Penelitian Terdahulu Kerangka Pikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan suatu penelitian mengenai Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct Investment FDI, dan hasil dari penelitian tersebut adalah : a. Menurut Sarwedi 2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan yang berjudul ” Investasi Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya” yang menyatakan bahwa pada saat ini sudah banyak studi yang mempengaruhi investasi asing langsung Foreign Direct Investment. Namun demikian metodologi yang digunakan dan hasil studi masih sangat bervariasi. Meskipun faktor-faktor yang dianggap tetap pengaruhnya sangat kuat, seperti variabel makro ekonomi yaitu pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi dan inflasi, tetapi masih juga terdapat kesimpulan yang berbeda-beda yang menimbulkan berbagai perdebatan. FDI menjadi salah satu sumber pembiayaan modal yang penting bagi Negara berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan melalui transfer asset dan manajemen, serta transfer teknologi guna mendorong perekonomian Negara. b. Karolina Ekholm, Rikard Forslid, dan James R. Markusen 2003, Trinity College Dulbin, yang berjudul “Export-Platform FDI”. Menyatakan bahwa Pelaksanaan FDI yang platform ekspor tidak hanya ditujukan pada negara home country dan host country tetapi juga ditujukan pada negara platform 8 9

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Investasi

2.2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi merupakan hasil yang sangat penting dalam hajat hidup kegiatan usaha, karena investasi sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam mempelancar proses produksi. Investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal atau pembentukan modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut : a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yatu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnyauntuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. 10 c. Pertambahan nilai barang-barang stock yang belum terjual, bahan mentah dan bahan yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. Sukirno, 2002 : 107 Merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena investasi sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang dalam memperlancar proses produksi. Menurut penggunaanya, pengeluaran untuk investasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu : untuk keperluan konstruksi, rehabilitasi atau perbaikan, dan ekspansi atau perluasan konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali baru. Apabila bangunan itu pada suatu saat rusak dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan apabila bangunan tadi diperluas, maka perluasan inilah yang dimaksud ekspansi. Rosyidi, 2003 : 168. Cara pembagian investasi menurut jenisnya : a. Autonomous investment dan Induced invesment Autonomous invesment investasi otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya. Induced investment investasi terimbas adalah bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. 11 b. Public investment dan Private investment Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. c. Domestic investment dan Foreign investment Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri. Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri. d. Gross investment dan Net investment Gross investment investasi bruto adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi yang dilakukan pada suatu Negara daerah tertentu pada atau selama suatu periode tertentu. Net investment investasi netto adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Rosyidi, 2003 : 169-172

2.2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Secara umum faktor yang mempengaruhi investasi adalah apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan, yaitu : 12 a. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang. Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang - barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu, dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik modal akan melakukan kegiatan terus-menerus selama beberapa tahun. b. Perubahan dan perkembangan teknologi. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha. c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan, dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional. d. Keuntungan yang dicapai perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungan atau modal khas, maka perusahaan yang dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. 13 e. Tingkat bunga. Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga. Sukirno, 2004 : 122 Di dalam waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam perekonomian akan banyak individu dan perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Hal ini dijelaskan dalam hubungan Marginal Efficieny of Capital dengan Investasi. Berbagai proyek investasi ini memiliki tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan yang tinggi dan ada pula proyek yang keuntungannya rendah. Berdasarkan atas jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh keuntungan, analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan Efisiensi Modal Marginal Marginal Efficiency of Capital atau MEC. 14 Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi Sumber : Sukirno. 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 125 Berdasarkan hal-hal yang dilakukan efisiensi modal marginal dapat didefinisikan suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep modal marginal dapat dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R dan investasi adalah I . Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I . Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R 1 atau lebih dan modal yang diperlukan Tingkat Pengembalian Modal 15 adalah I 1 , dan titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R 2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I 2 . Sukirno, 2004 : 124-125

