3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar Ipomoea batatas merupakan tanaman herba. Beberapa ciri morfologinya adalah memiliki batang berbuku dan dari tiap buku tumbuh daun akar dan tunas.
Daunnya berbentuk hati, tiga jari, lima jari atau tujuh jari sedang bunganya berbentuk terompet Sarwono, 2005. Di Indonesia ubi jalar dapat tumbuh pada lingkungan yang bervariasi pada
ketinggian 10 m sampai 2500 m di atas permukaan laut. Ubi jalar merupakan tanaman yang penting di Indonesia. Kandungan utama umbi ubi
jalar adalah karbohidrat sekitar 28, protein 2.3g100g, zat besi 1.0g100g, vitamin A 7.1 IU100g, vitamin C 2.0mg100g, vitamin B1 0.08mg100g, vitamin B2 0.05mg100g, serat
0.3g100g Sarwono, 2005. Sehingga ubi jalar dapat menjadi makanan pokok pengganti. Selama satu dekade lalu tahun 1990 sampai tahun 2000 produksi ubi jalar di Indonesia
tetap berkisar pada 9.4 tonhektar sampai 9.5 tonhektar Saleh dan Hartojo, 2003. Produksi ubi jalar pada tahun 2002 tercatat rata-rata 10 tonhektar. Produksi ini masih jauh lebih rendah
dibandingkan potensi hasil ubi jalar yaitu 30 – 40 tonhektar Saleh dan Hartojo, 2003. Salah
satu cara meningkatkan produksi adalah dengan melakukan penciptaan varietas-varietas baru yang lebih baik. Ubi jalar yang akhir-akhir ini banyak diminati adalah ubi jalar ungu. Hal ini
karena kandungan antosianinnya yang dapat berfungsi sebagai antioksidan.
2.2. Variasi somaklonal
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan tergolong perbanyakan vegetatif sehingga tanaman hasil kultur jaringan memiliki karakter genetik yang sama dengan tanaman asalnya.
Akan tetapi, konsistensi genetik tidak selalu terjadi dalam perbanyakan secara kultur jaringan. Hal ini karena mutasi dapat terjadi saat sel membelah khususnya dalam kondisi buatan seperti
pada kultur jaringan dimana nutrien dan hormon berada dalam konsentrasi yang tinggi Taji et al., 1997. Mutasi genetik selama perbanyakan dengan kultur jaringan disebut variasi
somaklonal yang dapat meningkatkan keragaman genetik plasma nutfah tanaman. Somaklonal
4
variasi dalam kultur jaringan mencakup variasi antar tanaman atau sel yang dapat terjadi dari semua jenis kultur jaringan Skirvin et al., 1993
Variasikeragaman yang terjadi termasuk perubahan struktur danatau jumlah kromosom, mutasi titik, perubahan ekspresi gen sebagai hasil perubahan kromosom, pengaktifan elemen
transposable, hilangnya kromatin, amplifikasi DNA, pindah silang somatik, pengurangan somatik dan perubahan struktural DNA organel sitoplasma Kaeppler, et al., 2000. Empat
variabel penting yang berpengaruh pada variasi somaklonal adalah genotipe, asal eksplan, periodelama pengkulturan dan kondisi kultur Kaeppler, et al., 2000.
Variasi somaklonal dapat terbentuk pada tanaman yang berasal dari kultur pucuk, daun, akar atau organ tanaman yang lain. Di samping itu, kultur kalus juga dapat memunculkan variasi
somaklonal. Pada kultur kalus, variasi dapat terjadi melalui pembentukan embrio somatik ataupun melalui organogenesis Taji, 1997.
Perubahan fenotipe yang dihasilkan misalnya perubahan bentuk daun, bentuk bunga Zhang et al., 2001. Beberapa tanaman hortikultura yang diregenerasikan secara kultur jaringan
telah diuji keragaman somatiknya, seperti pada Asparagus dimana dihasilkan fenotipe, ploidi, dan pembelahan meiosis serta profil molekuler AFLP amplified fragment length polymorphism
yang berbeda Pontaroli dan Camadro, 2005. Juga pada tanaman kentang yang berasal dari kalus, menunjukkan keragaman genetik yang tinggi yang terlihat dari profil RAPD random
amplified polymorphism DNA Bordallo et al., 2004.
2.3. Zat pengatur tumbuh dalam induksi kalus