Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

(1)

SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS

SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH

DASAR SWASTA DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SKRIPSI

Oleh

Roy Chandra T Sinaga 051203029 / Teknologi Hasil Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Rayap terhadap Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Nama : Roy Chandra T Sinaga Nim : 051203029

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si Bejo Slamet, S. Hut, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Sekretaris Departemen Kehutanan


(3)

ABSTRAK

ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.

Kata kunci : Rayap, Bangunan sekolah, Kerugian ekonomis, Sistem informasi geografis (SIG)


(4)

ABSTRACT

ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET

Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.

Key words : Termites, Building school, Economic lose, Geographic information system (GIS).


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 24 April 1987, dari ayah Edi Rasman Sinaga dan Ibu Netti Sitorus. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini ; Pendidikan dasar di SD Negeri 060933 Medan (1992-1998), Pendidikan lanjutan di SMP Methodist I Medan, (1998-2001), Pendidikan menengah di SMU Negeri 15 Medan (2001-2004), dan Tahun 2005 diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departeman Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

Kegiatan non-formal yang diikuti selama perkuliahan adalah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU periode 2005-2009 Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada dua lokasi yaitu daerah pegunungan atas Lau Kawar Kab. Karo dan daerah Hutan Mangrove di Kab. Asahan (2007), selain itu penulis juga pernah melakukan Kerja Praktik Lapang di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KPH Banten Provinsi Banten (2009). Akhir kuliah penulis melaksanakan penelitian dengan judul Sebaran dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus,Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Sebaran Dan Perkiraan Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini.Terima kasih kepada Bapak Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si , dan Bapak Bejo Slamet S.Hut, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Di samping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan, serta kepada Hadi Prabowo Syaiful,Ade oktavia,Lamria,Meylida dan semua rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu –persatu.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar ... 4

Rayap ... 4

Koloni rayap dan sistem kasta ... 5

Taksonomi dan daerah penyebaran ... 5

Rayap perusak gedung ... 6

Kerugian Serangan Rayap Di Indonesia ... 9

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap ... 10

Pra konstruksi ... 11

Pasca kontruksi ... 13

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Batasan Studi ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pengumpulan data primer ... 17

Pengumpulan data skunder... 17

Pengolahan data ... 18


(8)

Perhitungan interval untuk rata-rata... 19

Pendugaan persamaan regresi ... 20

Pemetaan sistem informasi geografis (GIS) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 21

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada SD Swasta ... 25

Kerugian Ekonomis Serangan rayap pada Berbagai Komponen ... 28

Jenis Rayap Perusak kayu ... 35

Model Penduga Kerugian Ekonomis ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan ... 4

2. Karakteristik - karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang disurvey ... 23

3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan ... 26

4. Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan ... 27

5. Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan ... 29


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. SD Swasta M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta

PAB Kecamatan Medan Barat ... 22

2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela ... 24

3. Peta sebaran sampel SD Swasta Di Kota Medan ... 30

4. Peta kerusakan bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 33

5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan ... 34

6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen ... 35

7. Peta sebaran jenis rayap di bangunan SD Swasta di Kota Medan ... 37


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta ... 42

2. Daftar Harga Kayu Dan Upah Tukang Di Kota Medan ... ... 51

3. Biaya Kerusakan Bangunan Sekolah di Kota Medan ... 52

4. Persen Kerusakan Sekolah ... 53

5. Kunci Determinasi Pengenalan Genus dan Spesies ... 54

6. Hasil Analisis Uji Multikolineritas, Normalitas Dan Heteroskesdasitas 58 7. Output SPSS Hasil analisis regresi ... 61


(12)

ABSTRAK

ROY CHANDRA T SINAGA : Sebaran dan Perkiraan Kerugian Serangan Rayap terhadap Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Di bawah bimbingan LUTHFI HAKIM dan BEJO SLAMET Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah dasar adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kerugian ekonomis kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sampel yang dipakai memakai intensitas 10% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar swasta terserang rayap. Sebanyak 21,4% mengalami kerusakan berat dan 69,04% termasuk ke dalam kerusakan sedang dan 7,14% mengalami kerusakan ringan.Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. Sebaran serangan merata di setiap kecamatan yang diteliti.

Kata kunci : Rayap, Bangunan sekolah, Kerugian ekonomis, Sistem informasi geografis (SIG)


(13)

ABSTRACT

ROY CHANDRA T SINAGA : Spreading and Calculation Lose Economic Termites Attacked to private Elementary School Building in Medan City by Using Geographic Information System. Supervised by LUTHFI HAKIM and BEJO SLAMET

Termites are the most caused economical lose for the human by attacking building and housing. One of the buildings that can be target of termites attack are private elementary school building. The aim of this research was to caunt the economical lose of private elementary school building caused by the termites. The spreading of the termites were mapped by the geographic information system (GIS). The research showes 100% of the private elementary school building were infected by termites, as many as 21,04% will face a high severe and 69,04% were included medium severe,7,14% in low severe . Termites found was dry wood termite Crytotermes cynocephalus Light and soil termites Macrotermes gilvus Hagen.

Key words : Termites, Building school, Economic lose, Geographic information system (GIS).


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rayap berfungsi sebagai dekomposer berubah menjadi hama perusak bangunan, ini diakibatkan pertambahan bangunan yang meningkat. Salah satu diantaranya adalah bangunan sekolah,berfungsi sebagai sarana pendidikan. Sekolah Dasar sebagai fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Saat ini ada 805 gedung Sekolah Dasar yang ada di Kota Medan dengan pembagian 404 buah milik swasta dan 401 buah milik Pemerintah (Dinas Pendididkan Kota Medan, 2008).

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota dinamis ini adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum 22,50 0C – 23,90 0C dan suhu maksimum 30,80 0C – 33,70 0C. Berada di ketinggian 2,5 - 37,5 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban mencapai 84% – 85 % dengan kecepatan angin 0,48 m/detik

(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2008).

Menurut Nandika dkk (2003) menyebutkan di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3.000 m diatas permukaan laut. Sekarang rayap menjadi serangga yang mudah dijumpai, hampir di semua ekosistem termasuk di lingkungan pemukiman. Rayap hidup pada tipe tanah tertentu, namun rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat karena mengandung bahan organik yang tinggi. Curah hujan merupakan faktor yang berguna untuk merangsang kasta produksi keluar dari pohon. Serangan rayap banyak dilakukan pada pohon mati setelah hujan turun. Suhu dan


(15)

kelembaban mempengaruhi rayap di sekitarnya. Suhu optimum adalah 15-38 0C dan kelembaban optimum 75-90%.

Peluang terjadinya serangan rayap sangatlah besar,hal ini diperkuat oleh penelitian Hakim dkk (2005) dengan ditemukannya serangan rayap yang merusak gedung-gedung bertingkat dan bersejarah di Kota Medan yang mencapai 73% dari 23 gedung yang yang diteliti. Dengan data kerugian yang besar di Kota Medan memungkinkan bangunan sekolah dasar ikut terserang, sehingga perlu dilakukan penelitian. Selain kerugian ekonomis, penyebaran dan kerusakan akibat serangan rayap perlu di petakan untuk mengetahui daerah penyebaran jenis rayap dan tingkat kerusakan bangunan sekolah dasar di Kota Medan. Pemetaan dengan menggunakan GIS merupakan metode yang sangat praktis untuk memetakan wilayah sebarannya. Bertolak dari pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan.

2. Mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan dengan menggunakan GIS (Geographic Information System)

3. Mendapatkan model penduga kerugian ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Swasta di Kota Medan.


(16)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Medan terhadap kerusakan dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah Swasta

2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan perlindungan bangunan.

3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta GIS.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Sekolah Dasar

Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih 805 sekolah dasar yang ada dan tersebar hampir di pelosok kota Medan. Pembagian sekolah dasar di kota Medan adalah 401 bangunan SD milik pemerintah dan 404 bangunan milik pihak swasta yang telah terdaftar di kantor Dinas Pendidikan Kota Medan (Dinas Pendidikan Kota Medan,2008).

