BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur
Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48
LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km
2
dan terbagi dalam 37 wilayah KabupatenKota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur
dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi lebih 100 meter di atas permukaan laut, sedang 45 – 100 meter, dan rendah di bawah 45 meter
Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki – laki dan
17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720 jiwakm
2
. Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan
infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:
Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.
Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan
dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.
Bagian Selatan – Barat Daerah Mataraman merupakan daerah pegunungan dengan gunung – gunung berbatu dan kapur yang relatif
kurang subur. 47
48
Bagian Timur, karena posisinya sebagai penghubung dengan Pulau
bali dan Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.
4.1.2. Kondisi Perkembangan Foreign Direct Investment
Peran penanaman modal asing FDI dalam proses pembangunan ekonomi negara – negara maju dan berkembang telah banyak diutarakan
dalam literatur pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi daerah. Lalu lintas modal asing antar negara dan antar lokalitas di
dunia tersebut akan berlalu-lalang mengikuti dinamika perkembangan perusahaan-perusahaan lintas nasional MNC dan perusahaan global
global firms yang dipermudah dengan globalisasi dan temuan teknologi. Bersama – sama dengan investasi domestik dan investasi masyarakat, FDI
masih merupakan pilihan stratejik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan perekonomian Indonesia di masa datang.
Kehadiran penanaman modal asing di negara kita bukan merupakan sesuatu yang baru bagi negara dan masyarakat Indonesia. FDI sempat
menjadi primadona dalam mitra pembangunan saat negara kita melaju pada tingkat percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 7 per
tahunnya saat sebelum krisis perekonomian terjadi. Bersama – sama dengan investasi masyarakat dan PMDN, penanaman modal secara
keseluruhan telah tumbuh rata-rata sekitar 10, per tahun pada periode 1991 – 1996 dengan kontribusi hampir mencapai 30 terhadap Produk
Domestik Bruto.
49
Bagi kepentingan para penanam modal asing maka selain iklim investasi tersebut, kehadirannya masih perlu didukung oleh adanya
ketentuan-ketentuan dan perlakuan yang tidak diskriminatif, yang diberikan pada para pengusaha lokal atau domestik dalam arena
memperebutkan pangsa pasar. Sudah selayaknya jika para pemilik modal asing menginginkan adanya perlindungan dan jaminan investasi atas
ancaman terjadinya resiko nasionalisasi dan eksproriasi. Merekapun menginginkan adanya jaminan dalam hak untuk dapat mentransfer laba
maupun deviden, dan hak untuk melakukan penyelesaian hukum melalui arbitrase internasional.
Atas dasar ini dipandang perlu dan sudah merupakan keharusan bagi Indonesia segera meratifikasi RUU Penanaman Modal yang telah
terkatung – katung keberadaannya sejak 1995. Rencana Undang-Undang Penanaman Modal ini akan diterima jika Pemerintah Pusat segera
melakukan restrukturisasi organisasi lembaga publik dan departemen pada tingkat pusat dan kemudian memberikannya kewenangan yang lebih luas
pada Pemerintah Daerah dalam merencanakan dan mengatur rumah tangganya secara lebih leluasa.
Para pelaku ekonomi di daerah dan aparat birokrasi pemerintahan daerah perlu secara bersama melakukan persiapan – persiapan dalam
upaya terprogram meningkatkan kompetensi daerah. Upaya awal yang paling mendasar adalah membangun kesiapan sumber daya manusia yang
trampil dan cekatan. Sekolah – sekolah kejuruan industrial, ekonomi,
50
teknologi dan bahasa dapat dibangun secara sinergi antar unsur – unsur pelaku ekonomi yang ada di daerah.
Berikutnya ketersediaan fasilitas prasarana industri seperti pergudangan, jalur transportasi untuk logistik barang, pelabuhan, terminal
serta hub-hub intra moda transportasi, sumber energi, air bersih, saluran irigasi lintas-desa, lembaga – lembaga ekonomi dan finansial pedesaan,
serta pos-pos kolektor dan penyimpanan produk – produk hasil pertanian perlu dibangun secara memadai dan berkualitas. Rentetan investasi
tersebut perlu ditrigger oleh inisiatif para gubernur dan para bupati dengan mengundang para investor masyarakat lokal.
Dalam literatur perekonomian daerah jenis penanaman modal yang demikian dimasukkan kedalam kelompok Social Overhead Capital SOC.
Ketersediaan SOC akan memberikan rangsangan pada para investor di luar daerah untuk segera berkunjung dan menetap, karena mereka
akan mendapatkan apa yang dinamakan dengan penghematan – penghematan urbanisasi urbanization economies dan agglomerasi
agglomerationeconomies. Untuk mengurangi dampak negatif dari kehadiran FDI khususnya
di wilayah hinterland, maka Pemerintah Pusat dan Daerah perlu merevisi berbagai ketentuan – ketentuan yang melindungi kepentingan peliharaan
kelestarian dan kualitas lingkungan hidup dan lingkungan alam. Perusahaan-perusahaan yang melanggar ketentuan tersebut wajib
menggantikan kerugian dengan jumlah penalti yang besarnya cukup untuk
51
memperbaharui kerusakan – kerusakan yang dilakukan. Bagi para
pengusaha lokal dan asing hendaknya perlu semakin sadar dan mulai menyisihkan anggaran yang memadai bagi terselenggaranya kesejahteraan
masyarakat di sekitar pabrik dan lokasi usaha. Perhatian akan tanggung jawab sosial merupakan tuntutan bagi terselenggaranya kegiatan usaha
yang berkelanjutan.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian