Kajian Ekonomis Serangan Rayap Di Beberapa Perumahan Kota Medan

(1)

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DI

BEBERAPA PERUMAHAN KOTA MEDAN

HASIL PENELITIAN

OLEH :

DICKY RIZKY INDRAWAN 031203007/ Teknologi Hasil Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

Lembar Pengesahan

Judul Usulan : Kajian Ekonomis Serangan Rayap Di Beberapa Perumahan Kota Medan

NAMA : DICKY RIZKY INDRAWAN NIM : 031203007

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Prof.Dr.Ir.Darma Bakti,MS Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P NIP. 131 573 968 NIP. 132 296 841

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S NIP. 132 287 853


(3)

ABSTRACT

Sum up the resident which progressively mount to cause the residence requirement will mount, so that narrow environmental also and place live the white ants which can cause the economic loss at housing building. this Research target is to know the level of economic loss effect of attack creep at housing in two region of Medan City and know the type of white ants groaning housing building in two region of Medan City. Research Object there is 4 housing, that is Housing of Johor Permai and Citra Wisata in Subdistrict of Medan Johor and Housing of Pemda I and Insan Citra Griya in Subdistrict of Medan Selayang. Economic Loss effect of attack creep in two region of Medan City is Rp 4.386.828,46. Economic loss effect of attack creep in Housing of Johor Permai is Rp 1.586.753,04. Economic loss effect of attack creep in Housing of Citra Wisata is Rp 243.408,95. Economic loss effect of attack creep in Housing of Pemda I is Rp 854.756,15. Economic loss effect of attack creep in Housing of Insan Citra Griya is Rp 1.701.910,32. There is two type of white ants groaning housing in Subdistrict of Medan Johor and Medan Selayang that is Macrotermes gilvus from set of relatives of Termitidae and Cryptotermes cynocephalus from set of relatives Kalotermitidae


(4)

ABSTRAK

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal meningkat, sehingga menyempit pula lingkungan dan tempat hidup rayap yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada bangunan perumahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada perumahan di dua wilayah Kota Medan dan mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan perumahan di dua wilayah Kota Medan. Objek penelitian ada 4 perumahan, yaitu Perumahan Johor Permai dan Citra Wisata di Kecamatan Medan Johor dan Perumahan Pemda I dan Insan Citra Griya di Kecamatan Medan Selayang. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di dua wilayah Kota Medan adalah Rp 4.386.828,46. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Johor Permai adalah Rp 1.586.753,04. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Citra Wisata adalah Rp 243.408,95. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Pemda I adalah Rp 854.756,15. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Insan Citra Griya adalah Rp 1.701.910,32. Ada dua jenis rayap yang menyerang perumahan di Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang yaitu Macrotermes gilvus dari famili Termitidae dan Cryptotermes cynocephalus dari famili Kalotermitidae.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Oktober 1984 dari Ayah Indra Mardi, SE dan Ibu Darmiati. Penulis merupakan putra kedua dari 3 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2003 melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi Asisten praktikum mata kuliah Anatomi Kayu, Fisika Kayu, dan Pengawetan Kayu. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Musi Hutan Persada Muara Enim Sumatera Selatan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian

Ekonomis Serangan Rayap Di Beberapa Perumahan Kota Medan”

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan Program Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan serta dari kesempurnaan. Namun penulis selalu berbesar hati menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluargaku tercinta Ayahanda Indra Mardi,SE , Ibunda Darmiati, Abangda Ardian Indrawan, Adinda Indri Amelia yang telah memberikan do’a, motivasi, serta dukungan moril maupun materil yang diberikan dengan ikhlas sampai saat ini.

2. Keluarga besar Almarhum. Azis Atar dan Almarhum Bustami yang telah banyak mendukung dalam penulisan skripsi ini.

3. Dosen-dosen pembimbing ; Bapak Prof.Dr.Ir.Darma Bakti,MS sebagai pembimbing I, Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis. 4. Bapak Ketua Departemen Kehutanan: Bapak Dr. Edy Batara Mulya Siregar,

SP, MS.

5. Dosen-dosen serta para staf dan karyawan Departemen Kehutanan yang telah banyak membantu penulis.

6. Teman-teman di program studi Teknologi Hasil Hutan yang telah memberikan pelajaran berharga bagi penulis selama di kampus tercinta.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.


(7)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membaca pada umumnya.

Medan, 16 Juni 2008


(8)

ABSTRACT

Sum up the resident which progressively mount to cause the residence requirement will mount, so that narrow environmental also and place live the white ants which can cause the economic loss at housing building. this Research target is to know the level of economic loss effect of attack creep at housing in two region of Medan City and know the type of termite groaning housing building in two region of Medan City. Research Object there is 4 housing, that is Housing of Johor Permai and Citra Wisata in Subdistrict of Medan Johor and Housing of Pemda I and Insan Citra Griya in Subdistrict of Medan Selayang. Economic Loss effect of attack creep in two region of Medan City is Rp 4.386.828,46. Economic loss effect of attack creep in Housing of Johor Permai is Rp 1.586.753,04. Economic loss effect of attack creep in Housing of Citra Wisata is Rp 243.408,95. Economic loss effect of attack creep in Housing of Pemda I is Rp 854.756,15. Economic loss effect of attack creep in Housing of Insan Citra Griya is Rp 1.701.910,32. There is two type of termite groaning housing in Subdistrict of Medan Johor and Medan Selayang that is Macrotermes gilvus from set of relatives of Termitidae and Cryptotermes cynocephalus from set of relatives Kalotermitidae


(9)

ABSTRAK

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal meningkat, sehingga menyempit pula lingkungan dan tempat hidup rayap yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada bangunan perumahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada perumahan di dua wilayah Kota Medan dan mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan perumahan di dua wilayah Kota Medan. Objek penelitian ada 4 perumahan, yaitu Perumahan Johor Permai dan Citra Wisata di Kecamatan Medan Johor dan Perumahan Pemda I dan Insan Citra Griya di Kecamatan Medan Selayang. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di dua wilayah Kota Medan adalah Rp 4.386.828,46. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Johor Permai adalah Rp 1.586.753,04. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Citra Wisata adalah Rp 243.408,95. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Pemda I adalah Rp 854.756,15. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Insan Citra Griya adalah Rp 1.701.910,32. Ada dua jenis rayap yang menyerang perumahan di Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang yaitu Macrotermes gilvus dari famili Termitidae dan Cryptotermes cynocephalus dari famili Kalotermitidae.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Oktober 1984 dari Ayah Indra Mardi, SE dan Ibu Darmiati. Penulis merupakan putra kedua dari 3 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2003 melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi Asisten praktikum mata kuliah Anatomi Kayu, Fisika Kayu, dan Pengawetan Kayu. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Musi Hutan Persada Muara Enim Sumatera Selatan.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian Ekonomis Serangan Rayap Di Beberapa Perumahan Kota Medan”

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan Program Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan serta dari kesempurnaan. Namun penulis selalu berbesar hati menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluargaku tercinta Ayahanda Indra Mardi, SE , Ibunda Darmiati, Abangda Ardian Indrawan, Adinda Indri Amelia yang telah memberikan do’a, motivasi, serta dukungan moril maupun materil yang diberikan dengan ikhlas sampai saat ini.

2. Keluarga besar Almarhum. Azis Atar dan Almarhum Bustami yang telah banyak mendukung dalam penulisan skripsi ini.

3. Dosen-dosen pembimbing ; Bapak Prof.Dr.Ir.Darma Bakti,MS sebagai pembimbing I, Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.

4. Bapak Ketua Departemen Kehutanan: Bapak Dr. Edy Batara Mulya Siregar, SP, MS.

5. Dosen-dosen serta para staf dan karyawan Departemen Kehutanan yang telah banyak membantu penulis.

6. Teman-teman di program studi Teknologi Hasil Hutan yang telah memberikan pelajaran berharga bagi penulis selama di kampus tercinta.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.


(12)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membaca pada umumnya.

