ANALISIS PENGARUH INVESTASI, PENGELUARAN PEMERINTAH INFLASI,KURS VALAS,EKSPOR dan IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.

(1)

DAFTAR ISI……….. ii

DAFTAR GAMBAR………. Vi DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN………. x

ABSTRAKSI………. xi

BAB I :PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 5

1.3.Tujuan Penelitian... 5

1.4.Manfaat Penelitian... 5

BAB II:Tinjauan Pustaka... 7

2.1.Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2.Landasan teori... 11

2.2.1.Pengertian Dan Pembagian Sektor Ekonomi... 11

2.2.1.2.Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.2.1.3.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.2.1.4.Ukuran Pertumbuhan Ekonomi... 13

2.2.1.5.Sumber-Sumber Pertumbuhan... 14

2.2.1.6.Teori Pertumbuhan Ekonomi... 18

2.2.1.6.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut Adam Smith... 18

2.2.1.6.2.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut R.M Roslow... 19

2.2.1.6.3.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut Harrod-Domar... 21


(2)

2.2.2.Investasi... 30

2.2.2.1.Pengertian Investasi... 30

2.2.2.2.Teori Investasi... 31

2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi... 33

2.2.2.4.Jenis-jenis Investasi... 34

2.2.2.5.Manfaat Investasi... 35

2.2.2.6.Hubungan Antara Investasi Dengan Pertumbuhan Ekonomi... 35

2.2.2.7.Investasi Melalui PMA dan PMDN... 37

2.2.2.7.1.Modal Dalam Negeri... 37

2.2.2.7.2.Dampak Investasi melalui PMA dan PMDN... 39

2.2.3.Pengeluaran Pemerintah... 39

2.2.3.1.Pengerian Pengeluaran Pemerintah... 39

2.2.3.2.Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah... 41

2.2.3.3.Sebab-Sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat... 44

2.2.3.4.Hubungan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan... 45

2.2.4.Kurs Valas... 46

2.2.4.1.Pengertian Kurs Valas... 46

2.2.4.2.Sistem Kurs Valas... 47

2.2.4.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang.... 49

2.2.4.4.Sistem Kurs Yang Berubah-ubah... 50

2.2.4.5.Sistem Kurs Yang Stabil... 50

2.2.4.6.Perubahan-Perubahan Kurs Valas... 51


(3)

2.2.5.3.Pengaruh Inflasi... 58

2.2.6.Ekspor... 59

2.2.6.2.Tujuan Ekspor... 60

2.2.6.3.Cara-Cara Meningkatkan Daya Saing Ekspor... 60

2.2.6.4.Aneka Cara Ekspor... 61

2.2.6.5.Masalah Yang Dihadapi Ekspor... 62

2.2.7.Impor... 63

2.2.7.1.Pengertian Impor... 63

2.2.7.2.Kuota Impor... 64

2.2.7.3.Dampak-Dampak Pemberlakuan Kuota Impor... 64

2.2.7.4.Industri Substitunsi Impor... 65

2.3.Kerangka Pikir... 65

2.4.Hipotesis... 68

BAB III:Metodologi Penelitian... 69

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 69

3.2.Teknik Penentuan Sampel... 71

3.3.Teknik Pengumpulan Data... 71

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 71

3.4.1.Teknik Analisis... 71

3.4.1.1.Uji Hipotesis... 74

BAB IV : 4.1.Deskripsi Obyek Penelitian... 80


(4)

4.2.2.Perkembangan Investasi... 83

4.2.3.Perkembangan Pengeluaran Pemerintah... 83

4.2.4.Perkembangan Inflasi... 84

4.2.5.Perkembangan Kurs Valas... 85

4.2.6.Perkembangan Ekspor... 86

4.2.7.Perkembangan Impor... 87

4.3.Hasil Analisis Regresi klasik... 88

4.3.3.Analisis dan Penguji Hipotesis... 93

4.3.1.Uji Hipotesis Secara Simultan... 94

4.3.2.Uji Hipotesis Secara Parsial... 96

4.3.3.Pembahasan... 104

BAB V : Kesimpulan dan Saran... 107

5.1.Kesimpulan... 107

5.2.Saran... 110 DAFTAR PUSTAKA


(5)

Gambar 2. Sisi Penawaran Agregat……….. 17

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Menurut R.MSolow………... 21

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harrod-Domar………. 22

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor……….. 24

Gambar 6. Demand Pull Inflation……….. 56

Gambar 7. Cost Push Inflation……… 57

Gambar 8.Kerangka Pikir……… 67

Ganbar 9. Kurva Distribusi/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan………... 75

Gambar 10. Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan………… 76

Gambar 11. Daerah Keputusan Durbin Watson……… 78

Gambar 12. Kurva Statistik Durbin Watson……….. 90

Ganbar 13. Kriteria penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan….96 Gambar 14. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Investasi (X1) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 97

Gambar 15. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor pengeluaran Pemerintah (X2) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 98

Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Inflasi (X3) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)………... 100

Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas(X4) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 101

Ganbar 17. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Ekspor(X5) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 102


(6)

(7)

Tabel 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1992-2007……….. 82

Tabel 2. Perkembangan Investasi Tahun 1993-2007……… 83

Tabel 3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1993-2007……… 84

Tabel 4. Perkembangan Inflasi Tahun 1993-2007………. 85

Tabel 5. Perkembangan Kurs Valas Tahun 19932007………... 86

Tabel 6. Perkembangan Ekspor Tahun 1993-2007………. 87

Tabel 7. Perkembangan Impor Tahun 1993-2007……….. 88

Tabel 8. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman………. 92


(8)

Variables Entered/Removed x6=impor, x4=kurs, x3=inflasi, x1=investasi, x2=pengeluara n pemerintah, x5=ekspora . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi b.

Model Summaryb

.965a .931 .879 1.84779 1.954

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), x6=impor, x4=kurs, x3=inflasi, x1=investasi, x2=pengeluaran pemerintah, x5=ekspor

a.

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi b.

ANOVAb

368.288 6 61.381 17.978 .000a

27.315 8 3.414

395.603 14 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x6=impor, x4=kurs, x3=inflasi, x1=investasi, x2=pengeluaran pemerintah, x5=ekspor

a.

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi b.


(9)

5.297 5.444 .973 .359

7.85E-009 .000 .130 .674 .519 .232 .234 4.282

2.17E-006 .000 .096 .189 .854 .067 .333 3.033

-.241 .028 -.821 -8.508 .000 -.949 .928 1.078

.000 .000 .174 .740 .481 .253 .156 6.412

.000 .000 -1.099 -1.442 .187 -.454 .138 7.251

.000 .000 1.152 2.734 .026 .695 .388 2.578

(Constant) x1=investasi x2=pengeluaran pemerintah x3=inflasi x4=kurs x5=ekspor x6=impor Model 1

B Std. Error Beta t Sig. Partial Tolerance VIF

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi a.

