJS ketenagakerjaan memuat layanan jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun.


(26)

Program Luar Hubungan kerja ini merupakan layanan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk menjamin mereka yang bekerja di sektor informal atau yang disebut dengan tenaga kerja luar hubungan kerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut. Contohnya adalah mereka pedagang kaki lima, pengrajin, petani, nelayan.

BPJS Ketenagakerjaan tersebar di 11 kantor wilayah di seluruh Indonesia, salah satunya adalah kantor wilayah sumatera bagian utara. Setiap Kantor Wilayah memiliki kantor cabang untuk melaksanakan pelayanan langsung dengan para pekerja. Salah satu dari kantor cabangnya ialah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan yang terletak di JL. KAPTEN PATTIMURA NO.334 MEDAN, MEDAN 20153.

BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan melayani tenaga kerja dalam permberian manfaat dari setiap program BPJS Ketenagakerjaan secara langsung begitu pula untuk program Luar Hubungan Kerja. Medan adalah ibukota provinsi sumatera utara yang padat penduduk dan penduduk dikota ini bekerja diberbagai bidang pekerjaan, dan pekerja yang bekerja disektor informal juga merupakan pekerjaan yang banyak dilakoni oleh masyarakat. BPJS Ketenagakerjaan Kantor cabang Medan sendiri berada dipusat kota, sehingga terjangkau bagi tenaga kerja yang bekerja di kota ini. Kondisi yang demikian membuat kantor inipun strategis untuk dikunjungi oleh tenaga kerja baik itu untuk mendaftar sebagai peserta, membayar iuran, pengambilan dana jaminan hari tua, kecelakaan kerja dan hari tuabagi mereka pekerja disektor formal maupun disektor informal.


(27)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana respon peserta program luar hubungan kerjaterhadap pelayanan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang medan bagi mereka sebagai peserta Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja. Hasil dari penelitian ini akan dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Respon Peserta Program Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Respon Peserta

Program Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan?”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui Respon Peserta Program Luar Hubungan Kerja Terhadap

Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan”.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:


(28)

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Luar Hubungan Kerja (LHK) yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam upaya peningkatan derajat kesejahteraan pekerja disektor informal

2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana program Luar Hubungan Kerja (LHK) dengan mengetahui respon peserta BPJS Ketenagakerjaan terhadap pelayanan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Dengan demikian, program LHK ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari sebelumnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan

objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional


(29)

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN RESPON

Respon berasal dari kata respon, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction).Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu.

Berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.


(31)

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007)

Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan ata

tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

Melihat seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Maka, akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut


(32)

Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu :

1.Pengaruh atau penolakan 2.Penilaian

3.Suka atau tidak suka

4.Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.

Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu :

1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam sarwono, 1991).

Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat


(33)

dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa respon itu diawali dari adanya suatu rangsangan yang diterima oleh panca indera. Kemudian diikuti oleh reaksi yang diwujudkan dalam tindakan atau bentuk perilaku terhadap rangsangan yang diterima tersebut.

2.2.

Jaminan sosial

Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya.

ILO Convension no 102 mendefinisikan jaminan sosial sebagai: Perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan akibat berbagai resiko yang diakibatkan oleh sakit, kehamilan, persalinan, kecelakaan kerja, kecacatan, pengangguran, pensiun, usia tua, kematian dini penghasil utama pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian santunan kepada anggota keluarga termasuk anak-anak.


(34)

Kertonegoro mengatakan bahwa Jaminan sosial merupakan konsepsi kesejahteraan yang melindungi resiko baik sosial maupun ekonomi masyarakat dan membantu perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi keetidakadilan distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan kepada golongan ekonomi rendah (Sentanoe, 1993: 10). Jelas bahwa jaminan sosial menjamin santunan sehingga tenaga kerja terlindungi terhadap ketidakmampuan bekerja dalam penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan keputusasaan.

Jaminan sosial adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan(Suharto, 2009:15). Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara kesejahteraan berdasarkan bahwa prinsip negara harus berusaha menjamin adanya jaring pengaman pendapatan atau pemeliharaan pendapatan bagi mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya(suharto, 2009:16).

Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional pasca putusan mahkamah konstitusi Republik Indonesia ditegaskan, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak.

Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial, ada beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan program itu, yaitu:


(35)

a. Apakah benefit package atau manfaat program itu cukup menarik atau tidak? Benarkah akan memberi rasa aman kepada para pesertanya? Hal ini perlu dikemukakan karena sering ada manfaat yang tidak cukup memberi rasa aman, terlalu kecil sehingga tidak populer dan sulit berkembang.

b. Bagaimana manfaat/santunan itu diberikan? Sulit atau mudahkah memperoleh manfaat yang dijanjikan? Kecukupan sarana untuk memberikan pelayanan harus menjadi pertimbangan. Misalnya, dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan, tersedianya sarana kesehatan yang memadai sangat penting sebagai pertimbangan kelayakan program jaminan sosial.

c. Kemampuan badan penyelenggara jaminan sosial terkait kredibilitas dan kepercayaan publik sehingga mampu menjamin rasa aman pesertanya. Hal ini terkait dengan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia badan penyelenggara serta kebijakan penyelenggara program jaminan sosial, baik dari aspek akuntabilitas, transparansi, kejujuran terkait pemanfaatan dana, serta investasi dalam upaya memperoleh nilai tambah dana yang ada.

d. Peran pemerintah, pemeberi dan penerima kerja serta para decision makers lainnya, didalam memahami prinsip-prinsip penyelenggara jaminan sosial.

UU NO.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang hendak diselenggarakan meliputi:

1. Jaminan kesehatan 2. Jaminan kecelakaan kerja 3. Jaminan hari tua

4. Jaminan pensiun 5. Jaminan kematian


(36)

2.3.

BPJS Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (UU No 24 Tahun 2011). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya menggunakan mekanism Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang

BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. (Sumber: UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan UU No. 40 Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1 angka 8, Pasal 4 dan Pasal 5 ayat (1)).


(37)

2.4. Tenaga Kerja Sektor Informal (Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja)

Sektor informal merupakan bagian dari angkatan kerja yang berada di luar pasar tenaga kerja. Istilah sektor informal pada umumnya dinyatakan dengan usaha sendiri atau wirausaha. Ini merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, padat karya, dan tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga mudah keluar masuk dalam usahanya. Sektor informal mudah dilakukan oleh siapapun tanpa memandang tingkat pendidikan seseorang, baik yang memiliki pendidikan tinggi maupun yang memiliki pendidikan rendah.

Wirosardjono (dalam Budi, 2006 : 33), mendefenisikan sektor informal sebagai sektor kegiatan ekonomi kecil - kecilan yang mempunyai ciri sebagai berikut : Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya; Tidak tersentuh oleh ketentuan atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah; Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omset - omsetnya biasanya kecil dan atas dasar hitungan harian; Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen; Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar; Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah; Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga dapat menyerap bermacam - macam tingkat tenaga; Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, dan lain sebagainya; Umumnya tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari lingkungan keluarga, kenalan, atau dari daerah yang sama.

Sektor Informal juga berada dalam lingkungan usaha tidak resmi, lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja


(38)

(seperti wiraswasta): Usaha yang paling menguntungkan dari sektor informal adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yang ramai. unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Contohnya:

2.5. PROGRAM BUKAN PENERIMA UPAH (TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA)

2.5.1. Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja

Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi informal. Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sbb:

1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program


(39)

jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja

2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)

3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir 4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,

penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

2.5.2 . PROGRAM DAN MANFAAT

1. Sesuai PP 14/1993:

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label),


(40)

biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap

b. Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala c. Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor,

beserta hasil pengembangannya 2. Kepesertaan

a. Sukarela

b. Usia maksimal 55 tahun

c. Dapat mengikuti program secara bertahap dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta

d. Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaan atau mendaftar melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan BPJS Ketenagakerjaa.