Medan, 16 Juni 2008


(13)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Rayap ... 4

Klasifikasi Rayap di Indonesia ... 8

Kerugian Akibat Serangan Rayap ... 12

Perlindungan Bangunan Terhadap Serangan Rayap ... 13

METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian... 15

Bahan dan Alat ... 15

Batasan Studi ... 15

Penentuan Rumah Contoh ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan Data ... 18

Identifikasi Rayap ... 20

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kota Medan ... 21

B. Kondisi Umum Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang ... 22

C. Kondisi Umum Perumahan Johor Permai, Citra Wisata, Pemda I, dan Insan Citra Griya ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Contoh ... 26

Pola Serangan Rayap ... 34

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap ... 37

A. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Masing-masing Lokasi Penelitian ... 37

B. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur ... 40


(14)

C. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah

dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi .... … 43

Jenis Rayap Perusak Bangunan ... 48

Tindakan Pengendalian ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(15)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Karakteristik Umur Bangunan, Luas bangunan,

Tipe Bangunan Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Johor

dan Kecamatan Medan Selayang ...26 2. Karakteristik Sumber Air, Drainase Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan

Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang ...28 3. Karakteristik Kepadatan Pemukiman, Penerimaan Sinar Matahari,

Pembuangan Sampah pada Lokasi Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang ...29 4. Karakteristik Jenis Atap Serta Jenis Kayu yang Digunakan Rumah Contoh di

Wilayah Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan

Medan Selayang ...31 5. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada

Masing- Masing Lokasi Penelitian ...37 6. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi

pada Berbagai Kelas Umur ...40 7. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap

Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi ...44 8. Rangkuman Kerugian Akibat Serangan Rayap Di Dua Wilayah Kota Medan

...47 9. Jenis Rayap Perusak Kayu pada Masing-masing Lokasi Penelitian………...50


(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Bangunan Asli Dan Bangunan Yang Sudah Direnovasi ...33

2. Liang Kembara Yang Ada Pada Komponen Tiang Rumah ...35

3. Kayu Plafon Yang Diserang Oleh Rayap Tanah ...36

4. Butiran Ekskremen Yang Dihasilkan Rayap Kayu Kering ...36

5. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Masing – Masing Komponen Pada Berbagai Kelas Umur ...42

6. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering Pada Tiap – Tiap Konstruksi ...45

7. Pemancingan Rayap Menggunakan Kayu Rambung ...49

8. Bentuk Tubuh Kasta Prajurit Rayap Macrotermes gilvus ...46


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. KunciPengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003) ... 53 2. Daftar Harga Kayu Olahan ... 57 3. Contoh Perhitungan Tingkat Serangan Rayap dan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap ... …. 61 4. Contoh Perhitungan Standart Deviasi ... 62 5. Karakteristik Rumah Contoh ... 68 6. Kerugian Ekonomis Tiap Jenis Konstruksi Akibat Serangan

Rayap pada Tiap-Tiap Rumah Contoh ... 72 7. Data Responden Pada Masing – Masing Lokasi Penelitian ... 82


(18)

ABSTRACT

Sum up the resident which progressively mount to cause the residence requirement will mount, so that narrow environmental also and place live the white ants which can cause the economic loss at housing building. this Research target is to know the level of economic loss effect of attack creep at housing in two region of Medan City and know the type of termite groaning housing building in two region of Medan City. Research Object there is 4 housing, that is Housing of Johor Permai and Citra Wisata in Subdistrict of Medan Johor and Housing of Pemda I and Insan Citra Griya in Subdistrict of Medan Selayang. Economic Loss effect of attack creep in two region of Medan City is Rp 4.386.828,46. Economic loss effect of attack creep in Housing of Johor Permai is Rp 1.586.753,04. Economic loss effect of attack creep in Housing of Citra Wisata is Rp 243.408,95. Economic loss effect of attack creep in Housing of Pemda I is Rp 854.756,15. Economic loss effect of attack creep in Housing of Insan Citra Griya is Rp 1.701.910,32. There is two type of termite groaning housing in Subdistrict of Medan Johor and Medan Selayang that is Macrotermes gilvus from set of relatives of Termitidae and Cryptotermes cynocephalus from set of relatives Kalotermitidae


(19)

ABSTRAK

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal meningkat, sehingga menyempit pula lingkungan dan tempat hidup rayap yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada bangunan perumahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada perumahan di dua wilayah Kota Medan dan mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan perumahan di dua wilayah Kota Medan. Objek penelitian ada 4 perumahan, yaitu Perumahan Johor Permai dan Citra Wisata di Kecamatan Medan Johor dan Perumahan Pemda I dan Insan Citra Griya di Kecamatan Medan Selayang. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di dua wilayah Kota Medan adalah Rp 4.386.828,46. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Johor Permai adalah Rp 1.586.753,04. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Citra Wisata adalah Rp 243.408,95. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Pemda I adalah Rp 854.756,15. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Perumahan Insan Citra Griya adalah Rp 1.701.910,32. Ada dua jenis rayap yang menyerang perumahan di Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang yaitu Macrotermes gilvus dari famili Termitidae dan Cryptotermes cynocephalus dari famili Kalotermitidae.


(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal meningkat. Hal ini menyebabkan semakin pesatnya pembukaan lahan untuk perumahan, semakin menyempitnya lingkungan dan komunitas hidup rayap. Akibatnya rayap dapat menjadi suatu bahaya yang besar dan potensial terhadap bangunan baik perumahan maupun gedung.

Kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan tidak terbatas pada komponen – komponen bangunan dari bahan kayu saja, melainkan juga merusak komponen – komponen lain terutama yang terbuat dari bahan organik yang mengandung selulosa. Sebagai perusak bangunan, rayap akhir – akhir ini mendapat perhatian yang cukup serius dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor, dan bangunan gedung lainnya sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Namun demikian kehadiran serangga kecil dan bertubuh lunak tersebut sering dianggap remeh, padahal akibat serangannya dapat berakibat fatal, baik ditinjau dari segi konstruksi bangunan, maupun keselamatan penghuninya.

Kerugian akibat rayap pada tahun 1998 mencapai 1,6 trilyun, itu pun yang dihitung hanya kayu dan belum termasuk tenaga kerja dan ongkos untuk mengganti kerusakan yang ditimbulkan. Penelitian lain menyebutkan bahwa kerugian ekonomis yang dialami Indonesia sampai pada tahun 2000 akibat rayap mencapai angka Rp 2,67 triliun, serta rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di


(21)

kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Batam mencapai angka 70% lebih, angka tersebut akan semakin bertambah melihat kecenderungan terakhir ini, bahwa nilai kerugian akibat rayap setiap tahunnya meningkat sekitar lima persen seiring meningkatnya pembangunan gedung, terutama gedung bertingkat yang ada di Jakarta (Nandika,2003).

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum 22,5o C – 23,9o C dan suhu maksimum adalah 30,8o C - 33,7o C berada di ketinggian 2,5 – 50 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban mencapai 84%-85% dengan kecepatan angin 0,48 m/detik. Secara keseluruhan jenis tanah wilayah ini terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1910 dan dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1990 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi jenis tanah liat yang spesifik (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2002). Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Namun sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate) dengan batas-batas 50o LU dan LS. Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut.

Penelitian mengenai rayap di kota Medan sudah dilakukan beberapa penelitian antara lain Muharomi (2005), Hamid (2005), Nasution (2006). Namun kerugian yang diakibatkan secara ekonomis di perumahan belum dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka dianggap perlu melakukan penelitian tentang ”Kajian Ekonomis Serangan Rayap Di Beberapa Perumahan Kota Medan”.


(22)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada perumahan di dua wilayah Kota Medan.

2. Mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan perumahan di dua wilayah Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Tersedianya data tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap dan data jenis rayap yang menyerang perumahan di dua wilayah kota Medan.

2. Dapat memacu tindakan untuk mencegah meluasnya serangan rayap, sehingga kerugian ekonomis dapat ditekan sekecil mungkin.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Rayap

Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat kurang lebih 200 spesies (Tarumingkeng, 1992).

Rayap adalah serangga berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam kelompok-kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam sebuah koloni terdapat individu yang bersayap dan yang tidak bersayap,dan beberapa individu bersayap pendek (mempunyai tonjolan sayap). Jumlah sayap dua pasang yang berbentuk seperti selaput dengan pola pertulangan yang agak mengecil tetapi sering kali dengan banyaknya urat yang terlihat mengkerut. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, oleh karena itu ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama, ptera = sayap). Pada waktu istirahat sayap diletakkan rata terlipat di atas punggung dan melewati abdomen. Tipe mulutnya adalah menggigit dan mengunyah serta mengalami metamorfosa sederhana (Borror dkk,1993).

Penyebaran rayap dipengaruhi oleh faktor kelembaban dan suhu lingkungan. Pada suhu 70° hingga 80° F (21,11° C – 26,67° C) dengan kelembaban sekitar 95 – 98 %, rayap tanah akan berkembang dengan baik dan dalam 2 – 3 tahun sudah dapat menghasilkan koloni yang siap untuk merusak bangunan (Tarumingkeng, 2003).

Penambah optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5%-100%, dan rayap kayu kering mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan


(24)

kelembaban udara relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap ini mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan (Suranto,2002).

Rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem (Prasetyo dan Yusuf,2004).

Adanya perbedaan bentuk kasta pada rayap didasarkan atas anatomi dan fisiologi, sebagai berikut :

1. Kasta reproduktif, kasta ini terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu


(25)

dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.

2. Kasta prajurit, kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya


(26)

hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti

Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (prajurit makro) dan prajurit kecil (prajurit mikro).

3. Kasta pekerja, kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap (Tarumingkeng,2001).

Sekitar 3-5 tahun, dalam satu koloni rayap menurut Nandika (2003) rayap dapat berkembang biak ratusan ribu hingga jutaan ekor. Rayap berkembang biak sangat


(27)

cepat sementara usia produktif mereka berbeda tiap jenisnya. Untuk ratu sekitar 20 tahun, sedangkan rayap pekerja sekitar 3 tahun. Dalam satu koloni terdapat sepasang ratu dan raja dengan ribuan tentara. Sisanya adalah pekerja. Rayap pekerja mencari makanan 24 jam secara terus-menerus. Berdasarkan hasil penelitian, untuk luas wilayah 295 m2 , populasi rayap mencapai 610 ribu. Di Jakarta mencapai 1,7 Juta. Daya jelajah maksimal 118 meter dan berat tubuh rayap 2,5 miligram. Sedangkan satu ekor rayap memerlukan sekitar 0,24 miligram makanan setiap hari, maka koloni rayap di Jakarta mengkonsumsi kayu sebanyak 408 gram setiap harinya.

Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan, yaitu:

a) Sifat trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran bahan makanan.

b) Sifat cryptobiotic, yaitu sifat rayap yang menjauhi cahaya.

c) Sifat canibanism, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah atau sakit. Sifat ini lebih menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.

d) Sifat necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya Tambunan dan Nandika (1989).

Klasifikasi Rayap di Indonesia

Jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae.


(28)

1. Famili Kalotermitidae

Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larfa dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya di bagi atas 3 golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptoternes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang di bawah atau di atas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal antara lain Odontotermes, Microtermes, Macrotermes (Nandika,1989).

Ada dua kelompok rayap yang lazim menyerang kayu. Kelompok pertama adalah rayap kayu kering dan kelompok kedua adalah rayap tanah atau subteranean termites. Kedua kelompok tersebut memerlukan kondisi lingkungan yang berbeda – beda bagi perkembangan dan pertumbuhannya.

Besar kecilnya kerusakan yang ditimbulkan oleh rayap tergantung pada jenis rayap, jenis kayu, keadaan tanah, kelembaban, dan temperatur (Jambak,1991).


(29)

Serangan rayap subteran pada bangunan dan perumahan dapat melalui berbagai cara antara lain hubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalaui retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai dan pondasi rumah permanen dan semi permanen. Kehadiran rayap tanah di tandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang. Di lain pihak rayap kayu kering mempunyai kemampuan hidup pada kayu-kayu kering dalam rumah, mereka tidak membangun sarang atau terowongan pada tempat-tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang diserang menjadi kropos tanpa adanya pecahan permukaan. Adanya serangan rayap pada kayu kering dapat diketahui dari eskremen-eksremen berupa butir, kecil, lonjong, dan lonjong, dan agak bertakik (granuler) (Jusmalinda, 1994).

Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut:

1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.

2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus

Glyptotermes (Glyptotermesspp, famili Kalotermitidae).

3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya


(30)

butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.

4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes

(Coptotermes spp) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes

untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus), Odontotermes spp dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang


(31)

tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya.

Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya (Tarumingkeng,2001).

Kerugian Akibat Serangan Rayap

Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu (Rakhmawati,1996).

Tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah (Rudi,1994). Untuk daerah JABOTABEK, rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20% (Romaida,2002). Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun (Rakhmawati,1996). Untuk Kota Cirebon, kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu kering sebesar Rp 2.082.591 dan kerugian ekonomis yang di akibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470. Departemen Pekerjaan Umum Pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai 100 milyar setiap tahunnya (Romaida, 2002).


(32)

Perlindungan Bangunan Terhadap Serangan Rayap

Serangga merupakan biang keladi dari semua kerusakan kayu konstruksi bangunan yang bekerja 24 sehari, 7 hari seminggu, dan 54 minggu setahun. Ada 3 (tiga) tujuan yang mendasari termite control service atau anti rayap yaitu mencegah, membasmi dan mengendalikan.

MENCEGAH. Suatu langkah yang sangat bijaksana, karena dapat mengantisipasi

serangan rayap yang berasal dari luar bangunan. Seandainya suatu ketika muncul laron-laron yang beterbangan saat senja hari dan salah satu dari mereka berhasil memperoleh tempat untuk bertelur, maka rayap yang berasal dari telur-telur laron tidak akan mampu memakan kayu-kayu yang telah terlindungi termitisida/obat rayap dan tidak bisa menembus lapisan tanah yang telah dilindungi oleh termitisida.

MEMBASMI. Biasanya dilakukan oleh orang yang belum mengetahui dan mengerti

termite control service. Hal ini wajar karena mungkin orang menganggap service ini tidak penting.

MENGENDALIKAN. Tujuan akhir yang benar-benar jangan sampai terjadi, karena

hal ini dikarenakan pelaksanaan service yang sangat terlambat dan rayap sudah menyebar ke seluruh bagian bangunan. Rayap tidak mungkin terbasmi atau dapat dihilangkan secara total, karena jalur lalu lintas rayap benar-benar luas dan tersembunyi. Namun demikian service yang diperoleh dapat memperpanjang usia bangunan kita dan mengendalikan serangan rayap agar tidak menimbulkan kerusakan fatal.


(33)

Secara garis besar pelaksanaan termite control dilakukan dalam 2 (dua) macam metode, yaitu :

1) Pre-construction termite control (metode pra konstruksi) Yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun, yang meliputi pekerjaan penyemprotan galian pondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu sebelum dipasang pada konstruksi plafond dan atap.

2) Pos construction termite control (metode pasca konstruksi) Yaitu termite control yang yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan jalan menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap ke dalam tanah dibawah lantai sepanjang pondasi bangunan yang jarak antar lubang injeksinya + 60 - 80 cm, dengan diameter lubang max. 13 mm. Sedangkan untuk kayu-kayu yang telah terpasang dilakukan penyemprotan langsung dengan termitisida (Nandika, 2005).


(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa : alkohol 70%, peta Kota Medan, dan data-data sekunder yang diperlukan. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran baja untuk mengukur dimensi dan kerusakan dimensi, kuas dan pinset untuk mengambil rayap, alat tusuk kayu, palu untuk memeriksa kayu, botol untuk tempat alkohol, peralatan tulis-menulis , tally sheet untuk pengumpulan data, kertas, kalkulator, kamera untuk dokumentasi, dan GPS untuk mengukur ketinggian tempat.

Batasan Studi

Dalam penelitian ini aspek yang diteliti kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan rumah yang terbuat dari kayu. Adapun komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang, plafon, tiang. Perumahan yang diteliti merupakan perumahan menengah keatas, yaitu :


(35)

2. Tipe 70 3. Tipe 100 4. Tipe 120

Dalam menentukan kerugian ekonomi akibat serangan rayap digunakan beberapa kriteria sebagai berikut (Remran,1993):

a. Rusak ringan, apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi harga kayu yang rusak diperhitungkan. b. Rusak sedang, apabila persentase kerusakan terletak antara 6% - 20% dan

dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah.

c. Rusak berat, apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut harus dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.

Dalam penelitian ini aspek yang dikaji adalah kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada perumahan di dua wilayah di kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang dengan mempertimbangkan aspek kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh serangan rayap. Perumahan yang diteliti merupakan perumahan menengah keatas yaitu dengan tipe diatas 54. Harga kayu dan material yang digunakan adalah harga dipasaran pada saat penelitian. Sedangkan upah kerja di dapat berdasarkan wawancara dengan seorang pemborong bangunan.


(36)

Penentuan Rumah Contoh

Penentuan rumah contoh dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Sampling (metode pengambilan contoh berstrata atau lapisan). Rumah contoh yang diambil adalah rumah dengan tipe 54,70,100, dan 120. Rumah contoh tersebut berada pada dua wilayah Kota Medan yaitu Medan Barat yaitu Kecamatan Medan Selayang dan Medan Selatan yaitu Kecamatan Medan Johor. Dari masing-masing kecamatan diambil dua perumahan sehingga diperoleh empat perumahan, dari masing-masing perumahan diambil 30 rumah contoh, sehingga diperoleh 120 rumah contoh. Pemilihan Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang sebagai wilayah penelitian karena pada kedua Kecamatan tersebut banyak terdapat perumahan, disamping terbatasnya waktu dan biaya.

Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan berdasarkan tally sheet yang telah disiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan, lingkungan bangunan dan data komponen bangunan.

Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Jadi data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah :

a. Peta Kota Medan (lampiran 8) b. Harga kayu dipasaran (2008)


(37)

c. Kunci determinasi (Nandika, 2003) (Lampiran 1)

Pengolahan Data

A. Pengelompokan Data

Data nilai kerugian dikelompokan ke dalam beberapa kelas umur yaitu : a. 1 - 5 tahun

b. 6 - 10 tahun c. 11 –15 tahun d. Lebih dari 15 tahun

Masing –masing kelas umur dikelompokkan lagi berdasarkan golongan rayap perusak kayu yaitu antara rayap kayu kering (RKK) dan rayap tanah (RT). Nilai kerugian dirinci menurut jenis komponen yang terserang yaitu : kusen pintu, kusen jendela, daun pintu daun jendela, lisplang, plafon, tiang.

B. Analisis Data

Kerugian ekonomis dibedakan antara rayap kayu kering dan rayap tanah. Perhitungan kerugian dilakukan pada masing – masing kelas umur rumah contoh. Nilai kerugian pada masing – masing rumah contoh tersebut merupakan hasil penjumlahan dari nilai kerugian tiap komponen.