Collinearity Diagnosticsa

5.767 1.000 .00 .00 .00 .01 .00 .00 .00

.740 2.792 .00 .01 .00 .65 .00 .00 .00

.245 4.857 .01 .04 .02 .26 .00 .00 .00

.144 6.324 .00 .28 .02 .05 .05 .00 .00

.099 7.647 .00 .19 .02 .04 .11 .00 .01

.004 35.924 .61 .29 .36 .00 .73 .00 .51

.001 67.514 .38 .20 .58 .00 .11 1.00 .48

Dimension 1 2 3 4 5 6 7 Model 1 Eigenvalue Condition

Index (Constant) x1=investasi

x2=pengelu aran

pemerintah x3=inflasi x4=kurs x5=ekspor x6=impor

Variance Proportions

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi a.


(10)

-3.50118 1.55499 .00000 1.39680 15

-3.374 .885 .000 1.000 15

-1.895 .842 .000 .756 15

Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi a.

Nonparametric Correlations

Correlations -.254 .362 15 -.061 .830 15 .232 .405 15 .064 .820 15 -.221 .428 15 -.261 .348 15 1.000 . 15 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N x1=investasi x2=pengeluaran pemerintah x3=inflasi x4=kurs x5=ekspor x6=impor Unstandardized Residual Spearman's rho Unstandardiz ed Residual


(11)

Triambodo Kusuma Putra

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan Negara yang termasuk dalam UUD’45. untuk itu tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spiritual. Perkembangan ekonomi di Indonesia menurut data BPS Jawa Timur dari tahun 1993 sampai tahun 2007 mengalami perubahan. Meskipun demikian pertumbuhan tersebut cukup baik mengingat terjadi krisis ekonomi di banyak Negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh simultan dan parsial investasi, Pengeluaran pemerintah, Inflasi, Kurs Valas, Ekspor, Impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi sebagai variable tergantung atau yang dipengaruhi (Y), sedangkan variable bebas adalah Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), Inflasi (X3),Kurs Valas (X4), Ekspor (X5),Impor

(X6) Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil Fhitung

17,978 > Ftabel 3,58 sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh secara

nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hasil uji t secara Parsial variabel Investasi (X1)tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap

pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung 0,189 > ttabel 2,306. Variabel Pengeluaran

Pemerintah (X2)tidak berpengaruh secara nyata dan negative terhadap Pertumbuhan

ekonomi dan nilai thitung -8,508 > ttabel -2,306. Variabel Inflasi (X3) berpengaruh

secara nyata dan positif terhadap Pertunbuhan ekonomi dan nilai thitung 0,740 > ttabel

2,306. Variabel Kurs Valas (X4)tidak berpengaruh secara nyata dan negative terhadap

pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung 1,442 < ttabel 2,306. Variabel Ekspor (X5)tidak

berpengaruh secara nyata dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung

2,734 < ttabel 2,306. Impor (X6) berpengaruh secara nyata dan negative terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi (Y), Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional diselenggarakan secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun dengan mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spirituil (Anonim, 1998 : 17).

Untuk mempercepat pembangunan, kebutuhan akan modal bermanfaat bagi perkembangan ekonomi. Sementara pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Paham pertumbuhan digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu dikembangkan oleh pemikir Neo-keynes dan Neo-klasik. Pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan (Djojohadikusumo, 1994 : 1).


(13)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing langsung (foeign direct Invesment : FDI) penanaman modal (Investasi) baik Investasi dalam negeri maupun Investasi asing, perlu di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan.

(Anonim,2002 : 18).

Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional, semua pemanfaatan potensi sumber daya, baik yang di miliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara/BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi, memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga tergantung dari sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang menimpa perekonomian nasional dapat diatasi.

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan


(14)

guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).

Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program Investasi negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.

(M.L Jhingan,2002 :482).

Disini tidak lepas dengan adanya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat penting diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta sarana yang memadai.


(15)

Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, diharapkan dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.

Maslah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, karena hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang mesti dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku.

Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa lepas dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan bertambahnya harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.

Dengan begitu pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan


(16)

efisien, sehingga perlu adanya pengembangan-pengembangan dibidang faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian adalah :

1. Apakah jumlah investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi, kurs valas, eksport, import berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia? 2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Indonesia ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi, kurs valas,eksport, import terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(17)

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk di gunakan :

1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian berkaitan dengan masalah tersebut.

3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian yang akan datang.

4. Sebagai bahan referensi perpustakaan FE UPN “VETERAN” Jatim pada khususnya dan perpustakaan pada umumnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu tersebut dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengajian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Soeryani (1999 : 62). Dengan skripsinya

Mengenai “Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”, menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh antara variabel sektor pertanian (X1), sektor industri pengolahan (X2), dan sektor

perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X3) di

Jawa Timur. Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh dari Fhitung 6169,016 >

Ftabel 4,76. sedangkan secara parsial, variabel sektor pertanian berpengaruh

terhadap PDRB di jawa Timur dimana thitung 3,478 > ttabel 2,447. variabel

sektor perdagangan tidak berpengaruh terhadap PDRB di Jawa Timur karena thitung -1,269 > ttabel -2,337 dan penyebabnya adalah berfluktuasinya

nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Ketiga faktor di atas memberikan pengaruh pada konstribusi PDRB di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.


(19)

b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinya

Mengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung >

Ftabel, yang menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi

(X1), investasi dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan

devisa (X4) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y). dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam

pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571

yang menyatakan bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan

berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y), pada variabel (X2) berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif

terhadap variabel (Y). dan variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan

berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jwawa Timur. Pada variabel (X4) secara parsial berpengaruh secara nyata dan

berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y). c. Agung Bhayangkara (1999 : 64). Dengan skripsinya

Mengenai “ pengaruh tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(20)

Hasil analisis secara parsial, hanya tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat saja yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tingkat pengeluaran pemerintah dan tingkat investasi ternyata tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

d. Yukanti Sriyatiningsih (1999 : 85). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak daerah dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara ketiga variabel bebas, variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek : adalah tingkat inflasi.

e. Aprianto Dwi H (2001 : 21). Dengan skripsinya

Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Hasil uji parsial Penanaman Modal Dalam Negeri


(21)

berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah Yogyakarta. Sedangkan Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secra nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

f. Jurnal ekonomi dari M. Nawir Messi berjudul " Analisis Faktor Dan Pertumbuhan Ekonomi 2001”

Variable terikat adalah Produk Domestik Regional Bruto (Y), dan variable bebasnya adalah Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), dan Eksport

(X3) berpengaruh terhadap variable (Y). sedangkan secara persial

pengaruh investasi (X1) diketahui thitung = 7,3709 > ttabel = 0,05 sehingga

(X1) berpengaruh terhadap (Y), Pengeluaran Pemerintah diketahui thitung =

5,225 > ttabel = 0,05 sehingga (X2) berpengaruh terhadap variable (Y), dan

ekspor kerja (X3) diketahui thitung = 3,137 ttabel = 0,05 sehingga (X3)

berpengaruh terhadap variable (Y).

g. Jurnal ekonomi dari Ida Bagus Putu Purbadharmaja berjudul “ Implikasi Variabel Pengeluaran Dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali “.