Tabel 1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan

No Kecamatan SD Negeri SD Swasta

1 Medan Tembung 11 27

2 Medan Amplas 22 14

3 Medan Deli 21 28

4 Medan Baru 13 15

5 Medan Kota 20 23

6 Medan Area 27 18

7 Medan Maimun 13 10

8 Medan Johor 23 21

9 Medan Polonia 9 12

10 Medan Tuntungan 21 15 11 Medan Petisah 13 9 12 Medan Helvetia 22 32

13 Medan Timur 25 18

14 Medan Belawan 26 16 15 Medan Perjuangan 13 24

16 Medan Denai 33 33

17 Medan Marelan 28 18 18 Medan Sunggal 17 22 19 Medan Selayang 8 15 20 Medan Labuhan 26 16

21 Medan Barat 10 18

Jumlah 401 404


(18)

Rayap

Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika dkk (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu.

Koloni rayap dan sistem kasta

Nandika dkk., (2003) setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang, liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai panjang ukuran lima sampai sembilan cm atau lebih (Nandika dkk., 2003).


(19)

Taksonomi rayap dan Daerah penyebaran rayap

Taksonomi Rayap

Kingdom : Animalia

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera

Famili : Rhinotermitidae, Termitidae, Kalotermitidae

Genus : Macrotermes, coptotermes

Spesies : Macrotermes gilvus Hagen, Coptotermes curvignatus ,Cryptotermes cynocephalus Light

Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari 2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 tamili, 15 sub-tamili dan 200 genus. Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50° Lintang Utara dan 50° 50° Lintang Selatan. Jenis-jenis rayap di daerah tropika seperti di Indonesia menurut Roonwal dkk dalam Tambunan dkk (1989) termasuk kedalam famili sebagai berikut: Kalotermitidae dengan genus Neotermes Holmgren dan Cryptotermes Banks. Famili Rhinotermitidae memiliki sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes dan sub famili,famili Rhinotermitinae genus Prorhinotermes Silvestri dan genus Schledorhinotermes


(20)

Silvestri.Family Termitidae memiliki beberapa sub famili diantaranya, sub famili Amitermitinae genus Microcerotermes Silvestri. sub famili Termitinae genus Capritotermes Wasmann, sub famili Macrotermitinae genus Macrotermes Holmgren, genus Odentotermes Holmgren dan genus Microtermes wasmann,Sub famili Nasutitermitinae genus Nasutitermes Dudleyi, genus BulbitermesEmerson, genus Lacessititermes Batavus dan genus Hospitalitermes Holmgren.

Rayap Perusak Gedung

Habitat atau sarang rayap bervariasi antara satu dengan yang lain. Koloni yang sederhana hanya membuat terowongan-terowongan pada kayu yang lembab dan mulai membusuk, lainnya membuat koloni pada kayu kering (Partosoedjono,1984).

Menurut Nandika (2003) rayap sendiri memiliki tiga kelompok. Rayap kayu kering, rayap pohon, dan rayap tanah. Pada musim tertentu, rayap menjadi laron dan berterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah melepas sayapnya, pasangan rayap itu melakukan perkawinan dan mencari lokasi untuk membentuk koloni. Bila dia berasal dari kayu kering, biasanya sasarannya mencari kayu kering pula, misalnya mebel. Rayap bias masuk kedalam rumah melalui pondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari rayap tanah akan kembali ke tanah. Kasta inilah yang sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel dan bahan berselulosa lainnya.


(21)

Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae.

1. Famili Kalotermitidae

Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan:

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).

2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Namun diantara rayap-rayap itu, yang paling menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis Coptotermes curvignathus. Kemampuannya dalam menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempat-tempat yang tidak secara langsung bersinggungan dengan tanah, dan ukuran


(22)

populasinya yang tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, maupun Microtermes inspiratus, sebaran rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola sebaran spasialnya berbeda (Rismayadi, 2002). Menurut Rismayadi (2003) rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari sarangnya, yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam milimeter.

Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Untuk itu perlu mengenali cara kerja rayap ini agar tidak keliru dalam memperlakukannya (Rismayadi, 2003).

Cara Penyerangan

Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Menurut Nandika dkk.,(2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain:

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah.

2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi. 3. Dengan cara membuat liang-liang kembara diatas permukaan kayu, beton,

pipa dan lain-lain.

4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan lain-lain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.


(23)

Rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang (Jusmalinda, 1994).

Sedangkan rayap kayu kering (Nandika dkk., 2003) dapat mencapai sasarannya melalui : (1) laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya cat tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan) dan (2) objek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari objek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu.

Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK menurut Siregar (1985) dalam Romaida (2002), rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota Cirebon, Romaida (2002) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu


(24)

kering sebesar Rp 2.082.591,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-. Safaruddin (1994) memperkirakan kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,58 Milyar.

Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahunnya (Anonim, 1983 dalam Romaida, 2002).

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap

Tindakan pengamanan sudah harus dimulai pada saat pemilihan lokasi bangunan atau sebelum bangunan didirikan (pra konstruksi). Memerangi rayap setelah bangunan berdiri jauh lebih mahal (pasca konstruksi). Tingginya serangan rayap disebabkan oleh pengaruh lahan-lahannya. Oleh karena itu, sebelum mendirikan bangunan perlu diketahui sejarah lahannya. Menurut Rismayadi (2003) jangan mendirikan rumah atau membeli rumah dikawasan bekas hutan karet karena memiliki resiko yang besar terhadap serangan karena lahan bekas perkebunan karet merupakan habitat utama rayap ganas.

Pra Konstruksi

Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah juga lebih mudah dilakukan. Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan


(25)

akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya pengendalian dimana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain:

a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan, pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang paling efektif adalah dengan memasang perintang mekanis.

b. Memakai bahan pelindung kimiawi

c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang rayap; sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain.

d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit jumlahnya. Menurut Nandika, (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap.

Menurut Nandika, (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap, saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung menurut SNI 03-5010.1-1999 adalah suatu proses memasukkan bahan


(26)

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.

Bahan-bahan pengawet kayu tersebut terdiri dari campuran dari bahan non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB, CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002).

Hambatan penggunaan bahan pengawet menurut Jamali dkk., (1997) adalah jenis bahan baku kayu yang berbeda maka bahan pengawet yang diserap pun akan berbeda. Sehingga diperlukan pengetahuan pengetahuan tentang jenis kayu dan karakteristik bahan pengawet. Pengaplikasian bahan pengawet pada kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan (non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process). Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan, pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata (Duljafar, 1996).

Pasca Konstruksi

Tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi


(27)

objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (Prasetyo dan Yusuf, 2004):

1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat. 2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida

yang berdaya residual tinggi dengan injektor. 3. Perlakuan pada pondasi bangunan.

4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering. 5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban. 6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah.

Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total (Nandika


(28)

dkk., 2003). Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem konvensional atau sistem injeksi.

Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak- dilakukan baik dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksi/penyuntikan pada pondasi, lantai dan dinding (Aini, 2005).

Teknik pengambilan subjek juga harus diperhatikan oleh pengamat. Jika jumlah subjek kurang dari 100 maka dilakukan sensus terhadap keseluruhan subjek. Dan jika subjek yang akan diteliti melebihi 100 maka dapat diambil antara


(29)

10-15 % atau 20-25 % hingga seterusnya tergantung kesanggupan pengamat atau peneliti (Arikunto, 1998).