2.2.2 Foreign Direct Investment FDI

2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Investment FDI

Menurut Rusdin 2002:1, Foreign Direct Investment FDI menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi investing country. Foregn Direct Investment atau FDI sebagai aliran modal mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan negara berkembang, karena tidak hanya memindahkan modal barang tetapi juga menstranfer pengetahuan dan modal sumber daya manusia.Sedangkan Penanaman Modal Asing PMAhanya mestranfer Modal Saja Prinsip-prinsip hukum penanaman modal asing pada dasarnya dapat ditelusuri dari prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam World Trade Organization WTO dan Trade Related Investment Measures TRIMs, karena dalam konteks internasional relasi antara perdagangan dengan penanaman modal tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling terkait sehingga prinsip yang berlaku dalam dunia perdagangan pada dasarnya juga berlaku dalam bidang penanaman modal. Biasanya, FDI terkait dengan aset-aset produktif, misalnya pembelian atau konstruksi 16 sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan, atau konstruksi peralatan dan bangunan yang baru oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal reinvestment dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan investasi langsung. Kini muncul corak-corak baru dalam FDI seperti penggunaan lisensi atas penggunaan teknologi tinggi. Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki usaha bersama Joint ventures dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Foreign direct invesment mempunyai beberapa menfaat antara lain: a. Aliran sumber daya, dengan adanya Foreign Direct Investment FDI dapat memberikan kontribusi positif melalui alih sumber daya, seperti modal, tekhnologi dan sumber daya manajemen. b. Penciptaan lapangan kerja, Foreign Direct Investment FDI memungkinkan terciptanya lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja lokal. c. Efek positif bagi neraca pembayaran, FDI dapat mengurangi defisit dalam neraca pembayaran, dengan cara : 1 Foreign Direct Investment dapat menjadi substitusi bagi impor barang dan jasa, sehingga negara padat menekan volume impor agar tidak lebih besar dari ekspor 17 2 Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor lebih besar dari pada impor. Rusdin, 2002 : 25