3. Iuran

Iuran ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

Besaran Iuran

Jaminan Kecelakaan kerja : 1%

Jaminan Hari tua : 2% (Minimal)

Jaminan Kematian : 0.3%


(41)

4. Cara Pembayaran

a. Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan

b. Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab Wadah/Kelompok secara lunas

c. Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10 bulan berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan Wadah/Kelompok setor ke BPJS Ketenagakerjaan

d. Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan

e. Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti

f. Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang tertunggak dalam masa grace periode

2.6. KESEJAHTERAAN SOSIAL

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari bahasa sansekerta”catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini sejahtera berarti hidup bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan da kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin. Dan sosial berarti kawan, teman, dan kerja sama. jadi kesejahteraan sosial diartikan suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhan hidup menjalin hubungan baik dengan lingkungannya.


(42)

Friedlander dalam fahrudin(2012) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dari kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Ada 5 fungsi pokok kesejahteraan sosial:

a. Perbaikan secara progresif dari kondisi-kondisi kehidupan orang b. Pengembangan sumber daya manusia

c. Berorientasi terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk berfungsinya pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (kartono, 2007)

2.6.2. Tujuan Kesejahteraan Sosial

Fahrudin(2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi yang harmonis dengan lingkungan.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat dilingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan,


(43)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, penyelenggara kesejahteraan sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan keberlangsungan hidup b. Memulihkan fungsi sosial masyarakat dalam rangka mencapai kemandirian c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani

maslah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan keberlanjutan

e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggara kesejahteraan sosial.

2.6.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial

Negara bertanggungjawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial, seperti kemiskinan, kecacatan, keterpencilan, ketentuan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bancana, dan korban kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

2.6.4 Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan da berbagai kegiatan yang secara konkrit berusaha menjawab kebutuhan ataupun


(44)

masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya konkret baik ia bersifat langsung ataupun tidak langsung, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai uapaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan atau kegiatan yang lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya sekedar mengekspresikan diri dalam suatu lembaga.

Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khusus:

a. Relevan: pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat yang menjadi sasaran.

b. Konsisten: dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan masalah yang dialami oleh sasaran

c. Aksesibel : pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau da digunakan oleh sasaran

d. Partisipatif : keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan pelayanan dan bantuan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa, pembangunan nasional disemua bidang kehidupan yang berkesinambungan merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan terarah. Program jaminan sosial menempati tempat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial. Untuk mendukung upaya memantapkan jaminan sosial bagi seluruh masyarakat secara


(45)

merata, maka lahirlah Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN).

Salah satu badan yang menyelenggarakan program jaminan sosial adalah BPJS Ketenagakerjaan yang sudah menjadi perintah Undang-Undang, dan harus dilaksanakan. Keberadaan BPJS mutlak ada sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Untuk menerapkan sistem tersebut, maka di tahun 2011, dibuat pula UU No.24/2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ).

BPJS Ketenagakerjaan menjadi jembatan untuk kesejahteraan pekerja lewat program jaminan hari tua, kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Program lain yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan yakni Program Bukan Penerima Upah yang diperuntukan bagi tenaga kerja luar hubungan kerja sektor informal.

BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah salah satu kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan yang memberikan layanan bagi tenagakerja. Pelayanan yag diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah layanan program dan manfaatnya terkhusus untuk peserta program Luar Hubungan Kerja. peneliti ingin mengetahui bagaimana respon peserta BPJS TK program luar hubungan kerja terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan.


(46)

Bagan 2.7. Kerangka Pemikiran

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Program Luar Hubungan Kerja (Sektor Informal)

Respon Peserta Program Luar Hubungan Kerja : 1. Persepsi

2. Sikap 3. Partisipasi

1. Respon Positif 2. Respon Negatif


(47)

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.8.1 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Secara sederhana definisi di sini di artikan sebagai ”batasan arti”. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti (Siagian, 2011 : 138). Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui respon peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan oleh RSUD Lukas Hilisimaetano, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dirumuskan dan didefinisikan istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan pengamatan.

Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dibatasi sebagai berikut:

1. Respon adalah tanggapan, tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena.

2. BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia.

3. Peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah setiap tenaga kerja yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan dengan Program Luar Hubungan Kerja.

4. Program Bukan Penerima Upah (Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja) adalah suatu program BPJS Ketenagakerjaan untuk mendukung upaya menjamin kesejahteraan pekerja yang berkeadilan di bidang tenaga kerja sektor informal.