Variabel terikat adalah Produk Domestik Regional Bruto ( Y ), dan variabel bebasnya adalah pengeluaran ( X1 ), dan investasi ( X2 ) berpengaruh terhadap variabel Y.

Hasil uji mengatakan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap PDRB ( Y ) adalah variabel pengeluaran ( X1 ) dengan nilai t statistik 19,79 ( signifikan ), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh terhadap


(22)

PDRB ( Y ) secara nyata adalah variabel investasi dengan nilai t statistik 0,75 ( nonsignifikan ).

Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Persamaan tersebut terletak pada variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi, sedangkan perbedaanya adalah waktu, tempat, masalah, dan beberapa variabel yang menjadi obyek penelitian. Perbedaan antara variabel sebagai berikut :

a. Penelitian sekarang menggunakan variabel investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi, kurs valas, eksport, import

b. Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu antara lain variabel investasi, pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian dan Pembagian Sektor Ekonomi

Pada dasarnya yang dimaksud dengan sektor ekonomi adalah bidang kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu negara atau wilayah melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas jasa.


(23)

Kegiatan ekonomi dibedakan berdasarkan prosentase tenaga kerja yang berada pada sektor primer, sekunder dan tersier. Maka keadaan ekonomi ada dalam tiga sektor, yaitu :

1. Kegiatan sektor primer meliputi kegiatan ekonomi dalam bidang pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.

2. Kegiatan sektor sekunder meliputi kegiatan di bidang industri pengolahan, listrik, gas, air minum dan bangunan.

3. Kegiatan sektor tersier meliputi kegiatan di bidang pengangkutan perhubungan pemerintahan, perdagangan dan jasa-jasa perseorangan.

2.2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.3 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. ( Sukirno, 2002 : 10 ).

Para ahli-ahli ekonomi membedakan pengertian antara perkembangan ekonomi ( economic development ) dengan pertumbuhan ekonomi ( economic growth ). Pembangunan ekonomi adalah peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP ( Gross Domestic Product ) atau GNP ( Gross National Product ) pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam GDP


(24)

( Gross Domestic Product ), tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak ( Arsyad, 1999 : 13 ).

2.2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau produk domestic bruto riil. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)

PN riil – PN riil 0

g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 ) PN riil 0

Dimana :

g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)

PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung

PN riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya

Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap : 1. menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan


(25)

2. menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

100

PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)

HI 1

Dimana :

PN riil = pendapatan nasional tahun I

HI = indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional {N masa kini I = pendapatan nasional pada harga masa tahun 1

Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Indonesia, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu tahun.

2.2.1.5 Sumber-Sumber Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) atau /dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva AD dengan kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu ekonomi (atau negara) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal (t=0) output adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan

ekonomi adalah apabila pada period berikutnya output = Y1, yang mana Y1


(26)

ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)

sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1), sepanjang kurva penawaran (bagian B).

a. Sisi Permintaan Agregat

Gambar : 1

Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43.

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri dari permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa). Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model


(27)

ekonomi makro sederhana sebagai berikut: Y = C + I + G + X – M (2.8') G = Cy + Ca(2.9)

I = -ir + Ia (2.10)

G = Ga(2.11)

X = Xa(2.12)

M = mY + Ma(2.13)

Persamaan (2.8') menggambarkan keseimbangan antara AS (total output/PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut. Persamaan (2.9) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan faktor otonom (tidak tergantung pada tingkat/perubahan pendapatan); ‘c’ adalah koefisien konsumsi (marginal propensity to consume;MPC) dengan nilai positif antara 0 dan 1, yang artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau jumlah investasi (misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang bersifat otonom (Ia). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain

tetap (tidak berubah), semakin mahal biaya alternatif dari investasi, semakin kecil jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh tanda negatif di depan koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran pemerintah yang sifatnya otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor lain (diantaranya faktor politik) di luar modal


(28)

tersebut. Demikian juga dengan persamaan (2.12). Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor. Persamaan (2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalam negeri, selain juga oleh faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan masyarakat Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri dari barang dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam negeri.

b. Sisi Penawaran Agregat

Gambar : 2

Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang

Sumber :Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43.


(29)

Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja (L), modal (K), dan tanah (Tn). Faktor produksi terakhir ini khususnya penting bagi sektor pertanian dan energi (E). Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, relasi atau output dengan faktor-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:

Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)

+ + + +

dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah volume

dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan antara setiap faktor produksi tersebut dengan output adalah positif: jika jumlah X1 meningkat, output juga meningkat.

2.2.1.6 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.6.1Teori Pertumbuhan Menurut Adam Smith

Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis dibedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan yaitu :

1. Pertumbuhan output total

Unsur pokok dari system produksi di suatu Negara ada 3 yaitu sumber daya alam yang tersedia ( faktor produksi tanah ), jumlah penduduk dan stock barang modal yang tersedia, dengan faktor


(30)

penunjang penting proses akumulasi modal yaitu tersedia, dengan faktor penujang penting proses akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (eksport) dan adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

2. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk meningkatkan jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan stock modal dan laju pertumbuhan output masyarakat (Arsyad, 1997 : 51-53).

2.2.1.6.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut R.M Solow

Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad, 1997 : 64).

Fungsi produksi yang mendasari model Solow dapat dinyatakan dalam rumus Y = f (K.L.N,t) dimana K adalah modal, L adalah tenaga kerja, N adalah sumber daya alam, sedangkan t adalah mencerminkan perkembangan teknologi dalam perjalanan waktu. Perubahan (pertambangan) pada suatu faktor atau pad kombinasi faktor-faktor produksi akan membawa perubahan pada hasil produksi. Solow mnganggap output di dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan, sebagai satu-satu nya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian dari padanya dikonsumsi dan sisanya ditabung dan


(31)

diinvestasikan. Bagian yang ditabung (S) adalah konstan, dan laju tabungan adalah SY (t). K (t) adalah stock modal, jadi investasi netto adalah luju kenaikkan stok modal (K). dengan demikian persamaan pokoknya adalah : K = SY, karena output diproduksi dengan menggunakan modal dan buruh, maka kemungkinan teknologi dinyatakan dengan fungsi produksi : Y = f(K,L) yang menunjukkan return to scale yang konstan.

Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan perimbangan-perimbangan diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga tenaga kerja (Tingkat Upah) akan menurun. Sebaliknya jika pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah meningkat, hal ini akan dapat membatasi kemungkinan terjadi penyimpangan dari ekuilibrium (Jhingan, 1993 : 344 – 350).