2.2.2.2. Keunggulan Foreign Direct Investment FDI

Berdasarkan pembahasan tersebut, Foreign Direct Investment FDI mempunyai beberapa keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan untung dengan melakukan Foreign Direct Investment FDI melebihi ekspor sebagai suatu strategi apabila biaya – biaya transportasi atau hambatan perdagangan menjadikan ekspor tidak menarik. Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan Foreign Direct Investment FDI melebihi lisensi apabila ingin mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. Rusdin, 2002 : 15 Ada beberapa anggapan dengan keberadaan Foreign Direct Investment FDI ini selalu menguntungkan pertumbuhan ekonomi negara, tetapi tidak bagi Rusdin 2002 : 01, dikatakan bahwa disejumlah negara yang sedang berkembang juga cemas bahwa disuatu pihak orang- orang asing akan menginvestasikan kekayaan mereka itu, karena takut eksploitasi dan akses yang tidak memadai. Menurut Rusdin 2002:26, dampak lain dari adanya Foreign Direct Investment FDI adalah biaya yang timbul akibat FDI bagi Host Country sebagai berikut : 18 1 Dapat menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan-perusahaan lokal. Hal ini secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap kompetisi di suatu negara. 2 Dampak negatif bagi Neraca Pembayaran. Menurut Rusdin 2002:1, Foreign Direct Investment FDI menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi investing country. Di dalam teori Foreign Direct Investment FDI, menjelaskan bahwa mengapa perusahaan akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung dalam arti memasuki pasar luar negeri apabila dua alternatif lainnya tersedia untuknya, yaitu mengekspor exporting dan melakukan lisensi licensing. Mengekspor berarti memproduksi barang-barang dalam negeri kemudian mengapalkannya ke Negara penerima penjualan. Sedangkan melakukan lisensi berarti menjamin hak atas kepemilikan asing lisensi untuk memproduksi dan menjual produk perusahaan sebagai upaya memperoleh keuntungan berupa fee royalty dari setiap unit penjualan. Sepintas dapat dilihat bahwa mungkin FDI lebih mahal dan beresiko apabila dibandingkan dengan mengekspor dan melakukan lisensi . FDI beresiko sebab perusahaan harus membangun fasilitas produksi di luar negeri atau mengakuisisi perusahaan-perusahaan asing. Dalam mengekspor terdapat keterbatasan-keterbatasan yang sering dibatasi oleh biaya transpotasi dan 19 hambatan-hambatan perdagangan. Apabila biaya-biaya transportasi merupakan tambahan biaya-biaya produksi, maka hal ini tidak menguntungkan untuk mengapalkan beberapa produk ke jarak yang lebih jauh. FDI banyak dilakukan sebagai respon terhadap ancaman dari hambatan-hambatan perdagangan, seperti tariff impor atau quota impor. Dengan pengenaan terhadap barang-barang impor, berarti pemerintah meningkatkan biaya ekspor jika dibandingkan dengan FDI dan lisensi. Tidak hanya keterbatasan dalam mengekspor saja tetapi lisensi juga terdapat keterbatasan. Terdapat berbagai keterbatasan dalam melakukan lisensi, diantaranya adalah : 1. Melakukan lisensi dapat memberikan perusahaan technological know- how yang bernilai kepada pesaing luar negeri yang potensial. 2. Dengan melisensi, pengendalian yang ketat terhadap pabrikasi, pemasaran, dan strategi menjamin kepada pemegang lisensi dengan menghasilkan fee royalty. 3. Dengan melisensi timbul ketika keunggulan bersaing perusahaan tidak didasarkan lebih banyak pada produknya, seperti di atas kemampuan manajemen, pemasaran, dan produksi yang menghasilkan produk- produk tersebut. Rusdin, 2002 : 10-14 Berdasarkan pembahasan tersebut, FDI mempunyai beberapa keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan untung dengan melakukan FDI melebihi ekspor sebagai suatu strategi apabila biaya-biaya transportasi atau hambatan perdagangan menjadikan ekspor tidak menarik. 20 Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan FDI melebihi lisensi apabila ingin mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. Rusdin, 2002 : 15 Menurut Rusdin 2002 : 25-27, terdapat berbagai manfaat FDI bagi Negara – Negara Host Country Negara sumber atau asal dan Home Country Pasar dalam negeri atau Negara tujuan. Bagi Negara – Negara Host Country adalah : 1. FDI dapat menjadi subtitusi bagi impor barang dan jasa, sehingga Negara dapat menekan volume impor agar tidak lebih besar dari ekspor. 2. Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE Multi National Enterprise akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor lebih besar dari impor. Bagi Negara - Negara Home Country adalah : 1. Keuntungan dalam neraca pembayaran karena adanya arus masuk pendapatan dari luar negeri. 2. Terburuknya peluang ekspor pada saat anak perusahaan MNE Multi National Enterprise di luar negeri menciptakan demand, baik dalam bentuk capital equipment, produk komplementer dan sebagainya. 3. Keahlian berharga yang mungkin diperoleh dari Negara lain. Perusahaan Multi National Enterprise MNE adalah merupakan suatu instrumen dominal imperialis. Mereka melihat MNE sebagai alat untuk 21 mengeksploitasi host country terhadap manfaat eksklusif capitalist- imperialist home country. MNE menguras keuntungan profit dari host country dan mengambilnya untuk home country, tanpa memberikan nilai kepada host country dalam pertukaran. Menurut penjelasan ini, suatu Negara tidak boleh memberikan izin perusahaan-perusahaan asing untuk melaksanakan FDI, hingga mereka dapat menjadi instrumen pembangunan ekonomi, hanya karena dominasi ekonomi. Rusdin, 2002 : 22 Dari manfaat - manfaat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bagi host country, FDI membawa dampak positif dalam bentuk alih sumber daya, penciptaan lapangan pekerjaan serta mengurangi defisit dalam neraca pembayaran. Tetapi host country harus menanggung sejumlah biaya dengan adanya FDI yaitu ancaman bagi pesaing lokal, outflow of capital keuntungan yang keluar dari suatu Negara serta ancaman hilangnya independensi ekonomi suatu Negara. Sedangkan bagi home country, dampak positif FDI adalah arus masuk pendapatan bagi neraca pembayaran, terciptanya peluang ekspor dan transfer sumber daya yang mungkin diperoleh dari Negara lain. Biaya ditanggung home country dari adanya FDI adalah berkurangnya lapangan kerja serta peningkatan impor. Rusdin, 2002 : 33 22