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik :

1. Perhitungan Kerugian Ekonomis

Ksr =

m

n

Kn


(38)

Keterangan :

Ksr = kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah

s =1,2,3,... total bangunan sampel yang diserang rayap

Kn = nilai kerugian masing-masing komponen

n = 1,2,3,....m komponen

2. Perhitungan Standar Deviasi (S):

n ∑ xi² - ( ∑ xi ) ²

S =

n ( n -1 )

Keterangan :

S = Standar Deviasi

n = jumlah contoh (120 rumah) xi = nilai variabil ke-i


(39)

3. Perhitungan Interval untuk Rata-rata

Keterangan :

X = nilai rata-rata hasil pengukuran Sx = standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan

( )

n−1 untuk tingkat kepercayaan 95% S = standar deviasi

Identifikasi Rayap

Rayap yang diperoleh dari perumahan yang terserang atau yang diperoleh dari sekitar rumah disimpan dalam botol kecil yang berisi alkohol 70% agar rayap tersebut tidak cepat rusak. Lalu diidentifikasi rayap tersebut, termasuk rayap kayu kering atau rayap tanah. Identifikasi yang dilakukan adalah identifikasi morfologi. Apabila tidak ditemukan jenis rayap yang menyerang, maka akan dilakukan pemancingan rayap dengan menggunakan kayu rambung (Hevea braziliensis) yang diletakkan di sekitar rumah contoh dan diamati selama sebulan. Identifikasi rayap dilakukan di laboratorium dengan menggunakan kunci determinasi Nandika (2003),Tho (1992) dan Thapa (1981).


(40)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Umum Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara. Koordinat geografis kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' - 98º 44' BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 50 m di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, sedangkan di sebelah barat, selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan sendiri menjadi kota induk dari beberapa kota satelit di sekitarnya seperti Kota adalah 265,10 km². Sebelumnya hingga tahun 1972 Medan hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km², namun kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Wilayah Kota Medan kemudian dibagi lagi menjadi 21 Kecamatan-kecamatan tersebut adalah :


(41)

Wikipedia (2008).

B. Kondisi Umum Kecamatan Medan Johor dan Medan Selayang a. Kondisi Umum Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 2 dengan ini merupakan daerah resapan air bagi kota Medan. Pada tahun kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 101.889 jiwa. Luasnya adalah 14,58 km² dan kepadatan penduduknya adalah 6.988,27 jiwa/km². Kecamatan ini mempunyai 6 kelurahan yaitu :

• Gedung Johor

• Pangkalan Masyur

• Kwala Bekala

• Titi Kuning


(42)

• Kedai Durian Wikipedia (2008).

b. Kondisi Umum Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari kota berbatasan denga sebesar 77.783 jiwa. Luasnya adalah 12,81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 6.072,05 jiwa/km². Kecamatan ini mempunyai 6 kelurahan yaitu :

• Beringin

• Asam Kumbang

• Tanjung Sari

• Padang Bulan Selayang I

• Padang Bulan Selayang II

• Sempakata Wikipedia (2008).

C. Kondisi Umum Perumahan Johor Permai, Citra Wisata, Pemda I, dan Insan Citra Griya

a. Perumahan Johor Permai

Perumahan Johor Permai terletak di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor dengan ketinggian tempat 46 mdpl. Perumahan ini


(43)

didirikan pada tahun 1984. Asal usul lahan sebelumnya merupakan lahan perkebunan dan persawahan. Kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi didominasi oleh kayu meranti, disamping ada beberapa yang menggunakan kayu sembarang. Tidak ada tindakan pengawetan terhadap kayu konstruksi yang dilakukan sebelum rumah didirikan .Lingkungan perumahan terdiri dari rawa-rawa berair dan perladangan masyarakat.

b. Perumahan Citra Wisata

Perumahan Citra Wisata terletak di Kelurahan Pangkalan Masyur Kecamatan Medan Johor. Perumahan ini didirikan pada tahun 2000 dengan ketinggian tempat 47 mdpl. Pada awalnya lahan perumahan Citra Wisata merupakan perladangan masyarakat yang kemudian dibangun perumahan. Perlakuan pengawetan tidak dilakukan terhadap konstruksi kayu. Kayu konstruksi didominasi oleh kayu meranti. Disekitar perumahan Citra Wisata merupakan lahan kosong.

c. Perumahan Pemda I

Perumahan Pemda I terletak di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang dengan ketinggian 40 mdpl. Perumahan ini didirikan pada tahun 1980. Awalnya perumahan Pemda I merupakan lahan perkebunan yang kemudian dibangun perumahan. Perlakuan pengawetan tidak dilakukan terhadap konstruksi kayu. Kayu konstruksi didominasi oleh kayu meranti, walaupun ada beberapa komponen yang terbuat dari kayu sembarang, damar dan merbau seperti pada pintu dan jendela. Disekitar perumahan merupakan lahan kosong dan ladang masyarakat.


(44)

d. Perumahan Insan Citra Griya

Perumahan Insan Citra Griya terletak di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang. Perumahan ini didirikan pada tahun 2002 dengan ketinggian 37 mdpl. Asal usul lahan perumahan ini merupakan lahan persawahan. Lingkungan sekitar perumahan Insan Citra Griya masih merupakan areal persawahan. Kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi didominasi oleh kayu sembarang dan tidak ada tindakan pengawetan yang dilakukan terhadap konstruksi kayu.


(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Rumah Contoh

Hasil penelitian karakteristik umur bangunan, luas bangunan, tipe bangunan rumah contoh yang berada di lokasi penelitian tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Umur Bangunan, Luas Bangunan, Tipe Bangunan Rumah Contoh DiWilayah Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Selayang.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Johor (%)

Kecamatan Medan Selayang (%) Umur (tahun)

a) 1 - 5 b) 6 - 10 c) 11 – 15 d) Lebih dari 15

1,66 50,00 3,33 45,00 11,66 38,33 6,66 43,33

Luas Bangunan (m2)

a) 54 b) 70 c) 100 d) 120 10,00 35,00 6,66 48,33 43,33 53,33 0 3,33 Tipe a) Permanen b) Semi Permanen

100,00 0

100,00 0

Penelitian dilakukan pada dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang. Untuk kecamatan Medan Johor rumah contoh yang paling banyak diteliti adalah yang berumur 6 – 10 tahun yaitu sebesar 50 %, sedangkan untuk kecamatan Medan Selayang adalah yang berumur lebih dari 15 tahun yaitu 43,33 %. Umur rumah dapat menentukan tingkat serangan rayap yang menyerang rumah tersebut. Biasanya, semakin tua bangunan rumah maka keawetan


(46)

konstruksi kayu yang ada didalamnya cenderung menurun sehingga kemungkinan untuk terserang rayap akan semakin besar. Tetapi belum tentu rumah yang berumur lebih tua memiliki kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang berumur lebih muda. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada perumahan Insan Citra Griya yang berumur lebih muda dibandingkan perumahan Pemda I memiliki kerusakan yang lebih besar, sebagaimana tercantum pada Tabel 6. Faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi kerusakan akibat serangan rayap seperti jenis kayu yang digunakan, kondisi bio fisik tapak bangunan, dan faktor lain yang dapat mendukung perkembangan hidup rayap. Jenis kayu yang secara alami tahan terhadap serangan rayap walaupun tidak tahan secara mutlak sangat sedikit jumlahnya dan kondisi bio fisik tapak bangunan dapat mendorong perkembangan hidup rayap (Nandika, 2003).

Besar kecilnya rumah contoh menggambarkan luas bangunannya dan banyaknya bagian-bagian rumah yang terbuat dari kayu. Rumah besar cendrung memiliki konstruksi kayu yang lebih banyak daripada rumah yang berukuran kecil. Semakin besar volume kayu yang terdapat di dalam satu unit rumah maka semakin besar peluang untuk terserang rayap. Akan tetapi, hal ini juga tergantung dengan jenis kayu yang digunakan serta faktor-faktor fisik yang mendukung lingkungan untuk perkembangan hidup rayap.

Tipe rumah juga berpengaruh terhadap serangan rayap. Pada rumah permanen komponen yang terbuat dari kayu lebih sedikit dibandingkan rumah semi permanen, sehingga kemungkinan terserang rayap lebih kecil. Dalam penelitian ini rumah yang menjadi sampel adalah 120 rumah dan seluruhnya merupakan tipe permanen.


(47)

Tabel 2. Karakteristik Sumber Air, Drainase Rumah Contoh Di Wilayah Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Selayang.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Johor (%)

Kecamatan Medan Selayang (%) Sumber air a) Sumur b) PAM - 100,00 - 100,00 Drainase a) Lancar b) Agak lancar c) Tidak lancar

70,00 30,00 - 63,33 36,66 -

Karakteristik bangunan lain yang diteliti adalah sumber air dan drainase. Sumber air yang digunakan masyarakat untuk kegiatan sehari – hari dapat mempengaruhi kelembaban lingkungan rumah. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mendukung perkembangan hidup rayap adalah kelembaban suatu daerah (Nandika, 2003). Hasil pengamatan yang dilakukan bahwa dari 120 rumah contoh seluruhnya menggunakan air PAM sebagai sumber air untuk kegiatan sehari – hari (Tabel 2 ). Rumah contoh yang sumber airnya berasal dari sumur biasa cenderung memiliki kelembaban yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasibuan (2007) yang menyatakan bahwa rumah yang sumber airnya berasal dari sumur memiliki kerugian akibat serangan rayap lebih besar dibandingkan rumah yang sumber airnya berasal dari PAM. Faktor kelembaban ini akhirnya akan mengundang rayap untuk datang yang selanjutnya akan mengambil makanan berupa konstruksi kayu yang berada di dalam rumah tersebut.