(32)

Gambar 3 : Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow r

nr

sF (r, 1)

0 r ¹ r

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 347.

Garis lurus yang melalui titik origin adalah fungsi nr. Sedang kuva lainnya menggambarkan fungsi sF (r,1). Garis ini ditarik sedemikian rupa sehingga menunjukkan produktifitas marginal yang semakin menurun. Pada titik pertemuan dua kurva itu nr = sF (r,1), dan r = 0. pada waktu r = 0, rasio modal buruh adalah konstan dan stock capital harus diperluas sama besar dengan laju tenaga kerja yaitu n.

2.2.1.6.3Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod- Domar

Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan ekonomi sering dengan secara bergantian maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output yang dihasilkan sedangkan untuk pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut banyaknya output yang dihasilkan tetapi juga perubahan-perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak dan


(33)

lebih bervariasi. Oleh karena itu perkembangan ekonomi selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2002 : 433).

Teori harrod- Domar mencoba menelaah syarat-syarat diperlukan agar perekonomian biar tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap

(Steady Growth) (Arsyad, 1997 : 59).

Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuhnya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung kepada produkfitas investasi tersebut. produktifitas investasi adalah banyaknya tambahan output yang di dapat dari suatu unit investasi (Todaro, 1994 : 65-66)

Gambar 4 : Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar S

1+ ∆ 1 ∆ 1 I

S0

0 Ys0 = Y0 Ys1 Y

Sumber : Sadono Sukirno, 2000, Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Penerbit LPFE dan Bima Grafika, Jakarta.


(34)

Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan oleh Harrod – Domar (Sukirno, 1994 : 433) ada dua hal yang perlu diketahui :

1. Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor, yaitu rasio modal produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan (bernilai I), pertambahan kapasitas barang modal (∆c) :

I

∆c = COR

2. Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan paertambahan kapasitas barang modal (∆c). teori Harrod – Domar adalah perluasan dari analisis Keynes. Dengan demikian teori berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan : ∆c = ∆Y

2.2.1.6.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kaldor

Salah satu cirri penting model kaldor adalah bahwa ia memperkenalkan “fungsi kemajuan teknik” sebagai pengganti fungsi produksi biasa mengaitkan output perkepala dengan modal perkepala. Dalam hal ini kaldor memasukkan peranan pendapatan, upah, keuntungan, modal, tabungan, dan investasi.

Fungsi kemajuan teknik dapat juga diterapkan pada perekonomian terbelakang yang kurang mempunyai kapasitas menyerap perubahan


(35)

teknologoi akibat kelangkaan modal dan sumber-sumber lain. Akan tetapi dengan adanya berbagai penemuan baru dan meningkatnya kemampuan perekonomian Negara terbelakang dalam menerapkan perubahan teknologi, fungsi kemajuan teknik dapat secara perlahan meningkat naik (Jhingan, 1993 : 360 – 361).

Gambar 5 : Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor y

nr

p r

r

0 K x

Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 353.

Dalam gambar di atas TT¹ adalah fungsi kemajuan teknikal yang cembung ke atas tetapi mendatar setelah titik tertentu, seperti P, apabila modal per pekerja mulai turun. x adalah pertumbuhan prosentase tahunan di dalam modal perkerja

1 dk

pada tahun t ( . ) yang digambarkan secara horizontal dan y adalah

kt dt

1 do

prosentase tahunan per pekerja pada tahun t ( . ) yang diukur secara


(36)

vertikal. Pada titik P, laju prosentase pertumbuhan modal sama dengan laju pertumbuhan output (pendapatan).

2.2.1.6.5 Tahap- Tahap Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow 1. Masyarakat tradisional

Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitive yang didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan kebiasaan turun-temurun.

2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masa misalnya perubahan keadaan system politik, kultur social, system nilai dalam suatu masyarakat dan struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi sudah terjadi dan masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang demikian dapat dianggap sudah berada pada tahap ini.

3. Tahap Tinggal Landas

Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat antara lain perubahan kerangka dasar politik, social dan kelembagaan, terbukanya pasar baru sebagai akibat dari perubahan secara teratur sehingga akan tercapai inovasi dan peningkatan investasi. Perkembangan investasi dari 5% - 10% dari produk nasional bersih


(37)

akan mempercepat pertumbuhan sector industri modern dan laju pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk, berarti pendapatan perkapita semakin meningkat.

4. Tahap Menuju Kedewasaan

Diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif menggunakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut : a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan

sector industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. b. Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan

peranmanajer proposal semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha atau pemilik.

c. Kritik –kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya industrialisasi.

5. Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan :

a.Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir penjajahan terhadap bangsa lain.


(38)

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui system pajak yang progresif.

c. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok (papan, sandang, dan pangan ) menjadi barang konsumsi tahap lama dan barang mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).

Jadi pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduk kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dari ideologi yang diperlukan.

2.2.1.6.6 Faktor-faktor Pertumbuhan ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah Sumber Daya Manusia, modal usaha, teknologi, dsb. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, non politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa. Faktor-faktor ini menunjang pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi harus dapat menumbuhkan kemajuan ekonomi dan melakukan usaha untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.


(39)

Menurut Kuznuts (Todaro 1994 : 122) 3 komponen pertumbuhan ekonomi dipisahkan lagi menjadi 6 karakteristik dalam proses pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Tingginya tingkat perkembangan out pit perkapita.

2. Tingginya tingkat penambahan jumlah faktor produktivitas, terutama produktivitas tenaga kerja.

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi. 4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke segala pelosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada 3 segi populasi dunia. Keenam karakteristik ini saling memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya nanti akan membawa penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Unsur utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu stok modal yang secara terus menerus berkembang serta mengalami kenaikan kualitas, angkatan kerja yang sehat dan cukup terdidik, dan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup rendah sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan modal perkapita.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pendapatan perkapita menuntut adanya kenaikan Product Domestic Bruto (PDB) atau pendapatan nasional. PDB


(40)

(Product Domestic Bruto) sangat ditentukan oleh digunakannya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sumber daya manusia, teknologi, dan kondisi sosial di negara yang bersangkutan.

Dengan sumber daya alam dapat mempermudah pembangunan perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan dan masa proses pertumbuhan ekonomi. Faktor jumlah dan perkembangan penduduk juga mempunyai pengaruh yang tidak kecil. Jumlah penduduk yang bertambah dapat memberikan adanya 2 kemungkinan yaitu mendorong perkembangan atau malah sebaliknya menghambat pertumbuhan ekonomi. Kelebihan penduduk akan membawa masyarakat kembali pada taraf pembangunan yang rendah akibat angka pembagi pendapatan nasional yang tinggi. Selain itu penduduk dapat memberikan sumbangan positif karena perkembangannya akan memperluas pasar bagi out put yang dihasilkan dan dapat melakukan perbaikan dalam kemahiran dan mutu yang dapat menciptakan berbagai akibat negatif bagi pembangunan serta penduduk menyediakan pengusaha yang inovatif yang menjadi unsur penting dalam penciptaan akumulasi modal ( Sukirno 1985 : 299 ).