2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.3.1. Pengertian pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sukirno, 2004 : 9 2.2.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah cara1 PN riil 1 – PN riil g = x 100..................Sukirno, 2002 :56 PN riil Dimana : g = Tingkat pertumbuhan ekonomi PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung PN riil = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya 23 Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menturut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap : 1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini. 2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut : 100 PN riil = x PN masa kini i………….Sukirno, 2002 : 56 HI 1 Dimana : PN riil = Pendapatan nasional tahun I HI 1 = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional PN masa kini i = Pendapatan nasional pada harga masa tahun 1 Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB Produk Domestik Regional Brutu yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu regional dalam waktu satu tahun.

2.2.3.3. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen.

1. Pertumbuhan bagi ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barangnya. 24 2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang – barang kepada penduduknya. 3. Bidang kelembagaan dan idiologi sehingga menjadi inovasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dan dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.2.3.4. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pandapatan perkapita menurut adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasiaonal PDB. Pendapatan Domestik Bruto sangat ditentukan oleh penggunaan faktor – faktor produksi yaitu : a. Kapital. Faktor kapital merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Namun sering disalah artikan bahwa tanpa kapital, perekonomian suatu negara dikatakan tidak dapat berkembang sama sekali. Hal ini seluruhnya benar karena kapital bukan merupakan faktor satu – satunya yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Kapital sering kali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan pertumbuhan. 25 b. Sumber daya alam Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena yang terpenting adalah kemampuan penduduknya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi akan tetapi lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. c. Teknologi Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi. Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis barang atau jasa tertentu. Teknologi mempunyai hubungan dengan inovasi yaitu penemuan baru, penemuan komoditi baru, menemukan cara produksi baru, dan sebagainya. d. Faktor Sosial Faktor sosial juga mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya. Faktor ini penting sekali namun sering dilupakan atau dianggap ringan. Faktor sosial juga dapat menjadi faktor penghambat dalam mencapai sasaran dalam pertumbuhan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat, keamanan, politik, dan sebagainya. Pada umumnya faktor – faktor tesebut terdapat hubungan yang positif antara jumlah dan 26 kualitas faktor – faktor produksi itu dan produk domestik bruto. Semakin banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tinggkat pendapatan suatu negara. e. Faktor tenaga kerja Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari sisi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi pula kegiatan produksi tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah tinggat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut.

2.2.3.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi ini biasa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor – faktor apa saja yang menentukan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses 27 pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan saja tetapi banyak teori pertumbuhan ekonomi, antara lain : a. Teori pertumbuhan ekonomi klasik Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang – barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak menumpahkan perhatianya kepada pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada awalnya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlimpah, tingkat pengambilan modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitass marginal penduduk telah negatif. Maka kemakmuran masyarakat nenurun kembali. Apabila keadaan ini tercapai, ekonomi dikatakan telah mencpai keadaan tidak berkembang. Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup. Menurut ahli ekonomi klasik bahwa setiap 28 masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Maka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut. Berdasarkan teori pertumbuhan klasik tersebut, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara pendapatan perkapita dan pendapatan penduduk yang disebut dengan teori penduduk optimal. Teori ini menjelaskan apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal akan lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita. Maka pertumbuhan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Tapi apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karena itu pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mancapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada saat itu dinamakan penduduk optimal. b. Teori pertumbuhan Schumpeter Teori ini menekankan tantang pentingnya peranan pengusaha dalam mekanciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukan bahwa peran pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi 29 tersebut meliputi : memperkenalkan barang – barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran pasar yang baru, mengembangkan sumber hahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan – prubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensi. Didalam mengemukakan teorinya schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana merekan akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal, investasi yang baru ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakan akan bertambah dan tingkat konsumsi akan bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut schumpeter, investasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu menanaman modal autonomi dan penanaman modal terpengaruh. Menurut schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang atau stationary state”. Sukirno. 2004 : 434 30