Drainase dapat mempengaruhi kelembaban tanah, karena drainase yang tidak lancar atau tersumbat dapat menyebabkan tanah menjadi lembab. Kelembaban tanah


(48)

yang tinggi sangat disukai oleh rayap, terutama rayap tanah. Pada Kecamatan Medan Johor didapat sebesar 70% dari rumah contoh memiliki drainase lancar dan 30% dari rumah contoh memiliki drainase agak lancar. Sedangkan pada Kecamatan Medan Selayang didapat sebesar 63,33% dari rumah contoh memiliki drainase lancar dan 33,33% dari rumah contoh memiliki drainase agak lancar. Secara keseluruhan drainase pada rumah contoh sudah cukup baik karena sudah menggunakan paralon dan tidak ada drainase yang tidak lancar. Hal ini disebabkan adanya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan disekitar rumah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan apabila ada saluran yang tersumbat maka akan segera dilakukan perbaikan karena dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan mempengaruhi kebersihan lingkungan rumah.

Tabel 3. Karakteristik Kepadatan Pemukiman, Penerimaan Sinar Matahari, Pembuangan Sampah Pada Lokasi Rumah Contoh Di Wilayah Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Selayang.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Johor (%)

Kecamatan Medan Selayang (%) Kepadatan Pemukiman

a) Rapat ( ≤ 1 m ) b) Sedang ( 2 – 5 m) c) Jarang ( ≥ 6 m )

100,00 - - 100,00 - -

Penerimaan Sinar Matahari

a) Cukup b) Sedang c) Kurang - 25,00 75,00 - 40,00 60,00 Pembuangan Sampah

a) Lubang Sampah b) Dinas Kebersihan

40,00 60,00

46,66 53,33


(49)

Karakteristik rumah contoh lain yang berpengaruh terhadap serangan rayap adalah kepadatan pemukiman, penerimaan sinar matahari, dan pembuangan sampah seperti terlihat pada Tabel 3. Rumah contoh yang diteliti merupakan bangunan perumahan yang rapat antara satu rumah dengan rumah yang lain. Kerapatan rumah ini menyebabkan kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam rumah sehingga hal ini akan berdampak pada kelembaban udara dalam rumah. Penerimaan sinar matahari yang diterima suatu daerah juga berpengaruh pada perkembangbiakan rayap (Safaruddin, 1994). Rayap memiliki sifat kriptobiotik, yaitu tidak menyenangi cahaya dan cenderung menghindari cahaya, mereka hidup dalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila perlu logam tipis dan tembok (apalagi plastik) ditembusinya dan bila terpaksa berjalan dipermukaan terbuka, mereka membentuk liang kembara dari bahan tanah atau humus (Nandika, 2003). Oleh karena itu rumah yang kurang cahaya dan lembab rentan terhadap serangan rayap. Hal ini sesuai pada perumahan Insan Citra Griya yang berumur 6 – 10 tahun tetapi sudah terserang rayap.

Hasil pengamatan diperoleh data 60% dan 53,33% dari 60 rumah contoh di wilayah Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang membuang sampah di penampungan sampah yang telah di sediakan pemerintah Kota Medan maupun penampungan sampah yang dibuat sendiri oleh masyarakat dan selanjutnya akan diangkut oleh mobil pengangkut sampah yang telah disediakan pemerintah Kota Medan. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian masyarakat di lokasi penelitian telah peduli dengan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Bahkan tidak di dapat lagi masyarakat yang membuang sampah ke dalam kali. Hal ini penting untuk dilakukan


(50)

mengingat bahwa tempat pembuangan sampah yang tidak terawat akan dapat menimbulkan kelembaban tanah didalamnya, apalagi kalau terdapat sisa-sisa kayu yang tidak terpakai. Kondisi ini jelas akan mengundang rayap untuk datang untuk selanjutnya menginvasi rumah yang berada disekitarnya.

Tabel 4. Karakteristik Jenis Atap Serta Jenis Kayu Yang Digunakan Rumah Contoh Di Wilayah Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Selayang.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Johor (%)

Kecamatan Medan Selayang (%) Jenis Atap a) Seng c) Genteng 21,66 78.33 26,66 73.33

Jenis Kayu Yang Digunakan

a) Damar b) Merbau c) Meranti

d.) Kayu Lain-Lain

8,33 11,66 63,33 16,66 3,33 6,66 36,66 53,33

Pada Tabel 4 diketahui sebagian besar rumah contoh yang menggunakan genteng sebagai penutup atap rumah mereka, yaitu 78,33% untuk Kecamatan Medan Johor dan 73,33% untuk Kecamatan Medan Selayang. Biasanya kerusakan akibat serangan rayap pada plafon dan lisplang disebabkan adanya kebocoran pada atap. Bila atap bocor maka rembesan air hujan masuk kedalam dan menyebabkan kayu menjadi lembab. Kondisi kayu yang lembab ini sangat disukai oleh rayap. Sehingga rayap akan mulai menyerang plafon dan lisplang. Atap yang terbuat dari seng biasanya lebih mudah bocor dibandingkan dengan atap yang terbuat dari genteng. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang atap rumahnya banyak terbuat dari genteng, maka kerugian akibat serangan rayap tidak begitu besar. Lain halnya dengan


(51)

penelitian yang dilakukan Hasibuan (2007), dimana rumah contoh atapnya banyak terbuat dari seng yang mengalami kerugian akibat serangan rayap lebih besar.

Sebagian besar perumahan di kota Medan masih menggunakan kayu kurang awet sebagai bahan baku konstruksi rumah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya pembangunan rumah mengingat harga kayu awet sangat mahal. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pemborong bangunan yang ada dilokasi penelitian menyatakan bahwa untuk membangun perumahan hanya menggunakan kayu sembarang atau kayu meranti. Harga kayu awet seperti damar dan merbau sangat mahal, sehingga apabila menggunakan kayu awet maka biaya konstruksi rumah akan membengkak sedangkan masyarakat cenderung membeli rumah dengan harga yang murah. Perlakuan pengawetan terhadap kayu untuk konstruksi rumah juga jarang dilakukan karena memakan biaya yang tidak sedikit.

Perumahan Insan Citra Griya didominasi oleh kayu sembarang sebagai konstruksi rumah, walaupun ada beberapa masyarakat yang mengganti komponen rumah menjadi kayu merbau. Kayu merbau biasanya digunakan untuk pintu, khususnya pintu depan. Hal ini menyebabkan perumahan Insan Citra Griya sangat mudah terserang rayap. Dari keempat perumahan yang diteliti, perumahan ini mengalami kerugian akibat serangan rayap terbesar (Tabel 5).

Perumahan Johor Permai, Citra Wisata dan Pemda I didominasi oleh kayu meranti sebagai konstruksi rumah. Kayu meranti merupakan kayu kelas awet III-IV, sehingga ketahanannya terhadap serangan rayap tidak terlalu baik dibandingkan dengan kayu yang memiliki kelas awet yang lebih tinggi seperti kayu damar dan merbau. Kayu tahan rayap sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar adalah kayu


(52)

kurang awet sehingga disukai oleh rayap (Nandika,2003). Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan kayu tidak awet tindakan pengawetan kayu sangat diperlukan. Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1988 menerbitkan surat keputusan yang menyatakan bahwa kayu-kayu kelas awet tiga ke atas harus diawetkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan tidak satupun dari ketiga perumahan yang melakukan tindakan pengawetan kayu untuk konstruksi rumah. Masyarakat belum menyadari pentingnya tindakan pengawetan sebelum kayu digunakan sebagai bahan konstruksi rumah. Masyarakat hanya melakukan pengecatan setahun sekali terhadap komponen rumah. Bila terjadi kerusakan terhadap komponen rumah akibat serangan rayap maka masyarakat akan mengganti komponen rumah yang rusak dengan kayu merbau atau damar yang memiliki keawetan lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan pemilik rumah yang menyatakan bahwa bangunan rumah mereka sudah banyak dilakukan renovasi. Bila diamati bangunan rumah di ketiga perumahan sudah berbeda dengan bangunan asli pada saat awal perumahan tersebut dibangun (Gambar 1). Hal ini dikarenakan sudah dilakukan renovasi dan perbaikan terhadap komponen yang rusak.

Gambar 1. Bangunan Asli Dan Bangunan Yang Sudah Direnovasi Pada Perumahan Johor Permai


(53)

Penanggulangan bahaya rayap harus dimulai pada tahap prakonstruksi untuk mencegah masuknya rayap ke dalam bangunan perumahan. Tindakan penanggulangan bahaya rayap prakonstruksi dapat dilakukan dengan pendekatan rancang bangunan perumahan tahan rayap, penggunaan kayu awet atau diawetkan melalui tindakan pengawetan kayu, dan pemberian perlakuan tanah sebagai penghalang kimia. Jika dibandingkan antara biaya anti rayap dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian kayu untuk kusen, pintu, jendela, dan konstruksi plafon/atap, maka biaya anti rayap sangat kecil. Namun demikian semua itu akan menjadi sangat murah jika hal tersebut dilakukan sebelum mendapat serangan rayap, karena jika dilakukan sebelum muncul serangan rayap, hanya akan terbebani oleh biaya anti rayap saja ( Tarumingkeng, 2001).