Pemakaian sesuatu kayu menyatakan kecakapan kayu untuk suatu macam konstruksi. Dalam menentukan tingkat pemakaian, tidak dipandang soal mengerjakan kayu serta mudah atau sukarnya pengolahan kayu itu, kayu yang digunakan adalah kayu biasa atau dalam keadaan tidak diawetkan. Ada 5 macam tingkat pemakaian kayu yaitu :

1. Tingkat I dan II Untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat tidak terlindung dan terkena tanah lembab. Tingkat I diantaranya adalah kayu Jati, Merbau, bangkirai. Tingkat II diantaranya adalah merawan, rasamala dan sebagainya.

2. Tingkat III untuk keperluan konstruksi – konstruksi berat terlindung. Diantaranya adalah keruing, kamper, meranti.

3. Tingkat IV untuk keperluan konstruksi – konstruksi ringan yang terlindung yang termasuk dalam tingkat ini adalah suren, jeunjing dan lain – lain.


(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 hingga bulan Juni 2009. Penelitian dilakukan pada 10 % dari jumlah total populasi yaitu 42 gedung Sekolah Dasar Swasta yang terletak pada 21 Kecamatan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Medan, daftar nama dan letak Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan, data sekunder dari harga material kayu di pasaran beriku upah pekerja .

Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera digital untuk mendokumentasikan kerusakan yang dilihat, toples sebagai tempat rayap yang diperoleh untuk diidentifikasi, meteran untuk mengukur luasan daerah, dimensi bagian bangunan yang rusak, kuas dan pinset yang digunakan untuk megambil rayap, alat-alat mekanis untuk membongkar sarang rayap, tallysheet dan kuisoner untuk pengumpulan data wawancara, alat tulis menulis, serta GPS Receiver digunakan untuk mengetahui titik koordinat lokasi sekolah dan mikroskop untuk mengidentifikasi jenis rayap.


(31)

Batasan studi

Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Dasar Swasta yang terletak pada 21 Kecamatan di Kota Medan dengan metode sampling 10% dari 404 buah gedung Sekolah Dasar Swasta. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu.Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis dan lemari yang terbuat dari kayu.

Metode Penelitian

Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan dengan menggunakan kuisoner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dan kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.

Pengumpulan data sekunder:

Data sekunder yang di gunakan meliputi: 1. Peta Kota Medan.

2. Harga Kayu di Pasaran (Sitorus,2008).

3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu (Sitorus,2008)

4. Data Bangunan Sekolah Dasar di Kota Medan (Diknas Pemko Medan , 2008). 5. Kunci Determinasi (Nandika dkk., 2003).


(32)

6. Peta Jaringan Sungai

Pengolahan Data

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik : 1. Perhitungan Kerugian Ekonomis

m Krs = Kn

n =1 Keterangan:

Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = Rayap kayu kering, rayap tanah s = 1,2,3,…total bangunan sampel

Kn = Nilai kerugian masing-masing sampel n = 1,2,3,….m sampel ( Safaruddin, 1994)

2. Penghitungan Standart Deviasi

S2 =

  

  − −

x

xi n 1

1 2

Keterangan:

S = Standar Deviasi N = Jumlah contoh Xi = Nilai kerugian ke-I

X = Nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3,…total bangunan sampel


(33)

3.Perhitungan Interval untuk Rata-rata

n s x±tα/2 Dimana

S x = n s

Keterangan :

X = Nilai rata-rata hasil pengukuran Sx = Standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n – 1) untuk tingkat kepercayaan 95% S = Standar Deviasi (Sudzana, 2002)

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria:

1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.

2. Rusak sedangyaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai tiga posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.


(34)

Pemetaan dengan GIS

Menandai titik-titik lokasi sekolah ke dalam GPS (Global Positioning System). Titik- titik itu dimasukan ke dalam file kota Medan yang telah dilengkapi oleh peta jaringan sungai. Kemudian di buat jarak antara lokasi sampel dari sungai dengan membuat interval jarak 75 m menggunakan Arc View GIS 3.3. Hasil penggabungan data selanjutnya dipergunakan untuk membuat model pendugaan kerugian serangan rayap

Permodelan kerugian ekonomis akibat serangan rayap

Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Swasta diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai berikut :

Y = a ± bx1 ± cx2 ± dx3 ±….. Dimana :

Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Swasta (Rp/tahun) a = Konstanta

b,c,d... = nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = usia bangunan

x2 = usia perbaikan x3 = jumlah kelas x4 = luas bangunan

x5 = jarak bangunan dari sungai x6 = luas tanah


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta

Bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan memiliki banyak variasi bangunan, dengan luas bangunan dan areal yang bervariasi . Bangunan sekolah yang berdiri dibangun diantara tahun 1961 – 2000, dengan usia yang relatif tua di asumsikan setiap gedung sekolah mengalami kerusakan. Kondisi bangunan yang bervariasi tergantung dari dana dan manajemen pengelolaan dari yayasan yang menaungi sekolah. Gambar 1 menunjukan perbedaan kondisi bangunan sekolah dengan pengelolaan yang baik dan pengelolaan yang kurang baik

Gambar 1.a. SD Swasta. M.T. Haryono Kecamatan Medan sunggal, b. SD Swasta PAB Kecamatan Medan Barat

Seluruh sampel sekolah dasar swasta yang diteliti di Kota Medan di ketahui SD PAB 26 yang berada di jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Barat memiliki luasan areal yang paling kecil sebesar 180 m2 dengan luas bangunan 90 m2 , sedangan SD St Paulus yang berada di Kecamatan Medan labuhan memiliki luas arel 2745 m2 dan luas bangunan 1500 m2.


(36)

Bangunan sekolah yang sudah tua dilakukan renovasi baik renovasi total atau renovasi ringan. Karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.Karakteristik-karakteristik bangunan SD Swasta di Kota Medan yang di Survey Kecamatan Nama Sekolah

Usia Bangunan

(Tahun)

Luas Bangunan/ Areal tanah (m2)

Risalah Tapak Medan Tembung Taman siswa 48 383/652 Rawa

SD Al Washliyah 1

- 33 29 558/650 Rawa Medan Amplas SD Markus 19 1211/1300 Perladangan

SD Bakti Luhur 15 225/300 Perladangan Medan Deli SD Haryono MT 23 875/1200 Perladangan SD Nurul Huda 12 325/400 Perladangan Medan Baru SD Mardi Lestari 22 1025/1300 Perladangan

SD Muhamadiyah

32 21 375/450 Perladangan Medan Kota ST THOMAS 5 29 450/650 Perladangan Pendidikan Islam 19 350/425 Perladangan Medan Area SD Dharma Wanita 24 530/650 Perladangan SD Masehi 26 567/1200 Perladangan Medan Maimun SD Muhamadiyah 19 375/425 Perladangan SD Elida 11 650/875 Perladangan Medan Johor SD Methodist 34 850/950 Perladangan SD Karang Sari 23 450/600 Perladangan Medan Polonia SD Dwi Warna 3 20 375/450 Perladangan SD ALFALAH 19 320/475 Perladangan Medan Tuntungan SD Nurul Azizi 9 457/550 Perladangan SD Dharma 23 450/675 Perladangan Medan Petisah SD. GKPS 22 325/450 Perladangan Hang Kesturi 24 420/560 Perladangan Medan Helvetia Taman Siswa 21 360/425 Perladangan

Nurul Islam

Indonesia 29 450/600 Perladangan Medan Timur Gimin 9 650/900 Perladangan SD.Betania 10 900/1200 Perladangan Medan Belawan St. Antonius 29 975/1250 Perladangan Al wasliyah T.Deli 24 450/600 Perkebunan Medan Perjuangan HKBP Pardamean 26 525/700 Perladangan

Ummi Fatimah 24 850/1000 Perladangan Medan Denai SD.Nasrani V 25 650/800 Perladangan SD.Gultom 29 425/500 Perladangan Medan Marelan SD.Advent 29 575/650 Perladangan GKPS 25 475/500 Perladangan Medan Sunggal SD.PAB 69 90/108 Perladangan SD.Arasyadiah 8 370/435 Perladangan Medan Selayang SD.Al Ikhwan 20 512/850 Perladangan Hosana 20 475/850 Perladangan Medan Labuhan SD.Arridha 16 112/442 Perladangan SD.Tri bakti 41 300/675 Persawahan Medan Barat St.Paulus 9 1500/2745 Perladangan


(37)

Sebagian besar konstruksi bangunan masih banyak menggunakan kayu sebagai komponen utama antara lain : pintu, jendela , kusen pintu, kusen jendela, lemari, kuda-kuda, lisplang, papan tulis, kursi dan meja. Gambar 2 menunjukan komponen yang dimiliki setiap sekolah

gam

Gambar 2. Komponen terbuat dari kayu: a. Lemari, b. Meja dan kursi, c. Kuda-kuda, d. Kusen jendela

Komponen yang terbuat dari kayu harus memiliki perawatan yang cukup untuk menghindari laju kerusakan oleh serangan rayap dan organisme perusak kayu lainnya. Perawatan dan kebersihan dari lingkungan menciptakan suasana yang berbeda dengan ketahanan hidup organisme perusak kayu.