(48)

5. BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah salah satu kantor cabang BPJS TK yang memberikan pelayanan program dan manfaat bagi tenaga kerja.

2.8.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi operasional merupakan suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konseptual ke dunia nyata (Siagian, 2011 : 141). Perumusan definisi operasional bertujuan memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan.

Memberikan kemudahan dalam memahami variable dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon peserta BPJS TK program Luar Hubungan Kerja terhadap pelayanan BPJS TK kantor cabang medan, meliputi :

1. Persepsi peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman peserta tentang BPJS Ketenagakerjaan, program dan manfaatnya, dapat dilihat dari:

a. Pengetahuan tentang program BPJS Ketenagakerjaan b. Pengetahuan tentang tujuan program dan manfaat program.

c. Pengetahuan tentang syarat-syarat administrasi pemanfaatan pelayanan BPJS TK

d. Pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan pelayanan di BPJS TK

2. Sikap peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yang meliputi :


(49)

b. Penerimaan/penolakan yang berhubungan dengan suka atau tidak sukanya peserta terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan pelaksanaan pelayanannya. 1. Kemudahan administrasi

2. Kedisiplinan pelayanan 3. Keramahtamahan petugas 4. Ketanggapan petugas 5. Kelancaran komunikasi

3. Partisipasi peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yang meliputi keikutsertaan peserta dalam menikmati dan menerima manfaat programnya.

a. Keikutsertaan peserta dalam sosialisasi dari pihak BPJS Ketenagakerjaan b. Peserta berperan dalam menikmati dan menerima manfaat dari

terlaksananya program luar hubungan kerja.

c. Minat peserta dalam memberikan kritik dan saran terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2013 : 48). Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat gambaran menyeluruh tentang bagaimana respon peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan yang berada di Jl. Kapten Patimura No. 334, Kelurahan Darat, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan memilih lokasi penelitian ini karena BPJS ketenagakerjaan kantor cabang medan melayani peserta program luar hubungan kerja, ditambah lagi dengan lokasinya yang berada didaerah perkotaan, dimana masyarakat kota medan pekerja disektor informal lebih banyak dan lebih terjangkau.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Suyanto & Sutinah, 2008 : 139). Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,


(51)

nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2013 : 101). Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah peserta program luar hubungan kerja BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan yang mendaftarselama sebulan terakhir (mei 2015) yang berjumlah 230 orang.

3.4. Sampel Penelitian

Secara umum sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan penelitian, sampel adalah sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanta atau yang akan diteliti (Roscoe dalam Siagian, 2011 : 156). Sampel dalam penelitian ini adalah peserta program luar hubungan kerja yang telah menikmati pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Menurut pendapat Ari Kunto, untuk menentukan sampel penelitian yang menyatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang maka untuk menentukan jumlah sampel adalah antara 10%-15% atau 20%-25% dari jumlah populasi (Arikunto, 1992 : 107). Berdasarkan populasi penelitian adalah 230 orang, maka peneliti mengambil sampel penelitian ini sebesar 10% dari jumlah populasi, yaitu 10% x 230 = 23 peserta.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku dan karya tulis lainnya. 2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan


(52)

fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan ini, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

b. Kuesioner, merupakan daftar pertanyaan terstruktrur dengan alternative (option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya (Suyanto & Sutinah, 2005 : 60).

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu cara memeriksa data dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Merumuskan kesimpulan hasil penelitan, khususnya mengidentifikasi respon, penulis menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan suatu hal. Skala ini sering disebut sebagai summated scale yang berisi sejumlah pernyataan dengan kategori respon. Pertama-tama ditentukan beberapa alternative kategori respon atau seri item respons (compiling possible scale item) yang mengekspresikan luas jangkauan sikap dari ekstrem positif ke ekstrem


(53)

negative untuk direspon oleh responden. Tiap respon dihubungkan dengan nilai skor atau nilai skala untu masing-masing pernyataan (Silalahi, 2009 : 229).