2.2.3.6. Hubungan FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

De Mello Jr Mello Jr et al., 1997 membuktikan adanya hubungan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya dengan pendekatan modal dapat mengalir diakibatkan oleh perbedaan tingkat bunga. Namun Solow memaparkan bahwa modal pasti menyusut secara fisik, jadi FDI tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dalam jangka panjang. FDI akan memberikan pertumbuhan ekonomi hanya jika dapat mempengaruhi perkembangan teknologi secara positif. Dalam model endogen FDI dianggap sebagai satu sumber yang penting bagi akumulasi modal yaitu human capital dan perubahan teknologi. FDI dapat mendorong perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi baru dalam fungsi produksi di negara-negara tuan rumah. Dengan FDI maka dapat terjadi transfer teknologi dengan mempromosikan pemakaian teknologi yang lebih tinggi kepada perusahaan-perusahaan domestik dalam negeri, menyediakan pelatihan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan, memperkenalkan teori manajemen baru dan aturan-aturan organisasi yang baru sehingga lebih efektif dan efisien.

2.2.4. Ekspor

Pengertian dari ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dibeli oleh orang-orang asing dari berbagai Negara. Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 325 31 Yang dimaksud dengan ekspor adalah mengeluarkan barang- barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Amir, 1995 : 209 Menurut Amir 1995 : 11, ekspor mempunyai beberapa komoditi barang yang akan diperdagangkan, ciri-ciri umum suatu komoditi ekspor adalah : 1. Mempunyai surplus atau kelebihan produksi dalam arti total produksi belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri. 2. Mempunyai keunggulan tertentu seperti karena langka, murah, mutu dibandingkan dengan komoditi serupa yang serupa yang diproduksi di Negara lain. 3. Komoditi itu sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor. 4. Komoditi itu memperoleh ijin pemerintah untuk diekspor. Menurut Amir 1995 : 361, manfaat dan tujuan ekspor adalah : a. Meningkatkan pendaptan devisa Negara yang akan memperlancar arus barang impor dan roda pemerintahan. b. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan teknologi. c. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global sehingga memungkinkan produksi optimal dan optimalisasi laba. d. Dapat memanfaatkan “idle capity” dari kapasitas terpasang suatu industri pada saat pasaran dalam negeri melemah, sehingga dapat 32 mencegah penganggaran modal dan tenaga kerja atau untuk mengisi kebutuhan musiman. e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional, sehingga akan sangat mendorong tingkat efesiensi, inovasi, produktifitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi. f. Mencicil utang di luar negeri. Menurut Amir 1995 : 30, kendala ekspor adalah semua hal yang menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun yang sengaja diadakan oleh para pengimpor. Contoh dari berbagai kendala tersebut adalah : Kendala ekspor yang berasal dari dalam negeri, diantaranya : 1. Birokrasi yang bertele-tele, yang menghambat kelancaran perizinan. 2. Pungutan liar pungli yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, yang melemahkan daya saing. 3. Rendahnya disiplin nasional, yang menghancurkan produktivitas, integritas, dan bonafiditas eksportir nasional. Kendala ekspor yang sengaja dilakukan oleh Negara pengimpor, yaitu : 1. Common External Tariff, tarif bea masuk tinggi yang dipasang oleh Negara-Negara anggota pasar bersama Eropa yang diberlakukan terhadap Negara luar termasuk Indonesia. 2. British Commonwealth Preference, yaitu tarif bea masuk impor yang khusus diberikan Inggris kepada Negara-Negara bekas 33 dominion Inggris seperti Australia, Singapore, Kanada dan lain- lain. Sehingga tidak dapat dinikmati oleh Negara-Negara luar seperti Indonesia. 3. Quota sistem yang ditetapkan untuk impor hasil pertanian dan industri, yang merupakan pembatasan bagi perkembangan ekspor Indonesia. 4. Keharusan sertifikasi dan prosedur impor yang berkelebihan untuk mempersulit impor yang diberlakukan oleh Negara-Negara maju seperti Amerika Serikat.

