Zat pengatur tumbuh dalam induksi kalus

4 variasi dalam kultur jaringan mencakup variasi antar tanaman atau sel yang dapat terjadi dari semua jenis kultur jaringan Skirvin et al., 1993 Variasikeragaman yang terjadi termasuk perubahan struktur danatau jumlah kromosom, mutasi titik, perubahan ekspresi gen sebagai hasil perubahan kromosom, pengaktifan elemen transposable, hilangnya kromatin, amplifikasi DNA, pindah silang somatik, pengurangan somatik dan perubahan struktural DNA organel sitoplasma Kaeppler, et al., 2000. Empat variabel penting yang berpengaruh pada variasi somaklonal adalah genotipe, asal eksplan, periodelama pengkulturan dan kondisi kultur Kaeppler, et al., 2000. Variasi somaklonal dapat terbentuk pada tanaman yang berasal dari kultur pucuk, daun, akar atau organ tanaman yang lain. Di samping itu, kultur kalus juga dapat memunculkan variasi somaklonal. Pada kultur kalus, variasi dapat terjadi melalui pembentukan embrio somatik ataupun melalui organogenesis Taji, 1997. Perubahan fenotipe yang dihasilkan misalnya perubahan bentuk daun, bentuk bunga Zhang et al., 2001. Beberapa tanaman hortikultura yang diregenerasikan secara kultur jaringan telah diuji keragaman somatiknya, seperti pada Asparagus dimana dihasilkan fenotipe, ploidi, dan pembelahan meiosis serta profil molekuler AFLP amplified fragment length polymorphism yang berbeda Pontaroli dan Camadro, 2005. Juga pada tanaman kentang yang berasal dari kalus, menunjukkan keragaman genetik yang tinggi yang terlihat dari profil RAPD random amplified polymorphism DNA Bordallo et al., 2004.

2.3. Zat pengatur tumbuh dalam induksi kalus

Dalam kultur jaringan tanaman, diperlukan nutrisi yang mencakup unsur inorganik dan unsur organik seperti vitamin, termasuk juga sumber karbon dalam bentuk sukrosa. Di samping itu, zat pengatur tumbuh merupakan faktor yang berperan penting dalam mengendalikan perkembangan kultur karena dapat memanipulasi kultur. Zat pengatur tumbuh auxin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang secara signifikan berpengaruh pada manipulasi kultur. Auxin mempunyai beberapa peran dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Auxin menstimulasi pemanjangan dan pertumbuhan sel, menstimulasi pembelahan sel khususnya pembentukan kalus dan pembentukan akar adventif serta menghambat perkembangan tunas 5 aksilar Taji et al., 1997, Smith, 2000. Termasuk kedalam auxin adalah IAA indole acetic acid, IBA indole butyric acid, NAA Naphthalene acetic acid dan 2,4-D 2,4-dichlorophenoxy acetic acid. Sitokinin mempunyai efek membesarkan jaringan, menginduksi pembentukan tunas aksilar dan tunas adventif serta mendukung pembelahan sel. Fungsinya yang menyebabkan pertumbuhan tunas aksilar melalui penghambatan dominansi apikal, sangat penting dalam kultur jaringan Taji et al., 1997, Smith, 2000. Anggota dari sitokinin adalah BA benzylaminopurine, 2iP isopentenyl adenine, kinetin dan zeatin. Konsentrasi dan jenis zat pengatur tumbuh merupakan faktor penting pada pembentukan kalus. Konsentrasi zat pengatur tumbuh berbeda untuk masing-masing tanaman dan tipe eksplan. Zat pengatur tumbuh 2,4-D secara luas digunakan untuk induksi kalus Smith, 2000. Sebagai contoh, pada Begonia, media yang digunakan untuk induksi kalus dengan eksplan daun adalah media MS yang diperkaya dengan 0.60 μ M NAA, 1.0 μ M 2,4-D dan 0.50 μ M BA Jain, 1997. Sedangkan pada Oryza sativa, penelitian dengan tiga macam medium yaitu MS + 2,4-D 0,5 mgl + NAA 1 mgl + BA 1 mgl; MS + 2,4-D 2 mgl + casein hidrolisat CH 3 gl, serta MS + 2,4-D 20 mgl, ketiga media menghasilkan kalus yang remah, globuler dan berwarna bening. Media dengan komposisi MS + 2,4-D 2 mgl + casein hidrolisat 3 gl menghasilkan kalus yang banyak membentuk nodul-nodul bakal tunas Purnamaningsih dan Mariska, 2005. Lee et al. 2003 menggunakan kombinasi 2 mgL 2,4-D + 0.2 mgL kinetin dengan medium dasar MS untuk menginduksi kalus pada Ipomoea batatas. Di samping untuk induksi kalus, zat pengatur tumbuh 2,4-D digunakan untuk induksi kalus embrionik pada Gossypium, dengan komposisi media MS ditambah 0.1 mgl kinetin, 0.2 mgl IAA dan 0.1 mgl 2,4-D Zhang et al., 2001. Penggunaan auxin dengan daya aktivitas kuat antara lain 2,4-D atau dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi rendah baik untuk induksi kalus embrionik Purnamaningsih, 2006.

2.4. Konsentrasi sukrosa