A B


(38)

Kerugian Ekonomis Serangan Rayap Bangunan SD Swasta

Serangan rayap pada banguanan sekolah menyerang komponen bangunan dan pelengkap bangunan. Kuda-kuda, risplank, pintu merupakan komponen bangunan yang paling banyak di serang rayap. Selain cakupan makanan yang melimpah kondisi yang dekat dengan tanah dan kelembaban sangat mendukung serangan rayap.

Penghitungan kerugian ekonomis terhadap serangan rayap menggunakan asumsi 2 jenis kayu yaitu kayu sembarang keras hutan (SK- Hutan) dan kayu jenis meranti sebagai pengganti komponen kayu. Hal ini dikarenakan, kedua jenis kayu ini lebih banyak dijumpai dan di pasarkan baik dalam bentuk sortimen-sortimen ataupun produk yang telah jadi.

Tabel 3 menunjukan besarnya kerugian ekonomis masing-masing sampel sekolah di Kota Medan. Bangunan SD PAB 26 di Kecamatan Medan Barat mengalami kerugian yang paling besar dengan nilai mencapai Rp 58.169.000,00 untuk pemakain asumsi pengganti kayu SK – Hutan. Sedangkan dengan asumsi penggantian dengan kayu meranti mencapai nilai Rp 79.634.000,00. Nilai kerusakan terkecil yaitu SD Nurul Azizi yang berada di kecamatan Medan Johor sebesar Rp 4.020.000,00 dengan asumsi penggntian dengan memakai kayu SK- Hutan, sedangkan dengan mamakai asumsi penggantian dengan kayu Meranti nilai kerusakan hanya mencapai nilai Rp 5.876.000,00.


(39)

Tabel 3. Biaya Kerusakan Bangunan setiap SD Swasta di Kota Medan

Kecamatan Sekolah SK Hutan (Rp) Meranti (Rp)

Medan Belawan Taman siswa 23.851.000,00 32.247.000,00 SD Al - Washliyah

1 - 33 31.414.500,00 41.834.000,00 Medan Helvetia SD Markus 5.632.500,00 8.305.000,00 SD Bakti Luhur 4.305.000,00 6.450.000,00 Medan Sunggal SD Haryono MT 12.948.000,00 17.609.000,00 SD Nurul Huda 20.380.500,00 27.676.000,00 Medan Petisah SD Mardi Lestari 8.392.500,00 12.129.000,00

SD Muhamadiyah

32 22.288.000,00 30.463.000,00 Medan Baru ST THOMAS 5 13.350.500,00 17.302.000,00 Pendidikan Islam 8.215.500,00 11.425.000,00 Medan Selayang SD Dharma Wanita 12.033.000,00 16.760.000,00 SD Masehi 9.233.000,00 12.392.000,00 Medan Tuntungan SD Muhamadiyah 12.325.500,00 16.877.000,00 SD Elida 10.885.500,00 14.423.000,00 Medan Polonia SD Methodist 22.643.000,00 30.724.000,00 SD Karang Sari 22.473.000,00 30.441.000,00 Medan Maimun SD Dwi Warna 3 21.988.000,00 30.027.000,00 SD ALFALAH 20.040.000,00 34.098.000,00 Medan Johor SD Nurul Azizi 4.020.000,00 5.876.000,00 SD Dharma 26.648.500,00 36.126.000,00 Medan Kota SD. GKPS 27.113.500,00 36.544.000,00 Hang Kesturi 9.910.500,00 13.652.000,00 Medan Area Taman Siswa 14.748.500,00 20.017.000,00

Nurul Islam

Indonesia 15.316.000,00 20.964.000,00 Medan Denai Gimin 8.797.500,00 12.902.000,00 SD.Betania 17.718.500,00 24.851.000,00 Medan Amplas St. Antonius 33.081.500,00 45.141.000.00 Al wasliyah T.Deli 17.313.000,00 24.333.000,00 Medan Tembung HKBP Pardamean 24.958.000,00 34.117.000,00 Ummi Fatimah 28.398.000,00 38.584.000,00 Medan Perjuangan SD.Nasrani V 18.073.000,00 24.409.000,00 SD.Gultom 24.738.000,00 33.825.000,00 Medan Timur SD.Advent 11.493.000,00 15.406.000,00 GKPS 21.200.500,00 28.684.000,00 Medan Barat SD.PAB 58.169.000,00 79.634.000,00 SD.Arasyadiah 7.443.000,00 9.776.000,00 Medan Deli SD.Al Ikhwan 11.883.000,00 16.240.000,00 Hosana 9.957.500,00 13.706.000,00 Medan Marelan SD.Arridha 13.823.500,00 18.848.000,00 SD.Tri bakti 33.761.500,00 45.215.000,00 Medan Labuhan St.Paulus 10.098.500,00 13.869.000,00 Yaspendhan II 48.844.500,00 65.434.000,00 Jumlah 779.907.500,00 1.069.335.000,00


(40)

Nilai kerugian yang besar dipengaruhi oleh intensitas kerusakan oleh rayap, upah pekerja dan harga bahan-bahan material. Semakin besar intensitas kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan-bahan pengganti yang dikeluarkan juga besar yang berakibat pada nilai kerugian ekonomis yang tinggi. Kisaran (interval) kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada 42 bangunan sekolah dasar swasta di Kota Medan ini disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Rangkuman Kerugian Ekonomis SD Swasta di Kota Medan Jenis

Rayap Parameter SK Hutan Meranti Rayap

Tanah Jumlah 352.540.000,00 475,420,000.00 Rata-rata

Kerugian

8,393,809.52 11,319,523.81

Standar

Deviasi 41.131.082,43 35.343.167,92 Interval

Rata-rata Kerugian 6.806.162,27 5.848.407,62 minus 110.707.171,07 152.624.925,71 Plus 124.319.495,60 164.32.740,95 Rayap Kayu

Kering Jumlah 427.967.500,00 594.787.000,00 Rata-rata

Kerugian

9,421,785.71 13,355,119.05

Standar

Deviasi 31.547.162,12 46.728.909,82 Interval

Rata-rata 5.220.263,89 7.732.462,26 minus 55.917.950,39 77.237.109,17 plus 66.358.478,18 92.702.033,69 Gabungan

RT+RKK Jumlah

779,907,500.00 1,069,335,000.00

Rata-rata Kerugian

18,569,226.19 25,460,357.14

Standar

Deviasi 72.678.244,55 52.577.317.44 Interval

Rata-rata Kerugian 12.026.426,16 160.357.387,98

Kerugian ekonomis pada bangunan SD dibandingkan dengan kerugian ekonomis perumahan rakyat di kecamatan labuhan dan kecamatan denai ( Siregar, 2007) didapat perbedaan yang sangat mencolok. Perumahan rakyat mengalami


(41)

kerugian sebesar Rp 22.432.950,00, bangunan SD mengalami kerugian sebesar Rp 779.907.500,00 untuk SK- Hutan dan Rp 1.069.335.000,00. Perbedaan ini diakibatkan harga bahan baku dan upah pekerja yang yang semakin meningkat dan dilakukan dalam ruang lingkup yang sangat sempit hanya 2 kecamatan.