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Malthus

( Jhingan : 78 ) menyatakan bahwa proses pembangunan ekonomi tidak berjalan dengan sendirinya, melainkan suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas yang memerlukan segala usaha yang konsisten dari berbagai pihak dengan titik perhatian pada peningkatan kesejahteraan suatu usaha negara.


(41)

Pada teori ini pertumbuhan penduduk merupakan akibat dari proses pembangunan pembangunan dengan meningkatnya kesejahteraan dengan catatan pertambahan penduduk meningkatkan permintaan efektif dengan 2 unsur kesejahteraan yakni peranan produksi dan peranan distribusi yang ditopang oleh penambahan secara terus menerus yang berasal dari laba atau keuntungan para pemilik modal.

2.2.2Investasi

2.2.2.1Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian( Sukirno, 2002 : 107 ). Pengertian yang lain dalam investasi yaitu merupakan modal yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output dan dibutuhkan sebagai penggerak sektor ekonomi dengan meningkatnya kemampuan memproduksi barang dan jasa. Investasi pada dasarnya digolongkan menjadi 3 meliputi : (1) pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. (2) pengeluaran untuk pembangunan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya. (3) pertambahan nilai stok barang-barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional


(42)

2.2.2.2 Teori Investasi

Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk menentukan besarnya investasi.

Menurut ( Soeparmoko, 1992 : 84 ) terdapat teori tentang investasi yaitu : 1. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi pada pokonya didasarkan pada teori prodiktivitas batas (Marginal Produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunganya. Sehingga investasi itu akan terus dilakukan bila mana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diinvestasikan. Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan individu. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasikan labanya dalam suatu persaingan sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produk marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, teori klasik dapat disempurnakan sebagai berikut :

a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi itu akan lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi


(43)

merupakan jumlah yang akan diterima setiap akhir tahun, selama barang modal digunakan dalam produksi.

b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan investasi itu.

2. Teori Keynes

Masalah investasi baik penntuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep MEI (Marginal Efficiency of Investment) ini antara lain disebabkan oleh dua hal :

a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efficiency marginal investasi itu. Sebab semakin banyak investasi itu yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi, mak semakin sengitlah persaingan investor sehingga MEI (Marginal Efficiency of Invesment) menurun.

b. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi


(44)

2.2.2.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi ( Rusdiansyah, 1998 : 74 ) antara lain :

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh, keuntungan investasi merupakan tujuan utama dalam invesatsi karena invesatsi tidak akan dilakukan apabila secara ekonomis tidak menguntungkan.

2. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investasi apabila tingkat bunga naik maka investasi akan turun, hal ini terkait antara tingkat bunga yang dianggap sebagai sewa modal dengan keuntungan yang diperoleh.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan, keadaan yang memperhatikan masa yang akan datang dilihat dari fundamental ekonomi dan sosial politik.

4. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi akan membantu terhadap peningkatan ekonomi dengan sistem dan alat yang mendukung.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, akan tercipta mekanisme perkembangan ekonomi dengan pendapatan nasional yang potensial.

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan sebagai gambaran dari studi banding bahwa suatu investasi perusahaan menguntungkan atau tidak.


(45)

2.2.2.4Jenis-Jenis Investasi

(Rosyidi, 1993 : 161) membagi investasi menurut jenisnya menjadi 4 yaitu :

a. Autonomous Investment dan Induced Investment.

Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak terpengaruh oleh pendapatan, tapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan. Faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment (Investasi Berimbas) adalah investasi yang sangatdipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

b. Public Investment dan Private Investment.

Public Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta.

c. Domestic Investment dan Foreign Investment.

Domestic Investment adalah penanaman modal didalam negeri sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal diluar negeri atau asing.

d. Gross Investment dan Net Investment.

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan pada suatu ketika sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan


(46)

Dari keempat unsur-unsur di atas akan semakin nyata bahwa investasi memegang peranan penting dalam perekonomian, sebab tidak lain dan tidak bukan adalah karena investasi merupakan cermin daripada produksi, sehingga tanpa adanya investasi yang memadai produksi akan macet. Jika investasi tidak ada sama sekali maka produksi juga tidak ada.

2.2.2.5Manfaat Investasi

Manfaat investasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Untuk keperluan konstruksi

Konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali baru.

2. Untuk keperluan rehabilitasi atau perbaikan

Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak, entah apa sebabnya dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi.

3. Untuk keperluan ekspansi atau perluasan

Apabila bangunan tadi perlu diperluas, maka perluasan ini yang disebut dengan ekspansi.( Rosyidi, 1993 : 158-160

2.2.2.6Hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi

Investasi dalam pertumbuhan ekonomi memegang peranan sangat penting dan dominan. Investasi bagi negara sedang berkembang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Pada


(47)

tahap awal pembangunan, suatu negara perlu adanya pembentukan modal yang sangat banyak, karena untuk pembangunan segala sektor yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara. Akumulasi modal yang cukup besar dalam tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya, proporsi tersebut tergantung daripada lingkungan dimana akumulasi modal terjadi dan tergantung pada beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan pokok masyarakat (Arsyad, 1999 : 139).

Di tengah lingkungan ekonomi politik dunia usaha yang cenderung memburuk, minat sektor swasta dan PMDN untuk melakukan investasi menjadi menurun. Karena itu dibutuhkan suatu ekonomi politik yang baik dan tepat untuk meningkatkan investasi di bidang dunia usaha. Penurunan kinerja investasi banyak dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang terjadi dalam ekonomi politik. Ada dua faktor utama yang membawa keterpurukan bagi kinerja investasi yaitu pertama, perbankan enggan meminjamkan dananya ditengah permintaan dana yang mulai meningkat. Kedua , resiko ketidakpastian usaha. Lingkungan politik dunia usaha yang tidak kondusif bagi penanaman modal biasa menjadi stagnasi investasi.


(48)

2.2.2.7 Investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

2.2.2.7.1 Modal dalam negeri

Penanaman modal dapat juga diartikan sebagai Investasi. kata Investasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Investment. menurut

(Rosyidi 1996 :170) jenis–jenis Investasi itu sendiri adalah :

1. Autonomus Investment (Investasi otonom) dan Induce Investment.

Autonomus Investment adalah Investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan–perubahan faktor–faktor di luar pendapatan yaitu tingkat tekhnologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Induce Investment adalah Investasi yang mempengaruhi pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment.

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. yang dimaksud perkataan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu dan seterusnya. private Investment adalah Investasi yang dilaksanakan swasta.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment.

Domestic adalah dalam negeri, sedangkan Foreign Artinya luar negeri. maka Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri ke


(49)

dalam negeri. Sedangkan foreign Investment adalah penanaman modal asing.