2.2.4.1. FDI vs Ekspor, Hubungan Kausalitas

Penawaran ekspor dipengaruhi oleh penanaman modal asing PMA. Peningkatan PMA secara tidak langsung akan meningkatkan industrialisasi. Sebagai akibatnya, jumlah barang yang diproduksi akan meningkat. Hubungan yang positif ini memang masih menjadi perdebatan oleh sebagian pengamat. Hal ini disebabkan oleh peluang terjadinya penanaman modal asing sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kebijakan negara penerima host country. Ekspor dan FDI memang dua hal yang saling berhubungan dalam pembangunan ekonomi. Namun, jika dua komponen ini dipisahkan maka akan menimbulkan permasalahan baru, khususnya jika dikaitkan dengan motivasi atau aktivitas MNCs dalam suatu negara. Hal ini berkaitan dengan multiplier effect dari penggunaan tenaga kerja didalam negeri. Efek operasi MNCs terhadap tenaga kerja dan upah ini 34 masih menjadi perdebatan bebarapa ahli. Selama ini yang pernah dilakukan adalah melihat apakah hubungan antara FDI dan Ekspor tersebut sebagai hubungan komplementer atau substitusi Graham, 1996; Brenton and Di Mauro, 1999. Graham 1996 dalam studinya untuk kasus negara USA dan Jepang dengan menggunakan pendekatan model gravitasi gravity model aprroach menyimpulkan bahwa terdapat hubungan komplementer antara ekspor dan FDI di kedua negara tersebut. Sedangkan Brenton and Di Mauro 1999 dalam studinya di negara- negara Eropa Prancis, Inggris dan Jerman menyatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang positif antara FDI dan ekspor sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan komplementer yang kuat diantara kedua variabel tersebut.

2.2.5. Inflasi

Definisi inflasi menurut Rahardja dan Manurung 2004 : 319, adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus, dari definisi ini ada tiga komponen yang dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi yaitu kenaikan harga, bersifat umum, berlangsung terus-menerus. Yang dimaksud dengan inflasi adalah kenaikan tahunan dalam tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indek harga konsumen atau indek harga lainnya. Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 485. 35 Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan presentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Menurut Sukirno 2004 : 333, teori kuantitas membedakan sumber terjadinya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Inflasi tekanan permintaan demand pull inflation Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat yang mengakibatkan tingkat harga umum naik. Gambar 2 : Proses Demand Pull Inflation Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 334 Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai pada P 1 dan tingkat output riil dimana P 1, Q 1 berada pada perpotongan antara kurva 36 permintaan D 1 dan kurva penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D 2 penggeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan. Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil dari Q 1 ke Q 2 dan tingkat harga dari P 1 ke P 2 maka inilah yang disebut demand pull inflation inflasi tarikan permintaan yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi. 2. Inflasi dorongan penawaran cost push inflation Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, biasanya ditandai dengan kenaikan harga barang serta turunnya produksi. Misalnya kenaikan harga barang baku yang didatangkan dari luar negeri dan kenaikan harga BBM. Gambar 3 : Proses Cost Push Inflation Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 335 Pada gambar diatas telah disajikan kurva penawaran bergeser dari S 1 ke S 2 , harga tertentu naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya. 37 Naiknya harga dan turunnya output sering kali diberi nama “stagnasi inflasi”. Dampak yang ditimbulkan dari inflasi diantaranya : 1. Kenaikan harga-harga menimbulkan dampak terhadap perdagangan. Kenaikan harga barang tersebut menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasar internasional. Menyebabkan ekspor menjadi menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah, menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. 2. Biaya yang terus-menerus naik akan menyebabkan kegiatan produksi menjadi tidak menguntungkan. 3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. 4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sukirno, 2004 : 339 Menurut Sukirno 2000:340, cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain : a. Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui jumlah uang yang beredar. Uang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum yang dinaikkan agar jumlah uang menjadi lebih kecil sehingga dapat menekan laju inflasi. 38 b. Kebijakan Fiskal Menyangkut pengaturan tentang pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan. c. Kebijakan segi penawaran Pemerintah melakukan langkah-langkah yang menurunkan biaya produksi perusahaan-perusahaan. Misalnya dengan mengurangi pajak ke atas bahan mentah atau menetapkan harga barang mentah.

2.2.5.1. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal – hal distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional, ketika dapat dijelaskan sebagai berikut Nopirin, 1987:32-33: 1. Pengaruh terhadap pendapatan Equity Effect Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yangdirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang dengan bunga yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi yang terjadi. 39 2. Pengaruh terhadap alokasi faktor – faktor produksi Efficiency Effect Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam produksiberbagai barang – barang tertentu, sehingga adanya inflasi maka permintaan akan barang – barang tetentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya yang pada kelanjutaanya akan mendorong kenaikan produksi barang – barang tersebut dengan akibat akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor – faktor produksi yang ada dan menjadi tidak efisien lagi. 3. Pengaruh inflasi produksi nasional Output Effect Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan naik yang dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya. Yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “Kecenderungan dari harga – harga untuk naik secara umum dan terus – menerus”. Boediono, 1993:97. Dengan menurunnya tingkat inflasi disuatu negara maka kegiatan daya beli masyarakatnya akan mengalami peningkatan karena selalu diiringi dengan turunnya harga – harga barang dan jasa di dalam negeri sehingga membuat investor swasta tertarik untuk menanamkan modalnya. Boediono, 2001:155. 40

2.3. Kerangka Pikir

Untuk menciptakan perekonomian yang seimbang dibutuhkan peningkatan Penanaman Modal Asing FDI. Penanaman Modal Asing FDI dipengaruhi beberapa factor antara lain Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor dan Inflasi. Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dijelaskan hubungan variabel terikat terhadap variabel bebas sebagai berikut : a. Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Investasi merupakan langkah awal kegiatan Produksi barang dan jasa yang dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah, investasi yang meningkat akan menyebabkan kegiatan produksi barang dan jasa akan meningkat maka Penyediaan akan Barang dan Jasa juga akan meningkat dan berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Bruto di Jawa Timur. b. Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Ekspor. Dengan tingginya tingkat investasi maka akan dapat memperluas usahalapangan kerja industri kecil sehingga dapat meningkatkan barang produksi yang dihasilkan dan menyerap banyak tenaga kerja, hal tersebut menunjukkan adanya kesempatan kerja yang tinggi pula dengan perkembangan demikian industri kecil akan semakin pesat yang berdampak secara langsung akan mengakibatkan nilai ekspor juga meningkat. c. Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Inflasi. 41 Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Dengan adanya investasi asing langsung FDI permintaan akan barang dan jasa meningkat. Hal ini akan meningkatkan produksi barang dan jasa. Jika Produksi barang dan jasa meningkat akan mengakibatkan penurunan harga barang dan jasa juga, dengan demikian inflasi akan menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di buat skema paradigma sebagai berikut : Gambar 4: Kerangka Pikir Sumber : Peneliti

2.4 Hipotesis