Kerugian Ekonomis Untuk Setiap Komponen Bangunan

Tabel 5 menunjukan data kerugian ekonomis yang disebabkan serangan rayap pada komponen bangunan yang terbuat dari kayu dan merupakan objek pengamatan. Nilai kerugian yang disajikan adalah nilai kerugian total per jenis komponen untuk gabungan keseluruhan bangunan.

Tabel 5.Kerugian Ekonomis pada Berbagai Komponen Bangunan.

Komponen Bangunan

Jumlah Kerusakan

Harga SK Hutan Per

Unit BiayaKerusakan Dengan SK Hutan (Rp) Harga Meranti Per Unit Biaya Kerusakan Dengan Meranti (Rp)

Pintu 56

237.500,00 13.300.000,00

350.000,00

19.600.000,00

Jendela 8

490.000,00 3.920.000,00

610.000,00

4.880.000,00

Kuda-Kuda 20

12.500.000,00 250.000.000,00

17.000.000,00

340.000.000,00

Resplank 40

1.990.000,00 79.600.000,00

2.440.000,00

97.600.000,00

Kursi 862

135.000,00 116.370.000,00

199.000,00

171.538.000,00

Meja 752

300.000,00 225.600.000,00

436.000.00

327.872.000,00

Lemari 62

370.000,00 22.940.000,00

610.000,00

37.820.000,00

Kusen Pintu 55

575.500,00 31.652.500,00

600.000,00

33.000.000,00 Kusen

Jendela 72

450.000,00 32.400.000,00

450.000.,00

32.400.000,00

Papan Tulis 25

165.000,00 4.125.000,00

185.000,00

4.625.000,00

Tabel 5 menunjukan bahwa komponen bangunan seperti kursi, meja dan lemari merupakan komponen dengan jumlah terbanyak diserang rayap. Ini disebabkan komponen-komponen tersebut keberadaannya langsung kontak dengan tanah sehingga memudahkan rayap menyerang. Kursi merupakan


(42)

komponen terbanyak diserang rayap dengan jumlah 862 buah dan jika dikonversikan ke dalam rupiah maka kerugian kursi dengan jenis kayu SK Hutan sebesar Rp 116.370.000,00 dan Rp 171.538.00,00 untuk jenis Meranti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jusmalinda (1994) bahwa rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang.

Kusen pintu dan kusen jendela juga mengalami kerugian yang besar. Komponen-komponen ini terserang karena letaknya dekat dengan tanah dan statis (diam). Selain itu volume komponen yang besar juga mempengaruhi intensitas serangannya. Komponen-komponen kusen pintu dan jendela pada bangunan-bangunan ini memiliki volume yang lebih besar daripada bangunan-bangunan pada umumnya. Komponen-komponen yang dinamis seperti daun pintu dan daun jendela, menurut pengamatan selama penelitian jarang yang terkena serangan rayap tanah.


(43)

Sebaran Kerusakan Bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan

Jumlah bangunan SD Swasta di kota medan yang cukup banyak dan tersebar di setiap kecamatan. Penelitian ini mengambil masing-masing 2 bangunan sekolah sebagai sampel dari setiap kecamatan. Sebaran kerusakan bangunan SD ditujunjukan pada gambar 3.


(44)

Banyaknya pemakaian kayu sebagai komponen bangunan mengindikasikan bahwa peluang terjadinya serangan rayap menjadi lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % sampel penelitian yaitu 42 bangunan SD Swasta di Kota Medan terserang rayap dengan kerusakan sedang dan berat.

Dilihat dari bentuk konstruksinya, kemungkinan aksesibilitas rayap tanah melalui retakan-retakan pondasi dan lantai, selain itu dipermudah oleh struktur komponen tiang yang sejajar serat yang mempermudah bagi rayap tanah untuk membuat terowongan di dalam kayu lalu kepermukaan. Karena dari penampakan liang kembaranya, rayap memulai serangannya dari dalam kayu dengan liang kembara yang terpisah-pisah. Keretakan pada lantai dan pondasi pada bangunan-bangunan bersejarah dapat dimaklumi. Selain dari sejarah lahan yang merupakan bekas lahan perkebunan dan hutan yang kepadatan tanahnya tidak merata juga minimnya alat-alat konstruksi pada zaman dahulu. Jadi pemadatan tanah untuk tapak bangunan dilakukan secara manual. Pemadatan yang tidak sempurna dan merata menyebabkan terjadinya penurunan pada lantai sehingga terjadi retakan pada pondasi dan lantai.

Besarnya persentase kerusakan pada keseluruhan bangunan menjadikan besarnya kerugian ekonomis. Kerusakan tersebut disebabkan usia bangunan yang sudah tua dan tidak adanya tindakan pencegahan dan tindakan pengendalian bagi bangunan yang telah terserang mutlak sangat diperlukan untuk meminimalkan dan membatasi ruang gerak rayap.


(45)

Persentase kerusakan komponen bangunan SD Swasta di Kota Medan hasil penelitian ini di sajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Persentase Kerusakan Komponen Bangunan di Kota Medan

Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan Medan Amplas Taman siswa 17,66% Sedang

SD Al - Washliyah 1

- 33 29,55% Berat

Medan Tembung SD Markus 6,04% sedang SD Bakti Luhur 22% sedang Medan Perjuangan SD Haryono MT 4,40% ringan SD Nurul Huda 13,33% sedang Medan Timur SD Mardi Lestari 6,59% sedang

SD Muhamadiyah 32 15,82% sedang Medan Barat ST THOMAS 5 8,92% sedang Pendidikan Islam 12,53% sedang Medan Deli SD Dharma Wanita 10,67% sedang SD Masehi 11,70% sedang Medan Marelan SD Muhamadiyah 25,92% sedang SD Elida 21,9% Sedang Medan Labuhan SD Methodist 9,20% sedang SD Karang Sari 16,8% sedang Medan Belawan SD Dwi Warna 3 9,68% sedang

SD ALFALAH 9,4% sedang Medan Helvetia SD Nurul Azizi 0,422% ringan SD Dharma 13,97% sedang Medan Sunggal SD. GKPS 35,69% berat Hang Kesturi 9,36% sedang Medan Petisah Taman Siswa 16% sedang

Nurul Islam

Indonesia 12,63% sedang Medan Baru Gimin 5,50% sedang

SD.Betania 14,83% sedang Medan Selayang St. Antonius 17,41% sedang

Al wasliyah T.Deli 23,63% sedang Medan Tuntungan HKBP Pardamean 14,38% sedang Ummi Fatimah 18,27% sedang Medan Polonia SD.Nasrani V 13,58% sedang SD.Gultom 19,31% sedang Medan Maimun SD.Advent 11,08% sedang

GKPS 27,50% sedang

Medan Johor SD.PAB 66,75% berat SD.Arasyadiah 12,67% sedang Medan Kota SD.Al Ikhwan 12,42% sedang Hosana 6,09% sedang Medan Area SD.Arridha 46,61% sedang SD.Tri bakti 19,13% berat Medan Denai St.Paulus 7,52% sedang


(46)

Seluruh Bangunan SD Swasta di Kota Medan yang telah disurvei dan diteliti umumnya telah mengalami kerusakan ringan sampai berat. (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan karakteristik kerusakan menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan kriteria: rusak ringan (kerusakan < 5%) dianggap tidak perlu dilakukan penggantian, rusak sedang (5 - 20%) dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan rusak berat (kerusakan > 20%) perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan. Persentase kerusakan yang didapat merupakan persentase total setiap komponen bangunan per total komponen bangunan. Bangunan yang diteliti mempunyai sebelas komponen yang terbuat dari kayu antara lain: kursi, meja, papan tulis, lemari, lisplang, kuda-kuda, pintu, jendela tidak berdaun, jendela berdaun, kusen pintu dan kusen jendela.