4. Gross Investment dan Net investment.

Gross Investment (Investasi bruto) adalah total seluruh Investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Investasi bruto mencakup segala jenis Investasi, baik yang Autonomous maupun Induced, baik yang private maupun yang public, baik yang domestic maupun yang foreign. pendek kata, seluruh Investasi yang dilakukan oleh suatu negara atau daerah pada selama sesuatu periode waktu tertentu. Net Investment (Investasi bruto) adalah selisih antara Investasi bruto dengan penyusutan.

Pemilikan aktiva financial dalam rangka Investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Investasi langsung dan Investasi tidak langsung. Investasi langsung diartikan suatu pemilikan surat–surat berharga secara langsung dalam entitas yang secara resmi telah Go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa deviden dan capital gains. sedangkan Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat–surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan Investasi yang berfungsi sebagai perantara.


(50)

2.2.2.7.2 Dampak Investasi melalui PMA&PMDN

Pertimbangan pemerintah Indonesia menerima masukan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah :

a. Tujuan memperoleh pendapatan negara (dalam bentuk pemasukan pajak, baik pajak langsung maupun tidak langsung).

b. Memberikan development effect terhadap kegiatan industri dalam negeri di sekitar modal asing.

c. Kesempatan kerja bagi penduduk.

Sedangkan tujuan dilaksanakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) oleh pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. meningkatnya pendapatan masyarakat ini secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan nasional.

Berdasarkan pertimbangan pemerintah diatas menunjukkan bahwa tujuan diijinkannya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia dan dilakukannya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional. hal ini berarti semakin banyak Investasi yang ditanamkan, maka pendapatan nasional akan mengalami peningkatan.

2.2.3 Pengeluaran Pemerintah

2.2.3.1Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Barang dan jasa yang dimaksud adalah barang-barang dan jasa-jasa yang merupakan hasil proses


(51)

produksi. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) adalah pengeluaran pemerintah. Harus diteliti lebih dahulu pos-posnya. Hanya pos yang menyangkut pembelian barang dan jasa hasil produksi tahun yang bersangkutan termasuk pengeluaran pemerintah.

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Pengeluaran merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi dimasa yang akan datang.

b. Pengeluaran langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.

Berdasarkan atas penilaian tersebut dapat dibedakan bermacam-macam pengeluaran yaitu :

a. Pengeluaran yang self-liquiditing sebagian atau seluruhnya

Artinya pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima barang dan jasa yang bersangkutan. b. Pengeluaran yang reproduktif

Artinya mewujudkan keuntungan ekonomis masyarakat. Dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak maka akan menaikkan penerimaan pemerintah.


(52)

Artinya pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan pada masyarakat dan mengakibatkan meningkatnya pendapatan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.

d. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan.

e. Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa akan datang. (Suparmoko, 2000 : 45).

2.2.3.2 Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah a. Pengeluaran Rutin

Yaitu pengeluaran atau belanja pemerintah untuk menunjang tugas-tugas rutin, yang bersifat habis pakai atau konsumtif, karena dari pengeluaran-pengeluaranyang telah dilakukan tidak akan mendapatkan hasil kembali. Anggaran rutin memegang peranan penting dalam tata kehidupan suatu daerah, karena melalui anggaran rutinlah roda administrasi pemerintahan dan penyediaan jasa-jasa kepada masyarakat disediakan selain untuk memelihara kelangsungan seluruh kekayaan negara yang berbentuk modal tetap yang sudah ada. Volume anggaran belanja rutin dari tahun ke tahun pasti mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh 3 faktor antara lain :

1. Kekayaan Negara yang selesai dibangun memerlukan pemeliharaan. Kekayaan Negara yang dimaksud antara lain


(53)

jalan raya, jembatan, waduk, bendungan, pelabuhan, gedung-gedung milik negara dan sebagainya.

2. Melaksanakan investasi dan bersifat konsumtif

Peningkatan jasa-jasa pemerintahan yang diberikan kepada masyarakat perlu ditingkatkan disegala bidang demi pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang sebesar-besarnya.

3. Pengeluaran untuk jenis belanja pegawai setiap tahunnya ditingkatkan terus-menerus secara bertahap supaya kehidupan pegawai negeri dapat hidup layak.

Yang termasuk dalam klasifikasi pengeluaran rutin daerah antara lain : 1. Belanja pegawai

2. Belanja barang

3. Belanja pemeliharaan dan perbaikan 4. Belanja perjalanan dinas

5. Belanja pensiun 6. Subsidi

7. Pengeluaran rutin lainnya. b. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang merupakan perbaikan dan pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Anggaran pembangunan digunakan untuk membiayai suatu proyek yang mempunyai batas waktu tertentu, dimana setelah proyek selesai maka


(54)

pembiayaannya akan selesai pula. Pada dasarnya pembiayaan anggaran belanja pembangunan digunakan untuk membiayai proyek-proyek dimana proyek-proyek tersebut jika dilihat dari segi hasilnya berbentuk proyek fisik dan proyek non fisik.

Yang termasuk dalam pengeluaran pembangunan pemerintah daerah antara lain pengeluaran untuk :

o Pertanian dan pengairan o Industri

o Pertambangan dan energi o Perhubungan dan pariwisata o Perdagangan dan koperasi o Tenaga kerja

o Pembangunan daerah o Agama

o Pendidikan generasi muda, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

o Kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita, kependudukan, dan keluarga berencana

o Hukum

o Ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian

o Subsidi atau bantuan pembangunan kepada daerah bawahan


(55)

2.2.3.3 Sebab-Sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat a. Adanya perang

Sekali pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan perang itu diadakan akan sulit untuk dikurangi meskipun perang tersebut telah selesai pengeluaran pemerintah harus tetap diadakan bagi tentara-tentara yang sudah terlanjur diangkat menjadi pegawai negeri.

b. Adanya kenaikan tingkat pengasilan dalam masyarakat

Dengan meningkatnya penghasilan, maka jelas kebutuhan konsumsi barang dan jasa akan meningkat. Banyak barang yang tak mungkin diusahakan oleh swasta seperti kegiatan pendidikan, pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan.

c. Urbanisasi yang membarengi perkembangan ekonomi

Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota perlu dilayani oleh pemerintah dalam penyediaan lapangan kerja, kebutuhan listrik, air minum dan sebagainya. Urbanisasi bisa terjadi bersama-sama dengan industrialisasi dan perkembangan ekonomi.

d. Perkembangan demokrasi

Perkembangan demokrasi memerlukan biaya sangat besar, terutama untuk mengadakan musyawarah-musyawarah, pemungutan suara dan sebagainya.

e. Semakin berkembangnya peranan pemerintah itu sendiri justru mengakibatkan adanya ketidakefisienan, pemborosan, dan birokrasi sehingga pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.