Pola Serangan Rayap

Rayap merupakan organisme kriptobiotik yang sifatnya menyembunyikan diri dan menghindari cahaya, sehingga kehadiran rayap sulit untuk diketahui. Untuk itu perlu diketahui pola serangan rayap, khususnya rayap tanah dan rayap kayu kering yang sering mengakibatkan kerusakan pada bangunan perumahan. Rayap tanah adalah rayap yang bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus (Tarumingkeng, 2001). Rayap tanah sangat memerlukan kondisi lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi (Prasetyo, Yusuf, 2005). Serangan rayap tanah pada bangunan biasanya berasal dari celah-celah pondasi atau objek-objek yang berhubungan langsung maupun dekat dengan tanah. Kehadiran rayap tanah dapat diketahui dengan melihat adanya liang


(54)

kembara yang ada pada komponen – komponen rumah karena rayap tanah tidak menyukai cahaya, maka untuk dapat bergerak bebas didaerah terbuka rayap tanah membuat liang kembara untuk menuju ke objek yang diserangnya (Gambar 2). Kehadiran rayap tanah biasanya ditandai dengan adanya liang-liang kembara yang menempel pada bagian pondasi di atas permukaan tanah dan dinding rumah (Jusmalinda,1994).

Gambar 2. Liang Kembara Yang Ada Pada Komponen Tiang Rumah

Jenis-jenis rayap tanah ini sangat ganas, karena dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Rayap tanah juga dapat menyerang objek yang letaknya jauh dari tanah, seperti plafon dan bangunan bertingkat (Gambar 3).


(55)

Gambar 3. Kayu Plafon Yang Diserang Oleh Rayap Tanah

Rayap kayu kering adalah rayap yang hidup dalam kayu mati yang telah kering. Rayap ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dan sebagainya. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering (Tarumingkeng, 2001). Rayap kayu kering dapat menyerang kayu yang mempunyai kadar air 10 – 12 persen atau mungkin lebih rendah dari dari itu (Tambunan,1989). Rayap ini sangat sulit dideteksi karena menyerang didalam kayu dan tidak kelihatan dari luar. Nantinya setelah rayap menyerang maka terdapat butiran ekskremen yang berjatuhan disekitar kayu yang diserang (Gambar 4).


(56)

Apabila kayu yang diserang ditekan maka bagian dalamnya telah rusak menjadi butiran – butiran ekskremen. Rayap kayu kering dapat mencapai sasarannya melalui dua cara : (1) laron yang bersialang menemukan obyek sasarannya dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup(misalnya cat pelindung yang tidak toksik, dan kayu yang tidak awet atau diawetkan) dan (2) obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan (Nandika, 2003).

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap

A. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Masing-masing Lokasi Penelitian.

Perhitungan kerugian ekonomi akibat serangan rayap dilakukan pada masing-masing komponen bangunan dengan berpedoman kepada panduan yang memuat daftar harga konstruksi dari komponen rumah contoh (Lampiran 2) serta upah yang berlaku saat penelitian dilaksanakan. Pengelompokan dilakukan menurut lokasi penelitian. Seperti yang terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Masing- Masing Lokasi Penelitian.

Lokasi Antar Kecamatan Kerugian (Rp) Total Kerugian (Rp)

Kecamatan Medan Johor

1.Perumahan Johor Permai 1.586.753,04

2.Perumahan Citra Wisata 243.408,95 1.830.161,99

Kecamatan Medan Selayang

1.Perumahan Pemda I 854.756,15

2.Perumahan Insan Citra Griya 1.701.910,32 2.556.666.47


(57)

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kerugian akibat serangan rayap terbesar adalah perumahan Insan Citra Griya, sedangkan kerugian akibat serangan rayap terkecil adalah perumahan Citra Wisata. Pada Tabel 5 juga dapat dilihat perbedaan kerugian ekonomis yang cukup besar antara perumahan Insan Citra Griya dan perumahan Citra Wisata. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan umur rumah, jenis kayu yang digunakan dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup rayap. Umur rumah keduanya tidak berbeda jauh, tetapi jenis kayu yang digunakan berbeda. Perumahan Insan Citra Griya didominasi oleh kayu sembarang untuk konstruksi rumah, sedangkan perumahan Citra Wisata didominasi oleh kayu meranti. Kayu meranti merupakan kayu kelas awet III – IV yang sebenarnya harus dilakukan pengawetan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai konstruksi bangunan. Kayu tahan rayap sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar adalah kayu kurang awet sehingga disukai oleh rayap. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan kayu tidak awet tindakan pengawetan kayu sangat diperlukan. Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1988 menerbitkan surat keputusan yang menyatakan bahwa kayu-kayu kelas awet tiga ke atas harus diawetkan (Nandika, 2003). Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa perumahan Insan Citra Griya dibangun diatas tanah yang dahulunya merupakan persawahan. Disekeliling perumahan tersebut juga masih areal persawahan. Hal ini menyebabkan kondisi tanah menjadi basah dan lembab sehingga sangat mendukung bagi perkembangan hidup rayap.

Kerugian ekonomis akibat serangan rayap juga tinggi pada perumahan berumur diatas 15 tahun. Pada perumahan Johor Permai yang sudah berumur sekitar


(58)

24 tahun, didapat kerugian akibat serangan rayap sebesar 1.579.634,78. Semakin tua umur bangunan maka keawetan kayu untuk konstruksi rumah tersebut semakin rendah, sehingga kemungkinan terserang rayap lebih besar. Tetapi harus dilihat faktor – faktor lainnya seperti jenis kayu yang digunakan dan kondisi fisik lingkungan perumahan. Pada perumahan Pemda I kerugian akibat serangan rayap lebih kecil bila dibandingkan dengan perumahan Johor Permai. Bila dilihat dari umur rumah diantara keduanya tidak berbeda jauh. Kondisi fisik lingkungan perumahan diantara keduanya yang berbeda. Disekitar perumahan Johor Permai masih terdapat sawah dan banyak terdapat genangan air yang menyebabkan tanah disekitar perumahan lembab. Hal inilah yang dapat mendukung perkembangan hidup rayap.

Dari hasil penelitian didapat bahwa 0,41% dari komponen rumah yang rusak mengalami rusak berat, yaitu pada komponen pintu dapur. Untuk komponen rumah yang mengalami rusak sedang adalah 6,58% yaitu pada komponen kusen jendela, daun jendela, daun pintu dan lisplang. Komponen yang mengalami rusak ringan adalah yang terbesar jumlahnya yaitu 93,01%. Sebagian besar komponen rumah yang rusak hanya mengalami rusak ringan, hal ini disebabkan apabila komponen telah rusak sedang atau berat umumnya pemilik rumah akan melakukan penggantian komponen. Dari hasil wawancara dengan pemilik rumah di perumahan Johor Permai, Citra Wisata, dan Pemda I sebagian besar pemilik rumah yang sudah mengganti komponen – komponen rumah yang rusak dengan komponen yang baru. Sehingga data kerugian akibat serangan rayap pada penelitian ini tidak begitu besar. Disamping adanya perawatan yang dilakukan oleh pemilik rumah terhadap rumahnya. Perawatan yang dilakukan dapat berupa pengecatan setiap tahunnya dan juga menjaga


(59)

kebersihan lingkungan sekitar rumah. Rumah yang tidak terawat dan lingkungan rumah yang tidak terawat dapat mendukung perkembangan hidup rayap.

B. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Tiap-Tiap Konstruksi Pada Berbagai Kelas Umur.

Umur bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung nilai kerugian akibat serangan rayap. Semakin tua umur suatu bangunan maka kekuatan kayu yang ada pada bangunan tersebut akan semakin berkurang. Kendatipun suatu bangunan menggunakan jenis kayu berkelas awet tinggi maka semakin lama keawetan alaminya akan semakin berkurang. Disamping ada faktor lain seperti jenis kayu yang digunakan dan kondisi lingkungan sekitar bangunan. Hasil penelitian kerugian akibat serangan rayap pada masing – masing komponen pada berbagai kelas umur seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Tiap-Tiap Komponen Konstruksi Pada Berbagai Kelas Umur.

Komponen Umur Bangunan

Konstruksi 1-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun >15 Tahun

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Daun pintu 368.917,92 443.277,79 623.132,32 33.541,52 Kusen pintu 2.694,09 23.048,61 319,63 26.964,86 Daun jendela 1.157,76 358.434,55 200.034,83 209.537,10 Kusen jendela 4044,21 580.776,33 1.177,34 812.872,14

Lisplang 1617,94 156.170,92 757,11 513.127,99

Plafon 594,55 3.504,36 0,00 12.394,76

Tiang 84,37 995,88 235,84 295,49

Total 379.110,84 1.566.208,43 825.657,07 1.608.733,86 Pada Tabel 6 diketahui total kerugian rumah contoh yang berumur 1-5 tahun berjumlah Rp 379.110,84, total kerugian rumah contoh yang berumur pada 6-10


(60)

tahun berjumlah Rp 1.566.208,43, total kerugian rumah contoh yang berumur 11-15 berjumlah Rp 825.657,07, serta total kerugian rumah contoh yang berumur lebih dari 15 tahun berjumlah Rp 1.608.733,86. Pada rumah berumur 6-10 tahun memiliki kerugian lebih besar dibandingkan rumah berumur 11-15 tahun. Hal ini dikarenakan rumah berumur 6-10 tahun banyak berlokasi di perumahan Insan Citra Griya yang menggunakan kayu sembarang sebagai konstruksi rumah, sehingga sangat mudah terserang rayap. Disamping itu lokasi perumahan yang lembab juga sangat mendukung perkembangan rayap.