Tingkat kerusakan ini dipengaruhi dengan usia bangunan yang relatif sudah tua. Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh pihak yayasan berbeda pada setiap sampel karena kepemilikan bangunan yang berbeda. Yayasan yang memiliki dana pemeliharaan yang besar relatif mengalami kerugian ekonomis yang kecil, jika dibandingkan dengan yayasan yang memilik dana pemeliharaan yang relatif kecil.


(47)

Pada gambar 4 dapat dilihat sebaran kerusakan dengan tingkat kerusakan yang bervariasi pada setiap sampel yang dilakukan inspeksi bangunan di Kota Medan


(48)

Gambar 5, menunjukan tingkat kerusakan yang terjadi di seluruh sampel yang dilakukan penelitian. Dengan kriteria dari kerusakan ringan sampai berat.

7.14% 69.04%

21.42%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

berat sedang ringan

Jenis kerusakan

P

er

sen

tase ker

u

sakan

berat sedang ringan

Gambar 5. Histogram Persentase Kerusakan Bangunan

Gambar 5 menunjukkan bahwa 42 bangunan SD Swasta di Kota Medan didominasi kerusakan sedang. Sebanyak 29 bangunan sekolah mengalami kerusakan sedang (5 - 20%) atau sebesar 69,04%. Selebihnya, 9 bangunan sekolah mengalami kerusakan berat ( > 20%) atau sebesar 21,04 %. Sedangkan sekolah yang mengalami kerusakan ringan (0 - 5%) ada 3 sekolah sebesar atau 7,14%. Perbedaan tingkat kerusakan bangunan sekolah tersebut disebabkan oleh usia perbaikan sekolah yang tidak sama.

Jenis Rayap Perusak Kayu

Menurut Prasetyo dan Yusuf (2004) salah satu bagian tubuh yang umum digunakan untuk identifikasi (penentuan jenis) yaitu bidang dorsal thorax yang memiliki bentuk beragam. Pada saat penelitian, tidak semua bangunan yang mengalami kerusakan ditemukan serangga perusaknya. Hal ini kemungkinan disebabkan serangannya sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain. Namun bekas-bekas serangannya masih dapat ditemukan dan ditandai. Jalur-jalur


(49)

liang kembara yang ditemukan pada umumnya belum rusak. Begitu juga dengan komponen yang terserang rayap kayu kering, eksremen-eksremen masih dapat ditemukan karena banyak komponen yang terserang belum mengalami penggantian. Selebihnya identifikasi diketahui dengan melihat bekas serangannya dan mencocokkannya dengan identifikasi yang dilakukan karena baik pola maupun tanda-tanda serangannya relatif sama. Tanpa bantuan alat seperti mikroskop, sebenarnya sudah dapat ditentukan spesies rayapnya. Rayap tanah yang ditemukan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu namun lengket apabila liang kembara dibongkar. Hal ini ditemukan pada semua rayap tanah yang berhasil ditemukan. Rayap dengan pertahanan diri seperti ini adalah rayap jenis Macrotermes spp. Rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus Light menyerang komponen kayu yang tidak diawetkan. Serangan rayap dari genus Cryptotermes spp famili Kalotermitidae ini ditandai dengan adanya eksremen-eksremen pada komponen kayu yang diserang.

Rayap kayu kering Eksremen-eksremen rayap

Gambar 6. Jenis rayap perusak kayu yang ditemukan. (A) Cryptotermes cynocephalus

Light dan (B) Macrotermes gilvus Hagen


(50)

Serangan tidak tampak secara visual, karena serangannya berada di permukaan kayu. Rayap jenis ini membuat terowongan atau liang kembara di dalam kayu, sehingga kayu yang diserang kelihatan utuh dari luar namun apabila ditekan sedikit saja akan rusak. Untuk menemukan serangannya dilakukan pemeriksaan satu persatu terhadap komponen bangunan yang terbuat dari kayu. Rayap jenis ini dapat hidup dalam kondisi kelembaban dan ketersediaan air yang rendah. Walaupun begitu tetap dilakukan identifikasi terhadap spesimen rayap yang ditemukan dan dikumpulkan dari bangunan sekolah dasar swasta yang disurvei (didalam bangunan maupun disekitar bangunan) dengan menggunakan kunci determinasi dari Nandika dkk., (2003).

Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai. Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat, getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk mencapai ke komponen sasaran. Letak liang kembara pada umumnya ditemukan disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari perhatian pemilik bangunan.

Gambar 7 menunjukan sebaran jenis rayap yang menyerang pada setiap sampel yang dilakukan inspeksi. Jenis rayap Cryptotermes cynocephalus Light dan Macrotermes gilvus Hagen merupakan jenis rayap yang menyerang bangunan SD swasta di Kota Medan


(51)

(52)

Tindakan Pengendalian

Umumnya tingkat kesadaran pengguna bangunan terhadap serangan rayap belum begitu tinggi. Ini terlihat dari minimnya tindakan yang diambil untuk menyikapi serangan rayap yang terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang rayap dapat diketahui dari reaksi banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada peneliti selama melakukan survei. Kesalahan persepsi pengguna bangunan hanya mengganti komponen yang rusak dengan yang baru dan menumpuknya disekitar bangunan tanpa perlakuan lebih lanjut yang mengakibatkan serangan rayap terus berlanjut.

Kesadaran masyarakat Kota Medan menggunakan jasa pengendali hama (pest control) mengalami peningkatan lima tahun terakhir. Namun hasil survey yang dilakukan, diketahui dari 42 bangunan sekolah dasar swasta di kota medan tidak ada bangunan yang mendapat perlakuan oleh pest control. Perlakuan anti rayap yang digunakan adalah dengan system konvensional atau injeksi bahan kimia. Tindakan lain yang dominan adalah dengan mengganti komponen yang rusak atau mengganti dengan kontruksi beton.

Pola Serangan Rayap

Aksesibilitas rayap tanah (subteran) pada bangunan SD Swasta di Kota Medan melalui celah-celah atau retakan pada pondasi, dinding, tiang atau lantai. Retakan atau celah ini dapat terjadi akibat adonan semen yang kurang padat, getaran, ataupun usia. Serangan rayap tanah ditandai dengan adanya liang-liang kembara yang menempel pada lantai, dinding dan lisplang sebagai saluran untuk mencapai ke komponen sasaran. Letak liang kembara pada umumnya ditemukan


(53)

disudut-sudut tembok dan lantai yang gelap, sehingga biasanya luput dari perhatian pemilik bangunan. Dominasi serangan rayap tanah pada bangunan SD Swasta di Kota Medan disebabkan kondisi bangunan yang lembab dan pencahayaan yang kurang, sehingga kerugian akibat serangan rayap tanah lebih besar dari rayap kayu kering. Gambar 8 memperlihatkan letak liang kembara pada kusen jendela.