(56)

f. Untuk negara atau daerah yang sedang berkembang peranan pemerintah dalam pembangunan ekonomi semakin menyolok karena pemerintah bertindak sebagai pengarah dan pelopor pembangunan ekonomi. Pemerintah mengarahakan usaha pembangunan melalui rencana-rencana pembangunan.

g. Timbulnya program kesejahteraan masyarakat, seperti progam panti asuhan, rumah jompo dan sebagainya. ( Suparmoko, 2000 : 24 )

2.2.3.4. Hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi

Besar atau kecilnya bagian pengeluaran pemerintah didalam Gross National Product ( GNP ) tergantung pada keadaan negara yang bersangkutan. Didalam Negara yang sedang berkembang peranan pemerintah besar sekali dilapangan perekonomian sebab sektor swasta memerlukan banyak sekali bimbingan dan pengarahan maupun pemeloporan terutama dibidang-bidang usaha yang masih baru. Hal ini menyebabkan di negara yang sedang berkembang pengeluaran pemerintah menempati bagian yang cukup besar didalam Gross National Product ( GNP ). ( Sukirno, 1994 : 115 )

Pengeluaran pemerintah lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan sosial dan politik daripada pertimbangan ekonomi, oleh karena itu besarnya pengeluaran pemerintah tidak tergantung kepada pendapatan nasional. ( Rosyidi, 1984 : 208 )


(57)

Tujuan pemerintah didalam mempercepat pembangunan ekonomi jangka panjang, maka pemerintah harus membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari pajak.

( Sukirno, 1994 : 152 ) 2.2.4 Kurs Valuta Asing

2.2.4.1 Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 450).

Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 2001 : 15).

Kurs valuta asing adalah mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainya. Nilai tukar mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang Negara lainya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar Negara.

Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap nilainya, dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam periode tersebut, akan tetapi pada umumnya kurs mata uang


(58)

mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang besar.

Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa. Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi penbatasan resiko (hedging) valuta asing.

2.2.4.2 Sistem Kurs Valuta Asing 1. Sistem kurs tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal.

Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :

A. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang Jarang.

B. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga, dan pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental melalui perubahan nilai paritas.


(59)

C. Kurs yang stabil dipertahankan melalui Invetasi pemerintah. dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas.

2. Sistem Kurs mengambang.

Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor–faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. implimasinya adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi dari pada sistem kurs tetap

(Suparmoko, 2000 : 370).

3. Sistem kurs mengambang terkendali.

Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating system) adalah sebuah sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.


(60)

2.2.4.3 Faktorktor–Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang.

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainya atau negara lain :

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanam modal bagi dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

3.Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang–barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. hal ini akan mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.


(61)

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.

2.2.4.4 Sistem Kurs yang Berubah–ubah

Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). permintaan valuta asing di tentukan dari transaksi debit dalam neraca. pembayaran internasional, sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional. suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomus debet (surplus neraca pembayaran) sebaliknya di katakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit.

2.2.4.5 Sistem Kurs yang Stabil

Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. oleh karena itu : 1. Aktif : Yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas

kurs.

2 . Pasif : Yakni di dalam suatu negara yang menggunakan sistem standart Emas.


(62)

2.2.4.6 Perubahan–Perubahan Kurs Valuta Asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran :

1. Perubahan dalam citarasa masyrakat.

Perubahan ini mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang–barang dari suatu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempengaruhi kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut.

2. Perubahan harga dari barang–barang ekspor.

Apabila barang–barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. perubahan ini akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang–barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing.

3. Kenaikan harga–harga umum (inflasi).

Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. disatu pihak kenaikan harga–harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan atas valuta asing bertambah


(63)

mahal dan ini akan mengurangi permintaanya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.

4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian Investasi. Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan

penawaran ke atas barang–barang yang dipedagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. tingkat bunga dan tingkat pengembalian Investasi sangat mempengaruhi jumlah serta aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. tingkat pendapatan Investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut.

5. Perkembangan ekonomi

Bentuk dari pengaruh perkembangan ekonomi kepada kurs valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi.

2.2.4.7 Hubungan kurs valuta asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi :

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainnya. Nilai mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang ditetapkan dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara.


(64)

Pada tingkat kurs valuta asing, apabila kurs valuta asing mengalami penurunan, maka nilai mata uang rupiah akan mengalami kenaikan. Dengan naiknya nilai mata uang maka pertumbuhan ekonomi positif. (Salvatore, 1994)

2.2.5 Inflasi

2.2.5.1Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan ditentukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga–harga pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunya nilai mata uang. Kemudian menurut Boediono yang dimaksud dengan Inflasi itu adalah “kecenderungan dari harga–harga untuk naik secara umum dan secara terus–menerus“.

(Boediono, 1993 : 97).

Laju Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting untuk nilai keadaan perekonomian pada suatu periode wakyu tertentu dan menilai pertumbuhan ekonomi selama suatu jangka waktu tertentu. bila sebagian besar harga diukur oleh pemerintah, maka harga–harga yang di subsidi pemerintah dan ditetapkan oleh badan statistik adalah harga–harga resmi pemerintah tapi mungkin dalam realita ada kecenderungan harga terus naik . Inflasi yang ditutupi akan sering muncul jika pemerintah terus–


(65)

menerus mensubsidi harga–harga tertentu, misalnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal 1970an mulai dipisahkan antara inflasi dan tingkat harga. suatu kenaikan dalam tingkat harga atau perubahan positif dimana index harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan itu tidak berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang continue ini bias terjadi pada saat–saat lebaran, natal atau sehari–hari raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini tidak dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.

Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga–harga disebabkan oleh berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara kekuatan supply dan kekuatan demand. adanya perubahan harga karena adanya gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut berinteraksi mencari suatu keseimbangan baru.


(66)

2.2.5.2 Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara lain (Boediono, 2001).

A. Penggolongan Inflasi menurut parah tidaknya Inflasi :

1. Inflasi Ringan : Adalah laju inflasi di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang : Adalah laju inflasi antara 10%-30%. 3. Inflasi berat : Adalah laju inflasi antara 30%-100%. 4. Hiperinflasi : Adalah laju inflasi diatas 100%. B. Penggolongan inflasi menurut asal dari inflasi :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Adalah inflasi yang timbul Karena adanya devisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencentakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga–harga diluar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang, kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya kenaikan index biaya hidup, karena sebagian dari barang–barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain itu juga secara tidak langsung akan menaikkan index harga melalui kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang harus diimpor.


(67)

C. Penggolongan inflasi menurut mekanisme timbulnya inflasi : 1. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflasion)

Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan akan barang–barang konsumsi masyarakat.

Gambar : Demand pull Inflation

Sumber : Boediono, 1991, “Ekonomi Internasional”.penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Peningkatan pendapatan agregat menyababkan permintaan meningkat. perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1 ke D2. Pasar bergerak ke perpotongan

baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q1 ke

Q2.