Komponen - komponen rumah seperti pintu, kusen pintu, jendela, kusen jendela dan sebagainya sudah terserang rayap walaupun masih berumur 1-5 tahun. Penggunaan kayu tidak awet dan tidak adanya tindakan pengawetan kayu menjadi penyebab mudahnya komponen rumah terserang oleh rayap. Kayu tahan rayap sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar adalah kayu kurang awet sehingga disukai oleh rayap. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan kayu tidak awet tindakan pengawetan kayu sangat diperlukan (Nandika, 2003). Kesadaran masyarakat, khususnya di kota Medan akan pentingnya tindakan pengawetan terhadap kayu sangat kurang. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan pemilik rumah yang menyatakan bahwa tidak ada tindakan pengawetan terhadap kayu untuk konstruksi rumah dengan alasan biaya yang mahal.

Kerugian akibat serangan rayap terbesar terdapat pada daun pintu dan kusen jendela. Kerugian akibat serangan rayap pada kusen jendela pada umur lebih dari 15 tahun sebesar Rp 812.872,14 seperti terlihat pada table 6. Kerusakan banyak terjadi pada kusen jendela dapur dan kusen jendela kamar yang berada di belakang rumah.


(61)

Kusen jendela dapur dan kusen jendela kamar yang berada dibelakang rumah kurang mendapat perhatian dari pemilik rumah, baik kebersihannya maupun tindakan perawatan seperti pengecatan. Hal ini menyebabkan kayu menjadi lapuk dan mudah terserang rayap.

Pada Gambar 5 dapat dilihat perbedaan kerugian ekonomis akibat serangan rayap yang cukup besar pada masing – masing komponen yang diteliti pada berbagai kelas umur.

0.00 100,000.00 200,000.00 300,000.00 400,000.00 500,000.00 600,000.00 700,000.00 800,000.00 900,000.00

Daun pintu

Kusen pintu

Daun jendela

Kusen jendela

Lisplang Plafon Tiang

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BERBAGAI KELAS UMUR BANGUNAN

Umur 1-5 (Rp) Umur 6-10 (Rp)

Umur 11-15 (Rp) Umur >15 (Rp)

Gambar 5. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Masing – Masing Komponen Pada Berbagai Kelas Umur

Kerugian akibat serangan rayap pada komponen tiang sangat kecil. Hal ini dikarenakan perumahan yang diteliti merupakan perumahan permanen, sehingga sedikit terdapat tiang yang terbuat dari kayu. Tiang kayu yang ada merupakan tiang garasi untuk menutupi kendaraan dari panas dan hujan. Tiang tersebut juga selalu


(62)

mendapat perawatan berupa pengecatan, sehingga tidak begitu besar kerusakan akibat rayap.

Kerugian akibat serangan rayap pada komponen lisplang mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur rumah. Lisplang berada diluar rumah dan selalu terkena hujan sehingga seiring bertambahnya umur kayu lisplang maka akan lapuk. Kondisi kayu yang lapuk dan lembab ini sangat disukai oleh rayap.

Secara umum bila kita amati hasil penelitian berupa kerugian ekonomis akibat serangan rayap seperti yang tercantum pada Tabel 6 tidak begitu besar. Penelitian lain yang telah dilakukan pada wilayah yang berbeda di Kota Medan memperoleh nilai kerugian akibat serangan rayap sebesar Rp 22.432.950 (Hasibuan,2007). Hal ini dapat dimaklumi mengingat adanya perbedaan karakteristik rumah contoh. Pada penelitian ini rumah contoh merupakan rumah permanen dengan tipe lebih dari 50. Dari hasil wawancara dengan pemilik rumah juga dikatakan bahwa sebagian besar rumah sudah dilakukan renovasi dan ada tindakan perawatan seperti pengecatan setiap tahunnya.

C. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering Pada Tiap-Tiap Konstruksi.

Pada penelitian ini dibedakan antara kerugian yang disebabkan oleh rayap tanah dan rayap kayu kering. Rayap tanah dan rayap kayu kering memiliki perbedaan dalam hal cara penyerangan dan tanda-tanda serangan. Rayap tanah bersarang ditanah dan menyerang objeknya dengan membuat liang kembara menuju objek yang diserang, sedangkan rayap kayu kering bersarang didalam kayu yang diserang. Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang


(63)

memiliki kelembaban yang tinggi, sedangkan rayap kayu kering dapat hidup pada lokasi yang kering. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada tiap-tiap konstruksi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering Pada Tiap-Tiap Konstruksi

Komponen Rayap Tanah Rayap Kayu Kering Gabungan RT + RKK

Konstruksi (Rp) (Rp) (Rp)

Daun Pintu 1.249.116,63 221.581,48 1.470.698,11

Kusen Pintu 37.472,10 17.680,80 55.152,90

Daun Jendela 413.894,96 358.433,27 772.328,23

Kusen Jendela 954.602,96 444.267,06 1.398.870,02

Lisplang 162.866,45 508.807,51 671.673,96

Plafon 4.405,28 12.088,39 16.493,67

Tiang 1.273,56 338,02 1.611,58

Total 2.823.631,94 1.563.196,53 4.386.828,46

Pada Tabel 7. dapat diketahui kerugian ekonomis yang terbesar akibat serangan rayap tanah terjadi pada komponen daun pintu dengan nilai kerugian Rp. 1.249.116,63, sedangkan kerugian akibat serangan rayap kayu kering terjadi pada lisplang dengan nilai kerugian Rp. 508.807,51. Daun pintu yang terletak tidak jauh dari tanah banyak diserang oleh rayap tanah karena mudah dijangkau oleh rayap tanah. Sedangkan lisplang yang terletak diatas lebih banyak diserang oleh rayap kayu kering karena agak sulit bagi rayap tanah untuk menyerang bagian ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo dan Yusuf (2005) bahwa rayap tanah akan mudah merambat ke bagian bangunan yang tingginya lebih rendah dari 15 cm.

Rayap tanah biasanya menyerang daun pintu yang berada di daerah yang lembab seperti di dapur dan di kamar mandi. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan


(64)

kusen jendela. Kusen jendela yang terserang umumnya berada di daerah belakang rumah. Sedangkan rayap kayu kering biasanya menyerang kusen pintu yang berada di ruang tengah rumah contoh seperti kusen pintu kamar dan kusen pintu depan. Kusen jendela yang terserang umumnya adalah kusen jendela yang berada di depan dan disamping rumah. Rayap tanah membutuhkan kondisi yang lembab untuk hidupnya, sedangkan rayap kayu kering dapat hidup pada kondisi yang lebih kering (Tarumingkeng, 2001).

Berdasarkan data yang di dapat, intensitas serangan rayap yang paling kecil terdapat pada plafon dan tiang. Dari hasil wawancara yang dilakukan komponen plafon dan tiang selalu mendapat perawatan berupa pengecatan dari pemilik rumah. Apabila terjadi kerusakan pada plafon maka pemilik rumah akan mengganti dengan komponen yang baru. Karena apabila plafon rusak atau bocor akan sangat mengganggu aktifitas didalam rumah.

0.00 500000.00 1000000.00 1500000.00 2000000.00 2500000.00 3000000.00 3500000.00 4000000.00 4500000.00 5000000.00

Rayap Tanah (Rp) Rayap Kayu Kering (Rp) Gabungan RT + RKK (Rp)

Gambar 6. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering Pada Tiap-Tiap Konstruksi


(65)

Pada histogram di atas, kita dapat melihat jelas bahwa komponen daun pintu merupakan komponen yang paling besar mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap tanah,sedangkan lisplang mendapat kerugian akibat serangan rayap kayu kering terbesar. Hal ini dikarenakan daun pintu terletak lebih dekat dari tanah sehingga lebih mudah dijangkau oleh rayap tanah. Dan komponen plafon dan tiang mendapat serangan akibat serangan rayap terkecil baik oleh rayap tanah maupun rayap kayu kering.

Serangan rayap yang terjadi pada plafon diduga karena adanya rembesan air hujan serta atap yang bocor sehingga kondisi plafon menjadi lembab sehingga kondisi ini sangat disenangi oleh rayap. Umumnya kayu yang lembab ini terlebih dahulu diserang oleh jamur pelapuk kayu dan akhirnya memancing rayap tanah untuk datang dan memakan kayu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nandika (2003) yang menyatakan bahwa jamur menghasilkan substansi yang menarik rayap dan memudahkan pencernaannya.

Kisaran interval kerugian ekonomis dan persentase serangan pada 120 rumah contoh yang berada di kawasan Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Selayang ini dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel tersebut juga dicantumkan rata-rata kerugian per rumah contoh baik yang kerugian yang disebabkan oleh rayap tanah maupun kerugian yang disebabkan oleh rayap kayu kering serta gabungan kerugian yang disebabkan keduanya.