Bekas Liang kembara

Gambar 8. Liang Kembara Pada Kusen Jendela

Model Penduga Kerugian Ekonomis

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu Meranti Y = 2.105.666 + 992.810 * usia bangunan, sedangkan Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu SK-Hutan Y = 1.132.665 + 741.230 * usia bangunan

Model regresi menunjukkan bahwa usia perbaikan mempengaruhi besarnya kerugian ekonomis menggunakan standar harga kayu Sk-hutan. Model penduga menunjukkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap menggunakan standar harga kayu Sk-hutan mengalami kenaikan sebesar Rp 992.810,00 yang setiap pertambahan 1 tahun usia perbaikan. Besarnya kerugian


(54)

ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan SD Swsta dengan menggunakan standar harga kayu meranti mengalami kenaikan sebesar Rp 741.320,00 untuk setiap pertambahan 1 tahun usia perbaikan.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa rayap tanah maupun rayap kayu kering tidak menyerang semua komponen bangunan Sekolah Dasar Swasta di Kota Medan. Rayap tanah menyerang komponen lemari, lisplang dan kuda-kuda atap. Sedangkan rayap kayu kering menyerang komponen-komponen seperti daun pintu, kusen pintu, daun jendela, meja dan kursi

Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 42 bangunan SD Swasta di Kota Medan untuk jenis kayu Sk-hutan sebesar Rp 779.907.500.00 dan kayu meranti sebesar Rp 1.069.335,00. Terdapat 2 jenis rayap yang ditemukan yaitu rayap tanah (Macrotermes gilvus Hagen) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Kerugian terbesar diakibatkan oleh serangan rayap tanah yaitu Rp 225.600.000,00 dan Rp 327.872.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan

kayu meranti. Serangan rayap tanah mengalami kerugian sebesar

Rp250.000.000,00 dan Rp 340.000.000,00 untuk jenis kayu Sk-hutan dan kayu meranti.

Saran

Diperlukan perhatian dan campur tangan pemerintah dalam menjaga dan merawat bangunan SD Swasta dengan cara terus melakukan peninjauan berkala mengingat kegunaan bangunan tersebut sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar. Perlu dilakukan perbaikan terhadap bangunan SD Swasta di Kota Medan. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan objek yang berbeda untuk lebih


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi terhadap Serangan Organisme Perusak Kayu. Kolokium & Open House Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta. BPS Kota Medan, 2008. Medan Dalam Angka 2008. Medan.

Dinas Pendidikan Kota Medan, 2008. Sekolah Dasar Di Kota Medan. Medan. Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hakim, L., Hartono R., Iswanto A.H dan Nasution R.H. 2005. Jenis-jenis Rayap Yang Menyerang Gedung Bertingkat Di Kota Medan. Peronema Forest Science Vol. 2, No. 1 April 2006.

Hakim, L. Hartono R, Iswanto A.H, dan Muharomi O. 2006. Analisis Kerugian Ekonomis Akibat serangan rayap Pada 15 Bangunan bersejarah Di Kota Medan. Majalah Ilmiah vegetasi volume 2, No. 2 Mei-Agustus 2009.

Hasan, T. 1983. Rayap dan Pemberantasannnya (Penanggulangan dan Pencegahan). Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa. Jakarta.

Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Rakyat Di Tiga Kecamatan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Lippsmeier, G. 1994. Bangunan Tropis. Edisi ke-2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Nandika, D., Rismayadi, Y dan Diba, F. 2003. Rayap Biologi dan

Pengendaliannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Nandika, D. 2003. Giat Kembangkan Teknologi Antirayap. Available at: http://www.arnidaambar.com/mydocs/rayap.htm. Diakses: 05 November 2008.

Nuryawan, A dan Prasetyo, A. 2005. Penentuan Mutu kayu Bangunan Dengan system Pakar. Peronema Science journal volume 1, No. 1 April 2005. Prasetyo, K.W dan Yusuf, S. 2004. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara


(57)

Rakhmawati, D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Rismayadi, Y. 2002. Cara Hindari Rayap. Available at: http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/2/2/i2.html. Diakses: 05 November 2008.

Rismayadi, Y. 2003. Dunia Kehidupan Rayap. Available at: com/users/rudyct/PPs702/YUDI.htm. Diakses: 05 November 2008.

Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UNWIM. Jatinangor. Tidak Dipublikasikan.

Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Available at: \’KehutananWeb\’Internet File Kehutanan\Status Pengawetan Kayu.htm. diakses: 22 Oktober 2008.

Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas. Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipulikasikan.

Siregar A. Z dan Batubara R. 2007. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap terhadap Bangunan Rumah Masyarakat Pada Dua kecamatan. Jurnal Biologi Sumatera Vol. 2, No. 2 Juli 2007.

Sitorus, O. R. 2009. Jenis dan Harga Kayu Komersial serta Produk Kayu Olahan pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Medan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian. Medan.

Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung. Suranto, Y. 2002. Pengawetan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

Tarumingkeng, R. C. 2003. Kerugian Akibat Rayap di DKI Rp 2,6 Triliun/Tahun. Available at: http://www.properti.net/berita. Diakses: 05 November 2008


(58)

Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta Di Kota Medan

Kecamatan Medan Tembung

Nama Sekolah : SD SWASTA HKBP PARDAMEAN

Alamat : Jl. Taduan No 94

Tahun Berdiri : 1983

Tahun Perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 525 m²

Luas Areal Bangunan : 700 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Ummi Fatimah

Alamat : Jl. Tuasan No 87

Tahun Berdiri : 1985

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 850 m²

Luas Areal Bangunan : 1000 m²

Jumlah Kelas : 11kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Amplas

Nama Sekolah : St. Antonius

Alamat : Jl. Sisingamangaraja KM. 11 No 68

Tahun Berdiri : 1980

Tahun Perbaikan : 2005

Luas Bangunan : 975 m²

Luas Areal Bangunan : 1250 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Al wasliyah T.Deli

Alamat : Jl. Pertahanan NO 46

Tahun Berdiri : 1985

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 600 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Deli

Nama Sekolah : SD.Al Ikhwan

Alamat : Jl. Rumah Potong


(59)

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 512 m²

Luas Areal Bangunan : 1890 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Hosana

Alamat : Jl. Metal

Tahun Berdiri : 1989

Tahun perbaikan : 2008

Luas Bangunan : 475 m²

Luas Areal Bangunan : 850 m²

Jumlah Kelas : 11kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Baru

Nama Sekolah : ST THOMAS 5

Alamat : Jl. Mataram

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 650 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Nama Sekolah : PENDIDIKAN ISLAM

Alamat : Jl. Letjend Jamin Ginting

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2004

Luas Bangunan : 350 m²

Luas Areal Bangunan : 425 m²

Jumlah Kelas : 7 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Kecamatan Medan Kota

Nama Sekolah : SD. GKPS

Alamat : Jl. Stadion Teladan

Tahun Berdiri : 1987

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 325 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : 4 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan

Nama Sekolah : Hang Kesturi

Alamat : Jl. Sutomo

Tahun Berdiri : 1987

Tahun perbaikan : 2002


(60)

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Maimun

Nama Sekolah : SD DWI WARNA 3

Alamat : Jl. Teratai

Tahun Berdiri : 1989

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 375 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : 7 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD ALFALAH

Alamat : Jl. H Juanda Baru No 56

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 320 m²

Luas Areal Bangunan : 475 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Area

Nama Sekolah : Taman Siswa

Alamat : Jl. Amplas No 17

Tahun Berdiri : 1988

Tahun perbaikan : 2000

Luas Bangunan : 360 m²

Luas Areal Bangunan : 425 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : Nurul Islam Indonesia

Alamat : Jl. Megawati No 20 B

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 600 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Johor

Nama Sekolah : SD Nurul Azizi

Alamat : Jl. Suka Elok No 10

Tahun Berdiri : 2003

Tahun perbaikan : 2009

Luas Bangunan : 457 m²

Luas Areal Bangunan : 550 m²

Jumlah Kelas : 13 kelas


(61)

Nama Sekolah : SD Dharma

Alamat : Jl. Karya Sehati

Tahun Berdiri : 1986

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 325 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Polonia

Nama Sekolah : SD METHODIST

Alamat : Jl. Hang Tuah No 4

Tahun Berdiri : 1975

Tahun perbaikan : 1998

Luas Bangunan : 850 m²

Luas Areal Bangunan : 950 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD KARANG SARI