Pemberian skor data dilakukan mulai respon yang negative menuju respon yang positif, yakni skor negatif adalah -1, skor netral adalah 0 dan skor positif adalah 1.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi maka ditentukanlah interval kelas sebagai pengukuran, yaitu :

Interval Kelas (I) = nilai tertinggi (H)− nilai terendah (L)

banyak kelas (K)

=

1−(−1) 3

=

0,66

Maka untuk menentukan kategori respon positif, netral maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1 = respon positif


(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan berada di Jl. Kapten Patimura No. 334, Kelurahan Darat, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Baru memiliki luas wilayah 5,41 KM². Kecamatan Medan Baru adalah salah satu daerah hunian dan permukiman di Kota Medan. Kecamatan Medan Baru terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 64 lingkungan. Berada dibawah pemerintahan Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan dan mencakup 151 Kelurahan.

Kecamatan Medan Baru dengan batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber


(55)

secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

4.2. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangungjawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkanfunded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.


(56)

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.


(57)

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.

Kini dengan system penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.


(58)

4.3Visi dan Misi 1. VISI

Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

2. Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

 Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga

 Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

3. Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

 BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

 Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit


(59)

dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

4. Motto Perusahaan

"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

5. Nilai-Nilai Perusahaan

Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas. Profesional:Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif

terhadap perubahan dan pembaharuan

Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan

(reward & encouragement), pemberdayaan

Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan

Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang

lain.

6. Etika Kerja Perusahaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama

dengan orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan

menerima gagasangagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan. Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah

disepakati dan ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan


(60)

4.4Sruktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Bagan 4.1

Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Sumber: Bidang Umum dan SDM

Kantor Cabang Utama

Sekretaris Kantor Cabang

Bidang Pemasaran Peserta Penerima Upah Bidang Pemasaran Peserta Bukan Penerima Upah Bidang Umum dan SDM Bidang Keuangan dan Teknologi Informasi Bidang Pelayanan Penata Utama Pengawasan dan Pemeriksaan Marketing Officer Relationship Officer Penata Madya Administrasi pemasaran Penata Madya Pemasaran Peserta Bukan Penerima Upah Penata Madya Administrasi Peserta Bukan Penerima Upah Penata Madya Kesejahteraan Peserta Penata Madya SDM Penata Madya Umum Staf Umum Penata Madya Keuangan Penata Madya TI Penata Muda Keuangan Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan PAK Penata Madya Pelayanan JHT-JP Penata Madya Pelayanan JKK-JK Custumer Service


(61)

Kedudukan dan Tugas Pokok.

1. Kepala Kantor Cabang

Tugas Pokok:

Mengarahkan, mengevaluasi dan mengendalikan kegiatan operasional di Kantor Cabang, selaras dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di Kantor Wilayah serta kegiatan yang terkait dengan pengawasan dan pemeriksaan kepesertaan, guna memastikan pencapaian target Cabang dan wilayah secara optimal, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di perusahaan.

2. Sekretaris Cabang

Tugas Pokok:

Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, rapat intern/ekstern, administrasipersonil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor Cabang, guna mendukung kelancarankerja Kepala Kantor Cabang.

3. Kepala Bidang Pemasaran Peserta Penerima Upah.

Merencanakan program pemasaran peserta penerima upah (untuk pengembangan kepesertaan)dan pengelolaan kepesertaan peserta penerima upah melalui program Customer RelationshipManagement (CRM) di cabang yang selaras dengan strategi pemasaran wilayah, memantau danmembina kinerja Relationship Officer (RO) serta mengendalikan pelayanan administrasikepesertaan, guna memastikan target kepesertaan Peserta Penerima Upah dan iuran di cabangtercapai dengan efektif dan efisien.


(62)

4. Relationship Officer 1(Unit Kerja : Bidang PemasaranPeserta Penerima

Upah). Tugas Pokok:

Menyusun usulan rencana pengelolaan kepesertaan untuk tim-nya, mengkoordinasikan dan/ataumelaksanakan kegiatan pembinaan kepada peserta (sebagai bagian dari program Customer Relationship Management/CRM), memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta dengancepat dan tepat, serta melakukan pembinaan kepada tim-nya, guna tercapainya tertib administrasi,terjalinnya hubungan baik dengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telahditetapkan.

