Maka diperoleh titik awal Px
c
,y
c
adalah titik 128,128. Pada gambar 3.8 ditunjukkan posisi titik awal Px
c
,y
c
.
Gambar 3.8.
Posisi titik awal Px
c
,y
c
pada posisi tengah dari Citra digital asli I
3.3.5. Pola Citra X
Dengan menjadikan titik awal Px
c
,y
c
sebagai acuan untuk membentuk Pola Citra X dengan ukuran 16x16 pixel. Yaitu dengan cara menjadikan titik awal Px
c
,y
c
sebagai titik 0,0 pada Pola Citra X. Berikut ini akan dijelaskan tentang penentuan titik awal Px
c
,y
c
yang menjadi titik 0,0 pada Pola Citra X. Contoh:
Pada penjelasan berikut ini, penulis menggunakan titik awal Px
c
,y
c
yang dilakukan pada bagian tengah Citra digital asli I berwarna RGB dengan ukuran 256x256
pixel . Proses penentuan Pola Citra X tersebut akan ditunjukkan seperti pada
gambar 3.9. 0 1 2 3 ... 255
1 2
. .
.
255 Titik awal Px
c
,y
c
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.9.
Penentuan titik awal 0,0 pada Pola Citra X dengan ukuran 16x16 berdasarkan ukuran Citra digital asli I.
3.3.6. Pola Modifikasi X’
Proses ini adalah proses perubahan gradiasi nilai pixel pada titik koordinat α
i
,β
i
yang ada pada Pola Citra X, yang akan menghasilkan Pola Citra Modifikasi X’. Caranya dengan melakukan perubahan nilai pixel di semua koordinat α
i
,β
i
yang berada pada Pola Citra X, untuk mendapatkan Pola Modifikasi X’. Pola
Modifikasi X’ inilah yang akan digunakan sebagai pembentuk watermark. Karena Pola Citra X berukuran 16x16 pixel, maka modifikasi pixel hanya terjadi pada
koordinat vertikal 0,1,2,3,...,15, sehingga α
i
,16 harus dilewati. Berikut ini adalah 0 1 2 3 ... 14 15
1 2
. .
.
14 15
Px
c
,y
c
0 1 2 3 ...
254 255
1 2
. .
.
254 255
Px
c
,y
c
Universitas Sumatera Utara
aturan untuk melakukan modifikasi nilai pixel agar diperoleh nilai pixel pada Pola Modifikasi X’.
Dimisalkan: i merupakan bilangan bulat nol dan bilangan bulat positif
Pi merupakan nilai pixel pada titik koordinat α
i
,β
i
dalam Pola Citra X. n merupakan jumlah angka parameter F dan angka-angkanya diberi indeks i.
Maka proses yang dilakukan adalah sebagai berikut ini: 1 i = 0;
2 Semua Pi akan ditukar dengan Pi - 1. 3 Jika Pi ≤ 0, maka Pi akan ditukar dengan Pi = 0
4 i = i + 1, jika i == n maka i = 0. 5 Ulangi langkah 3 dan 4 hingga 2n.
Contoh: Dimisalkan angka-angka pada parameter F yang digunakan sebelumnya adalah
1,2,3,7,8,15,10,11, sedangkan nilai pixel pada tabel 3.1 adalah nilai yang diperoleh dari lokasi pixel pada Citra digital asli I yang sesuai dengan koordinat pixel pada
Pola Citra X. Dengan menggunakan aturan modifikasi nilai pixel yang telah ditetapkan sebelumnya maka akan diperoleh nilai pixel pada Pola Modifikasi X’.
Hal tersebut akan ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar nilai pixel sebelum dan sesudah mengalami modifikasi
Lokasi Nilai Pixel Lama
Nilai Pixel Baru Red
Green Blue
Red Green
Blue 0,1
89 250
171 88
249 170
1,6 42
251 170
41 250
169 2,9
112 248
170 111
247 169
3,10 47
252 272
46 251
271 4,9
220 249
270 219
248 269
5,11 240
252 273
239 251
272 6,15
118 254
271 117
253 270
7,7 21
255 277
20 254
276 8,11
173 25
73 171
24 72
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 3.1
Lokasi Nilai Pixel Lama
Nilai Pixel Baru Red
Green Blue
Red Green
Blue 8,11
173 25
73 171
24 72
9,14 155
20 170
154 19
169 10,6
130 23
176 129
22 175
11,2 88
26 173
87 25
172 12,15
4 27
170 3
26 169
13,0 111
28 179
110 27
178 14,10
132 21
172 131
20 171
15,6 34
20 70
33 19
69 Berdasarkan lokasi koordinat pixel di atas, maka akan dibaca nilai pixel yang ada
pada Citra digital asli I sesuai dengan Pola Citra X untuk menghasilkan nilai Pola Modifikasi X’. Lokasi perubahan nilai pixel pada Pola Modifikasi X’
ditujukkan pada gambar 3.10.
Gambar 3.10.
Posisi pixel pada Pola Modifikasi X’ yang telah mengalami modifikasi nilai pixel
0 1 2 ... 14 15
1 2
. .
.
14 15
Universitas Sumatera Utara
3.3.7. Citra watermark W