(1)

Plafon 74,11 1.532,11

29 Daun pintu depan 3120,37 3.120,37

30 Kusen pintu dapur 2159,65

Daun jendela depan 150000,00

Daun jendela kamar 632,89 152.792,54

Total 1.701.910,32

PERINCIAN :

Jumlah rumah yang terserang : 28 rumah Jumlah yang tidak terserang` : 2 rumah Kelas Umur (tahun) :

• 1-5 : 7 rumah

• 6-10 : 23 rumah

• 11-15 : -

• ≥ 15 : - Tipe Rumah :

1. Rumah Permanen : 30 Rumah 2. Rumah Semi Permanen : -


(2)

Lampiran 7. Data Responden Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian A. Perumahan Johor Permai Kecamatan Medan Johor

No Nama Jenis kelamin Alamat

1 Husin Laki - Laki Melinjo V No. 1 2 Drs.Fadil Rahman Laki - Laki Melinjo V No. 4 3 H. Khairul ,SE Laki - Laki Melinjo V No. 5 4 Indra Mardi, SE Laki - Laki Melinjo V No. 8 5 Drs.Eddy Wijaya Laki - Laki Melinjo V No. 9 6 Athina Perempuan Melinjo V No. 10 7 Rohani Amin Perempuan Melinjo I No. 3 8 Khairul Anwar Laki - Laki Melinjo I No. 10 9 Sugeng Bintartono Laki - Laki Melinjo II No. 4 10 Ernawaty Neldi Perempuan Melinjo II No. 6 11 Mursidi Laki - Laki Melinjo II No. 15 12 Syahrul effendi Laki - Laki Melinjo II No. 18 13 Suparwati Nanggal Perempuan Melinjo II No. 2 14 Syari Arwansyah Laki - Laki Melinjo III No. 7 15 Basuki Laki - Laki Melinjo III No. 3 16 Taufik Hasnan Laki - Laki Melinjo III No. 5 17 H. Abu Bakar Laki - Laki Melinjo III No. 13 18 Rusman Lubis Laki - Laki Melinjo III No. 4 19 Prima Indra Laki - Laki Melinjo IV No. 1 20 H.M. Syafei Laki - Laki Melinjo IV No. 8 21 Maswardi Sayuti Laki - Laki Melinjo IV No. 10 22

Drs.H.Sakura

Ahmad Laki - Laki Melinjo IV No. 13 23 Nurmansyah Laki - Laki Melinjo IV No. 1 24 H.Syariun Alfen Laki - Laki Melinjo IV No. 4 25 Sutrisno Laki - Laki Melinjo Baru No. 6 26

H.Abdullah

Ibrahim Laki - Laki Melinjo Baru No. 4 27 M.Nasir Jalil Laki - Laki Melinjo Raya No. 3A 28 H.Rojiun Laki - Laki Melinjo Raya No. 4 29 Joko Sudibyo Laki - Laki Melinjo Raya No. 2 30 Drs.Darmansyah Laki - Laki Melinjo Raya No. 3B


(3)

Lampiran 7. Lanjutan...

B. Perumahan Citra Wisata Kecamatan Medan Johor

No Nama Jenis kelamin Alamat

1 Sudirman Amin Laki - Laki Blok III No. 6 2 Darwinsyah Laki - Laki Blok IV No. 27 3 Ali Guntur Laki - Laki Blok V No. 11 4 AdriLamran Laki - Laki Blok V No. 12 5 H. Said Lukman Laki - Laki Blok V No. 18 6 R. Pracahyo Laki - Laki Blok V No. 21 7 Hj. Dian Perempuan Blok VI No. 2 8 Effendi Nasution Laki - Laki Blok VI No. 8 9 Bangun Laki - Laki Blok VI No. 47 10

H. Salman

Ginting Laki - Laki Blok VII No. 18 11 Suhardi Laki - Laki Blok VII No. 36 12 Irianto Laki - Laki Blok VII No. 31 13 Nyimas ayu Perempuan Blok VII No. 37 14 Machruzar Laki - Laki Blok VIII No. 28 15 Novri Nazar Laki - Laki Blok VIII No. 19 16 Agus Purnomo Laki - Laki Blok VIII No. 21 17 Hadi Wibowo Laki - Laki Blok VIII No. 44 18 Asril M.Sormin Laki - Laki Blok VIII No. 57 19 Subagyo Laki - Laki Blok IX No. 40 20 Hadi Darma Laki - Laki Blok IX No. 44

21 Hafni Perempuan Blok IX No. 66

22 Asman Laki - Laki Blok IX No. 63 23 Sudarmadji Laki - Laki Blok IX No. 46 24 Yusuf Laki - Laki Blok X No. 1 25 Darmono Laki - Laki Blok X No. 12 26 Rachmad Laki - Laki Blok X No. 14 27 Dwi Wahyu Laki - Laki Blok XI No. 11 28 Rizal Damanik Laki - Laki Blok XII No. 15 29 Dwi Hendro Laki - Laki Blok XII No. 30 30 Syarifuddin Laki - Laki Blok XII No. 53


(4)

Lampiran 7. Lanjutan...

C. Perumahan Pemda I Kecamatan Medan Selayang

No Nama Jenis kelamin Alamat

1 H. Tambi Yusuf Laki - Laki Melati Raya No. 5 2 Turimin Laki - Laki Melati Raya No. 22 3 Ramli Laki - Laki Melati Raya No. 33 4 Helmi Siregar Laki - Laki Melati I No. 5 5 Rosmawarti Perempuan Melati I No. 14 6 Andi Surya Laki - Laki Melati I No. 15 7 Ir. Rahmad Laki - Laki Melati I No. 30 8 Iman Sitepu Laki - Laki Melati II No. 19 9 Sabaryanto Laki - Laki Melati II No. 30 10 Arsyad Laki - Laki Cempaka Raya No. 1B 11 Nurbayani Siregar Perempuan Cempaka Raya No. 3 12 Andri Laki - Laki Cempaka Raya No. 25B 13 Zulfikar Laki - Laki Cempaka I No. 2

14 Syamsudin Laki - Laki Cempaka I No. 10 15 Riza Nasution Laki - Laki Cempaka I No. 5A 16 Harlond Laki - Laki Cempaka II No. 18 17 Iriandi Laki - Laki Cempaka II No. 22 18 Fitri Perempuan Cempaka II No. 3 19 Ali Husin Laki - Laki Cempaka III No. 1 20 Gatot Nugroho Laki - Laki Cempaka III No. 7 21 Ir.Fadli Laki - Laki Cempaka III No. 20 22 Yulhendri Laki - Laki Cempaka IV No. 6 23 Mariani Lubis Perempuan Cempaka IV No. 14 24 Dr. Zulfikri Laki - Laki Cempaka IV No. 1 25 Sugiarti Perempuan Cempaka V No. 6 26 Syahrial Nasution Laki - Laki Cempaka V No. 5A 27 Rudi Amiranto Laki - Laki Cempaka V No. 3 28 Sukarsih Perempuan Kenanga No. 14 29 Fauzi Bahar Laki - Laki Teratai No. 25 30 Marjohan Laki - Laki Dahlia Raya No. 261


(5)

Lampiran 7. Lanjutan...

D. Perumahan Insan Citra Griya Kecamatan Medan Selayang

No Nama Jenis kelamin Alamat

1 Yusmanizar Laki - Laki Blok A No. 2 2 Siti Maimunah Perempuan Blok C No. 3 3 Novian Laki - Laki Blok A No. 3 4 Firman Sinaga Laki - Laki Blok A No. 8 5 Muslim Harahap Laki - Laki Blok B No. 4

6 Budi Laki - Laki Blok B No. 2

7 Indah Perempuan Blok C No. 7

8 Andri Laki - Laki Blok C No. 9 9 Ismed Laki - Laki Blok A No. 5 10 Jumjuma Laki - Laki Blok D No. 2 11 Hj. Kartini Perempuan Blok F No. 4 12 Arsyad Laki - Laki Blok AA No. 2 13 Ridwan Lubis Laki - Laki Blok F No. 7 14 Syaim Sumari Laki - Laki Blok C No. 10 15 Anni Nasution Perempuan Blok F No. 8 16 Heri Laki - Laki Blok D No. 4 17 Drs.Bambang Laki - Laki Blok AA No. 10 18 Andre Laki - Laki Blok AA No. 8 19 Faisal Laki - Laki Blok D No. 1 20 Kartono Laki - Laki Blok A No. 2 21 Kamaruddin Laki - Laki Blok A No. 2 22 Fery Laki - Laki Blok E No. 8 23 H. Fauzi Bahar Laki - Laki Blok AA No. 7 24 Sukarsih Perempuan Blok F No. 9 25 Zainal Laki - Laki Blok E No. 2 26 Aminuddin Laki - Laki Blok F No. 10 27 Andi Arief Laki - Laki Blok AA No. 1

28 Rio Laki - Laki Blok E No. 10

29 Reza Rinaldi Laki - Laki Blok F No. 1 30 M.Ishak Laki - Laki Blok E No. 4


(6)

Lampiran 8. Peta Kota Medan

Perumahan Johor Permai

Perumahan Citra Wisata

Perumahan ICG

Perumahan Pemda I