Alamat : Jl. Mawar NO 9

Tahun Berdiri : 1986

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 450 m²

Luas Areal Bangunan : 600 m²

Jumlah Kelas : 9 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Tuntungan

Nama Sekolah : SD MUHAMADIYAH

Alamat : Jl. Sawit Raya

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 375 m²

Luas Areal Bangunan : 425 m²

Jumlah Kelas : 5 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD ELIDA

Alamat : Jl. Flamboyan Raya

Tahun Berdiri : 1998

Tahun perbaikan : 2000

Luas Bangunan : 650 m²

Luas Areal Bangunan : 875 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas


(62)

Kecamatan Medan Petisah

Nama Sekolah : SD MARDI LESTARI

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No 76

Tahun Berdiri : 1987

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 1025 m²

Luas Areal Bangunan : 1300 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD MUHAMADIYAH 32

Alamat : Jl. Mistar

Tahun Berdiri : 1988

Tahun perbaikan : 2000

Luas Bangunan : 375 m²

Luas Areal Bangunan : 450 m²

Jumlah Kelas : 7 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Helvetia

Nama Sekolah : SD MARKUS

Alamat : Jl. Kapten Muslim

Tahun Berdiri : 1990

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 1211m²

Luas Areal Bangunan : 1300 m²

Jumlah Kelas : 12 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD BAKTI LUHUR

Alamat : Jl. Bakti Luhur

Tahun Berdiri : 1994

Tahun perbaikan : 2002

Luas Bangunan : 225 m²

Luas Areal Bangunan : 300 m²

Jumlah Kelas : 5 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Timur

Nama Sekolah : SD.Advent

Alamat : Jl. Veteran

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2005

Luas Bangunan : 575 m²

Luas Areal Bangunan : 650 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas


(63)

Nama Sekolah : GKPS

Alamat : Jl. Mapilindo No 21

Tahun Berdiri : 1984

Tahun perbaikan : 2003

Luas Bangunan : 475 m²

Luas Areal Bangunan : 500 m²

Jumlah Kelas : 5 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Kecamatan Medan Belawan

Nama Sekolah : Taman siswa

Alamat : Jl. Selebes

Tahun Berdiri : 1961

Tahun perbaikan : 1994

Luas Bangunan : 383 m²

Luas Areal Bangunan : 652 m²

Jumlah Kelas : 8 kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Rawa

Nama Sekolah : SD Al - Washliyah 1 - 33

Alamat : Jl. Kakap

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 1996

Luas Bangunan : 558 m²

Luas Areal Bangunan : 650 m²

Jumlah Kelas : 9kelas

Asal-usul Areal Bangunan : Rawa

Kecamatan Medan Perjuangan

Nama Sekolah : SD.Nasrani V

Alamat : Jl. Sehati/Pendidikan No 68

Tahun Berdiri : 1984

Tahun perbaikan : 2000

Luas Bangunan : 650 m²

Luas Areal Bangunan : 800 m²

Jumlah Kelas : 12

Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

Nama Sekolah : SD.Gultom

Alamat : Jl. Pelita I No 44

Tahun Berdiri : 1980

Tahun perbaikan : 2001

Luas Bangunan : 425 m²

Luas Areal Bangunan : 500 m²

Jumlah Kelas : 6 kelas


(1)

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 JUMLAH KELAS , Usia

perbaikan, BUFER DSITANCE, LUAS TANAH, Usia bangunan, LUAS BANGUNAN(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .745(a) .555 .479 10955522.46192

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , Usia perbaikan, BUFER DSITANCE, LUAS TANAH, Usia bangunan, LUAS BANGUNAN

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 524786136 7167920.00 0

6 874643561194

654.000 7.287 .000(a) Residual 420082153

4474932.00 0

35 120023472413

569.500

Total 944868290 1642850.00 0

41

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , Usia perbaikan, BUFER DSITANCE, LUAS TANAH, Usia bangunan, LUAS BANGUNAN

b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 6606027.6

28

8049735.7

36 .821 .417

Usia bangunan 981590.68 1

195766.46

8 .714 5.014 .000

Usia perbaikan

-46175.927

632677.92

8 -.010 -.073 .942

BUFER DSITANCE 5221.461 5361.942 .114 .974 .337 LUAS BANGUNAN -288.847 10510.486 -.005 -.027 .978 LUAS TANAH -1699.387 5662.741 -.053 -.300 .766

JUMLAH KELAS

-574587.04 0

711272.31

5 -.111 -.808 .425


(2)

lampiran 7. (lanjutan )

Hasil Output SK Meranti Dengan 5 Variabel

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 JUMLAH KELAS ,

BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH, LUAS BANGUNAN(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .745(a) .555 .494 10803112.81627

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH, LUAS BANGUNAN

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 524722202

6883530.0 00

5 1049444405376706.000 8.992 .000(a) Residual 420146087

4759323.0 00

36 116707246521

092.300

Total 944868290 1642850.0 00

41

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH, LUAS BANGUNAN

b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 6498289.3

85

7803140.7

91 .833 .410

Usia bangunan 973745.84 7

161343.23

9 .709 6.035 .000

BUFER DSITANCE 5233.149 5284.990 .114 .990 .329 LUAS BANGUNAN -443.919 10150.290 -.008 -.044 .965


(3)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 JUMLAH KELAS ,

BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .745(a) .555 .507 10656407.92195

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 524699879 9077130.00 0

4 1311749699769284.000 11.551 .000(a) Residual 420168410

2565721.00 0

37 113559029799

073.500

Total 944868290 1642850.00 0

41

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan, LUAS TANAH b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 6512331.1

73

7690656.7

37 .847 .403

Usia bangunan 974335.59 4

158595.38

9 .709 6.144 .000

BUFER DSITANCE 5209.315 5185.428 .114 1.005 .322 LUAS TANAH -1772.079 3897.969 -.055 -.455 .652

JUMLAH KELAS

-591742.30 3

605281.97

3 -.115 -.978 .335


(4)

lampiran 7. (lanjutan )

Hasil Output SK Meranti Dengan 3 Variabel

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 JUMLAH KELAS ,

BUFER DSITANCE, Usia bangunan(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .744(a) .553 .518 10544584.54346

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 522352890

0260550.0 00

3 174117630008

6850.000 15.660 .000(a) Residual 422515400

1382306.0 00

38 111188263194

271.200

Total 944868290 1642850.0 00

41

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , BUFER DSITANCE, Usia bangunan b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 5611767.7

41

7353178.9

45 .763 .450

Usia bangunan 991754.57 6

152282.42

9 .722 6.513 .000

BUFER DSITANCE 4837.519 5066.798 .105 .955 .346

JUMLAH KELAS

-678479.04 5

568398.03

1 -.131 -1.194 .240


(5)

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 JUMLAH KELAS , Usia

bangunan(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .736(a) .542 .519 10532619.84069

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , Usia bangunan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5122175754

014660.000 2

2561087877007

331.000 23.086 .000(a) Residual 4326507147

628196.000 39

1109360807084

15.300

Total 9448682901

642850.000 41

a Predictors: (Constant), JUMLAH KELAS , Usia bangunan b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 8928979.9

61

6473198.0

61 1.379 .176

Usia bangunan 968166.11 4

150094.36

1 .704 6.450 .000

JUMLAH KELAS

-740763.49 9

564001.25

7 -.143 -1.313 .197


(6)

lampiran 7. (lanjutan )

Hasil Output SK Meranti Dengan 1 Variabel

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Usia bangunan(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: SK MERANTI

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .722(a) .522 .510 10627648.20163

a Predictors: (Constant), Usia bangunan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 493080664 9736280.00 0

1 493080664973

6280.000 43.656 .000(a) Residual 451787625

1906570.00 0

40 112946906297

664.300

Total 944868290 1642850.00 0

41

a Predictors: (Constant), Usia bangunan b Dependent Variable: SK MERANTI

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 2105666.1

46

3896575.6

38 .540 .592

Usia bangunan 992810.75 1

150260.43

9 .722 6.607 .000