7
integral dari tubuh, maka akan secara berkelanjutan memberikan sensory corteks rasa taktil, propriosepsi, dan terkadang stimuli nyeri yang diingat sebagian besar di
bawah sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, persepsi yang diingat tersebut akan menimbulkan phantom sensation.
1.7.8 Phantom Pain
Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation. Sebagian besar phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya
secara bertahap serta menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih satu tahun. Bagaimanapun juga sejumlah ketidamampuan dapat timbul menyertai rasa
nyeri pada beberapa pasien amputasi
4,7
. Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi
dalam korteks dan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh inhibisi yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke
pusat. Sering dihubungkan dengan gangguan emosional, tetapi sulit menentukan apakan gangguan emosional mendahului atau merupakan akibat darinya
4
. Phantom pain dapat dipresipitasi atau ditingkatkan oleh setiap kontak, tidak
perlu dengan rasa nyeri saja, tetapi dapat juga dalam bentuk kontak dengan puntung atau dengan suatu “trigger area” pada batang tubuh, kontak dengan alat gerak
kontralateral, atau kepala. Selain itu juga dapat dipicu oleh suatu fungsi otonomik seperti miksi, defekasi, ejakulasi, angina pectoris, atau merokok sigaret
7
. Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang berbentuk
seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau shooting dan dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus yang
berdurasi beberapa menit. Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri seperti diputar atau distorsi dari bagian tubuh, contohnya seperti menggenggam tangan
dengan kuku menekan ke dalam telapak tangan. Phantom pain berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non invasif.
Pasien sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan didorong untuk merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi sensitivitasnya. Sejumlah
modalitas dan cara telah dicoba untuk mengurangi nyerinya seperti penggunaan prostetik, injeksi lokal pada trigger points, penggunaan transcutaneous nerve
stimulation
TNS, interferential, akupunktur, ultrasound, perkusi secara manual ataupun elektris, operasi dan penggunaan bahan kimia untuk simpatektomi,
modifikasi tingkah laku serta konseling psikososial
7,13
.
1.7.9 Edema