5. Relationship Officer 2 (Unit Kerja : Bidang PemasaranPeserta Penerima

Upah). Tugas Pokok:

Menelaah dan mengkoordinasikan pengumpulan data peserta, melaksanakan kegiatan pembinaankepada peserta (sebagai bagian dari program Customer Relationship Management/CRM),memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta dengan cepat dan tepat, serta melakukanpembinaan kepada tim-nya, guna tercapainya tertib administrasi, terjalinnya hubungan baikdengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan.

6. Relationship Officer 3 (Unit Kerja: Bidang PemasaranPeserta Penerima

Upah). Tugas Pokok:

Menelaah dan mengkoordinasikan pengumpulan data peserta, melaksanakan kegiatan pembinaankepada peserta (sebagai bagian dari program Customer


(63)

Relationship Management/CRM),memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta dengan cepat dan tepat, serta melakukanpembinaan kepada tim-nya, guna tercapainya tertib administrasi, terjalinnya hubungan baikdengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan.

7. Relationship Officer 4 (Bidang PemasaranPeserta Penerima Upah).

Tugas Pokok:

Mengumpulkan data peserta, melaksanakan kegiatan pembinaan kepada peserta (sebagai bagiandari program Customer Relationship Management/CRM), memberikan pelayanan dan menanganikeluhan peserta dengan cepat dan tepat, guna tercapainya tertib administrasi, terjalinnyahubungan baik dengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan.

8. Relationship Officer 5 (Bidang Pemasaran Peserta Penerima Upah).

Tugas Pokok:

Mengumpulkan data peserta, melaksanakan kegiatan pembinaan kepada peserta (sebagai bagiandari program Customer Relationship Management/CRM), memberikan pelayanan dan menanganikeluhan peserta dengan cepat dan tepat, guna tercapainya tertib administrasi, terjalinnyahubungan baik dengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan.

9. Marketing Officer 1

Tugas Pokok:

Menyusun usulan program pemasaran untuk tim-nya, mengkoordinasikan dan atau melaksanakankegiatan pemasaran untuk mengakuisisi kepesertaan baru


(64)

atau mendapatkan kembali pesertayang telah keluar dari kepesertaan (untuk masuk kembali menjadi peserta), serta melakukanpembinaan kepada tim, guna memastikan tercapainya target kepesertaan dan iuran yang telahdibebankan.

10. Marketing Officer 2

Tugas Pokok:

Mereview data potensi dan/atau melaksanakan kegiatan pemasaran untuk mengakuisisikepesertaan baru atau mendapatkan kembali peserta yang telah keluar dari kepesertaan (untukmasuk kembali menjadi peserta), serta melakukan pembinaan kepada tim, guna memastikantercapainya target kepesertaan dan iuran yang telah dibebankan.

11. Marketing Officer 3

Tugas Pokok:

Mengumpulkan data potensi dan melaksanakan kegiatan pemasaran untuk mengakuisisikepesertaan baru atau mendapatkan kembali peserta yang telah keluar dari kepesertaan (untukmasuk kembali menjadi peserta), guna memastikan tercapainya target kepesertaan dan iuranyang telah dibebankan

12. Marketing Officer 4

Tugas Pokok:

Mengumpulkan data potensi dan melaksanakan kegiatan pemasaran untuk mengakuisisikepesertaan baru atau mendapatkan kembali peserta yang telah keluar dari kepesertaan (untukmasuk kembali menjadi peserta), guna memastikan tercapainya target kepesertaan dan iuranyang telah dibebankan.


(1)

pelayanan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang

Medan.

3. Partisipasi, hasil analisis data menunjukkan bahwa peserta Program Luar

Hubungan Kerja memiliki partisipasi positif dalam menikmati dan

memanfaatkan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan. Hal

ini menunjukkan bahwa peserta cukup antusias berpartisipasi dalam

menikmati dan memanfaatkan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan. Jika dilihat

secara data, partisipasi peserta secara keseluruhan dinilai positif namun perlu

diperhatikan juga partisipasi peserta dalam mengikuti kegitan yang

dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan masih

kurang dan partisipasi dalam memberikan saran terhadap pelayanan BPJS

Ketenagakerjaan juga perlu ditingkatkan lagi.