OUTPUT D

D S

Q2 Q1

P

H H


(68)

2. Inflasi Penawaran (Cost Push Inflation)

Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi (Cost Inflation). Gambar : Cost Push Inflation

Sumber : Boediono, 1991, “Ekonomi Internasional” Penerbit Fakultas Ekonomi,Yogyakarta.

Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang . Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga memilih memproduksi lebih sedikit barang. perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2 . Pasar bergerak ke perpotongan baru dari

penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1

ke P2 dan jumlah equilibrium menurun dari Q1 ke Q2.

OUTPUT S 1

S 2

D

Q 1 Q 2

0 P

H H


(69)

2.2.5.3 Pengaruh Inflasi

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal–hal seperti distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional, ketika pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect)

Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang dengan bunga yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi yang terjadi, hal ini semua dengan asumsi bahwa out putnya tetap.

2. Pengaruh terhadap alokasi faktor–faktor produksi (efficiency effect) Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan produksi akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor–faktor produksi yang sudah ada dan menjadi tidak efisiensi lagi.

3. Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect)

Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan


(1)

Kurs Valas tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena dengan tidak adanya kestabilan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan mempengaruhi turunnya Investasi hal ini disebabkan terjadi pemerintah didalam mengambil kebijaksanaan moneter, mungkin juga adanya kondisi politik, keamanan, ekonomi di Indonesia yang dianggap tidak aman oleh pihak investor.

Export tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena hal ini mengidikasikan bahwa penurunan ekspor bukan merupakan hanya salah satu sumber penerimaaan dan pembiayaan pembangunan bagi pemerintah melainkan masih banyak sumber yang lain didalam penerimaan devisa negara seperti pertumbuhan tabungan domestik yang semakin meningkat sekarang ini dan semakin banyaknya para wisata asing yang datang ke Indonesia hal tersebut juga bisa menambah peneriman devisa bagi pemerintah (negara).

Import berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena impor merupakan sumber untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, impor merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja import. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan import tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), Inflasi

(X3), Kurs Valas (X4), Export (X5) dan Import (X6) terhadap variabel

terikatnya Pertumbuhan Ekonomi (Y) diperoleh F hitung = 17,978 > F tabel = 3,58 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

2. Pengujian secara parsial atau individu Investasi (X1) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 0,674 < t tabel = 2,306, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Investasi (X1)

tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabkan karena masih banyak hambatan untuk mendirikan Industri serta kurangnya skala usaha dan mutu pelayanan perijinan / pendirian industri dimana belum dimulainya pelayanan perijinan satu atap ( one stop sevice ) sehingga mengakibatkan banyak para usaha yang enggan meneruskan dan mengembangkan usahanya sehingga banyak


(3)

pengusaha menghandalkan jasa perantara dalam urusan perijinan untuk mendirikan industri sehingga semakin lama dan dapat menghambat

mbat dan

a akan investasi.

3. Pengujian secara parsial atau individu Pengeluaran Pemerintah (X2)

terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 0,189 > t tabel = 2,306, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Pengeluaran Pemerintah (X2) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan sebagian besar dari anggaran belanja rutin digunakan bagi pembiayaan aparatur pemerntah, serta pembiayaan operasional sehingga untuk pengeluaran pembangunan masih kurang sehingga untuk proyek pelaksanaan pembangunan masih terha

juga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi juga akan terhambat.

4. Pengujian secara parsial atau individu Inflasi (X3) terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -8,508 > t tabel = -2,306, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Inflasi (X3) berpengaruh secara

nyata negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabakan karena jika inflasi menurun secara otomatis daya beli masyarakat akan meningkat dan produksi barang dan jasa yang dihasilkan jug


(4)

5. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valas (X4) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 0,740 > t tabel = 2,306, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Kurs Valas (X4)

tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabakan karena dengan tidak adanya kestabilan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan mempengaruhi turunnya Investasi hal ini disebabkan terjadi pemerintah didalam mengambil

makin banyaknya para wisata kebijaksanaan moneter, mungkin juga adanya kondisi politik, keamanan, ekonomi di Indonesia yang dianggap tidak aman oleh pihak investor. 6. Pengujian secara parsial atau individu Export (X5) terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 1,442 < t tabel = 2,306, maka Ho diterima dan Hi ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Export (X5) tidak berpengaruh

secara nyata positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabakan karena hal ini mengidikasikan bahwa penurunan ekspor bukan merupakan hanya salah satu sumber penerimaaan dan pembiayaan pembangunan bagi pemerintah melainkan masih banyak sumber yang lain didalam penerimaan devisa negara seperti pertumbuhan tabungan domestik yang semakin meningkat sekarang ini dan se

asing yang datang ke Indonesia hal tersebut juga bisa menambah peneriman devisa bagi pemerintah (negara).


(5)

7. Pengujian secara parsial atau individu Import (X6) terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 2,734 > t tabel = 2,306, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Import (X6) berpengaruh secara

nyata positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini disebabkan karena impor merupakan sumber untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, impor merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja import. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan import tersebut

ikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi eban yang berkepanjangan.

departemen melalui pemotongan jalur birokrasi, serta harus d

b

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah memberikan kebijakaan untuk meningkatkan upaya penarikan investasi asing ke Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan proses pengurusan izin – izin dan adanya ketergantungan koordinasi antar


(6)

2. Agar pengalokasian bantuan luar negeri optimal, maka perlu dipikirkan reorientasi proyek – proyek yang dibiayai dengan bantuan luar negeri serta peran pengawasan baik oleh institusi yang berwenang maupun oleh rakyat melaui wakil – wakilnya perlu ditingkatkan.

holiday bagi perusahaan – perusahaan asing yang masih baru untuk


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Investasi di Jawa Timur Periode 1982-2012

0 29 8

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1981-2006.

0 0 11

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, EKSPOR, KURS TERHADAP PERTUMBUHAN ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, EKSPOR, KURS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 1980 – 2004.

0 3 14

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, EKSPOR, KURS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 1980 – 2004.

0 1 10

ANALISIS PENGARUH CADANGAN DEVISA, INVESTASI, KURS, EKSPOR, DAN INFLASI TERHADAP IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA Analisis pengaruh Cadangan devisa, Investasi, Kurs, Ekspor dan Inflasi terhadap Impor barang modal di Indonesia tahun 1979-2004.

2 10 16

PENDAHULUAN Analisis pengaruh Cadangan devisa, Investasi, Kurs, Ekspor dan Inflasi terhadap Impor barang modal di Indonesia tahun 1979-2004.

0 13 8

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kurs Dollar Amerika dan Ekspor Indonesia.

0 5 11

ANALISIS PENGARUH EKSPOR, PEMBENTUKAN MODAL, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA.

1 1 110

ANALISIS PENGARUH EKSPOR, PEMBENTUKAN MODAL, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, PENGELUARAN PEMERINTAH INFLASI,KURS VALAS,EKSPOR dan IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

0 0 17