Hasil dari ketiga kategori ( persepsi, sikap dan partisipasi ) tersebut dapat

dilihat dari nilai rata-rata responden terhadap pelayanan BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan yang dilaksanakan adalah positif. Berdasarkan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa respon peserta Program Luar Hubungan Kerja Terhadap

Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan adalah positif dengan

jumlah rata-rata 0,56.

Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medam diharapkan dapat terus dilanjutkan dan meningkatkan

mutu pelayanannya, baik dari segi sumber daya manusianya maupun tersedianya

saran dan prasarana yang mendukung kegiatan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Medan. Hal ini perlu diperhatikan bersama agar peserta BPJS


(2)

memanfaatkan palayanan dari BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan,

sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan antuias masyarakat pekerja disektor

informal dalam mengikuti prgram jaminan sosial yang dilaksanakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, respon peserta

program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs ketenagakerjaan kantor

cabang medan yang dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi, sikap dan partisipasi

disimpulkan memiliki respon yang positif. Meskipun demikian dari hasil

penelitian, dari segi persepsi dan partisipasi masih perlu ditingkatkan lagi, hal ini

tentunya ditujukan kepada peserta program luar hubungan kerja, agar tetap

meningkatkan pemahamannya mengenai program luar hubungan kerja yang

dilaksanakan oleh bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan melalui media dan

ikut dalam sosialisasi yang diadakan oleh bpjs ketenagakerjaan kantor cabang

medan. Hal ini juga tentunya sangat berkaitan dengan angka partisipasi peserta

dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh bpjs ketenagakerjaan. Peserta juga

diharapkan untuk tetap memberikan saran dan masukan yang memebangun

kepada bpjs ketenagakerjaan kantor cabang medan untuk meningkatkan kualitas

pelayanannya, sehingga peserta tidak hanya menikmati pelayanan yang diberikan

tetapi juga bisa ikut berkontribusi.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sikap yang

ditunjukkan oleh peserta program luar hubungan kerja terhadap pelayanan bpjs


(3)

BPJS Ketenagakerjaan tidak perlu lagi meningkatkan pelayanannya, namun terus

berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi peserta. Ketanggapan pegawai

dalam memproses permintan peserta juga perlu diperhatikan dan dengan sabar

untuk menjelaskan ketentuan bpjs ketenagakerjaan kepada mereka yang sulit

untuk mengerti. Bpjs Ketenagakerjaan juga perlu memperhatikan pemahaman

setiap peserta tentang tujuan dan manfaat mengikuti bpjs ketenagakerjaan, karena

berdasarkan penelitian masih ada peserta yang tidak mengetahuinya, hal ini

tentunya disarankan agar peserta tidak hanya sekedar menjadi peserta tetapi juga


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agusmidah. 2010. Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Ghalia Indonesia. Bogor.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. PT. Refika Aditama Bandung.

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial(Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan). PT. Grasindo Monoratama. Medan.

Silaban, Gerry. 2008. Hak dan atau Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha/Pengurus yang Ditetapkan Dalam Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. USU Press. Medan.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung.

Situmorang, Chazali. 2013. Reformasi Jaminan Sosial di Indonesia: Transformasi BPJS “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”. Cinta Indonesia. Jawa Barat.


(5)

Soeharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat( Kajian Strategis Pembangunan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Reflika. Bandung

Sulastomo. 2007. Sistem Jaminan Sosial Nasional(Sebuah Introduksi). PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2004. Upah, Jaminan Sosial Dan Perlindungan Anak(Gagasan Pengembangan Sumberdaya Manusia Indonesia). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sumber lain:

Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor KEP-150/MEN/1999 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas.

PP Nomor 14 tahun 1993 Tentang Program dan Manfaat Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang No.40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang No.24 Tahun 2011 Mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tantang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Sumber Online:


(6)

Diakses pada tanggal 21 februari 2015.

tanggal 21 februari 2015.

2015, 21.00 wib

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40773/4/Chapter%20II.pdfoleh T Ritonga - ‎2014 27 agustus 2015, 21.00 wib